DEFINISI HEMOROID
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya
vena yang terkena (Smeltzer dan Bare, 2002).
Jadi, hemoroid adalah terjadinya distensi atau pelebaran pada pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemoroidalis.
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi dari hemoroid adalah :
1. Faktor predisposisi :
a. Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
b. Fisiologis
c. Radang
d. Konstipasi menahun
e. Kehamilan
f. Usia tua
g. Diare kronik
h. Pembesaran prostat
i. Fibroid uteri
j. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
C. MANIFESTASI KLINIK
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan berwarna
merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid
internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps (Smeltzer dan Bare, 2002).|
D. KLASIFIKASI
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa
(Sjamsuhidajat dan Jong,2005).
1) Hemoroid interna dibagi lagi menjadi empat tingkat:
a. Tingkat I: Varises satu atau lebih v.hemoroidales interna dengan gejala perdarahan
berwarna merah segar pada saat buang ari besar.
b. Tingkat II: Varises dari dua atau lebih v.hemoroidales interna yang keluar dari dubur pada
saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali dengan sendirinya.
c. Tingkat III: Seperti tingkat dua tetapi tidak dapat masuk spontan, harus didorong kembali.
2) Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
hematom, walaupun disebut sebagai trombus ekterna akut.
b. Kronik
Hemoroid ekterna kronik atau “skin tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung sedikit pembuluh darah.
E. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau klien yang menolak operasi.
a) Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi.
Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan
pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri
atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi
dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara
merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini,
eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
b) Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-
obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
a. Obat yang memperbaiki defekasi. Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak
dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang
berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek
samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan
kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus.
Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3
hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema,
dan prolaps.
c) Minimal Invasif
a) Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier) Dimana semua sayatan ditempat
keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari rectum.
c. Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastis kira-kira 1 minggu.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan colok dubur,
hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
G. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan inkarserasi.
Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat
dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus.
Komplikasi jangka panjang adalah struktur ani karena eksisi yang berlebihan.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita hemoroid pre dan post
hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Price dan Wilson (2006) ada berbagai
macam, meliputi:
1) Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia lebih dari
25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid. Karena faktor pekerjaan
seperti angkat berat, mengejan pada saat defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan
feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid, kehamilan.
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal, pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
3) Pengkajian pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan dalam pola
fungsional Gordon, meliputi :
a) Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Konsumsi makanan rendah serat,
pola BAB yang salah (sering mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif, kurang
olahraga atau imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau berdiri terlalu
lama
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa kering, kadar hemoglobin
turun.
c) Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
Kurang olahraga atau imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena nyeri
pada anus sebelum dan sesudah operasi.
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi).
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post hemoroidektomi yaitu rasa gatal, rasa
terbakar dan nyeri, sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat
defekasi dan adanya pus.
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam bekerja.
Penurunan libido.
4) Pemeriksaan fisik
g) Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus,
nyeri pada anus, perdarahan.
5) Pemeriksaan penunjang
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), pemeriksaan penunjang pada penderita hemoroid
yaitu :
a) Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta
mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan
vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
b) Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol ke luar. Anoskop
dimasukkan dan di putar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai
stuktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit,
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid pre dan post operasi
hemoroidektomi menurut Carpenito-Moyet (2007), Smeltzer & Bare (2002), NANDA (2007) :
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit atau jaringan
anal.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan reflek spasme otot spingter ani
sekunder akibat operasi.
3. INTERVENSI
Fokus intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut Doenges
(2000), Carpenito-Moyet (2007), dan NANDA (2007) :
Rencana tindakan :
Rasional : rasa takut yang berlebihan atau terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress
yang berlebihan.
b. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk
menghadapinya secara realistis.
c. Catat ekspresi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong, preokupasi dengan antisipasi
perubahan/ kehilangan, perasaan tercekik.
Rasional : pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang ditunjukkan dengan
antisipasi prosedur pembedahan/ diagnosa/prognosa penyakit.
d. Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada ruang
operasi.
Rasional : pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan
untuk melatih kontrol.
e. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang. Tinjau lingkungan
sesuai kebutuhan.
Rasional : ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan
untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan anal.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
a. Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptik yang ketat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan
eksoriasi.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
Kriteria hasil : Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien tidak mengalami perdarahan,
tanda-tanda vital berada dalam batas normal : tekanan darah 120 mmHg, nadi : 80-100x/
menit, pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 - 370C ± 0,50C
Rencana tindakan :
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien sehingga dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu menentukan
intervensi selanjutnya.
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika
diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang diberikan pada
pasien sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.
f. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan: pemberian
transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan untuk
menghentikan perdarahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme otot sfingter ani
sekunder akibat operasi.
Rencana tindakan :
b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau sit bath
dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan
penyembuhan (pendekatan perineal).
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman, imajinasi.
Kriteria hasil :
dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Rencana tindakan :
d. Batasi pengunjung
Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien bisa BAB 1x sehari dengan konsistensi
lembek.
Rencana tindakan :
Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
b) Rekomendasikan perubahan diit untuk meningkatkan bulk (tinggi serat 1x sehari) dan
cairan ± 8-10 gelas/ hari.
Rasional : latihan yang tidak adekuat merupakan faktor utama dalam perubahan konsistensi
feses.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
berapa jauh diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan
sudah berhadil dicapai, kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah baru,
evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan, sedangkan evaluasi
hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan
sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan
Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroidektomi adalah klien mampu
merawat diri sendiri dan tidak ada komplikasi. Klien dapat menunjukan tanda-tanda vital dalam
batas normal.