Anda di halaman 1dari 4

Ma'ruf Amin, sebagai cawapres yang mendampingi petahana Capres Joko Widodo, menilai program

Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang sudah dijalankan pemerintah selama ini cukup berhasil.

Bahkan, dikatakan Ma'ruf, pemerintah melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) KIS sudah melakukan
langkah besar dan inovasi.

Jika dilihat dari kepesertaan, berdasarkan data BPJS Kesehatan, peserta JKN meningkat 83 juta jiwa sejak
dimulai pada 2014.

Tercatat pada 2014 jumlah peserta JKN sebanyak 133.423.653 jiwa menjadi 207,8 juta jiwa pada 2018
dan jadi 217 juta jiwa pada Februari 2019. Data per 1 Maret 2019 peserta program JKN sudah mencapai
218.132.478 jiwa.

Peningkatan juga terjadi pada jumlah peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau masyarakat yang iuran
bulanannya dibayarkan oleh pemerintah melalui APBN maupun APBD.

Jumlah PBI pada 2014 sebanyak 95.167.229 jiwa bertambah sekitar 34 juta jiwa menjadi 129.813.314
jiwa per Januari 2019.

Namun, bersamaan dengan kenaikan jumlah pemanfaan layanan, beban biaya JKN juga meningkat.

Pada 2015 beban JKN menjadi Rp41,2 triliun sementara pendapatan dari iuran peserta sebanyak
Rp52,69 triliun. Mulai tahun 2015 pemerintah memberikan suntikan dana segar sebesar Rp5 triliun
kepada BPJS Kesehatan untuk menjaga keberlangsungan program JKN.

Di tahun 2016 beban JKN kembali bertambah menjadi Rp62,5 triliun, sedangkan jumlah iuran yang
didapat dari peserta sebesar Rp67,40 triliun.

Pemerintah kembali mengucurkan dana kepada BPJS Kesehatan sebesar Rp6,82 triliun di tahun tersebut.
Untuk 2017 beban jaminan kesehatan semakin membesar yaitu Rp84,4 triliun, sedangkan jumlah iuran
yang didapat dari peserta lebih sedikit yakni Rp74,25 triliun.

Hal ini membuat pemerintah kembali menyuntikkan dana sebesar Rp3,6 triliun untuk menjaga
kelangsungan program JKN-KIS.

Di tahun 2018 beban biaya JKN kembali meningkat menjadi Rp94,2 triliun dengan pendapatan dari iuran
peserta Rp81,97 triliun.

Pemerintah pada tahun lalu menyuntikan dana kepada BPJS Kesehatan sebesar Rp10,1 triliun.

Maka jika nanti terpilih pada pilpres 17 April mendatang, capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf akan terus
memperbesar manfaat pelayanan kesehatan dengan mendirikan sejumlah pusat kesehatan, menambah
dokter dan memasok lebih banyak obat-obatan.

Akar masalah

Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno juga tidak mau kalah dengan melayangkan sejumlah visi untuk
memberikan layanan kesehatan yang lebih baik jika terpilih bersama Capres Prabowo Subianto.

Bahkan Sandi menjanjikan dalam 200 hari pertama jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden,
akan menyelesaikan akar masalah yang selama ini kerap terjadi di tubuh BPJS Kesehatan.

Seperti layanan rumah sakit, tenaga kesehatan yang harus dibayar tepat waktu, obat yang harus selalu
tersedia hingga pelayanan kepada masyarakat agar tidak terjadi antrean panjang yang mengular.
Meski banyak masalah yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan, Sandi memastikan JKN akan tetap
diteruskan dan akan menyempurnakan BPJS Kesehatan.

Untuk pembenahan tersebut, akan dipanggil ahli-ahli dari negara lain, karena untuk kesehatan prima
menurut Sandi negara tidak boleh pelit, jangan sampai antrean panjang terjadi dalam pelayanan
kesehatan begitu juga obat harus selalu tersedia.

Selain itu sistem rujukan juga harus diperbaiki agar masyarakat tidak menunggu berjam-jam untuk
mendapat pelayanan dan tidak berbelit.

Agar tercipta generasi yang sehat, Sandi berjanji akan menghadirkan kebijakan promotif dan preventif
dengan 22 menit berolahraga setiap hari.

Begitu juga dengan upaya mengurangi stunting pada balita sehingga bisa menciptakan generasi emas
Indonesia pada masa mendatang lewat program 'sedekah putih'.

Menurut dia, kekerdilan banyak terjadi karena kurangnya asupan gizi yang cukup bagi balita sejak dalam
kandungan. Sedekah Putih bisa menekan munculnya generasi kekurangan gizi yang menurunkan kualitas
generasi emas Indonesia.

Berdasarkan data Riskesdas, jumlah balita stunting pada 2013 mencapai 37,2 persen dan menurun
menjadi 30,8 persen pada 2018, sedangkan untuk balita kurus dan sangat kurus pada 2013 mencapai
12,1 persen dan turun menjadi 10,2 persen dari sekitar 23 juta balita pada 2018.

Namun 'sedekah putih' menurut Cawapres 01 Kiai Ma'ruf Amin tidak berpengaruh pada pengurangan
kekerdilan.

Isu Sedekah Putih itu ditangkap masyarakat dilakukan setelah 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),
padahal masa-masa periode emas ada di sana, terutama usai ibu melahirkan.
Apabila susu diberikan setelah dua tahun, kata dia, maka tidak lagi berpengaruh untuk mencegah
kekerdilan.

Oleh karena itu, kata Kiai Ma'ruf, istilah Sedekah Putih itu menimbulkan pemahaman yang
membingungkan masyarakat.

Belum tersentuh

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan masih banyak
permasalahan kesehatan di Indonesia yang belum disentuh oleh cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin
dan cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno dalam debat putaran ketiga.

Masalah yang belum tersentuh menurut dia, antara lain tingginya angka kesakitan baik penyakit tidak
menular seperti stroke, jantung, kanker dan penyakit menular seperti tuberkulosis yang menempati
posisi tertinggi ke-2 di dunia, HIV AIDS yang menempati posisi tertinggi ke-3 di dunia.

Kemudian, masalah penyakit gangguan mental seperti stres, narkoba, kecanduan pornografi. Begitu juga
dengan masalah distribusi pelayanan kesehatan dan distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata
sehingga akses ke pelayanan kesehatan tidak merata.

Selain itu, dia mengatakan para cawapres juga belum menyentuh secara komprehensif terkait
penanganan masalah mahalnya harga obat dan alat kesehatan.

Pelayanan kesehatan dalam negeri harus semakin ditingkatkan, salah satunya dengan mendorong agar
harga obat dan kesehatan tidak terlalu mahal untuk dapat dinikmati masyarakat luas.

Debat putaran ketiga antara cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin dan cawapres nomor urut 02
Sandiaga Uno mengangkat tema "Pendidikan, Ketenagakerjaan, Kesehatan, Sosial dan Budaya".*

Anda mungkin juga menyukai