BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi individu atau
masyarakat (Fitri, 2014). Nutrisi yang memadai sangat penting pada anak usia dini
untuk memastikan pertumbuhan yang sehat, pembentukan dan fungsi organ yang
tepat, membentuk sistem imunitas tubuh yang kuat, perkembangan neurologis dan
kognitif (Franscesco, Werner, & Tessa, 2012). Kelompok masyarakat yang paling
rentan terkena masalah gizi ialah bayi dan balita karena memerlukan nutrisi
terbatas, dan masih bergantung pada orang lain (Eka, Juffrie, & Siti, 2015).
gangguan fungsi pada tubuh (Ari, 2014). Secara umum malnutrisi terbagi atas dua
1
2
lebih dikenal dengan obesitas. Malnutrisi yang terjadi pada tahap awal kehidupan
penurunan perkembangan mental dan kognitif (Neima, Henok, & Lamessa, 2017).
badan anak sekaligus sebagai pendeteksi adanya kekurangan gizi (Dewi, 2012).
menurunnya prestasi belajar dan keterampilan sosial. Selain itu kekurangan gizi
di kemudian hari yang meningkatkan risiko terserang penyakit atau cacat dan
bahkan kematian (Anice, Ansuya, & Suneel, 2018). Sedangkan gizi buruk
diakibatkan oleh rendahnya asupan protein dan energi, yang biasa dikenal sebagai
istilah severely underweight yaitu anak dengan indeks berat badan menurut umur<
Adapun klasifikasi gizi buruk terbagi menjadi 3 yaitu marasmus, kwashiorkor, dan
merupakan campuran dari beberapa gejala klinik marasmus dan kwashiorkor yang
Menurut data dari WHO angka kejadian kekurangan gizi pada anak balita
tahun 2014 sebanyak 50 juta anak dan gizi buruk sebanyak 16 juta anak (WHO,
dan gizi buruk dari tahun 2010 sebesar 17,9%, dan 4,9% menjadi 19,6%, dan 5,7%
pada tahun 2013. Untuk wilayah Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah
dengan peringkat 10 tertinggi untuk prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada
balita yaitu 25,6%, dan 6,6% (Depkes RI, 2014). Dan hasil pemetaan yang
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya gizi kurang dan gizi buruk
infeksi. Penyebab tersebut selalu diiringi dengan latar belakang lain yang lebih
dan pola asuh yang diberikan kepada balita (Eka, Juffrie, & Siti, 2015). Selain itu,
faktor pemberian air susu ibu (ASI), riwayat kelahiran premature, dan BBLR
merupakan faktor risiko terbesar (Kurnia, Dian, & Indra, 2017). Rendahnya
konsumsi protein, jarak kelahiran, usia ibu, pengetahuan orang tua, dan peran dari
anggota keluarga dapat menjadi faktor risiko terjadinya gizi kurang dan gizi buruk
Selain dari sisi bidang sains dan kedokteran betapa pentingnya pemberian
gizi dan nutrisi yang baik, pemberian gizi dan nutrisi yang baik dijelaskan pula
Terjemahnya:
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan
binasalah ia.”
B. Rumusan Masalah
Apa sajakah faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya kasus gizi
C. Hipotesis
berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita.
berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita.
D. Kajian Pustaka
6
kan
metode
penelitian
cross
sectional
4.Variabel
terikat
penelitian
terdahulu
hanya gizi
kurang
sedangkan
penelitian
saat ini
terdiri dari
status gizi,
gizi
kurang,
dan gizi
buruk
2. K. Dwi Faktor Risiko Gizi Hasil peneitian 1.Tempat 1.Menggunaka
Ariesthi Kurang dan Gizi menunjukkan dan waktu n sampel anak
Buruk pada balita di bahwa faktor penelitian balita
Kabupaten Sumba risiko yang 2.Penlitian 2.Meneliti
Barat, Nusa Tenggara paling berperan terdahulu tentang faktor
Timur pada Tahun adalah mengguna risiko kejadian
2015 frekuensi sakit kan gizi kurang
balita, metode dan gizi buruk
8
pendapatan penelitian
keluarga, case
pengetahuan control
ibu tentang gizi, sedangaka
frekuensi ke n
Posyandu, dan penelitian
sumber air saat ini
minum mengguna
kan
metode
penelitian
cross
sectional
3.Jumlah
sampel
anak balita
pada
penelitian
saat ini
berjuamlah
200 orang
1. Definisi Operasional
< -3 SD s/d -
2 SD
Sangat Kurus
: <-3 SD
9. Gizi kurang Status gizi Menggunakan Menggunakan Ordinal
pada balita berdasarkan indek grafik interpretasi
berat badan pertumbuhan berdasarkan
menurut tinggi anak standar baku
badan (BB/TB), berdasarkan WHO-NCHS
dan Berat badan WHO-NCHS berdasarkan
menurut umur (dalam Z- BB/U, dan
(BB/U) dengan score) BB/TB
interpretasi nilai Z-
score < -3 standar
deviasi atau dengan
tanda-tanda klinis.
