Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

Identitas Pasien
● Nama : Tn. X
● Tanggal lahir :-
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Umur : 68 tahun
● Alamat :-
● Pekerjaan :-
Anamnesis
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran sejak kemarin sore
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki 68 tahun datang diantar keluarga ke Rumah Sakit Umum Daerah
Klungkung dengan keluhan penurunan kesadaran sejak kemarin sore. Pasien
dikatakan sejak kemarin sore tidak nyambung diajak berbicara. Selain berbicara tidak
sesuai dengan pertanyaan keluarga mengatakan suara pasien terdengar pelo.
Keluhan lainnya kulit pasien nampak lebih kuning. Pasien dikatakan memiliki riwayat
batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu :

Batuk 3 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak dijelaskan dalam jurnal

Riwayat Pengobatan : Tidak dijelaskan dalam jurnal


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit berat
Kesadaran : E1V3M4
Tanda vital :
• Tekanan darah : 60 mmHg per palpasi
• Nadi : 122x/menit
• Pernafasan : 30x/menit
• Suhu : 35,9°C
• Saturasi : 85%
KEPALA
Tidak dijelaskan THT
dijurnal Tidak dijelaskan
dijurnal
MATA
Kedua sklera tampak JANTUNG
ikterus Tidak dijelaskan
dijurnal
THORAX
Ronchi bilateral
ABDOMEN
Tidak dijelaskan
dijurnal

EKSTREMITAS
Akral teraba dingin
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap
Ditemukan adanya leukosit (26,3 x 109/L) leukositosis dengan predom­inan limfosit (11,2 x 109/L)

2. Pemeriksaan kimia darah

Parameter Yang didapatkan


SGOT 473 mg/dl
SGPT 208 mg/dl
Total protein 4,6 mg/dl
Albumin 2,5 mg/dl
Ureum 137 mg/dl
Kreatinin 2,1 mg/dl
GDS 20mg/dl
X-Ray Thorax

Gambar 1. Didapatkan adanya gambaran konsolidasi pada kedua lapangan paru


yang disimpulkan sebagai pneu­monia
Diagnosis
Septik syok disertai dengan hipoksia hepatik
Terapi
• Non rebreathing mask oksigen 12 liter per menit
• Infus cepat cairan ringer laktat 10cc/kgbb dalam 30 menit
• Dekstrosa 40% 50 ml bolus
• Dexamethason 4mg bolus
• Levofloxacin 500 mg intravena
• Drip dobuta­min 5 mcg/kgbb/menit
Followup
Hari/tanggal Perjalanan penyakit Terapi
Menit ke 30 Perbaikan kondisi klinis, tekanan darah Terapi tambahan :
meningkat (90/60 mmHg). Saturasi meningkat  Dexamethasone 5mg intravena
menjadi 89%, laju respirasi menurun menjadi  Dextrose 10% sebanyak 20
22 kali per menit, dan kesadaran GCS tetes per menit,
E3V2M4.  Levofloxacin 500 mg intravena,
 Dobutamin drip dimulai dengan
5 mcg/kgBB menit.
Plan:
Konsulkan ke dokter spesialis
penyakit dalam dan disarankan
untuk pindah rawat ke ruang High
Care Unit
Diskusi

• Anamnesis penurunan kesadaran didahului riwayat infeksi saluran


pernafasan.

TD sistolik dibawah 100 mmHg, dengan nadi lemah, denyut jantung


>90x/menit. Laju pernafasan >20x/menit.

Kriteria qSOFA adalah laju pernafasan diatas 22 kali permenit,


penurunan kesadaran, dan tekanan darah sistolik dibawah 100 mmHg.

Pemeriksaan penunjang ada tanda infeksi berupa leukositosis dan tanda


kegagalan fungsi organ (ginjal dan hati) disertai dengan hipotensi.
Pada kasus ini penatalaksanaan sudah sesuai dengan prosedur penanganan

syok septik yaitu pemberian cairan resusitasi awal berupa kristaloid 10-20

ml/kgBB dilanjutkan pemberian antibiotik sesuai empiris. Pada kasus syok septik

disertai dengan hipoksia hepatik beberapa sumber menyarankan pemberian

packed red cell berfungsi meningkat oxygen delivery sehingga diharapkan

mampu memperbaiki kondisi hipoksia pada hati.


