Anda di halaman 1dari 45

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

LAPORAN KASUS

EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK (F32.11)

OLEH:
Hidro Muhammad Perdana
NIM: 70700119026

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Fanny Wijaya, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua

bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Episode Depresif Sedang

Dengan Gejala Somatik (F32.11)” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Program Pendidikan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Keberhasilan penyusunan laporan kasus ini adalah berkat bimbingan, kerja

sama, serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima

penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan

penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan

penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang

terhormat:

1. dr. Fanny Wijaya, Sp.KJ selaku supervisor pembimbing.

2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya

bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala

kerendahan hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang

membangun dari semua pihak.

Makassar, 22 Juni 2021

Hidro Muhammad Perdana

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul


“Depresif Sedang Dengan Gejala Somatik (F32.11)”
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal…………….
Oleh:

Supervisor Pembimbing

dr. Fanny Wijaya, Sp.KJ

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin Sp,OG, M.Kes


NIP: 198409052009012011

ii
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

- Nama : Tn. G

- No. RM : 189110

- Usia : 48 Tahun

- Tanggal Lahir : 14 Juli 1972

- Status Menikah : Sudah Menikah

- Agama : Islam

- Riwayat Pendidikan : SMA

- Pekerjaan : Tidak Bekerja

- Suku : Bugis

- Alamat : Jl. Cumi-Cumi Lr. 1C No. 24 Makassar

B. Laporan Psikiatrik

Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis

C. Riwayat Psikiatrik

 Keluhan Utama

Pasien merasa sedih

 Riwayat Gangguan Sekarang

 Keluhan dan Gejala

Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke Poli Jiwa

RSKD Dadi Makassar untuk pertama kalinya dengan keluhan

merasa sedih sejak ± 5 bulan yang lalu, memberat saat ± 1 bulan

yang lalu. Pasien merasa sedih setiap mengingat bahwa ia sudah

tidak memiliki pekerjaan. Pasien juga sulit mengawali tidur,

bahkan dapat tertidur sekitar jam 12 malam, namun terkadang ia

juga terbangun pada malam hari dan tidak dapat tidur kembali

1
sampai menjelang pagi. Pasien biasanya tidur ± 4 jam/ hari.

Setiap bangun pagi, perasaan pasien lemas, tidak ada semangat,

dan merasa ingin pingsan. Pasien merasa bersalah kepada istri

dan kedua anaknya karena tidak dapat membiayai kehidupan

keluarganya. Saat ini pasien jarang ke luar rumah dan hanya

beraktivitas di dalam rumah. Pasien juga sering merasakan

jantung berdebar-debar, dada terasa panas, nyeri lambung, perut

kembung, keringat dingin, dan tidak ada nafsu makan hingga

mengakibatkan berat badannya menurun ± 2 kg sejak setahun

lalu. Pasien sudah pernah memeriksakan diri ke dokter interna

dan pasien dinyatakan tidak ada masalah pada jantung tetapi ada

masalah pada lambungnya (GERD). Sampai saat ini pasien

masih sering merasakan nyeri lambung jika mengingat masalah

pekerjaannya.

Perubahan perilaku dialami pasien sejak bulan November

2020. Saat itu pasien mulai tidak bersemangat dan merasa

bersalah kepada keluarganya karena sudah tidak bisa membiayai

kehidupan keluarganya lagi. Sebelumnya pasien bekerja sebagai

pengawas SPBU di pare-pare, tetapi semenjak pandemic

tepatnya pada bulan mei 2020, pasien diberhentikan dari

pekerjaannya. pasien ingin situasi kembali seperti dulu, saat ia

masih bekerja dan bisa menafkahi keluarganya, namun pasien

mengaku sudah mulai berusaha untuk menerima kenyataan.

 Disfungsi atau Hendaya

a. Hendaya dalam bidang sosial ada

b. Hendaya dalam bidang pekerjaan ada

2
c. Hendaya dalam waktu senggang ada

 Faktor Stressor

Stressor saat ini masalah pekerjaan dan ekonomi (pasien di

PHK sejak Mei 2020)

 Hubungan Gangguan Sekarang Dengan Riwayat Fisik

Sebelumnya

a. Riwayat infeksi : tidak ada

b. Riwayat trauma : tidak ada

c. Riwayat kejang : tidak ada

d. Riwayat merokok : tidak ada

e. Riwayat alkohol : tidak ada

f. Riwayat NAPZA : tidak ada

 Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Riwayat penyakit Fisik : GERD

b. Riwayat penggunaan zat psikoaktif: tidak ada

c. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: tidak ada

 Riwayat Kehidupan Pribadi

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 Tahun)

Pasien lahir pada 14 Juli 1987, lahir normal dan cukup bulan,

dibantu oleh bidan. Tidak ditemukan cacat lahir maupun kelainan

bawaan. Berat badan lahir tidak diketahui. Selama kehamilan ibu

pasien dalam keadaan sehat. Riwayat ASI hingga umur 2 tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi normal.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 Tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak pasien

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lain

3
seusianya. Pasien tidak mengalami gangguan perilaku, pasien

mampu bermain dengan teman sebayanya.

C. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 Tahun)

Pasien diasuh dan tinggal bersama kedua orangtua dan

saudaranya, cukup mendapat perhatian dari orang tuanya. Pasien

dapat bergaul dengan teman sebayanya.

D. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 Tahun)


Pasien lanjut sekolah ke SMP kemudian naik ke jenjang SMA
dan tidak melanjutkan kuliah.

E. Riwayat Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan: Staff pengawas SPBU.

b. Riwayat Pernikahan: Pasien sudah menikah dan memiliki


2 anak.

c. Riwayat Kehidupan Beragama: Pasien memeluk agama


Islam dan menjalankan kewajiban agama dengan baik.

 Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara (♂, ♂,

♀,). Pasien dibesarkan dan dirawat oleh kedua orang tuanya. Ibu

pasien masih hidup, namun ayah pasien telah meninggal dunia.

Saat ini pasien tinggal bersama istri, kedua anak, dan mertuanya.

Hubungan dengan anggota keluarga baik. Riwayat keluhan yang

sama dalam keluarga tidak ada.

4
Genogram

 Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien saat ini tinggal bersama istri, 2 orang anak, dan kedua

mertuanya. Ia adalah seorang bapak rumah tangga dan sedang

membesarkan anak-anaknya. Hubungan antar keluarga baik.

Hubungan dengan tetangga sedikit kurang baik, setiap kali pasien

ditegur oleh tetangganya pasien tidak merespon dan hanya

mengacuhkan. Pasien jarang berinteraksi sosial dengan tetangga

semenjak pandemic. Anak pertama usia 20 tahun telah lulus SMA

dan sedang mencari pekerjaan, anak kedua usia 18 tahun sedang

bersekolah di SMK 8 Makassar. Pekerjaan istri pasien adalah

seorang IRT. Perekonomian keluarga saat ini kadang dibantu ipar

pasien. Ekonomi keluarga mengalami penurunan dari sebelumnya

hingga pandemic saat ini, pasien memikirkan masalah ekonomi

keluarganya saat ini.

5
 Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien paham bahwa dirinya sakit dan membutuhkan

pengobatan. Pasien ingin sembuh dan kembali bekerja serta

beraktifitas seperti sebelumnya.

D. Pemeriksaan Status Mental

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Tampak seorang laki-laki usia 48 tahun, wajah sesuai umur,

perawakan sedang, perawatan diri tampak baik, memakai baju

kaos berwarna hitam, celana panjang hitam, memakai topi

berwarna hitam, serta memakai masker berwarna putih. Kontak

mata ada, kontak verbal ada.

2. Kesadaran

 Kualitatif : Baik

 Kuantitatif : GCS 15 (Compos Mentis)

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Tenang

4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa

5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati dan Perhatian

1. Mood : Depresi

2. Afek : Depresi

3. Keserasian : Appropriate/Serasi

4. Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf Pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :

6
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan

tingkat pendidikannya.

2. Daya Konsentrasi : Kurang

3. Orientasi

a. Waktu : Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang: Baik

4. Daya Ingat

a. Jangka Panjang : Baik

b. Jangka Pendek : Baik

c. Jangka Segera : Baik

5. Pikiran Abstrak : Baik

6. Bakat Kreatif : Tidak ada

7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri

1. Halusinasi: Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berfikir

1. Arus Pikiran :
• Produktivitas : Cukup
• Kontinuitas : Releven dan koheren
• Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran :
 Gangguan Isi Pikir : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls

7
Tidak terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan
Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pertolongan (Tilikan 6)
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
E. Pemeriksaan Fisis dan Neurologi

 Status Internus

A. Tanda Vital

 Tekanan Darah : 120/70 mmHg

 Nadi : 80x/menit

 Pernafasan : 20x/menit

 Suhu : 36,70C

B. Keadaan Umum : Sakit Ringan


C. Kesadaran : Kompos mentis

 Status Neurologi

I. GCS : E4M6V5

II. Tanda Ransang Meninges : Tidak dilakukan

III. Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5mm

IV. Nervus Kranialis : Dalam batas normal

V. Sistem saraf sensorik dan motoric dalam batas normal

VI. Tidak ditemukan tanda bermakna pada pemeriksaan neurologis

F. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke Poli Jiwa RSKD Dadi

8
Makassar untuk pertama kalinya dengan keluhan merasa sedih sejak ± 5

bulan yang lalu, memberat saat ± 1 bulan yang lalu. Pasien merasa sedih

setiap mengingat bahwa ia sudah tidak memiliki pekerjaan. Pasien juga

sulit mengawali tidur, bahkan dapat tertidur sekitar jam 12 malam, namun

terkadang ia juga terbangun pada malam hari dan tidak dapat tidur kembali

sampai menjelang pagi. Pasien biasanya tidur ± 4 jam/ hari. Setiap bangun

pagi, perasaan pasien lemas, tidak ada semangat, dan merasa ingin

pingsan. Pasien merasa bersalah kepada istri dan kedua anaknya karena

tidak dapat membiayai kehidupan keluarganya. Saat ini pasien jarang ke

luar rumah dan hanya beraktivitas di dalam rumah. Pasien juga sering

merasakan jantung berdebar-debar, dada terasa panas, nyeri lambung,

perut kembung, keringat dingin, dan tidak ada nafsu makan hingga

mengakibatkan berat badannya menurun ± 2 kg sejak setahun lalu. Pasien

sudah pernah memeriksakan diri ke dokter interna dan pasien dinyatakan

tidak ada masalah pada jantung tetapi ada masalah pada lambungnya

(GERD). Sebelumnya pasien bekerja sebagai staff pengawas SPBU di

Pare-Pare, tetapi semenjak pandemic tepatnya pada bulan mei 2020, pasien

diberhentikan dari pekerjaannya. pasien ingin situasi kembali seperti dulu,

ia masih bekerja dan bisa menafkahi keluarganya, namun pasien mengaku

sudah mulai berusaha untuk menerima kenyataan.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang lak-laki berusia

48 tahun, wajah sesuai umur, perawakan sedang, dengan perawatan diri

kesan baik. Kontak mata ada, kontak verbal ada. Kesadaran baik dan

kompos mentis. Mood depresi dan afek depresi. Daya konsentrasi kurang,

Pikiran abstrak baik dan kemampuan menolong diri baik. Tidak terdapat

gangguan persepsi. Proses berpikir produktivitas baik, kontinuitas relevan,

9
koheren,
tidak ada preokupasi maupun gangguan isi pikir. Pengendalian impuls

tidak terganggu. Tilikan 6 dimana pasien menyadari bahwa dirinya sakit

dan butuh pertolongan. Secara keseluruhan, setiap informasi yang

diutarakan pasien dapat dipercaya.

G. Evaluasi Multiaksial

A. Aksis I

Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental

didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perasaan sedih, sulit

tidur, lemas, tidak ada semangat, seperti mau pingsan, merasa bersalah,

nyeri lambung, jantung berdebar- debar, keringat dingin, dan tidak ada

nafsu makan. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada

pasien. serta terdapat hendaya (disability pada pekerjaan dan waktu

senggang, sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental pasien tidak didapatkan adanya

hendaya berat dalam menilai realita, maka pasien digolongkan dalam

gangguan jiwa non psikotik. Pemeriksaan fisik internus dan

neurologis tidak ditemukan adanya kelainan sehingga dapat

digolongkan sebagai gangguan jiwa non psikotik non organik.

Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan 3

gejala utama depresi yaitu mood depresif, kehilangan minat dan rasa

lemas, ditambah dengan 3 gejala tambahan seperti nafsu makan

menurun, tidur terganggu, dan perassan bersalah. Berdasarkan PPDGJ

III hal ini memenuhi kriteria Episode Depresif Sedang (F32.1).

Pada pasien juga ditemukan gejala somatik yaitu kehilangan

minat, tidak adanya reaksi emosional terhadap lingkungan, depresi

yang lebih parah pada pagi hari, dan kehilangan nafsu makan.

10
Berdasarkan PPDGJ
III hal ini dapat dikategorikan sebagai Episode Depresif Sedang

dengan Gejala Somatik (F32.11).

Pasien didiagnosis banding dengan:

A. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan

atau Sedang (F31.3). Pada pasien ini menunjukkan gejala

yang memenuhi kriteria Episode Depresif Ringan (F32.0)

ataupun Sedang (F32.1). Diagnosis banding ini disingkirkan

karena tidak memiliki satu episode afektif hipomanik, manik

atau campuran di masa lampau.

B. Aksis II

Tumbuh kembang pada masa anak-anak hingga remaja pasien

baik, mudah bergaul dan dapat bersosialisasi. Pasien juga dapat

menyelesaikan pendidikan. Fungsi kognitif baik, tidak terdapat

retardasi mental. Dari informasi tersebut belum cukup data untuk

mengarah ke ciri kepribadian tidak khas.

C. Aksis III

K00-K93 (penyakit sistem pencernaan = GERD)

D. Aksis IV

Masalah pekerjaan dan ekonomi (pasien di PHK)

E. Aksis V

GAF Scale saat ini 60-51. Gejala sedang (moderate), disabilitas

sedang

H. Daftar Masalah

 Organobiologik

Pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga

11
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien
memerlukan farmakoterapi.

 Psikologik

Pada pasien ditemukan adanya masalah psikologi yang diderita pasien

sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

 Sosiologik

Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam pekerjaan.

I. Rencana Terapi

 Psikofarmakoterapi

a. Fluoxetin 20 mg 1 tab/24 jam/oral (pagi)

b. Alprazolam 0,5mg 1 tab/24 jam/oral (malam)

 Psikoterapi

Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang

penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami

cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat

secara teratur.

 Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang

terdekat pasien tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial

sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.

J. Prognosis

 Ad vitam : Bonam

 Ad Functionam : Dubia ad bonam

 Ad sanationam : Dubia ad bonam


o Faktor Pendukung
- Pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh

12
- Kepatuhan minum obat
- Tidak ada riwayat keluarga
- Keluarga mendukung kesembuhan pasien
o Faktor Penghambat
- Tidak menggunakan asuransi kesehatan (pasien masuk
umum)
- Stressor psikososial (pasien tidak bekerja)
K. Diskusi
Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

mempengaruhi jutaan orang dewasa setiap tahunnya. Dalam buku

Synopsis of Psychiatry termasuk dalam kelompok gangguan mood. Pasien

dalam keadaan mood depresi memperlihatkan kehilangan energi dan

minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu

makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk

perubahan aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative

(termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologic yang lain).

Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal,

sosial dan fungsi pekerjaan.1Depresi bisa muncul sebagai bagian dari

gangguan bipolar. Ketika depresi muncul sendiri, hal ini dikenal juga

sebagai depresi unipolar.2 Gangguan mental emosional ini 50% dialami

penduduk usia diatas 60 tahun. Gangguan mental emosional dapat berupa

depresi, cemas, insomnia dan gangguan lainnya.3

Data insidens depresi di Indonesia sangat bervariasi dan berbeda di

masing-masing daerah. Salah satu penelitian menyatakan bahwa angka

depresi pada lansia di Indonesia sebesar 6,5%, sedangkan angka depresi

pada lansia yang menderita suatu penyakit cenderung lebih tinggi, yakni

sekitar 12-24%.4

Menurut PPDGJ III pada pasien depresif harus menunjukkan,

13
A. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) episode

depresif :

a. Afek depresif (sedih, murung, lesu, menangis)

b. Kehilangan minat dan kegembiraan

c. Berkurangnya energi sehingga mudah lelah dan aktivitas

berkurang

B. Gejala Lainnya :

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

C. Gejala Somatik :

a. Kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang

biasanya dapat dinikmati

b. Tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau

peristiwa yang biasanya menyenangkan

c. Bangun pagi lebih awal 2jam atau lebih daripada biasanya.

d. Depresi yang lebih awal pada pagi hari

e. Bukti objektif dari retardasi mental atau agitasi psikomotor

yang nyata

f. Kehilangan nafsu makan secara mencolok

g. Penurunan berat badan (5% atau lebih dari berat badan bulan

sebelumnya)

14
h. Kehilangan libido secara mencolok

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut

diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan

diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala

luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.5

Episode depresif ringan (F32.0) sekurang-kurangnya harus ada 2

dari 3 gejala utama depresi dan ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala

lainnya. Tidak boleh ada gejala berat diantaranya. Hanya sedikit kesulitan

dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.5

Episode depresif sedang (F32.1) sekurang-kurangnya harus ada 2

dari 3 gejala utama depresi seperti episode depresif ringan dan ditambah

sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya. Menghadapi

kesulitan yang nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

urusan rumah tangga.5

Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) semua 3 gejala

utama depresi harus ada dan ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala

lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat. Bila ada

gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,

maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan

banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara

menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan. Jika

gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat

terbatas.5

15
Dari autoanamnesis serta pemeriksaan status mental, didapatkan

pasien
diatas memiliki gejala-gejala episode depresif sedang yaitu memiliki 3

gejala utama (afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan

berkurangnya energi) dan 3 gejala tambahan (konsentrasi berkurang, tidur

terganggu, dan nafsu makan berkurang) diagnosis memenuhi Episode

Depresif Sedang dengan Gejala Somatik (F32.11).

Beberapa skala penilaian objektif yang dapat digunakan dalam praktek

dokter atau untuk dokumentasi keadaan klinik depresi. The Zang Self-

Rating Depression Scale terdiri dari 20 butir skala pelaporan. Skor normal

adalah  34; skor depresi adalah  50. Skala tersebut meliputi indeks

global intensitas gejala depresi pasien, termasuk kecenderungan ekspresi

dari depresi. 1
The Raskin Depression Scale adalah suatu skala nilai klinik yang
mengukur beratnya depresi, yang dilaporkan oleh pasien dan dokter
pengamat, pada 5 poin skala dari tiga dimensi pelaporan verbal,
penampilan, perilaku, dan gejala sekunder. Skala berkisar antara 3 sampai
13; skor normal adalah 3, dan skor depresi adalah 7 atau lebih. 1
The Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah suatu
skala depresi yang terdiri dari 24 item, tiap item berkisar antara 0 sampai 4
atau 0 sampai 76. Dokter mengevaluasi jawaban pasien terhadap
pertanyaan tentang rasa bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur, dan
gejala lain dari depresi, dan penilaian diperoleh dari wawancara klinik. 1
Farmakologi yang diberikan kepada pasien ini adalah fluoxetine dan
lorazepam. Pemberian Obat golongan SSRI seperti fluoxetine merupakan
obat lini pertama untuk episode depresi. Telah dibuktikan lebih dari 70%
kasus episode depresi memberikan respon yang baik terhadap
antidepressan. Antidepressan SSRI memblok transporter dari serotonin
(5HT) sebagai mekanisme utamanya. Pemilihan fluoxetine sebagai terapi
pasien ini adalah karena obat ini kurang menyebabkan antikolinergik, efek
sampingnya lebih ringan dan masa kerja yang paling Panjang (24-96 jam)

16
diantara golongan
SSRI yang lain dan cukup diberikan sekali sehari. Sebagai antidepresan,
efeknya tidak segera. Biasanya butuh waktu 2- 4 minggu baru
menunjukkan efek.6
Alprazolam merupakan obat golongan benzodiazepine potensi tinggi
yang terbukti sangat efektif. Benzodiazepine meningkatkan respons
terhadap GABA. Efek utama dari benzodiazepine adalah menurunkan
ansietas, menurunkan tonus otot dan koordinasi, dan juga menginduksi
tidur dan sedasi. Alprazolam memiliki waktu paruh yang panjang antara 10
-20 jam, sehingga masa kerjanya yang lama. Alprazolam sangat membantu
membantu menangani gangguan tidur dan kecemasan.7
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Penggunaan terapi psikofarmaka saja untuk pengobatan gangguan depresi
pada sejumlah pasien kurang adekuat, sehingga perlu intervensi
psikososial seperti psikoedukasi yang telah meningkatkan perbaikan dalam
pengobatan gangguan depresi. Psikoterapi yang digunakan dapat berupa 1)
Cognitive- Behavior Therapy (CBT) yaitu membatu merubah pola pikiran
negatif dan kebiasaan pasien yang berhubungan dengan gangguan
depresinya dengan mengajarkan bagaimana menghindari kebiasaan yang
berhubungan dengan peyakitnya. Keberhasilan terapi ini dengan
berubahnya pola pikiran negatif pasien, dan 2) Interpersonal Therapy (IPT)
berfokus terhadap hubungan pribadi pasien terhadap orang lain yaitu terapi
mengajarkan cara berinteraksi kepada orang lain dan lebih peduli terhadap
orang lain serta diri sendiri. Pada psikoedukasi pasien diajarkan tentang
bagaimana penyakitnya, cara pengobatannya, tanda dan gejala
kemungkinan kambuh kembali, dan memberitahu pasien pentingnya
pengobatan sebelum penyakit kambuh lagi atau memburuk. 8,9
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun
tahun dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam
fungsi sosial dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab

17
lainnya. Penelitian-penelitan menunjukkan bahwa orang-orang yang
pernah memiliki suatu episode depresi mayor cenderung memiliki episode
tambahan. Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pulih dari depresi dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat
daripada orang-orang yang lebih muda .9

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta : Badan
Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia, 2018.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5th Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.
3. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riskesdas 2013.
4. Zelvi Ninaprilia, Cahyaningsih Fibri. Gangguan Mood Episode Depresi
Sedang. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2015
5. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, DSM-5, ICD-11. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmun
Kedokteran Jiwa FKUnika Amta Jaya, 2019.
6. Ferguson, JM. 2001. SSRI Antidepressant Medications: Adverse Effects and
Tolerability. Primary Care Companion to The Journal of Clinical Psuchiatry,
3(1), pp. 22-27
7. Vildayanti H, Puspitasari MI, Sinuraya RK. Review: Farmakoterapi Gangguan
Anxietas. Farmaka ; Volume 16 Nomor. 2018.
8. Dowrick C, Dunn G, Dalgard OS, Page H, Lehtinen V, Oliver MM, dkk.
Problem Solving Treatment and Group Psychoeducation for Depression:
Multicentre Randomised ControlledTrial. J BMJ. 2000; 321:1-6.
9. Tursi MF, Bares CV, Camacho FR, Tofoli SM, Juruena MF. Effectiveness of
Psychoeducation for Depression: a Systematic Review. J Psychiartic. 2013;
47(11):1019-31.

19

Anda mungkin juga menyukai