10. Gizi buruk pada Status gizi Menggunakan Menggunakan Ordinal
balita berdasarkan indek grafik interpretasi
berat badan pertumbuhan berdasarkan
menurut tinggi anak standar baku
badan (BB/TB) berdasarkan WHO-NCHS
dengan Z-score < - WHO-NCHS berdasarkan
3 standar deviasi (dalam Z- BB/U, dan
atau dengan tanda- score) BB/TB
tanda klinis.
mempengaruhi terjadinya gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita
D. Tujuan Penelitian
risiko yang berperan dalam mempengaruhi masalah gizi kurang dan gizi
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Institusi
3. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
metabolisme di dalam tubuh. Setiap reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh
Kekurangan gizi dapat berdampak pada pertumbuhan dan pematangan organ yang
terlambat, serta ukuran tubuh jauh lebih pendek (Sandra, Ahmad, & Arinda, 2017).
diakibatkan oleh pemasukan zat-zat gizi dan penggunaan zat gizi yang diperlukan
dalam tubuh dapat menjadi faktor penentu kondisi kesehatan seseorang. Asupan
berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan
asupan gizi, gangguan metabolisme, dan inflamasi sehingga fungsi tubuh juga
otak terutama periode 2 tahun pertama kehidupan (Katherine, Rachel, & Betty,
2011). Namun, pada masa ini merupakan masa yang sangat rentan terhadap
17
18
beberapa penyakit termasuk kekurangan gizi. Oleh karena itu, status gizi suatu
masyarakat dapat dimulai dengan mengukur dengan mengukur status gizi balita
(Supariasa, 2016)
penilaian status gizi dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu (Tri, Yaldiera,
2014) :
1. Metode Langsung
a. Penilaian Klinis
klinis yang timbul dari suatu individu yaitu mata, kulit, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
b. Pengukuran Antropometri
seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
i.Umur
jika umur anak lebih dari 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan,
dan untuk umur anak yang kurang dari 15 hari maka usianya tidak
19
yang elastisdari bagian atas alis, melewati bagian atas telinga, sampai
antara 35-49 cm. Sedangkan, ukuran ubun-ubun saat lahir adalah 2,1
(Soetjiningsih, 2013).
c. Pemeriksaan Biokimia
laboratorium berupa specimen darah, urine, tinja, rambut, dan kuku (Tri,
21
Yaldiera, 2014).
d. Pemeriksaan Biofisik
Yaldiera, 2014).
zat gizi, sehingga masalah kelebihan dan kekurangan zat gizi dapat
diketahui(Supariasa, 2016).
b. Statistik Vital
c. Faktor Ekologi
Kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita sangat erat hubungannya
dengan beberapa faktor risiko diantaranya faktor internal yang meliputi jenis
22
i. Faktor internal
- Umur
2010).
- Jenis kelamin
(Hadi,2015).
- Asupan Makanan
kebutuhan zat gizinya karena jika tidak memenuhi maka tubuh akan
23
untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, dan atau bayi
- Lingkungan
o Pendidikan Ibu
o Sosial- Ekonomi
gaji ayah mendorong gizi kurang dan gizi buruk pada anak-anak.
25
o Pelayanan Kesehatan
- Penyakit Infeksi
Status gizi balita adalah keadaan gizi pada balita yang dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umur (BB/U) atau panjang
badan menurut umur (TB/U), atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit
menjadi :
2. Gizi baik
Calori Malnutrition)
kwashiorkor)
badan adalah hereditas dan zat gizi yang diperoleh dari makanan
status gizi anak yaitu status gizi yang didasarkan pada indeks berat
E. Gizi Kurang
atau nutrisinya dibawah rata-rata (Nelson, 2007). Gizi kurang pada anak-anak
dunia tetapi keparahannya bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Secara global,
ini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada anak di bawah
F. Gizi Buruk
Gizi buruk dapat diartikan sebagai kurangnya asupan energi dan protein
sehari-hari atau karena suatu penyakit tertentu (Supriasa, 2016). Menurut Depkes
RI 2012, merupakan status gizi dengan z-score <-3 menurut BB/TB atau dengan
30
2012). Kelompok umur balita merupakan kelompok umur yang sangat rentan
mengalami gizi buruk. Secara garis besar klasifikasinya dapat dibagi menjadi
(Nelson, 2007) :
a. Marasmus
sering ditemukan pada balita. Ini merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk. Gejala klinis marasmus antara lain terlihat wajah
seperti orang tua, terlihat tulang belakang menonjol dan kulit di pantat
b. Kwashiorkor
protein dalam jumlah yang besar (Onecia, Sarah, 2019). Gejala klinis
(Nelson, 2007).
31
c. Marasmus-Kwashiorkor
Berat Badan (BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS
G. Kerangka Teori
Sosial - ekonomi
rendah
Kurangnya
keterampilan Tingkat pengetahuan
tenaga kesehatan rendah
Gizi kurang
Atau
gizi buruk
H. Kerangka Konseptual
33
yang ada dan tinjauan pustaka dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara
jelas mengenai jalannya penelitian dan untuk mengarahkan peneliti dalam mencari
Konsumsi Makanan
Sosial Ekonomi
Variabel Terikat
Variabel Bebas
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
antara kejadian balita gizi kurang dan gizi buruk dengan faktor-faktor risiko
tersebut.
2. Lokasi Penelitian
B. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang mengalami
C. Sampel
jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 200 anak balita yang tinggal di wilayah
a. Kriteria Inklusi
1. Orang tua atau wali yang bersedia diambil datanya dan mengisi kuisioner
34
35
3. Balita yang memiliki status gizi kurang dan buruk berdasarkan standar
pengukuran
b. Kriteria Eksklusi
makanan, riwayat berat badan lahir, faktor orang tua, penyakit infeksi, status
sosial ekonomi, serta faktor higenitas dan sanitasi lingkungan yang diperoleh
kurang dan gizi buruk pada anak balita di wilayah Kecamatan Tamalanrea, Kota
E. Instrumen Penelitian
2. Data rekam medik responden untuk mengetahui faktor risiko terjadinya gizi
SPSS For Windows dan kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan
G. Etika Penelitian
1. Membuat surat pengantar yang ditujukan kepada pihak atau instansi terkait
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang sedang
dilakukan.
pengumpulan data.
kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang
.
43
44