Anda di halaman 1dari 24

ADARO

Sekilas mengenai Adaro


Menciptakan Energi Positif dari Batubara Indonesia
Selamat datang di laman PT Adaro Energy Tbk (Adaro). Adaro adalah kelompok perusahaan
energi di Indonesia yang berfokus pada bisnis pertambangan batubara yang terintegrasi melalui
anak-anak perusahaan. Lokasi operasional Adaro yang utama terletak di provinsi Kalimantan
Selatan, dimana anak perusahaannya, PT Adaro Indonesia, mengoperasikan tambang batubara
tunggal terbesar di bumi bagian selatan. Adaro beroperasi di bawah di bawah naungan PKP2B
(Perjanjian Karya Pengusaha Batubara) generasi pertama yang berlaku sampai tahun 2022.

Batubara dan Konsumen Adaro


Dari tiga lokasi penambangan di provinsi Kalimantan Selatan, Adaro memproduksi salah satu batubara
terbersih di dunia yang dikenal dengan nama Envirocoal. Batubara ini merupakan batubara jenis
subbituminus dengan nilai kalori sedang dan kandungan sulfur, abu dan NO x yang sangat rendah.
Adaro dapat berbangga dengan catatan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sejarah
penambangannya di Kalimantan yang telah berjalan lebih dari dua dekade. Pada tahun 2014, kami
mengirimkan 56,2 juta ton batubara, dan pada tahun 2015 Adaro berencana untuk menambang batubara
dengan skala produksi 56-58 juta ton.
Sebagian besar batubara Adaro dijual kepada perusahaan pembangkit listrik, dan secara rata-rata, 25%
penjualan batubara Adaro adalah untuk konsumen domestik di Indonesia dan 75% untuk konsumen luar
negeri yang sebagian besar berada di wilayah Asia.
Dalam lima tahun terakhir ini, Adaro telah mengakuisisi kepemilikan atas lima properti batubara di
Sumatera dan Kalimantan, yang saat ini tengah dipersiapkan untuk penambangan dan akan
memproduksi batubara dengan kualitas ramah lingkungan yang serupa dengan Envirocoal.
Dengan adanya konsesi-konsesi baru tersebut serta tambang utamanya yang berada di Tabalong, Adaro
sebagai kontraktor pemerintah Indonesia memiliki kendali atau opsi terhadap 12.8 miliar ton sumber daya
batubara termal (berdasarkan kajian JORC). Dari sumber daya tersebut, 1,1 miliar ton batubaranya
merupakan cadangan terbukti menurut JORC.

Struktur Perusahaan
Adaro Energy didirikan pada tahun 2004 sebagai perseroan terbatas dengan nama PT Padang Karunia.
Pada bulan April 2008, nama perusahaan berubah menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk
menjadi perusahaan publik dalam penawaran perdana yang dilakukan dengan hasil yang memuaskan
pada bulan Juli di tahun yang sama.
Adaro merupakan perusahaan grup yang terintegrasi secara vertikal. Selain anak perusahaan
pertambangan utamanya yang bernama PT Adaro Indonesia, Adaro juga memiliki anak-anak perusahaan
lainnya yang beroperasi di sepanjang rantai pasokan batubara mulai dari tambang ke pelabuhan dan
berlanjut ke pembangkit listrik, yang meliputi penambangan, tongkang, pemuatan kapal, pengerukan,
jasa pelabuhan, pemasaran dan ketenagalistrikan.
Anak-anak perusahaan Adaro bersama dengan para kontraktor memproduksi batubaranya dengan
tingkat efisiensi yang tertinggi di sektornya dan biaya yang rendah.

Strategi Adaro
Salah satu karakteristik Adaro yang unik adalah kondisi dimana perusahaan ini tidak dimiliki atau
dikendalikan oleh satu keluarga saja, melainkan oleh satu kelompok yang terdiri dari lima keluarga yang
sangat terkemuka di Indonesia, yaitu Edwin Soeryadjaya, Theodore Permani Rachmat, Garibaldi Thohir,
Ir. Subianto dan Sandiaga S. Uno, yang secara keseluruhan memegang kepemilikan atas sekitar 65%
dari total saham Adaro, dimana tidak ada satu pun dari mereka yang memegang kendali utama.
Karena masing-masing pihak beroperasi secara individual, secara alami tercipta suatu sistem checks and
balances yang menjamin supaya semua keputusan diambil dengan pertimbangan yang matang demi
kepentingan Adaro Energy dan penciptaan nilai jangka panjang.
Adaro Energy beroperasi dengan visi untuk menjadi perusahaan energi dan tambang batubara terbesar
dan terefisien di Asia Tenggara. Perusahaan menjalankan strategi untuk berfokus pada produksi
batubara yang tumbuh secara organik, meningkatkan efisiensi dan pengendalian biaya dan
mengembangkan dan melanjutkan integrasi divisi ketenagalistrikan.
Laman ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana dan mengapa Adaro menjadi perusahaan yang
istimewa dan merupakan prospek yang sangat baik bagi para investor.

Makna dari Energi yang Positif


Setiap kali kami mengirim Envirocoal, batubara termal paling bersih yang ada di pasar ekspor, kepada para
konsumen secara tepat waktu dan sesuai pesanan, kami mengobarkan energi positif. Dalam pekerjaan yang
dilakukan setiap karyawan kami, dalam perilaku kami, dalam dampak yang kami bawa kepada orang-orang di
sekitar kami, dan dalam kontribusi yang kami persembahkan kepada masyarakat, kami mengobarkan energi
positif.
Seiring langkah kami beralih dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui menuju sumber daya yang dapat
diperbaharui, seiring upaya kami menciptakan nilai maksimum yang berkelanjutan dari batubara Indonesia,
kami mengobarkan energi positif.

Kami berbeda dari yang lain dalam hal apa yang kami produksi dan bagaimana kami bertindak. Kami
melakukan lebih dari sekedar membangun perusahaan batubara dan energi yang sangat besar.Kami
mengobarkan energi positif.

Baca lebih lanjut Tentang Adaro

Produk Batubara yang Lebih Bersih


Envirocoal: Salah Satu Batubara Terbersih di Dunia
Produk batubara Adaro adalah jenis sub-bituminus dengan tingkat energi sedang, yang
merupakan salah satu bahan bakar fosil terbersih di dunia berkat kandungan sulfur, abu dan
nitrogennya yang sangat rendah.
Merek dagang batubara ini telah dikenal di pasar global dengan nama Envirocoal. Itu ditambang di
Kalimantan Selatan oleo Adaro Indonesia, aset pertambangan Adaro Energy yang utama. It was joined in
the market in 2014 by the similarly low-pollutant Balangan Coal, mined from a greenfield coal deposit
11km southeast of Adaro Indonesia’s concession in the Balangan district of South Kalimantan.

Envirocoal
Envirocoal telah banyak digunakan sejak tahun 1992 di Eropa, Asia, Amerika serta pasar domestik di
Indonesia (lihat basis konsumen di sini) oleh pembangkit listrik, pabrik semen, dan sektor industri yang
dinaungi oleh peraturan lingkungan yang ketat, atau untuk dicampur dengan batubara yang lebih umum
dengan kandungan sulfur dan abu yang tinggi. Hasil pencampuran ini secara konsisten menunjukkan
penurunan yang signifikan terhadap dampak lingkungan jika dibandingkan dengan menggunakan
batubara biasa.
Karena kualitasnya yang langka, Envirocoal juga memberikan manfaat ekonomis dan teknis yang sangat
tinggi melalui penghematan biaya operasional dan perawatan dan pembakaran, dan peningkatan pada
penanganan abu dan efisiensi pembuangan abu, yang menjadikan Envirocoal sebagai bahan bakar
padat dengan biaya yang efektif dan paling ramah lingkungan.
Permintaan Envirocoal yang kokoh dan terus meningkat – Adaro berencana untuk memproduksi 56-58
juta ton bagi konsumsi domestik dan ekspor pada 2015 – hal ini menunjukan bahwa Envirocoal dapat
bersaing dengan batubara berkalori lebih tinggi berdasarkan energi per-unit yang dihasilkan.
Kandungan abu Envirocoal yang rendah dapat diartikan sebagai biaya pemeliharaan yang lebih rendah
untuk pulveriser, pipa batubara, tabung boiler dan peralatan lainnya di sepanjang jalur batubara.
Envirocoal juga memungkinkan produsen listrik untuk memenuhi peraturan lingkungan tanpa keharusan
untuk memiliki mesin desulfurisasi gas buang (flue gas desulphurization – FGD), sehingga dapat
mengurangi kebutuhan modal dan biaya operasional secara signifikan.
Anak perusahaan Adaro yang utama – PT Adaro Indonesia – telah memproduksi Envirocoal dari tiga
tambang di wilayah konsesi di kabupaten Tabalong, provinsi Kalimantan Selatan selama 22 tahun.
Adaro umumnya menjual dua jenis Envirocoal, yang dinamakan berdasarkan nilai kalori rata-ratanya:
E5000, dari tambang Tutupan dan Paringin, dan E4000, dari tambang Wara. Untuk memberikan pilihan
yang lebih beragam bagi para konsumen, Adaro memperkenalkan E4900 di kuartal keempat tahun 2013.

Produk Batubara yang Lain


Pada tahun 2013, Adaro mengakusisi tiga perusahaan – PT Semesta Centramas (SCM), PT Laskar
Semesta Alam (LSA) dan PT Paramitha Cipta Sarana (PCS) — yang memiliki tiga Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang meliputi area seluas 7.500 ha di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.
Sebuah konsesi yang terletak di lokasi strategis 11 kilometer arah tenggara dari konsesi PT Adaro
Indonesia di Tabalong.
Tambang ini merupakan bagian dari cekungan geologi yang sama dengan lokasi operasional Adaro di PT
Adaro Indonesia, dan juga dengan karakteristik batubara yang sama dengan Envirocoal (kandungan
sulfur dan abu yang rendah), namun dengan nilai kalori yang sedikit lebih tinggi dari E4000 yaitu 4.436
kcal/kg.
Batubara Adaro yang baru, Ultima, akan diproduksi oleh anak perusahaannya yaitu PT Mustika Indah
Permai, dari lokasi tambang di Sumatera Selatan yang diakusisi belum lama ini. Batubara ini juga
berkarakteristik polutan yang rendah – kandungan sulfur dan abu yang relatif rendah – namun nilai
kalorinya sedikit lebih tinggi daripada Envirocoal E4000, dengan nilai kalori 4.281 kkal/kg (gar).
Sementara itu, PT Bhakti Energi Persada (BEP) yang juga merupakan salah satu anak perusahaan
Adaro, saat ini sedang mempersiapkan kegiatan penambangan di konsesi yang baru diakusisi di
Kalimantan Timur. Batubara yang akan diproduksi di sini, yang dipasarkan dengan nama Wahau,
berkarakteristik energi rendah, dengan nilai kalori 3.500 kkal/kg, namun kandungan sulfur dan abunya
juga rendah. BEP akan dapat memanfaatkan keahlian Adaro yang mapan dalam mengembangkan pasar
global untuk batubara peringkat rendah yang ramah lingkungan.

Struktur Perusahaan
Sukses Tercipta dari Model Bisnis yang Kokoh
Kekuatan Adaro Energy terletak pada model bisnis yang kokoh: rantai pasokan batubara yang
terintegrasi vertikal “dari tambang ke pelabuhan ke ketenagalistrikan”, dengan adanya anak-anak
usaha yang menjalankan bisnis di hampir seluruh aspek operasinya.
Adaro Energy saat ini memiliki hampir 30 anak usaha yang beroperasi, dalam naungan enam divisi dari
titik awal sampai titik akhir rantai pasokan yang terintegrasi secara vertikal: Aset Pertambangan, Jasa
Pertambangan, Logistik, Perdagangan, Ketenagalistrikan dan Manajemen Aset Lahan.
Sekitar setengah dari anak-anak usaha ini merupakan entitas yang menghasilkan pendapatan
(sementara yang lainnya masih dalam fase pengembangan atau eksplorasi) di berbagai bagian rantai
pasokan batubara, dimana anak-anak usaha tersebut beroperasi berdampingan dan bersaing, dengan
skala-skala persaingan yang berbeda, dengan kontraktor yang dipekerjakan Adaro.
Dengan memiliki setidaknya satu anak usaha yang beroperasi di masing-masing segmen dalam rantai
pasokan batubara, Adaro memiliki kendali yang besar terhadap rantai pasokan, sehingga dapat
meminimalkan biaya, meningkatkan keandalan, dan meningkatkan efisiensi operasional.
Pada kondisi harga batubara yang sulit ini, kami akan terus berfokus untuk menjaga modal, efisiensi
biaya dan mengurangi utang. Kondisi yang sulit ini akan terus mendorong kami untuk mengembangkan
bisnis-bisnis non pertambangan batubara, dan untuk meningkatkan kontribusinya terhadap Adaro, untuk
melancarkan pendapatan dan pengembalian dan mengofset penurunan yang tak dapat dikendalikan
pada siklus harga batubara.
Kami ingin memiliki bisnis yang mendapatkan kontribusi yang besar dari bisnis ketenagalistrikan dan
bisnis-bisnis non pertambangan batubara lainnya. Kami akan memiliki tiga motor pertumbuhan:
pertambangan batubara, logistik dan jasa pertambangan, dan ketenagalistrikan.

Integrasi yang Vertikal


Integrasi Adaro yang vertikal berfokus pada PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara) yang telah lama dibuat, yang dimiliki dan dijalankan oleh PT Adaro Indonesia, anak usaha
Adaro yang bernaung di bawah unit Aset Pertambangan. Operasi pertambangan Adaro Indonesia di
propinsi Kalimantan Selatan ini sejak dulu meliputi sebagian besar dari pendapatan Adaro (91% pada
tahun 2014).
Di lokasi tambang PKP2B ini, Adaro Indonesia dan beberapa anak usaha yang berada di dalam unit Jasa
Pertambangan beserta kontraktor pihak ketiga menangani operasi dari aktivitas penambangan dan
pemindahan lapisan penutup sampai pembangunan dan pengoperasian sistem konveyor, jalan angkutan
dan terminal sungai untuk pemuatan tongkang.
Setelah batubara ditambang dan dipindahkan ke tongkang, anak-anak usaha yang bergerak di bidang
Jasa Logistik menangani kegiatan transportasi, menjalankan aktivitas logistik sungai dan laut di
Kalimantan Selatan dan membawa batubara ke pelabuhan lepas pantai untuk selanjutnya dilakukan
transshipment atau ke terminal penyimpanan yang ada di wilayah pesisir.
Bagian akhir dari integrasi vertikal Adaro adalah sektor ketenagalistrikan. Dengan tujuan untuk
mengobarkan energi positif supaya dapat membantu pertumbuhan Indonesia, Adaro Power akan
berpartisipasi di berbagai proyek pembangkit listrik dan menjadi kontributor utama bagi sektor
ketenagalistrikan nasional, dengan memanfaatkan batubara yang diproduksi dari konsesi Adaro sendiri.
Divisi Ketenagalistrikan diharapkan akan memainkan peranan penting dalam upaya perusahaan untuk
mengejar pertumbuhan tanpa mengambil risiko yang tidak perlu.
Adaro bermaksud untuk mereplika model bisnis yang terintegrasi vertikal ini pada proyek-proyek akuisisi
yang telah dilakukan di wilayah-wilayah lain di Indonesia (yang meliputi hampir seluruh anak usaha yang
masih berada dalam fase pengembangan).
Anak-anak usaha Adaro juga diposisikan sebagai pusat laba yang independen, dan bilamana dianggap
dapat menciptakan nilai pemegang saham, anak-anak usaha ini dapat dijadikan perusahaan terbuka
melalui mekanisme penawaran perdana di bursa.
See the flowchart above for a detailed explanation of Adaro Energy’s subsidiary structure.

Keuntungan dari integrasi vertikal


Karena model bisnis kami memberikan kami control lebih baik atas biaya dan resiko, kami dapat memberikan
reliabilitas lebih baik atas pasokan batubara kepada konsumen kami dengan cara mengurangi resiko
counterparty dan kemungkinan gangguan pada operasi dan rencana ekspansi kami. Ini pada akhirnya
meningkatkan daya jual batubara kami.
Memiliki control lebih baik atas biaya-biaya kami juga berarti kami berada pada bagian bawah global cost
curve. Selain itu, berlokasi di Indonesia merupakan keunggulan strategis karena membuat kami lebih dekat
dengan ekonomi-ekonomi berkembang di wilayah Asia Tenggara, India dan Cina.

Ini memperbolehkan kami untuk memasok batubara kepada pasar utama kami di Asia dengan freight rate lebih
rendah dibandingkan dengan penambang batubara di negara lain seperti Australia dan Afrika Selatan. Pada
akhir tahun 2014, coal cash cost kami (tidak termasuk royalties) adalah US$33.03, lebih rendah dari US$34.86
pada tahun 2013.

Identitas Perusahaan PT Adaro Energy


Nama Perusahaan PT Adaro Energy Tbk
Tanggal Pendirian 28 Juli 2004
Lini Usaha Tambang Batubara yang terintegrasi melalui anak perusahaan
Modal Dasar Rp. 8.000 miliar
Modal Saham Ditempatkan dan Disetor Penuh Rp. 3.198,60 Miliar
Kepemilikan PT Adaro Strategic Investments 43,91%; Garibaldi Thohir 6,18%; Pemegang saham utama
lainnya 14,68%; Publik 35,23%
Kantor Pusat Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta 12950, Indonesia.
Bursa Saham Saham PT adaro Energy Tbk (Kode saham ADRO) terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI)
Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana & Rekan (a member of PricewaterhouseCoopers global network).
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. X-7 No.6, Jakarta 12940, Indonesia.
Biro Administrasi Efek PT Ficomindo Buana Registrar.
Mayapada Tower 10th Floor, Suite 2b, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 28, Jakarta 12920, Indonesia

Pada umumnya penambangan batubara di Kalimantan Selatan dilakukan dengan teknik penambangan
terbuka (open pit), yaitu dengan membuka lahan (land clearing), mengupas tanah pucuk (stripping top
soil), mengupas dan menimbun tanah penutup (over burden stripping), serta membersihkan dan
menambang batubara. Sehingga dengan teknik ini, telah menyebabkan kerusakan kondisi fisik, kimia,
dan biologis tanah tambang. lahan bekas tambang termasuk kedalam jenis lahan kritis, yaitu suatu lahan
yang tidak produktif ditinjau dari penggunaan pertanian. Oleh karena itu kegiatan perbaikan pasca
penambangan batubara mutlak diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan tersebut.

1. 1. KELOMPOK 1 Dampak Lingkungan akibat Lahan Penambangan Batu Bara di daerah


Kalimantan Selatan NEXT
2. 2. - Heru Nur Solih - Lia Novita Pratiwi - Dinda Khaerunnisa - Farhan Luqmanul Hakim Disusun
oleh : - Anisa Ramadhanti - Arvina Lutfiana
3. 3. BAB I PENDAHULUAN BAB III METODOLOGI BAB V PENUTUP BAB II KAJIAN TEORITIK BAB IV
PEMBAHASAN LAMPIRAN MAIN MENU
4. 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil
tambang batu bara terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di
Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri
semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun
pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik,
menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan terhadap lingkungan. Walaupun sekarang
tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa
mengganggu stabilitas ekosistem. Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk
mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata.
Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga. Setiap kegiatan penambangan baik itu
penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif
dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa
negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif
dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi,
ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land
subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangkut berat.
5. 5. Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka
perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar
dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk
bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai
mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan
tamparannya terhadap industri penambangan kita. Sementara itu, harus diketahui pula bahwa
pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah
satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut. mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang
berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan
habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana dampak lahan penambangan batubara yang terbengkalai
terhadap lingkungan? 2. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak lahan
pertambangan terhadap lingkungan ? 3.Apa solusi terhadap penambangan batu bara yang
berlebih di daerah Kalimantan Selatan ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dampak lahan
penambangan batubara yang terbengkalai terhadap lingkungan. 2. Mengetahui usaha-usaha
yang dapat mengurangi dampak lahan pertambangan yang terbengkalai 3. Mengetahui solusi-
solusi bagi penambangan batu bara. MAIN MENU
6. 6. BAB II KAJIAN TEORITIK Pengertian Batu Bara Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil.
Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Jenis Batu Bara Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol
oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. A. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi,
dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon
(C) dengan kadar air kurang dari 8%. B. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan
berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia. C.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber
panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. D. Lignit atau batu bara coklat
adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. E. Gambut,
berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
7. 7. Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah
pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni: • Tahap
Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. • Tahap Malihan atau Geokimia,
meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit. MAIN MENU
8. 8. BAB III METODOLOGI Dalam melakukan penelitian ini faktor metodologi memegang peranan
penting guna mendapatkan data yang obyektif, valid dan akurat selanjutnya digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Jadi pengertian metode adalah salah satu
cara yang digunakan ketika mencapai suatu tujuan dengan menggunakan teknik tertentu untuk
memperoleh suatu keberhasilan dalam penelitian maka harus dilaksanakan dengan
menggunakan metodologi yang tepat, istimewa dan tujuan mengadakan penelitian berdasarkan
fakta- fakta yang ada untuk menguji kebenaran sesuatu secara ilmiah Maka dengan demikian
memecahkan metodologi sangat diperlukan dalam rangka mengumpulkan data untuk
memecahkan suatu masalah sehingga dapat menyusun laporan ini yang dapat dipertanggung
jawabkan
9. 9. . Untuk itu dalam penelitian ini penulis menetapkan langkah-langkah sebagai berikut : •
Waktu penelitian Kami melakukan penelitian pada tanggal 8 November 2014 sampai dengan
tanggal 15 November 2014. • Tempat penelitian observasi atau pengamatan di tujukan pada
daerah Kalimantan namun karena keterbatasan jarak dan waktu maka kami melakukan
penelitian di lingkungan SMA N 1 TEGAL. • Objek penelitian Objek penelitian makalah ini
tepatnya di daerah kalimantan selatan yaitu lahan batu bara yang terbengkalai. • Sumber data
Karena keterbatasan jarak dan ruang maka dalam membuat makalah ini kami menggunakan
berbagai sumber media cetak, informasi, dan internet sebagai sumber data yang tersedia. • Alat
dan tekhnik Dalam menyusun makalah ini kelompok kami menggunakan berbagai alat atau
media untuk mempermudah pekerjaan kami dengan mempertimbangkan isinya yaitu melalui
handpone, laptop, dan sumber- sumber buku. MAIN MENU
10. 10. BAB IV PEMBAHASAN A.Dampak Penambangan Batu Bara bagi lingkungan Dampak Negatif
yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah lingkungan dan dapat diuraikan
sebagai berikut : Pertama, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
antara lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing
serta buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising
dari berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya; Kedua,
pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan kondisi geologi
lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang dan
gempa.
11. 11. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain
; 1. Pencemaran air, Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi
dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai,
tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis. Batubara yang
mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang terbentuk
secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-
senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika
dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi
karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri,
yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika
mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri. 2. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara
kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang
penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti
asma dan bronchitis kronis. 3. Pencemaran Tanah Penambangan batubara dapat merusak
vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan
lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan
secara permanen. Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini
mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

MAKALAH KIMIA DASAR ~ BATUBARA ~ “DAMPAK DAN SOLUSI” I. PEMBUKAAN I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia. Salah satu
daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di
Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik,
menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun
beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang yang salah.
Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga. I.2
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bahan galian batubara 2. Mengetahui dampak pengelolaan tambang
batubara, dan 3. Mengetahui solusi untuk mengatasinya. I.3 Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud
bahan galian batubara? 2. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan? 3. Apa saja usaha-
usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan? II. PEMBAHASAN II.1 BAHAN GALIAN BATUBARA
1. Pengertian Bahan Galian Batu Bara Bahan Galian Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari
sisa tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan baker, Jenis
sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan
diagenesa. Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang
dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada
era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah
masa pembentukan Batubara yang paling produktif. 2. Materi Pembentuk Batubara Hampir seluruh
pembentuk batubara berasal dari tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan pembentuk Batubara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: a. Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan
bersel tunggal sangat sedikit endapan batubara dari periode ini Silofita, Dari zaman Silur hingga devon
tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini. b. Plirodefita, umur
devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya merupakan tumbuhan tanpa bunga dan biji
serta berkembangbiak dengan spora. c. Gimnospermae, Dari zaman permian hingga kapur tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, contohnya Pinus. d. Angiosspermae, dari zaman
kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan modern, buah menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan. 3. Kelas dan Jenis
Batubara Berdasarkan proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas, dan waktu,
umumnya batubara dibagi kedalam lima kelas yaitu: a. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan
warna hitam berkilauan. (luster) metalik. Mengandung antara 86 % – 98 % unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8 % b. Bituminus mengandung 68 – 86 % Unsur karbon (c) dan berkadar air 8-10 %
dari beratnya. c. Subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga menjadi sumber
panas yang kurang efisien dibanding dengan bituminus. d. Lignit atau batubara cokelat adalah batubara
yang sangat lunak yang mengandung air 35 – 75 % dari beratnya. e. Gambut, berpori dan memiliki kadar
air diatas 75 % serta nilai kalori yang paling rendah. 4. Pembentukan Batubara Proses perubahan sisa-
sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah pembatubaraan (Coalification).
Ada dua proses yang terjadi yaitu : a. Tahap Diagenetik atau biokimia yaitu dimulai pada saat material
tanaman terdeposisi, hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi, dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. b. Tahap malihan atau
geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi biuminus, dan akhirnya antrasit. 5. Sumber
Daya Batubara di Indonesia Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di
pulau kalimantan dan pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dari pada solar dengan
perbandingan sebagai berikut: solar Rp. 0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp. 0.09/kilokalori. Dari segi
kuantitas, batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di Indonesia, Jumlahnya sangat
melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup untuk memasak kebutuhan energi listrik
hingga ratusan tahun kedepan. Sayangnya Indonesia tidak mungkin membakar habis batubara dan
mengubahnya menjadi energi listrik karena selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, Nox,
dan CxHx, cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi. 6. Gasifikasi Batubara
Batubara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih efisien jika dikonversi menjadi migas sintetis, atau
bahan petrokimia lain, yang bernilai ekonomis tinggi. Cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah
gasifikasi atau penyubliman batubara. Coal Gasification adalah sebuah proses untuk merubah batubara
padat menjadi gas batubara yang mudah terbakar (combustible gasses), setelah proses pemurnian gas-
gas ini CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), H (hidrogen), CH4 (metana), dan N2 (nitrogen)
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hanya dengan menggunakan watergas atau coal gas. Gasifikasi
secara nyata mempunyai tingkat emisi udara kotoran padat, dan limbah terendah. 7. Pembersihan
Batubara Cara untuk membersihkan batubara dari sulfur adalah dengan cara memecah batubara
kebongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Secara khusus bongkahan batubara tadi dimasukkan
kedalam tangki besar yang terisi air, maka batubara akan mengapung kepermukaan ketika kotoran
sulfur tenggelam. 8. Membuang Nox dari Batubara Ketika udara yang mengandung nitrogen dipanaskan
seperti pada nyala api boller (3000°F – 1648°C), atom nitrogen ini terpecah menjadi nitrogen oksida
yang terkadang disebut dengan Nox. Nox juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak dalam
batubara. Cara terbaik untuk mengurangi Nox adalah menghindari benukan asalnya, caranya pada saat
pembakaran, batubara lebih banyak daripada udara dilubang pembakaran yang terpanas. Dibawah
kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasi dengan bahan bakar dari pada dengan nitrogen. Camputan
pembakaran kemudian dikirim keruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip
berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut Staged Combustion
karena batubara dibakar secara bertahap. II.2 DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP
LINGKUNGAN Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak
kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, udara, dan hutan. 1. Air Penambangan
batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai
sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung
belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg
dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker
kulit. 2. Tanah Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan
batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat
racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut maka
tumbuhan yang ada diatasnya akan mati. 3. Udara Penambangan batubara menyebabkan polusi udara,
hal ini diakibatkan dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat
dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain
dari polusi yang dapat membuat kotor udara. Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga
sangat berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran
pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan
kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat. 4. Hutan Penambangan batubara dapat menghancurkan
sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah
dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang sehingga mempersempit
lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di
wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh
buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa. 5. Laut Pencemaran air laut akibat
penambangan batubara terjadi pada saat aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain
itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut
tersebut. II.3 USAHA MENGURANGI DAMPAK PERTAMBANGAN Usaha yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak pertambangan batubara adalah sebagai berikut : 1. Penghentian penggunaan jalan
umum untuk aktivitas angkutan batubara mesti ada ketegasan pemerintah daerah untuk menyetop dan
menindak tegas setiap penguasaha aktivitas pertambangan ilegal yang selama ini semakin menjamur
dan penurunan terhadap dampak kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya. 2. Tidak
mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan sumber daya alam
tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan adalah dengan
tidak mengeluarkan izin baru lagi. Sehingga memudahkan untuk melakukan monitoring terhadap
pertambangan batubara yang ada. 3. Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total,
pemerintah harus melakukan penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa padang
bulu dan transparan. 4. Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI – POLRI 5. Evaluasi perizinan
yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua usaha pertambangan batubara. 6.
Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen untuk kelestarian lingkungan
hidup. 7. Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan perusahaan
pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak. 8. Menyusun kebijakan strategi
pengelolaan sumber daya alam tambang. 9. Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas
penambangan dan menjamin serta memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak
pemerintah harus mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga benar-benar yakin kalau
proses reklamasi berjalan dengan baik dan menampakkan hasil. 10. Menggunakan alat-alat
penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga meminimalisasi dampak lingkungan serta
memperkecil angka kecelakaan dalam pertambangan batubara tersebut. III. PENUTUP III.1 KESIMPULAN
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan sebagai bahan bakar. Materi
pembentuk Batubara adalah Alga, Silofita, Pteridofita, Gimnospermae, dan Angiospermae. Kelas dan
Jenis batubara yaitu : 1. Antrasit 2. Bituminus 3. Sub bituminus 4. Lignit 5. Gambut Pembentukan
batubara dapat terjadi secara diagnetik atau biokimia dan tahap malihan atau geokimia. Sumber daya
batubara di Indonesia jumlahnya sangat melimpah seperti di Kalimantan Selatan yang cukup untuk
pasokan energi beberapa tahun kedepan. Gasifikasi Batubara adalah sebuah proses untuk merubah
batubara padat menjadi gas batubara yang mudah terbakar. Pembersihan batubara dapat dilakukan
dengan memcahnya menjadi bongkahan-bongkahan kecil dan dicuci dengan air didalam sbuah tangki
besar. Membuang Nox dari batubara dapat dilakukan dengan cara staged Combustion. Dampak
penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan yaitu air, udara, tanah, hutan dan laut.
Usaha mengurangi dampak pertambangan bisa di upayakan oleh pemerintah maupun pihak
perusahaan. III.2 SARAN Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang AMDAL,
sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada keuntungan semata.
Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para penambang yang terbukti melanggar peraturan
penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko kecelakaan. Diharap
dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga
pada akhirnya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-solusi.html


METODE PENAMBANGAN BATUBARA

Dalam
BATUBARA DAN GAMBUT

Oleh
Ir. Sukandarumidi,MSc., Ph.D
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Metode penambang batubara sangat tergantung pada :


– Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara dan
struktur geologi.
– Keadaan lapisan batubaradan bentuk deposit.
Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :
Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik
berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan
batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya
sendiri.
Cara penambangnnya dapat dilakukan :
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga
manusia.
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan sistem
elektronis dengan pengendalian jarak jauh.
Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan mengupas tanah penutup. Pada saat ini
metode penambangan mana yang akan digunakan dipilih dan kemungkinan mendapatkan
peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasikan sehingga
berfungsi ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan
peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk
pekaerjaan kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu
melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi yang
besar.
Pemilihan metode penambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam
ataupun tambang terbuka.

1. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG DALAM


Pada penambangan batubara dengan metode penambangan dalam yang peting adalah bagaimana
mempertahankan lubang buka seaman mungkin agar terhindar dari kemungkinan :
– Keruntuhan atap batuan
– Ambruknya dinding lubang (rib spalling)
– Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave)
Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energi yang tersimpan secara alamiah
dalam endapan batubara. Energi yang terpendam tersebut merupakan akibat terjadinya
perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit
tersebut. Pelepasan energi tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan
yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan
tambang. Disamping itu kegagalan yang disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai
daya penyanggaa di samping faktor-faktor alami dari keadaan geologi endapan batubara tersebut.
Penambangan batubara secara tambang dalam kenyatannnya sangat ditentukan oleh cara
mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan selama mungkin pada saat
berlangsungnya penambangan batubara dengan biaya rendah atau seekonomis mungkin.
Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada pembuatan lubang bukaan selalu diusahankan
agar :
– Kemampuan penyangga dari atap lapisan
– Kekuatan lantai lapisan batubara
– Kemampuan daya dukung pilar penyangga.
Namun apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit untuk dicapai, maka beberapa cara
penyanggan buatan telah diciptakan oleh ahli tambang.
Metode penambangan secara tambang dalam pada garis besarnya dapat dibedakan yaitu :
a. Room and Pillar atau disebut Bord and Pillar
b. Longwall
Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri terutama pada
keadaan endapan batubara yang dihadapi di samping faktor lainnya yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan metode penambangan tersebut.
a. Metode Room and Pillar
Cara penambangan ini mengandalkan endapan batubara yang tidak diambil sebagai penyangga
dan endapan batubara yang diambil sebagai room. Pada metode ini penambangan batubara sudah
dilakukan sejak pada saat pembuatan lubang maju. Selanjutnya lubang maju tersebut dibesarkan
menjadi ruangan–ruangan dengan meninggalkan batubara sebagai tiang penyagga. Besar bentuk
dan ruangan sebagai akibat pengambilan batubaranya harus diusahakan agar penyangga yang
dipakai cukup memadai kuat mempertahankan ruangan tersebut tetap aman sampai saatnya
dilakukan pengambilan penyangga yang sebenarnya yaitu tiang penyangga batubara (coal pillar).
Metode ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam besaran jumlah batubara yang dapat
diambil dari suatu cadangan batubara karena tidak semua tiang penyangga batubara dapat
diambil secara ekonomis maupun teknik.
Dari seluruh total cadangan terukur batubara yang dapat diambil dengan cara penambangan
metode Room and Pillar ini paling besar lebih kurang 30-40% saja. Hal ini disebabkan banyak
batubara tertinggal sebagi tiang-tiang pengaman yang tidak dapat diambil. (Gambar…Sketsa
sistem penambangan dengan cara Room and Pillar.)
b. Metode Longwall
Ada dua cara penambangan dengan menggunakan metode Longwall yaitu :
– Cara maju (advancing)
– Cara mundur (retreating)
Pada penambangan dengan metode advancing Longwall terlebih dahulu dibuat lubang maju yang
nantinya akan berfungsi sebagi lubang utama (main gate) dan lubang pengiring (tail gate), dibuat
bersamaan pada pengambilan batubara dari lubang buka tersebut.
Kedua lubang bukaan tersebut digunakan sebagai saluran udara yang diperlukan untuk
menyediakan udara bersih pada lubang bukaannya di samping untuk keperluan transportasi
batubaranya dan keperluan penyediaan material untuk lubang bukannya.
Metode ini akan memberikan hasil lebih cepat karena tidak memerlukan waktu menunggu
lubang yang diperlukan yaitu lubang utama dan lubang pengiring.
Pada metode retreating Longwall merupakan kebalikan dari metode advancing longwall karena
pengambilan batubara belum dapat dilakukan sebelum selesai dibuat suatu panel yang akan
memberikan batasan lapisan batubara yang akan diekstraksi (diambil)
Pemilihan salah satu metode tersebut harus memperhatikan keadaan dan kondisi alami yang
diremukan pada endapan batubara itu sendiri agar nantinya tidak menghadapi kesulitan-kesulitan
selama dilakukan ekstraksi yang pada akhirnya tentu bertujuan mencari biaya serendah mungkin.
(gambar ….Skema sistem penambangna Longwall)
Selain kedua metode tersebut terdapat pula beberapa variasi metode penambangan yang dapat
diterapkan. Hal ini tergantung pada macam dan jenis serta ketebalan lapisan disamping
kemiringan lapisan batubara yang perlu juga diperhatikan.
Peralatan yang digunakan pada penambangan tambang dalam dapat dibagi dalam dua kategori
yaitu :
– Peralatan untuk pekerjaan persiapan
– Peralatan untuk pengambilan batubara.
Pada saat ini kemampuan peralatan tambang dalam sudah demikian maju sehingga seluruih
kegiatan pekerjaan fisik yang dilakukan oleh manusia, praktis sudah dapat digantikan oleh mesin
atau alat batu mekanis.

2. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG TERBUKA


Kelebihan dari tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah :
– Relatif lebih aman
– Relatif lebih sederhana
– Mudah pengawasannya
Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka,
lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas muat dan angkut
yang besar untuk membuang lapisan penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya
ekstraksi batubara.
Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibandingkan dengan batubara yang
dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode tambang
terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang dengan metode tambang
dalam paling besar hanya 50% saja.
Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai keterbatasan yaitu :
– Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman lapisan batubara
yang dapat ditambang.
– Pertimbangan ekonomi antara biaya pembuangan batuan penutup dengan biaya pengambilan
batubara.
Beberapa tipe tambang terbuka :
Tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung pada letak dan
kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalan satu cadangan. Disamping itu metode
tambang terbuka dapat dibedakan juga dari cara pemakain alat dan mesin yang digunakan dalam
penambangan.
Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah :
a. Contour Mining
Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat di
pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan lapisan
batubara dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti garis kontur sekeliling bukit atau
pegunungan tersebut.
Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah
tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut
diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara
yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum ke dalaman dimana
peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas ekonomi ini ditentukan oleh beberapa variabel
antara lain :
– Ketebalan lapisan batubara
– Kualitas
– Pemasaran
– Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
– Kemampuan peralatan yang digunakan
– Persyaratan reklamasi
(gambar tambang terbuka tipe Contour Mining ….)
Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya memakai peralatan yang
mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal sebagai mobil equipment.
Alat-alat besar seperti :
– Sebagai alat muat : Wheel Loader
Track Loader
Face Shovel
Backhoe
– Sebagai alat angkut jarak jauh : Off Highway Dump Truck
– Sebagai alat angkut jarak dekat : Scraper
Alat-alat tersebut dipergunakan untuk pekerjaan pembuangan lapisan penutup batubara
sedangkan untuk pengambilan batubaranya dapat digunakan alat yang sama atau yang lebih kecil
tergantung tingkat produksinya. Kapasitas alat angkut berupa Off Highway Dump Truck antara
18 ton sampai 170 ton.
Mengingat batuan penutupnya sangat keras maka digunakan sistem peledakan ( Blasting
system), dengan menggunakan beberapa unit alat bor drill blasthole Machine yang mempunyai
kemampuan bor berdiameter sampai 6 inches, sedangkan bahan peledaknya digunakan
Ammonium Nitrate dan Solar ANFO.
b. Open Pit Mining
Open Pit Mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian umum. Apabila hal ini
diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang lapisan batuan penutup
sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Peralatan yang
dipakai pada penambangan secara open pit dapat bermacam-macam tergantung pada jenis dan
keadaan batuan penutup yang akan dibuang. Dalam pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan :
– Kemiringan lapisan batubara
Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam, pembuangan lapisan penutup dapat menggunakan
alat muat baik berupa face shovel, front end loader atau alat muat yang lainnya.
– Masa operasi tambang
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang mempunyai lapisan
tebal atau dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa bench. Peralatan yang digunakan
untuk pembuang lapisan penutup batubara dibedakan sebagai berikut:
1. Peralatan yang bersifat mobil antara lain Truck Shovel, Front end loader, Bulldozer, Scrapper.
2. Peralatan yang bersifat bekerja secara kontinu membuang lapisan penutup tanpa dibantu alat
angkut antara lain :
a. Dragline
Baik yang dengan scrawler maupun walking dragline. Alat ini mengeruk dan langsung
membuang sendiri. Kapasitasnya bervariasi mulai dari yang kecil kurang dari 5 m dan jarak
buang lebih dari 75 m.
b. Face Shovel
Ada dua tipe yaitu :
1. Stripping Shovel
Mempunyai kapasitas mangkok (bucket) yang besar dan jangkauan yang panjang digunakan
sebagai alat pembuangan lapisan penutup batubara tanpa perlu bantuan alat angkut yang lain.
Pada umumnya kapasitas mangkok berukuran lebih besar dari 20 m , dengan jangkauan buang
lebih dari 25 m.
2. Loading Shovel
Yang dipergunakan sebagai alat muat yang umunya kapasitas isi mangkok dan panjang
jangkauan lebih pendek.
c. Bucket Wheel Excavator
Adalah alat penggali dan pengangkut sekaligus. Alat ini dapat bekerja sendiri atau dibantu alat
lain berupa belt conveyor dan dapat dibantu dengan alat yang dinamakan belt transfer, dan
selanjutnya pada ujung belt conveyor dipasang alat yang dinamakan belt spreader yang
digunakan untuk menyebarkan hasil galian batuan penutup ketempat pembuangan dumping
disposal area.
c. Stripping Mining
Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang lapisannya datar dekat
permukaan tanah. Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau alat
penggalian yang dapat membuang sendiri. Penambangan batubara khususnya di Kalimantan
akan dimulai dengan cara tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat mobil.

TEKNIK PENAMBANGAN LAPISAN BATUBARA TIPIS


Penyebaran batubara tidak selalu diiringi oleh kualitas dan ketebalan yang menggembirakan,
karena sering dijumpai kualitas batubara di suatu daerah cukup tinggi sementara ketebalannya
kurang dari 1 m atau sebaliknya.
Ketebalan lapisan batubara berhubungan erat dengan teknik penggaliannya yang sudah barang
tentu diarahkan pada efisiensi sistem penambangan yang secara ekonomi layak diterapkan.
Sampai saat ini untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan kurang dari 1 m, baik pada
tambang bawah tanah maupun terbuka, terbentur pada masalah pemilihan sistem penambangan
yang ekonomis. Misalnya pada sistem longwall, alat pemotong batubara (shearer) paling kecil
yang diproduksi mempunyai ketinggian 0,81 m, tentu alat ini tidak dapat digunakan menambang
lapisan batubara yang lebih tipis dari 0,81 m. pada penambangan terbuka, lapisan penutup yang
tebal umumnya menjadi kendala untuk menambang lapisan batubara yang tipis, bila ditinjau dari
aspek ekonomi. Tetapi kendala pemilihan alat penggali lapisan batubara tipis telah dapat diatasi
berkat kemajuan teknologi untuk merancang suatu alat pembajak batubara (plow) yang dapat
digunakan untuk mengekstrak lapisan batubara dengan ketebalan 0,46 m. Masalah yang timbul
kemudian adalah bagaimana memanfatkan alat bajak ini pada suatu sistem penambangan
batubara tipis.
Cara penambangan batubara tipis yang sedang beroperasi saat ini secara ekonomi sulit dapat
diterima, tetapi cara tersebut terus dilakukan karena setiap pemerintahan mempunyai kebijakan
berbeda dalam mengelola sumberdaya alam yang strategis yang dimilikinya. Ada beberapa
sistem penambangan lapisan batubara tipis yaitu :
a. Sistem Tarik Kabel-Rantai
Sistem penambangan ini telah diterapkan di Korea untuk mengekstrak lapisan batubara dengan
ketebalan antara 0,3 – 0,5 m dengan kemiringan 45 . Tahap persiapan penambangannya , bagian
yang penting yang harus dibuat disamping komponen lain adalah pilar-pilar berdimensi 15.2 x
30,5 m diantara dua raise yaitu pilar-pilar batubara yang akan dipotong menggunakan gesekan
rantau penggali.
Pilar-pilar ini juga berfungsi sebagai penyangga sementara pada saat salah satu pilar sedang
dipotong. Disamping itu harus dirancang pula dua corong di bagian bawah pilar untuk
menampung serpihan batubara.
Rantai pemotong batubara disambung dengan kabel yang dihubungkan ke mesin penggerak yang
dapat menjalankan rantai pemotong tersebut maju mundur. Mesin penggerak diletakkan pada
level atas, sedangkan pada level bawah tersedia kendaraan penampung serpihan batubara hasil
pemotongan. Penggalian dimulai dari bagian bawah pilar bergerak ke atas sehingga serpihan
batubara mengalir karena gravitasi menuju dua buah corongan yang dapat menampung serpihan
batubara tersebut dan siap dimuatkan secara periodik kedalam kendaraan penampung.Diameter
nominal rantai pemotong berkisar antara 100 sampai 200 mm yang sangat efektif digunakan
untuk menggali lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 meter.
b. Sistem Backfilling
Konsep sistem backfilling dipersiapkan untuk lapisan batubara tipis yang relatif datar, untuk itu
harus dipersiapkan suatu sistem pengangkutan yang sesuai dengan ketebalan lapisan
batubaranya.
Teknik penggalian dan penyanggaan yang akan diterapkan mengacu pada sistem longwall, yaitu
suatu sistem dengan proses penambangan dan pengangkutan bergerak maju dan meninggalkan
runtuhan lapisan atap diatap dibelakang penyangga. Dengan mempertimbangkan tipisnya lapisan
batubara dan penyangga yang harus dapat bergerak maju, maka sistem penyangga bertekan udara
diharapkan sebagai jawaban yang tepat. Dasar konsep ini menggunakan seoptimal muingkin
teknik pengontrolan jarak jauh, baik terhadap mobilitas penyangga maupun penggalian, sehingga
tidak diperlukan personil yang bekerja di dalam tambang.
c. Sistem Roof-Fall Tolerant
Seperti halnya sistem backfilling, sistem roof-fall tolerant juga merupakan konsep yang sasaran
utamanya tidak memerlukan adanya karyawan yang bekerja didalam tambang. Bahkan dalam
sistem ini dirancang tidak memerlukan penyangga sama sekali. Konsep sistem Roof-fall tolerant
dibuat atas dasar hipotesis sisipan tipis, yaitu akan terbentuknya rongga dibelakang alat
pemotong secara bertahap dan runtuhan atap terjadi pada toleransi jarak yang cukup aman.
Adanya toleransi jarak runtuhan tersebut merupakan keuntungan karena alat potong dan alat
angkut tidak akan terjepit oleh runtuhan atap. Konsep sisipan tipis ini meliputi seluruh perangkat
penambangan yang diperlukan antara lain rantai pemotong yang panjang dan bergerak memutar
(looping) serta sistem pengangkutnya. Penggalian batubara bergerak dari satu arah sampai jarak
tertentu, kemudian berbalik ke arah yang berlawanan, begitu seterusnya sampai lapisan
batubaranya habis.
Salam Tambang Salam Gali-gali yap.. kali ini share postingannya tentang tahapan kegitan penambangan
batubara..sebenarnya tahapannya sama dengan biji yang membedakan adalah jenis material dan model
endapannya :) Land Clearing Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan
mempersiapkan lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke
pembakaran hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang.
Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu : Pepohonan yang tumbuh Kondisi dan daya
dukung tanah Topografi Hujan dan perubahan cuaca Sfesifikasi pekerjaan Data yang diperlukan untuk
menganalisis produksi, kebutuhan alat dan akhirnya ke biaya meliputi: spesifikasi pekerjaan (proyek),
kondisi lapangan biaya alat (beli atau sewa). Untuk selanjutnya pembahasan akan fokuskan pada
masalah teknis dan tidak akan menyinggung masalah biaya. Pengupasan Tanah Penutup Pengertian
kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang
berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk
mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang
mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup
merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan
penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
ditentukan oleh rencana target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah
penutup maka rencana target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan
metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup. Adapun pola teknis dari
pengupasan lapisan tanah penutup yaitu : a. Back filling digging method Pada cara ini tanah penutup di
buang ke tempat sudah digali. b. Benching System Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan
sistem jenjang (benching). Cara ini pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus sambil
membuat jenjang. c. Multi Bucket Exavator System Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke
tempat yang sudah digali atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan menggunakan
Bucket Wheel Exavator ( BWE. d. Drag Scraper System Cara ini biasanya langsung diikuti dengan
pengambilan bahan galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya
dihabiskan terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah
penutup yang materialnya lunak dan lepas (loose). Pemboran Peledakan Pemboran dapat dilakukan
untuk bermacam-macam tujuan, antara lain adalah untuk penempatan bahan peledak, pemercontohan
(merupakan metoda sampling utama dalam eksplorasi), dalam tahap development seperti penirisan dan
tes pondasi, serta dalam tahap eksploitasi untuk penempatan baut batuan & kabel batuan. Jika
dihubungkan dengan operasi peledakan, penggunaan terbesar adalah pemboran produksi (Nurhakim,
2004). Urutan pekerjan peledakan adalah pemboran, pemuatan bahan peledak, penyambungan
rangkaian peledakan dan penembakan. Prinsip pemboran adalah mendapatkan kualitas lubang ledak
yang tinggi dengan pemboran yang cepat dan dalam posisi yang tepat. Guna mendapatkan hasil
peledakan yang baik, yaitu volume bongkaran lapisan batuan yang besar dengan fragmentasi yang
sesuai untuk dimanfaatkan serta biaya yang seminimal mungkin (Kartodharmo, 1989). Pada peledakan
jenjang posisi dari suatu lubang ledak dapat memberikan keuntungan maupun kerugian dalam
memperoleh hasil peledakan yang baik. Dalam upaya menghasilkan fragmentasi batuan yang diinginkan
serta mengurangi terjadinya bahaya flyrock yang merupakan akibat sampingan dari proses peledakan,
maka terlebih dahulu perlu ditinjau pemakaian arah lubang ledak. Pada perinsipnya terdapat dua cara
untuk membuat lubang ledak, yaitu membor dengan lubang miring dan membor dengan lubang tegak.
Peledakan Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran yang merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk melepas batuan dari batuan induknya dengan harapan menghasilkan
bongkaran batuan yang berukuran lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan sehingga memudahkan
dalam proses pendorongan, pemuatan, pengangkutan, dan konsumsi material (Kartodharmo, 1989).
Sebelum operasi peledakan dimulai, penentuan letak lubang ledak harus dievaluasi dengan hati-hati
untuk mendapatkan hasil yang optimum dari bahan peledak yang dipilih. Lebih dari pada itu, penyediaan
lubang ledak yang tepat untuk pembongkaran dengan biaya rendah, karakteristik massa batuan dan
kemampuan pembuatan lubang ledak harus diidentifikasi. Bahan peledak adalah suatu bahan kimia
senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai
suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis
sangat cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai panas dan
tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil. Penggalian dan Pemuatan Semua satuan operasi
yang terlihat dalam penggalian atau pemindah tanah/batuan selama penambangan disebut penangan
material (material handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama pemuatan dan transportasi dengan
kerekan sebagai operasi optimal ketiga, jika transportasi vertikal diperlukan. Pola pemuatan yang
digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan
dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi
penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat
angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya. Pola
pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan posisi back hoe
terhadap front penggalian dan posisi dump truck terhadap back hoe. Proses pemuatan pada operasi
penambangan dapat dibagi tiga macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel cut with
turn and back. 1. Frontal cut Back hoe berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada
pola ini back hoe memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat,
setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri. 2. Paralel cut with Drive-by Back hoe bergerak
melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua
akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut
frontal cut, tetapi waktu tunggu bagi back hoe dan dump truck lebih kecil daripada parallel cut with turn
and back. 3. Parallel cut with turn and back Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode
berdasarkan cara pemuatannya, yaitu: Single stopping, dump truck kedua menunggu selagi back hoe
memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama berangkat, dump truck kedua berputar
dan mundur. Saat dump truck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk bermanuver
dan seterusnya. Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi back hoe selagi
back hoe memuati dump truck pertama. Begitu dump truck pertama berangkat, back hoe mengisi dump
truck kedua. Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang dan seterusnya. Pola pemuatan
dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu : 1. Pola
pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali
muat. Single back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu tempat sedangkan
alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut
pertama berangkat maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga
menunggu, dan begitu seterusnya. Double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati
pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu
mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi,
alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.
2. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada di atas atau di bawah
jenjang. Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di atas
jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali muat Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan
penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut. Pengangkutan
(Hauling) Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan di transport dengan haulage
(pemindahan tanah ke arah horisontal) dan hoisting (pemindahan tanah ke arah vertikal). Beberapa
bagian dari pengangkutan ini meliputi : Pengangkutan batubara dari daerah penambangan ke tempat
penumpukan (ROM Stockpile/Temporary Stockpile) Pengangkutan waste/overburden ke lokasi waste
dump/dump area (baik berupa tanah pucuk/humus ataupun lapisan penutup). Reklamasi Revegetasi
dan Reklamasi adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki lahan bekas tambang atau lahan terbuka, dan
pengelolaannya sesudah selesainya penambangan. Reklamasi dan Revegetasi bertujuan memperbaiki
lahan bekas tambang untuk pelestarian lingkungan dan penanggulangan resiko akibat dampak dari
pertambangan. Jadi Revegetasi dan Reklamasi adalah bagian integral dari rencana keseluruhan
operasional pertambangan secara terpadu dimulai Perencanaan, exsploetasi sampai penggunaan lahan
baru pasca penambangan. Tujuan akhir dari rencana reklamasi adalah untuk menyakinkan bahwa lahan
bekas tambang dikembalikan pada penggunaan yang produktif (Kartosudjono, 1994) Copy the BEST
Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Anda mungkin juga menyukai