Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam. Itulah pujian yang kami
panjatkan atas kehadirat Maha besar-Nya Allah swt karena atas limpahan rahmat,
karunia dan inayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Teknologi budidaya tanaman kelapa sawit” dalam rangka memenuhi
salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknologi produksi tanaman.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih begitu banyak kekurangan


dan kelemahan maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman mahasiswa, dosen dan pembaca sekalian.

\
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat
ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi
penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini
disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau
lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di
dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa
sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran
yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama
dan penyakit. (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang
dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi
kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan
nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran
perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan
produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha
dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa
sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis
global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi
sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa
terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713
435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal
perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal
tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa
sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha
pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus
dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi
diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian
yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat
menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan
sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil
akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang
diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang
sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek
pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa
sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit
yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah teknologi budidaya


tanaman kelapa sawit ini yaitu :

1. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?


2. Bagaimana teknik budidaya tanaman kelapa sawit ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman
kelapa sawit ini yaitu :
1. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,
sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke
bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.
Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja,
2006).

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.


Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang
terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang
tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun
pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun
normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit,
pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin
menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa
sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin
tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg
(Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat
tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan
optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian
yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-
7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24º -38º C. Ketinggian di atas
permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang,
pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan
berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui
pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh
tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi
pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan
untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di
wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti
persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah
untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah
besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai
tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase
yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses
nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen
(N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa
sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang
(Sunarko, 2008).

2.2. Manfaat Kelapa Sawit

Ada berbagai manfaat kelapa sawit, terutama minyak kelapa sawit, namun
sebagian masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Berikut adalah sebagian dari
manfaat kelapa sawit untuk kesehatan:
 Mengatasi kekurangan vitamin A

Menurut beberapa penelitian, menambahkan minyak kelapa sawit ke


dalam makanan anak-anak dan ibu hamil dapat mengurangi risiko kekurangan
vitamin A. Namun berikan dalam takaran tertentu, yaitu 2 sendok makan per hari
untuk anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, 3 sendok makan per hari untuk
orang dewasa dan anak-anak berusia di atas 5 tahun, dan 4 sendok makan per hari
untuk wanita hamil.

 Perlindungan otak
Dalam sebuah studi, peneliti menemukan bahwa minyak kelapa sawit
mengandung tocotrienol, yaitu jenis vitamin E dengan antioksidan yang kuat
sebagai pendukung kesehatan otak. Tocotrienol sangat bermanfaat dalam
melindungi otak dari lemak tak jenuh ganda dan demensia, mengurangi risiko
stroke, serta mencegah pertumbuhan tumor otak.
Meski banyak manfaat kelapa sawit dari minyaknya yang sudah diolah,
tapi minyak kelapa sawit juga sering kali diduga menjadi biang kerok naiknya
kadar kolesterol dalam darah, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung.
Hal tersebut karena minyak kelapa sawit sangat berkaitan dengan lemak
jenuh yang tinggi. Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Terlalu banyak kolesterol jahat LDL
dapat menyebabkan penumpukan lemak di arteri. Akibatnya, aliran darah ke
jantung dan otak terhambat, hingga akhirnya meningkatkan risiko penyakit
stroke dan jantung.
Menurut salah satu penelitian, peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit
di negara-negara berkembang ada hubungannya dengan tingkat kematian akibat
penyakit jantung koroner. Selain itu, studi lain mengungkapkan bahwa mengganti
minyak kelapa sawit dengan minyak sayur polyunsaturated
nonhydrogenated, diduga bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk menghindari atau membatasi pemakaian
dan konsumsi sumber lemak dari minyak sawit. Dianjurkan agar hanya sekitar 7%
lemak jenuh dari total kalori harian yang boleh masuk ke dalam tubuh, atau
kurang dari 14 gram lemak jenuh tiap 2.000 kalori per hari.
Ada beragam manfaat kelapa sawit yang dapat mendukung kesehatan tubuh.
Meski demikian, penggunaan minyak kelapa sawit perlu dibatasi karena juga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bila dikonsumsi berlebihan.

2.3. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari Afrika barat,
merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai
produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda
pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun
Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan
dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman
kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan
tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet
(orang Belgia ), kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt
yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha. Pada masa pendudukan
Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi
ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,
perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan
mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga
produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun
1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak
sawit. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia,
pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).
Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer
di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL
(Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer.
Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta
keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit
menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar
tergeser oleh Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan
dalam rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong
pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan
mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172
ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat
terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang
melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN). Luas
areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini
menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak
sawit (CPO) Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman,
sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke
Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.

2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15


°LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 1-
500 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan
1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam
untuk membantu proses penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal sekitar
80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik
dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi
pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
Penyediaan benih

1. Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit


Sumber benih yang baik dapat diperoleh dari balai-balai penelitian kelapa
sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan
Medan (RISPA). Dalam penyediaan benih kelapa sawit, balai-balai penelitian
tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe
Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.

2. Penyediaan benih sendiri


Untuk memperoleh buah / benih yang baik, penyerbukan yang terjadi pada
bunga betina dari pohon induk harus dilakukan secara terkontrol. Untuk maksud
tersebut, penyerbukan harus dilaksanakan secara buatan. Dalam penyerbukan
secara buatan, pohon induk untuk bunga betina yang digunakan adalah tipe Dura
atau Delidura terpilih seperti terdapat di Marihat research Station, sedangkan
sebagai pohon induk bunga jantan digunakan tipe Pisifera yang juga tersedia di
Marihat Research Station. Penyerbukan buatan diawali dengan penyediaan serbuk
sari. Beberapa saat sebelum bunga matang, bunga jantan dari pohon induk terpilih
dibungkus dengan kantung plastik transparan. Setelah bunga jantan tersebut
matang, lalu dipotong dan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan dari
tandannya, kemudian diangin-anginkan. Serbuk sari ini dimasukkan ke dalam
tube dengan mencampurkan 0,25 gram serbuk sari dengan 1 gram talk. Tube yang
telah berisi serbuk sari dimasukkan ke dalam sebuah botol kemudian divakumkan.
Sambil menunggu saat penggunaannya botol serbuk sari harus disimpan di dalam
almari pendingin (freezer). Pada pohon induk untuk bunga betina terpilih, tandan
bunga betina ditutup dengan kantung plastik transparan dan diberi label. Amati
bunga sampai mencapai tingkat matang reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah
matang adalah : warna kepala putik menjadi kemerah-merahan dan telah terbuka
dan berlendir. Setelah bunga betina reseptif, serbukilah dengan serbuk sari yang
telah disiapkan. Satu tube campuran serbuk sari (0,25 gram serbuk sari + 1 gram
talk) cukup untuk menyerbuki satu tandan bunga betina. Bunga betina yang telah
diserbuki diberi label dan ditutup dengan plastik transparan. Empat hari kemudian
penutup dibuka dan tandan bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya lebih
lanjut. Setelah 6 bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan benih
dilakukan bila pada satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah telah lepas
dari tandannya.

Pengecambahan benih kelapa sawit

1. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.


2. Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan
buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
3. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji.
Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2%
selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang
berukuran seragam. Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22
derajat C dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.
4. Untuk mengecambahkan benih, dilakukan perendaman terlebih dahulu. Benih
direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus
diganti dengan air yang baru.
5. Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat
teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja.
Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %.
6. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65
cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup
rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-
kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian
letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
7. Benih diperiksa setiap 3 hari sekali ( 2 kali per minggu ) dengan membuka
kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist sprayer)
agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk
benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.
8. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus
diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan
mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian
besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian
perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah
dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.

Pembibitan Kelapa Sawit


Lokasi/areal untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan : harus
datar dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-
tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus
diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan
instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi
dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus
sesuai dengan kebutuhan.

Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan
(b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui
dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan
utama(nursery)selama 9 bulan.

 Cara langsung : Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar


seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.
 Cara tak langsung : Cara tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double
stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (pre nursery) selama 3
bulan dan persemaian bibit (nursery) selama 9 bulan.

Tahap pendederan (prenursery)

Benih yang sudah berkecambah di deder dalam polybag kecil, kemudia


diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan
secukupnya. Ukuran polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm
(lay flat). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap
polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari
permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di
prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah
dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery). Keadaan tanah di polybag harus
selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas
tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman
dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh
kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan
karena siraman.

Pesemaian bibit (nursery)


Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang
lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11
mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per
polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum
dipindahkan) dipesemaian bibit.
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada
permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit dipadatkan agar bibit
berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah
diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi
dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.

Kegiatan pemeliharaan bibit Kelapa Sawit di pembibitan

1. Penyiraman; kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali


dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan
sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.
2. Pemupukan; untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau
pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3. Seleksi bibit; seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan
pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan
setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir
dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke
lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal
dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit
terkulai, c) anak daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak
daun tidak sempurna.
2.5. Kandungan Kelapa Sawit
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan
karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk
tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang
Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-
2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama
penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum
berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5
bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah
matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang
lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman
dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman
kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen
pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

4.2 Saran

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan
datang seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak
sawit, maka perlu dipikirkan teknologi produksi sebagai usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai