Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis
yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu
kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal
dengan istilah metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu
rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi
penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik.
Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung
validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan
instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait
dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen
penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud instrumen penelitian ?
2. Apa saja Alat-Alat Instrumen penelitian?
3. Apakah Pengertian Larutan Pereaksi dan Contohnya ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui dan mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan instrumen
penelitian
2. Agar kita dapat mengetahui Alat Alat Instrumen
3. Untuk mengetahui Pengertian dan Contoh larutan pereaksi.

BAB II

PEMBAHASAN

1
2.1. Intrumen Penelitian
2.1.1. Pengertian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah: Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.
Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun
instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya.
Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi
peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir
instrumennya.

Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian.
Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam
membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada
dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta
empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable / subvariabel / indikator-
indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari
satu instrumen.
3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-
kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada
indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi
pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang
diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi
tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan
aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis
instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih
dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya
2
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus
dibuat peneliti.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya
membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi
dan redaksi/bahasannya.1[1]

2.1.2. Fungsi Instrumen

Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis,
benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. 2[2] Beberapa
jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

a) Tes
Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur
keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
b) Kuesioner
Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
c) Wawancara (Interview)
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap sesuatu.
d) Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung,observasi dapat dilakukan dengan tes,kuesioner,
ragam gambar, dan rekaman suara.Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
e) Skala bertingkat (ratings)
Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar tetapi cukup memberikan informasi tettentu tentang program atau orang.Instrumen ini
dapat dengan mudah memberikan gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam orang
menjalankan tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala,

3
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang harus
ditanyakan harus apa yang diamati responden.
f) Dokumentasi
Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis, didalam melaksanakan metode
dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen
peraturan-peraturan, notulen rapat,dan sebagainya.

2.2.Alat Alat Intrumen Penelitian


2.2.1. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal
tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik.

Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak,
dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :

4
1. Wadah Fase gerak dan Fase gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu
laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung
fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang
secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan
oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel.
Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat
dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar
daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-
partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya
gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan
mengacaukan analisis.

Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi)
atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog
dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk

5
meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran
polaritas yang luas.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah
campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan
dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol.
Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik.

2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat
sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang
umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang
digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan
harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin
proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari
gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa
dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh
ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.6)

3. Tempat penyuntikan sampel


Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang
mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari
tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal.

6
Posisi pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel

4. Kolom dan Fase diam


Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom
merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan
solut/analit.

Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional,
yakni:
 Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat
(10 -100 μl/menit).
 Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika
digabung dengan spektrometer massa.

 Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom
ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.

 Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom
konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.

Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika
yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah
polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).

7
Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti
klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan
gugus-gugus fungsional yang lain.

Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena
mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.
Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika
aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi.
Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan
karena adanya kandungan air yang digunakan.

5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti
detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang
hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor
fluoresensi, dan elektrokimia.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:


1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.
2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang
sangat kecil.

3. Stabil dalam pengopersiannya.

4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita.

5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas
(kisaran dinamis linier).

6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

8
9
2.2.2.. SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan


konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-
Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
– Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
– Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
– Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut
– Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
– Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

10
INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

1. Sumber Cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :

a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang
antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu
1000jam pemakaian.

b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2. Wadah Sampel

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah


sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu
haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani
daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam
instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting
11
bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda
pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument.
Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga
berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya
sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan
berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu
reprodusibel.

2. Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya
tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian
monokromator, yaitu :

a. Prisma

Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan


resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

b. Grating (kisi difraksi)

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan
merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi
dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

12
c. Celah optis

Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari
sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan
melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

d. Filter

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan


merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.

4. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-
angka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada
berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati
kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-
violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang.
Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor
pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang
diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang
melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol,
menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm.
Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan
panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari
pelarut

13
5. Visual display/recorder

Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam
bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

2.2.3.. AAS (ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY)

Suatu instrument dalam ilmu kimia analitik yang digunakan untuk menentukan kadar
suatu unsur dalam senyawa berdasarkan serapan atomnya. Dikembangkan oleh Walsh 1953.
Digunakan untuk analisis senyawa anorganik, atau logam (gol alkali tanah, dan gol unsure
transisi). Spectrum yang diukur di daerah UV-Vis. Syarat utama sampel yang diukur adalah
larutan jernih. Sumber radiasi: HCL (Hollow Cathode Lamp). Membutuhkan bahan pembentuk
nyala api terdiri dari fuel dan oxidant.

Bagian- bagian dari AAS :

1. Sumber sinar
2. Sistem pengatoman (Atomizer)
3. Monokromator
4. Detektor
5. Sistem pembacaan

14
Prinsip Kerja :

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi
energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat
energinya ketingkat eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan
memperoleh garis resonansi yang tepat.

Cara Kerja AAS :

Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :

1. Unit atomisasi
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometrik

Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsure metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperatur
harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna.
Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus
mendisosiasikan senyawa yang dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat
sumber yang kontinyu. Di samping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna
diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromator
mungkin.

Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsure
yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow cathode. Dengan pemberiaan tegangan
pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodenya akan teruapkan
dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang
gelombang tertentu.

15
Pemakaian Analitis AAS :

Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam anlisis. Ini disebabkan diantaranya oleh
kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tdak memerlukan pemisahan
pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua
unsure pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan
unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsure dengan kehadiran unsure lain
dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai
61 logam.

Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang sering digunakan dalam AAS.
Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi suatu unsure dalam larutan air (μg/ ml) yang
mengabsorpsi 1 % dari intensitas radiasi yang datang. Sedangkan batasan deteksi adalah
konsentrasi suatu unsure dalam larutan yang memberikan sinyal setara dengtan 2 kali deviasi
standar dari suatu seri pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati blangko atau sinyal
latar belakang.

2.2.4. Rotary Evaporator

Rotary Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk
memekatkan suatu larutan. Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan
prinsip destilasi (pemisahan). Prinsip utama rotary evaporator yaitu terletak pada penurunan
tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya. Rotary evaporator
memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang
digunakan dalam rotary evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan
menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan kecepatan tertentu.
Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa yang larut dalam
pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan dengan pemanasan dibawah titik
didih pelarut, sehingga senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.

16
Bagian-bagian Alat

a. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses perubahan fasa, dari
fasa gas ke fasa cair.
b. Pompa vakum : berfungsi untuk mengatur tekanan dalam labu, sehingga mempermudah
penguapan sampel.

c. Labu pengumpul pelarut : berfungsi untuk wadah penampung pelarut.

d. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu alas yang berisi
“sampel”.

e. Labu alas bulat sampel :berfungsi untuk wadah penampung sampel.

Cara pemeliharaan
Air yang digunakan di pompa vakum, waterbath, dan pendingin harus menggunakan air
aquades atau aquabides. Air yang digunakan harus diganti secara berkala. Labu pengumpul
pelarut dan labu sampel harus diberi vaseline terlebih dahulu untuk menghindari sulitnya labu
tersebut dibuka dikarenakan terjadi pemuaian kaca labu akibat suhu.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat penggunaan rotary evaporator
 Pada saat pemasangan, pengoperasian juga pelepasan harus secara berurutan. Terutama
saat melepas labu alas bulat. Jika labu alas bulat sulit dilepas, kemungkinan masih tersisa
tekanan pada kondensor, bukalah kran pengatur untuk mengurangi tekanannya.
 Suhu & tekanan. Suhu pada waterbath harus disesuaikan dengan sampel yang akan
digunakan.

 Kemampuan alat pompa vakum.

17
 Selang air serta takanan in dan out.

 Setiap alat punya batas operasi, jadi penggunaannya harus sesingkat dan seoptimal
mungkin intuk menjaga keawetan umur alat tersebut.

 Jika terjadi kejanggalan, segera hubungi pihak laboran atau teknisi. Jika baru pertama kali
menggunakan alat ini, minta bimbingan orang yang lebih berpengalaman.

Aplikasi
Pada industri makanan dan minuman, agar memiliki mutu yang sama pada jangka waktu
yang lama, dibutuhkan evaporasi. Misalnya untuk pengawetan adalah pembuatan susu kental
manis.

2.2.5. Instrumen kimia Gas Chromatography (GC)

Merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa


organik yang dapat diuapkan dalam GC diamana titik uapnya antara 200o C- 350o C. Biasanya
senyawa-senyawa yang memiliki massa molekul relatif kecil. Detektor yang digunakan
dsesuaikan dengan senyawa yang dianalisis.

18
GC biasanya memakai detektor flame ionization detector (FID) atau thermal conductivity
detector (TCD). Sedangkan GC-MS detektornya menggunakan mass spectrometer (spektrometer
massa).
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa
padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair). Umumnya, untuk
kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina
teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang
panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan
disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida
dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam
dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas
pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil)
dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan
keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan
sukses dilakukan dengan teknik ini. Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi
antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif
untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih.
Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan
bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.
Detektor pada GC :
1. Thermal Conductivity Detector (TCD)
2. Flame Ionization Detektor (FID)
3. Thermionic Detector (TD)
4. Electron Capture Detector (ECD)
5. Detektor Fotometri Nyala
6. Detektor Fotoionisasi.
7. Detektor Mass Spectroscopy (MS)
8. Nitrogen Phosphor Detector (NPD)

19
2.2.6. Instrumen Spektrofotometer Infra Merah

Spektrofotometer Infra Merah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengamati dan
mengidentifikasi interaksi molekul-molekul dan komponen-komponen organik dan anorganik
dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1,00 µm
atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1. Aulat ini dapat digunakan untuk mengetahui
suatu gugus fungsional dari suatu senyawa.
Prinsip kerja alat ini yaitu spektrofotometer infra merah digunakan untuk mempelajari
sifat-sifat bahan, dimana struktur zat yang diuji dapat diamati dengan spektrogram panjang
gelombang vs transmittansi yang sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul.
Spektogram dari bahan yang sudah diketahui spektranya.
Spektra di daerah infra merah, terutama di daerah infra merah dapat digunakan terutama
untuk mempelajari sifat-sifat tertentu suatu bahan. Perubahan struktur yang sedikit saja dapat
memberikan perubahan yang dapat diamati pada spektrogram panjang gelombang vs
transmittansi. Perubahan ini sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul.
Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan atas senyawa
yang terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling
terikat oleh pegas seperti tampak pada gambar disamping ini. Jika pegas direntangkan atau
ditekan pada jarak keseimbangan tersebut maka energi potensial dari sistim tersebut akan naik.

20
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang belum diketahui, karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode
ini banyak digunakan karena:

a. cepat dan relatif murah


b. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul.
c. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu dapat
menyajikan sebuah finger print (sidik jari) untuk senyawa tersebut.

Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu :

1. Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.


2. Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan

3. Gerak Vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.

Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang , sinar inframerah dibagi atas tiga daerah
yaitu:

a. Daerah inframerah dekat


b. Daerah inframerah pertengahan
c. Daerah inframerah jauh

Penggunaan dan Aplikasi


Spektroskopi inframerah biasanya digunakan untuk penelitian dan digunakan dalam
industri yang sederhana dengan teknik yang sederhana dan untuk mengontrol kualitas. Alat
spektroskopi inframerah cukup kecil dan mudah dibawa kemana-mana dan kapanpun dapat
digunakan. Dengan meningkatnya teknologi komputer memberikan hasil yang lebih baik.
Spektroskopi inframerah mempunyai ketepatan yang tinggi pada aplikasi kimia organik dan
anorganik. Spektroskopi inframerah juga sukses kegunaannya dalam semikonduktor
mikroelektronik: untuk contoh, spektroskopi inframerah dapat digunakan untu semikonduktor
seperti silikon, gallium arsenida, gallium nitrida, zinc selenida, silikon amorp, silikon nitrida, dan
sebagainya.

2.3.Larutan Pereaksi
21
Pereaksi disingkat P adalah suatu zat yang digunakan sebagai pereaksi atau
sebagai unsur pokok dari larutan, indikator adalah pereaksi yang digunakan untuk menyatakan
titik akhir suatu reaksi kimia, untuk mengukur kadar ion Hidrogen (pH) atau untuk menyatakan
bahwa perubahan pH sudah terjadi. Ini terdapat dalam daftar indikator dan kertas uji. Larutan
dapar seperti yang tertera pada larutan dapar (Dirjen POM, 1995).

Larutan pereaksi disingkat LP adalah larutan dari pereaksi dalam pelarut dan kadar
tertentu yang sesuai untuk penggunaan tertentu. Air jika dalam uji untuk pereaksi atau dalam
petunjuk pembuatan larutan uji dan sebagainya digunakan air tanpa kualifikasi khusus selalu
menggnakan Air Murni seperti yang tertera pada monografi Farmakope Indonesia IV. Seperti
dinyatakan dalam ketentuan umum, daftar pereaksi, indikator dan larutan dalam farmakope tidak
termasuk zat yang mempunyai kegunaan terapi, sehingga di dalam farmakope dinyatakan dengan
pereaksi atau mutu pereaksi (Ditjen POM, 1995).
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsemtrasi
larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar
diperoleh melalui pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif
ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut larutan baku sekunder) setelah
dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan. Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan
setepat mungkin (secara kuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer hatus
memenuhi persyaratan seperti berikut:
· Kemurniannya tinggi (pengotornya tidak melebihi 0,02%)
· Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2; tidak bereaksi dengan udara; tidak mudah menguap;
tidak terurai; mudah dan tidak berubah pada pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki
rumus kimia yang pasti dan akan memudahkan penimbangan
· Memiliki bobot molekul (BM; Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi
· Larutannya bersifat stabil (HAM,2009)
Disamping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder. Larutan ini
kebakuannya (kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer. Jika
suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan dengan benar, larutan ini dapat

22
berfugsi sebagai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi
(HAM,2009).
Larutan pereaksi khusus adalah larutan yang digunakan untuk menguji adanya zat-zat
tertentu. Contohnya pereaksi benedict untuk mengetahui adanya gula reduksi, pereaksi lugol
( Iodium ) untuk mengetahui adanya amilum atau sebaliknya, pereaksi Molish untuk mengetahui
adanya karbohidrat, pereaksi Millon untuk mengetahui adanya protein, dsb.

Berikut adalah beberapa contoh pereaksi khusus :

 Pereaksi Benedict Pereaksi ini digunakan untuk mengetahui adanya gula reduksi seperti
glukosa, fruktosa, maltosa.

Pembuatannya:

1. Larutkan 173 gram Natrium Sitrat dan 100 gram Natrium karbonat dalam 500 ml air
hangat. Aduklah baik-baik kemudian saring. Ambil hasil saringan ( filtrat ), genapkan
sampai 850 ml.

2. Larutkan 17,3 gram Kupri Sulfat dalam 100 ml air dan genapkan sampai 150 ml.

3. Tuangkan larutan karbonat sitrat ke dalam gelas kimia besar lalu tambahkan larutan
kupri sulfat secara hai-hati dan sambil diaduk, kemudian genapkan sampai volume 1 liter.

 Larutan Iodium Larutan ini digunakan untuk mengetahui adanya amilum.

Pembuatannya:

Larutkan 10 gram KI dalam 1 liter air, lalu tambahkan 2,5gram Iodium ( I2 ) dan aduklah
baik-baik. • Pereaksi molish Pereaksi ini digunakan untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Pembuatannya: Larutkan 0,1 gram Alpha Naftol dalam 100 ml etanol 95%

( harus dibuat segar ).

 Pereaksi Milon Pereaksi ini digunakan untuk mengetahui adanya protein.


Pembuatannya:

23
Larutkan 10 gram Merkuri ( Hg ) dalam 20 ml asam Nitrat pekat ( lakukan
di udara terbuka atau kamar asam ). Bila telah larut dan tidak timbul asap coklat
lagi, encerkan dengan 60 ml air. Tuangkan cairan bagian atas dan simpan dalam
botol bertutup gelas. • Pereaksi Seliwanoff Pereaksi ini digunakan untuk
mengetahui adanya gula ketosa. Pembuatannya: Larutkan 0,05 gram Resorcinol
dalam 100 ml HCl encer. HCl encer dibuat dengan jalan mengencerkan satu
bagian HCl pekat dengan tiga bagian air.

 Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida.

Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan
mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang
berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan
larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan.

Uji Fehling

• Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat reduksi.


• Uji positif ditandai dengan warna merah bata
Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah:

Pembuatanya:

24
a. Masukkan 2 mL pereaksi Fehling ke dalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 1 mL larutan glukosa 2% ke dalam tabung reaksi tersebut.
c. Panaskan campuran tersebut pada pembakar spiritus.
d. Ulangi langkah a – c untuk, sukrosa, amilum dan selulosa.
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel
terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil
sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat

 Pereaksi tollens adalah pereaksi yang mengandung perak sebagai ion kompleks yaitu
[Ag(NH3)2]+. Umumnya dalam persamaan reaksi pereaksi tollens ditulis sebagai
Ag2O. Pereaksi tollens dibuat dengan menambahkan NaOH ke dalam perak nitrat
yang membentuk endapan coklat Ag2O. Kemudian endapan dilarutkan dalam larutan
ammonia. Persamaan reaksinya sebagai berikut:

2Ag+ + 2OH- --> Ag2O(s) + H2O


Ag2O(s) + 4NH3 + H2O --> 2[ag(NH3)2]+ + 2OH-

Bila reaksi dilangsungkan dalam bejana kaca, maka endapan perak yang
terbentuk akan melapisi cermin. Oleh sebab itu reaksi ini dikatakan cermin
perak. Reaksi aldehida dengan pereaksi tollen sebagai berikut:
R-CHO + Ag2O --> R-COOH + 2Ag(s)

Prosedur pengujian:
1. Didihkan air kira-kira 100 mL dalam gelas kimia. (Ini sebagai penangas air)
2. Isilah tabung reaksi dengan 2 mL perak nitrat 0,05 M. Tambahkan NaOH 2 M
3. Amati yang terjadi (akan terbentuk endapan coklat)
4. Tambahkan 2 mL larutan NH3 sampai endapannya larut
5. Tambahkan etanal (zat yang diduga mengandung gugus aldehida)
6. Cepat dimasukan ke dalam penangas air
7. Amati yang terjadi, perlahan-lahan membentuk cermin perak di dinding tabung
reaksi
 Pereaksi Molisch biasa digunakan dalam identifikasi zat golongan karbohidrat seperti
amilum, laktosa, glukosa, GOM Arab, galaktosa, dll. Atau bisa juga digunakan untuk
pengujian Muchilago atau identifikasi Muchilago.

25
Dan cara pembuatan Pereaksi Molisch Adalah sebagai berikut :
Cara Yang Pertama :
- Timbang dengan seksama sebanyak 3 ,00 gram Alpha Naphtol lalu larutkan dengan
Etanol hingga menjadi 100 ml larutan.
Cara yang kedua :
- Sama seperti cara yang pertama namun pelarutnya menggunakan Asam Nitrat 0,5 N.

26
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti. Langkah-
langkah dalam penyusunan instrumen penelitian yaitu dengan mengidentifikasikan
variabel-variabel yang diteliti, menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi, mencari
indikator dari setiap dimensi, mendeskripsikan kisi-kisi instrumen, merumuskan item-item
pertanyaan atau pernyataan instrumen, petunjuk pengisian instrumen. Semua instrumen
(baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu Valid dan reliabel. Valid
berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil
pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.

Larutan pereaksi adalah larutan yang digunakan sebagai bahan untuk


berlangsungnya suatu reaksi. Larutan ini tidak memerlukan ketelitian tinggi. Contohnya
larutan asam sulfat ( H2SO4 1 M ) dan larutan natrium hidroksida ( NaOH 1 M ).

Larutan pereaksi khusus adalah larutan yang digunakan untuk menguji adanya
zat-zat tertentu. Contohnya pereaksi benedict untuk mengetahui adanya gula reduksi,
pereaksi lugol ( Iodium ) untuk mengetahui adanya amilum atau sebaliknya, pereaksi
Molish untuk mengetahui adanya karbohidrat, pereaksi Millon untuk mengetahui adanya
protein, dsb.

B. SARAN
Semoga dengan selesainya makalah ini di harapkan agar para pembaca
khususnya Mahasiswa STTIF Bogor dapat mengetahui dan memahami tentang kalimat
baku dan non baku, pembagian kalimat, koherensi kalimat dan dapat mengaplikasinya
dalam kehidupan sehari – hari.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hadjar. 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Penerbit Alfabeta.
Arikunto Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

28

Anda mungkin juga menyukai