Tinjauan Pustaka
Definisi
Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan
darah (sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 40 mmHg) disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
meskipun telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau
memerlukan vasopressor.
Kriteria Diagnosis
Skor qSOFA dinyatakan positif apabila terdapat 2 dari 3 kriteria.

Laju Pernapasan ≥ 22 kali/menit

Perubahan kesadaran (Skor Glasgow Coma Scale ≤13)

Tekanan darah sistolik ≤100mmHg

Pasien syok septik diidentifikasi dengan adanya klinis sepsis dan hipotensi
menetap yang membutuhkan vasopresor untuk pertahankan MAP ≥ 65 mmHg
dan kadar laktat serum >2 mmol/L (18 mg/dL) meskipun volume resusitasi
memadai.
Tatalaksana
Komponen dasar penanganan sepsis dan syok septik adalah:
• Resusitasi awal
• Vasopressor
• Dukungan hemodinamik
• Pemberian antibiotik awal, kontrol sumber infeksi
• Diagnosis (kultur dan pemeriksaan radiologi)
• Tata laksana suportif (ventilasi, dialisis, transfusi)
Resusitasi Segera

• ABC: airway, breathing, circulation

• Kristaloid atau koloid untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik

• Intubasi diperlukan untuk memberikan kadar oksigen lebih tinggi.


Resusitasi Cairan

• Tatalaksana resusitasi cairan dimulai dengan pemberian kristaloid

30cc/kgBB intravena (dalam 3 jam pertama).

• Setelah resusitasi cairan awal dilakukan, maka keputusan untuk

memberikan cairan tambahan sebaiknya didasarkan atas penilaian

status he­modinamik yang dilakukan secara berkala.


Parameter hemodinamik yang dapat digunakan untuk menentukan status hemodinamik pasien:
 Tekanan darah (non-invasif atau invasif)
 Saturasi oksigen arteri (pulse oxymetri)
 Nadi
 Capillary filling time
 Mottling score
 Frekuensi napas
 Suhu
 Produksi urin
 Monitoring cardiac output (non invasif, semi invasif maupun invasif) yang canggih
Pemberian Antibiotik

• Agen antimikrobial tertentu dapat memperburuk keadaan pasien.


• Antimikrobial yang tidak menyebabkan pasien memburuk adalah:
karbapenem, seftriakson, sefepim, glikopeptida, aminoglikosida, dan quinolon.
• Perlu segera diberikan terapi empirik dengan antimicroba. Setelah hasil kultur
dan sensivitas didapatkan maka terapi empirik dirubah menjadi terapi rasional
sesuai dengan hasil kultur
Obat yang digunakan tergantung sumber sepsis

 Untuk pneumonia biasanya digunakan 2 regimen obat. Biasanya


sefalosporin generasi ketiga (seftriakson) atau keempat (sefepim)
diberikan dengan aminoglikosida (biasanya gentamisin).

 Pneumonia nosokomial: Sefipim atau iminemsilastatin dan


aminoglikosida

 Infeksi abdomen: imipenem-silastatin atau pipersilintazobaktam


dan aminoglikosida

 Infeksi abdomen nosokomial: imipenem-silastatin dan


aminoglikosida atau pipersilin tazobaktam dan amfoterisin B.
 Kulit/jaringan lunak nosokomial: vankomisin dan
sefipim.

 Infeksi traktus urinaris: siprofloksasin dan


aminoglikosida

 Infeksi traktus urinaris nosokomial: vankomisin


dan sefipim

 Infeksi CNS: vankomisin dan sefalosporin


generasi ketiga atau meropenem

 Infeksi CNS nosokomial: meropenem dan


vankomisin
Pemberian Vasopressor

• Jika tekanan darah tidak meningkat setelah resusitasi cairan, vasopressor


harus diberikan dalam 1 jam pertama untuk pertahankan MAP >65 mmHg.
• Norepinefrin direkomendasi sebagai vasopresor lini pertama. Dopamin
sebagai vasopresor alternatif hanya untuk pasien tertentu, misalnya pasien
berisiko rendah takiaritmia dan bradikardi relatif.
• Steroid dapat digunakan apabila dengan norepinefrin target MAP masih
belum tercapai.
Indikator Keberhasilan Resusitasi Awal

Evaluasi MAP Laktat

Tekanan Vena
Sentral (CVP) dan
Saturasi Vena
Sentral (SvO2)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai