Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H


DENGAN POD 3 HISTEREKTOMI TOTAL
SALPINGOOVAREKTOMI BILATERAL e.c KISTA OVARIUM
DI RUANG ALAMANDA-B RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Stase Afiliasi Keperawatan Maternitas

Oleh:
RENA SAPITRI
220112190040

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KISTA OVARIUM

A. DEFINISI
Kista ovarium merupaakan sutu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang paling sering dijumpai
adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat
disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya
kepala ke dalam panggul (Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut Fadhilah (2015), kista
ovarium merupakan kantung yang berisi cairan yang tumbuh pada indung telur (ovarium)
wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau selama wanita mengalami
menstruasi. Pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan tindakan
operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16 minggu) karena dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus,
kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitehlium ovarium dan
dibagi menjadi 2, yaitu (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Kista non Neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron diantaranya
yaitu:
a. Kisa non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam
korteks.
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
molahidatidosa.
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista Neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistadenoma ovarii musinosum, asal kista ini belum pasti mungkin berasal dari
sesuatu yang pertumbuhannya mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistodenoma ovarii serosum, berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal
ovarium).
d. Kista edrometereid, belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid.
e. Kista dermoid, berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

C. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita kista ovarium, yaitu sebagai
berikut (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit (komplikasi
peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan histerektomi.
2. Resiko cidera berhubungan dengan efek samping terkait agen farmasutikal (obat
anastesi).
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post operasi).
4. Resiko infeksi berhubungan dengan post de entry kuman, trauma jaringan (lika
operasi).
5. Defisit perawatan diri.
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
D. INTERVENSI
Perencanaan tindakan keperawatan pada diagnosa yang mungkin muncul pada penderita kista ovarium yaitu sebagai berikut (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013).
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit (komplikasi peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan
histerektomi.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Tekanan darah dalam batas normal sistol a. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah a. Nilai Hb dan Ht yang abnormal dapat
dan diastole terjadinya perdarahan. mengindikasikan adanya
- Tidak ada perdarahan per vagina ketidakseimbangan perfusi jaringan dalam
- Tidak ada distensi abdominal tubuh.
- Hemoglobin dan hematokrit dalam batas b. Kolaborasi dalam pemberian produk darah b. PRC (Packed Red Cell) digunakan untuk
normal. (platelet atau fresh frozen plasma). menangani klien yang mengalami
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, perdarahan hebat sehingga dapat
2013) meningkatkan jumlah darah kembali ke
keadaan normal.
c. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake c. Vitamin K bermanfaat untuk membantu
makanan yang banyak mengandung vitamin proses pembekuan darah.
K.
2. Resiko cidera berhubungan dengan efek samping terkait agen farmasutikal (obat anastesi).
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Klien terbebas dari cidera. a. Sediakan lingkungan yang aman untuk klien. a. Lingkungan yang aman dapat
- Klien mampu menjelaskan cara/metode meminimalisir timbulnya resiko
untuk mencegah cidera. cidera.
- Mampu memodifikasi gaya hidup untuk b. Memasang side rail tempat tidur. b. Side rail tempat tidur yang terpasang
mencegah cidera. dengan tepat dapat mencegah klien
- Mampu mengenali perubahan status terjatuh dari tempat tidur.
kesehatan. c. Menganjurkan keluarga untuk menenami c. Dengan adanya pengawasan dari
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013) klien. keluarga klien, maka klien akan
terawasi dengan baik sehingga resiko
cidera tidak terjadi.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post operasi).
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab a. Lakukan pengkajian nyeri secara a. Untuk mengetahui jenis dan tipe nyeri
nyeri, mampu menggunakan teknik komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, sehingga dapat diberikan intervensi
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor yang tepat.
mencari bantuan). presipitasi.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan b. Observasi reaksi nonverbal dari b. Beberapa orang terkadang menyangkal
menggunakan manajemen nyeri. ketidaknyamanan. adanya rasa nyeri, sehingga
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, memperhatikan tanda-tanda terkait
frekuensi, dan tanda nyeri). dapat membantu perawat
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri mengevaluasi rasa nyeri.
berkurang. c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk c. Membangung kepercayaan dengan
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013) mengetahui pengalaman nyeri klien. klien sehingga komunikasi yang
dilakukan dapat berfokus pada
kesembuhan klien.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologi: teknik d. Dengan meningkatkan konsentrasi
distraksi, teknik relaksasi, dan latihan napas terhadap hal lain dapat membantu klien
dalam. mengurangi rasa sakit. Modifikasi
pernapasan dan rangsangan saraf untuk
mengurangi stres, ketegangan,
kemudian mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi pemberian analgetik. e. NSAIDs bekerja dalam jaringan
peripheral. Beberapa memblokir
sintesis prostaglandins, yang
merangsang nosiseptors. Cara ini
efektif untuk mengatasi rasa sakit yang
ringan hingga sedang.
f. Tingkatkan istirahat. f. Dapat menurunkan nyeri yang
dirasakan klien.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman, trauma jaringan (luka operasi).
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah a. Tangan merupakan salah satu mediator
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah tindakan keperawatan. penyebaran mikroorganisme, sehingga
kebersihan tangan harus tetap terjaga
timbulnya infeksi.
untuk mencegah timbulnya infeksi.
- Jumlah leukosit dalam batas normal. b. Berikan terapi antibiotik bila perlu. b. Antibiotik berfungsi untuk melawan,
- Menunjukkan perilaku hidup sehat. menghancurkan, serta
memperlambat/menekan pertumbuhan
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013)
bakteri yang menginfeksi tubuh.
c. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik c. Monitoring adanya tumor, calor, dolor,
dan lokal. rubor, dan fungsio laesa untuk melihat
adanya infeksi yang terjadi atau tidak.
d. Dorong masukan nutrisi yang cukup. d. Intake nutrisi yang adekuat merupakan
salah satu faktor yang turut ikut
mempercepat dalam proses
penyembuhan luka, dengan
sembuhnya luka maka nyeri akan
teratasi.
5. Defisit perawatan diri.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Mampu untuk melakukan aktivitas a. Pertimbangkan budaya klien ketika a. Terdapat beberapa budaya yang dianut
perawatan fisik dan pribadi secara mandiri mempromosikan aktivitas perawatan diri. atau yang dipantang ketika sedang
atau dengan alat bantu. sakit, sehingga sebelum dilakukannya
- Mampu untuk membersihkan tubuh sendiri perawatan diri maka harus
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu. mempertimbangkan budaya klien
- Mampu untuk mempertahankan kebersihan terlebih dahulu.
dan penampilan yang rapi secara mandiri b. Memantau integritas kulit klien. b. Integritas kulit klien yang tampak
dengan atau tanpa alat bantu. bersih maupun kotor dapat
- Mampu untuk merawat mulut dan gigi secara mengindikasikan perlu atau tidaknya
mandiri dengan atau tanpa alat bantu. perawatan diri dilakukan.
- Mengungkapkan secara verbal kepuasan c. Fasilitasi perawatan diri klien. c. Dengan memfasilitasi perawatan diri
tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral. pada klien, maka defisit perawatan diri
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013) klien dapat teratasi.
d. Berikan bantuan sampai klien sepenuhnya d. Memberikan bantuan terhadap klien
dapat mengasumsikan perawatan diri. dapat memotivasi klien untuk
melakukan perawatan dirinya secara
teratur walaupun sedang dalam
keadaan sakit.
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Klien mampu mengidentifikasi dan a. Gunakan pendekatan yang menenangkan. a. Pendekatan yang menenangkan dapat
mengungkapkan gejala cemas. membuat klien lebih leluasa dalam
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menceritakan kecemasan yang
menunjukkan teknik untuk mengontrol dialaminya.
cemas. b. Identifikasi tingkat kecemasan. b. Dengan mengidentifikasi tingkat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal. kecemasan yang klien alami, dapat
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh membantu perawat untuk menentukan
dan tingkat aktivitas menunjukkan intervensi yang tepat selanjutnya.
berkurangnya kecemasan. c. Dorong klien untuk mengungkapkan c. Dengan mengungkapkan perasaan,
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013) perasaan, ketakutan, persepsi. persepsi, dan ketakutan yang dialami
oleh klien dapat meringankan ansietas
yang dialami oleh klien.
d. Instruksikan klien menggunakan teknik d. Teknik relaksasi dapat merangsang
relaksasi. saraf untuk mengurangi stres,
ketegangan, kemudian mengurangi
rasa sakit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H
DENGAN POD 3 HISTEREKTOMI TOTAL
SALPINGOOVAREKTOMI BILATERAL e.c KISTA OVARIUM
DI RUANG ALAMANDA-B RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien dan Keluarga
Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Usia : 53 tahu
Tanggal lahir : 03 Juni 1966
Alamat : Antapani Kidul
Pendidikan : SMA
Suku : Sunda
Status Pernikahan : Cerai Mati
Diagnosa Medis : Kista Ovarium
Tanggal Masuk RS : 3 November 2019
Tanggal Pengkajian : 8 November 2019
Identitas Keluarga (Penanggung Jawab)
Nama : Ny.H
Usia : 41 tahun
Alamat : Bogor
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Adik ipar klien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di area post operasi.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan nyeri di area post operasi yaitu di area perut bagian bawah (dari
bagian bawah pusar sampai ke bagian atas kemaluan) yang dirasakan menjalar ke
area punggung. Nyeri dirasakan klien seperti disayat-sayat dengan pisau, dengan
skala nyeri 4/10. Klien mengatakan nyeri semakin terasa hebat ketika klien
mencoba untuk duduk dan berdiri.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan pada awalnya sering merasa sakit di bagian perut, namun ketika
diperiksakan ke Dokter hanya didiagnosa penyakit gastritis saja. Kemudian klien
memeriksakan diri ke Dokter yang berbeda dan didiagnosa menderita penyakit batu
empedu serta ada infeksi pada kandungan sehingga klien dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke Poli Kandungan. Setelah dilakukan pemeriksaan USG
ternyata didapatkan hasil bahwa klien menderita penyakit kista ovarium dan
langsung dirujuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin untuk dilakukan operasi.

d. Riwayat Konsumsi Obat-obatan


Klien mengonsumsi obat untuk mengatasi gastritis dan pusing yang dialaminya.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Di dalam silsilah keluarga klien, tidak ada yang mengalami penyakit serupa.

f. Riwayat Obstetri
Klien menarche pada usia 13 tahun, lama klien haid biasanya 7 hari, dengan siklus
28 hari dan 2x ganti pembalut setiap harinya. Klien mengalami haid terkahir pada
tahun 2016. Klien memiliki 2 anak yang dilahirkan secara normal pada tahun 1998
dan 2002.

g. Riwayat Psikososial-spiritual
- Psikologis
Klien menganggap penyakit yang ia alami sekarang itu adalah bagian dari
cobaan hidup yang diberikan Tuhan, dan klien menerimanya dengan lapang
dada.
- Sosial
Klien masih mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti biasanya.
Klien juga mendapat banyak dukungan sosial dari orang-orang di
lingkungannya.
- Spiritual
Klien beragama Islam, dan klien mengatakan tidak ada yang berubah dalam hal
ibadah meskipun ia sekarang sedang sakit.

h. Riwayat ADL (Activity Daily Living)


No. Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Pola Nutrisi
Pola Makan
Frekuensi Makan 3x sehari 3x sehari
Jenis Makanan Nasi, lauk-pauk, sayuran Bubur
Porsi Makan 1 porsi ½ porsi
Alergi Tidak ada Tidak ada
Hambatan Tidak ada Nafsu makan kurang
Pola Minum
Jumlah ± 1000 mL ± 600 – 800 mL
Jenis minuman Air putih Air putih, susu
2. Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi ± 5-6 x/hari ± 4 x/hari
Warna Kuning jernih Kuning agak pekat
Hambatan Tidak ada Nyeri pada saat mobilisasi
BAB
Frekuensi 1x/hari Semenjak dilakukan operasi,
Konsistensi Semi padat klien belum BAB.
Warna Kuning kecoklatan
Hambatan Tidak ada
3. Pola Istirahat Tidur
Pola Tidur Malam
Lama tidur ± 6-8 jam/hari ± 4-6 jam/hari
Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
Hambatan Tidak ada Nyeri di area post operasi
Pola Tidur Siang
Lama tidur ± 1 jam -
Kualitas Nyenyak -
Hambatan Tidak ada Klien tidak bisa tidur siang
dikarenakan banyak orang.
4. Personal Hygiene Klien biasanya mandi Semenjak dilakukannya
2x/hari, keramas 2 hari operasi, klien baru diseka 1x
sekali, gosok gigi 2x/hari, pada hari Kamis. Klien gosok
dan gunting kuku 1-2 gigi sehari sekali, dan belum
minggu sekali. pernah keramas.
5. Aktivitas Klien mampu untuk duduk, Klien mampu untuk duduk,
berdiri, berjalan, beribadah, berdiri, berjalan secara
melakukan personal mandiri.
hygiene, dan melakukan
pekerjaan rumah tangga
secara mandiri.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Penampilan : Klien tampak lemas
b. Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 84x/m
- Respirasi : 20x/m
- Suhu : 36,6⁰C
c. Antopometri
BB : 55 kg
TB : 150 cm
IMT : 24,4 kg/m2 (Pra-Obes)
d. Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi di area kulit kepala, rambut
berwarna hitam, rambut agak tebal dan penyebarannya merata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan di area kepala.
e. Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, penyebaran alis mata merata, konjungtiva anemis
(+/+), sklera berwarna putih (+/+), saat diberi rangsangan cahaya pupil
mengecil, lapang pandang baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan sekitar area mata.
f. Telinga
Inspeksi : Posisi telinga simetris, serumen (-/-), lesi (-).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan sekitar area telinga.
g. Hidung
Inspeksi : Posisi hidung simetris, tidak ada keluaran mucus, pernapasan cuping
hidung (-).
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan sekitar area hidung.
h. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering berwarna merah kehitaman. Warna gigi putih
kekuningan, lidah klien tampak sedikit berwarna keputihan. Stomatitis
(-), karies (-).
i. Leher
Inspeksi : Posisi leher simetris terhadap dua bahu. Lesi (-). Jejas (-).
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran KGB.
j. Thorak
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris. Tidak ada retraksi
dinding dada, respirasi reguler. Klien tampak sesekali batuk, klien
mengatakan sudah mengalami batuk pilek selama 2 hari.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi: Suara napas vesikuler.
k. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, terdapat luka post operasi di abdomen bagian bawah (dari
bagian bawah pusar sampai ke bagian atas kemaluan) kira-kira
sepanjang 12 cm. Luka tampak kemerahan serta area sekitar luka tampak
kehijauan. Luka tampak masih basah terlihat dari adanya keluaran darah
pada jahitan luka.
Palpasi : Nyeri tekan (+), skala nyeri 4/10. Area sekitar luka teraba hangat.
Auskultasi: Bising usus (+).
l. Genetalia
Inspeksi : Rambut pubis ada, tidak ada pembengkakan vagina, tidak ada
perdarahan ataupun keluaran yang lain pervaginam, area genital tampak
bersih, folley kateter sudah dilepas.
m. Ekstremitas
Inspeksi : Kulit pada ekstremitas atas dan bawah tampak kering, jari-jari dapat
digerakkan, pada ekstremitas bawah lutut dapat ditekuk, refleks patella
baik.
Palpasi : Oedema (-), Varises (-).
Kekuatan otot :
5 5
5 5

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
Hematologi 14 Parameter
Hemoglobin 14,7 g/dL 12,3 – 15,3 Normal
Hematokrit 42,9 % 36,0 – 45,0 Normal
Eritrosit 5,17 Juta/µL 4,2 – 5,5 Normal
Leukosit 16,10 103/µL 4,50 – 11,0 Tinggi
Trombosit 263 ribu/µL 150-450 Normal
5. Terapi
Nama Obat Dosis Fungsi Farmakodinamik dan
Farmakokinetik
Asam 3x1 (500 Merupakan salah satu Obat ini menghambat COX-1 dan
Mefenamat mg) jenis NSAIDS yang COX-2 meenghambat
per oral dapat mengurangi pembentukan prostaglandin.
rasa sakit pada tingkat Asam mefenamat diabsorpsi
ringan sampai pertama kali dari lambung dan
sedang. usus selanjutnya dibawa oleh
darah untuk menuju tempat
kerjanya. Obat ini terikat pada
protein serta diekskresikan
melalui urin dan feses.
Omeprazole 2x1 (20 mg) Golongan obat maag Omeprazole masuk ke dalam
per oral jenis PPIs (Proton dalam bentuk tidak aktif kemudian
Pump Inhibitors) atau akan diaktifkan melalui proses
penghambat pompa protonasi dalam suasana asam di
proton yang berfungsi lambung, selanjutnya secara
untuk meringankan ireversibel berikatan dengan
gejala sakit maag dan H+/K+-ATPase dalam sel parietal
heartburn yang lambung, sehingga akan
ditiimbulkan oleh mengaktifkan sistein pada pompa
penyakit asam asam di lambung sehingga terjadi
lambung. sekresi asam lambung baik basal
maupun terstimulasi. Omeprazole
diabsorpsi di usus halus sekitar 3-
6 jam. Berikatan dengan protein
sebesar 90-95%, kemudian
diekskresikan 77% melalui urin
dan 16-19% melalui feses.
II. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: - Klien mengatakan nyeri Kista ovarium Nyeri akut
di area post operasi (area ↓
perut bagian bawah) Histerektomi
yang dirasakan menjalar ↓
ke area punggung. Luka operasi
- Klien mengatakan nyeri ↓
seperti disayat-sayat Diskontinuitas jaringan
dengan pisau. ↓
- Nyeri semakin terasa Kerusakan integritas kulit
hebat ketika mencoba ↓
untuk duduk dan berdiri. Merangsang serabut syaraf
- Skala nyeri 4/10. nyeri bebas
DO: - Terdapat luka post ↓
operasi di area abdomen Merangsang pengeluaran
bawah dengan jahitan histamin dan prostaglandin
kira-kira sepanjang 12 ↓
cm. Medulla spinalis
- Luka tampak kemerahan ↓
serta area sekitarnya Cortex cerebri
tampak kehijauan. ↓
- Terdapat keluaran darah Nyeri dipersepsikan
pada jahitan luka.
2. DS: - Klien mengatakan area Kista ovarium Resiko Infeksi
luka terasa hangat. ↓
DO: - Luka tampak kemerahan. Histerektomi
- Tampak keluaran darah ↓
pada jahitan luka. Luka operasi
- Area sekitar luka tampak ↓
kehijauan. Diskontinuitas jaringan
- Area sekitar luka teraba ↓
hangat. Port de entry
- Jumlah leukosit 16,10 ↓
103/ µL. Resiko infeksi

III. DIAGNOSA KEPERWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post operasi), ditandai
dengan:
DS:
- Klien mengatakan nyeri di area post operasi (area perut bagian bawah) yang
dirasakan menjalar ke area punggung.
- Klien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat dengan pisau.
- Nyeri semakin terasa hebat ketika mencoba untuk duduk dan berdiri.
- Skala nyeri 4/10.
DO:
- Terdapat luka post operasi di area abdomen bawah dengan jahitan kira-kira
sepanjang 12 cm.
- Luka tampak kemerahan serta area sekitarnya tampak kehijauan.
- Terdapat keluaran darah pada jahitan luka.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman (luka post operasi),
ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan area luka terasa hangat.
DO:
- Luka tampak kemerahan.
- Tampak keluaran darah pada jahitan luka.
- Area sekitar luka tampak kehijauan.
- Area sekitar luka teraba hangat.
- Jumlah leukosit 16,10 103/ µL.
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. H Ruangan : Alamanda B
No.Medrek : 0001795370 Nama Mahasiswa : Rena Sapitri
No. DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan perawatan luka. a. Perawatan luka yang dilakukan
agen cidera fisik (luka post keperawatan selama 2x24 jam, dengan tepat dapat mempercepat
operasi), ditandai dengan: nyeri dapat berkurang dengan proses penyembuhan luka sehingga
DS: kriteria hasil: nyeri berangsur berkurang.
- Klien mengatakan nyeri di area - Klien mampu mengontrol nyeri b. Kolaborasi pemberian obat b. NSAIDs bekerja dalam jaringan
post operasi (area perut bagian (mampu menggunakan teknik analgetik. peripheral. Beberapa memblokir
bawah) yang dirasakan nonfarmakologi untuk sintesis prostaglandins, yang
menjalar ke area punggung. mengurangi nyeri). merangsang nosiseptors. Cara ini
- Klien mengatakan nyeri seperti - Klien menyatakan rasa nyaman efektif untuk mengatasi rasa sakit
disayat-sayat dengan pisau. ketika nyeri berkurang. yang ringan hingga sedang.
- Nyeri semakin terasa hebat - TTV dalam batas normal. c. Tingkatkan intake nutrisi yang c. Intake nutrisi yang adekuat
ketika mencoba untuk duduk adekuat. merupakan salah satu faktor yang
dan berdiri. turut ikut mempercepat dalam
- Skala nyeri 4/10. proses penyembuhan luka, dengan
DO: sembuhnya luka maka nyeri akan
- Terdapat luka post operasi di teratasi.
area abdomen bawah dengan d. Ajarkan penggunaan teknik d. Dengan meningkatkan konsentrasi
jahitan kira-kira sepanjang 12 nonfarmakologi: teknik distraksi, terhadap hal lain dapat membantu
cm. teknik relaksasi, latihan napas klien mengurangi rasa sakit.
- Luka tampak kemerahan serta dalam, dan terapi musik. Modifikasi pernapasan dan
area sekitarnya tampak rangsangan saraf untuk mengurangi
kehijauan.
- Terdapat keluaran darah pada stres, ketegangan, kemudian
jahitan luka. mengurangi rasa sakit.
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Cuci tangan setiap sebelum dan a. Tangan merupakan salah satu
dengan port de entry kuman (luka keperawatan selama 1x24 jam sesudah tindakan keperawatan. mediator penyebaran
infeksi tidak terjadi dengan mikroorganisme, sehingga
post operasi), ditandai dengan:
kriteria hasil: kebersihan tangan harus tetap
DS: - Klien bebas dari tanda dan terjaga untuk mencegah timbulnya
- Klien mengatakan area luka gejala infeksi. infeksi.
terasa hangat. - Klien menunjukkan b. Monitor tanda dan gejala infeksi b. Monitoring adanya tumor, calor,
DO: kemampuan untuk mencegah sistemik dan lokal. dolor, rubor, dan fungsio laesa
- Luka tampak kemerahan. timbulnya infeksi. untuk melihat adanya infeksi yang
- Tampak keluaran darah pada terjadi atau tidak.
jahitan luka. c. Kolaborasi pemberian antibiotik. c. Antibiotik berfungsi untuk
- Area sekitar luka tampak melawan, menghancurkan, serta
kehijauan. memperlambat/menekan
- Area sekitar luka teraba hangat. pertumbuhan bakteri yang
- Jumlah leukosit 16,10 103/ µL. menginfeksi tubuh.
d. Lakukan perawatan luka. d. Perawatan luka yang dilakukan
dengan tepat dapat mempercepat
proses penyembuhan luka sehingga
nyeri berangsur berkurang.
e. Monitor jumlah Leukosit. e. Jumlah Leukosit yang tinggi
menandakan adanya virus, bakteri,
dan parasit. Leukosit mampu
menghasilkan antibodi sebagai
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. H Ruangan : Alamanda B
No.Medrek : 0001795370 Nama Mahasiswa : Rena Sapitri
NO. WAKTU IMPLEMENTASI RESPON
DX
I Jumat, 8 1. Mengajarkan teknik nonfarmakologi 1. Klien mengatakan nyeri masih
Nov 19 untuk mengatasi nyeri: teknik sedikit terasa.
08.00 distraksi, teknik relaksasi, dan latihan
napas dalam.
I,II 09.15 2. Melakukan perawatan luka. 2. Selama proses perawatan luka,
klien tampak sesekali
menunjukkan ekspresi meringis
kesakitan.
II 09.25 3. Mengkaji tanda dan gejala infeksi. 3. Luka masih tampak basah dan
mengeluarkan darah, serta area
sekitar luka tampak kemerahan
dan kehijauan. Area luka juga
teraba hangat.
I 09.30 4. Kolaborasi memberikan obat 4. Klien tampak meminum obat
analgetik: Asam mefenamat 500 mg tanpa ada keluhan maupun
per oral. hambatan.
I 10.00 5. Memberikan pendidikan kesehatan 5. Klien tampak antusias bertanya
mengenai nutrisi untuk mempercepat mengenai jenis makanan apa saja
proses penyembuhan luka. yang dapat membantu
mempercepat proses
penyembuhan luka.

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Klien : Ny. H Ruangan : Alamanda B
No.Medrek : 0001795370 Nama Mahasiswa : Rena Sapitri
NO. WAKTU SOAP PARAF
DX
I Jumat, 8 Nov 19 S: Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang Rena Sapitri
13.00 dari sewaktu pagi hari, namun tetap
dirasakan menjalar ke punggung.
O: Klien tampak berjalan-jalan ke luar ruangan
secara mandiri.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
II Jumat, 8 Nov 19 S: Klien mengatakan area sekitar luka masih Rena Sapitri
13.20 terasa hangat.
O: Luka post operasi telah dibersihkan dan
dibalut dengan kassa kering.
A: Infeksi tidak terjadi.
P: Masalah teratasi.
REFERENSI

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). Yogyakarta: Mocomedia.
Fadhilah, E. (2015). Karakteristik wanita penderita kista ovarium di rumah sakit Vita Insani
Pematang Siantar Tahun 2011-2013.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan. Mocomedia: Yogyakarta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai