EVIDENCE BASED
Disusun oleh
2019
A. Larangan Mengonsumsi Jeruk Nipis Bagi Ibu Nifas
Menurut budaya setempat mengonsumsi makanan asam harus dihindari oleh
ibu nifas karena dapat menyebabkan bayi sakit perut jika ibu mengonsumsi makanan
asam. Faktanya jika mengamati proses pencernaan makanan, setelah makanan dicerna
pada usus besar maka sari – sari makananlah yang akan diserap oleh tubuh. Tidak
selamanya apa yang dimakan ibu akan serta merta menjadi ASI. Tubuh telah
memproses bahwa komposisi ASI pasti sudah memenuhi kebutuhan bayi. Hanya saja
bagi ibu menyusui dengan riwayat penyakit asam lambung atau maag, sebaiknya tidak
mengonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan. Agar kesehatan tidak terganggu
nantinya. Jeruk nipis juga bagus untuk melakukan diet bagi ibu nifas karena jenis diet
ini adalah yang paling sehat karena ibu memberikan ASI pada bayi. Tapi ibu harus
waspada dengan berbagai resikonya. Jika ibu menderita penyakit yang sensitif dengan
zat asam maka jangan mengonsumsi jeruk nipis ini. Diet dengan jeruk nipis boleh
dilakukan asalkan sesuai dengan kondisi ibu. Kemudian untuk mengurangi asam
maka campur jeruk nipis dengan buah yang memiliki rasa manis seperti buah naga,
semangka, dan lainnya.
C. Bahaya
1. Reaksi alergi untuk bayi
Karena ibu menyusui ingin menurunkan berat badan dengan cepat maka
biasanya konsumsi jeruk nipis akan lebih banyak. Tapi ini bisa sangat berbahaya
karena kandungan alkalin dan senyawa lain yang sangat banyak. Kandungan
senyawa ini bisa menyebabkan potensi alergi untuk bayi. Reaksi alergi mungkin
tidak akan cepat karena biasanya senyawa menumpuk melalui ASI. Tanda reasi
alergi pada bayi termasuk seperti bayi rewel saat menerima ASI, bayi merasa tidak
puas saat mendapatkan ASI, dan kemungkinan bayi Anda terkena diare yang
parah.
3. Gangguan heartburn
Jika ibu sudah mengalami masalah heartburn pada ibu hamil maka sebaiknya
tidak mencoba untuk diet dengan jeruk nipis saat menyusui. Jeruk nipis yang
mengandung asam tinggi bisa menyebabkan asam lambung naik cepat. Kemudian
akibatnya Anda bisa mengalami mual atau muntah yang parah. Heartburn juga
akan menyebabkan cairan lambung naik sampai ke kerongkongan sehingga bisa
menyebabkan ibu ingin muntah atau menghasilkan ludah yang lebih banyak.
b. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan
gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan
rendah biasanya yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan
sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan
makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi memiliki
kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan berusaha
menyeimbangkan dengan kebutuhan zat gizi lain. Pendidikan merupakan jalur
yang ditempuh untuk mendapatkan informasi. Informasi memberikan
pengaruh besar terhadap perilaku ibu nifas. Apabila ibu nifas diberikan
informasi tentang bahaya pantang makanan dengan jelas, benar dan
komprehensif termasuk akibatnya maka ibu nifas tidak akan mudah
terpengaruh atau mencoba melakukan pantanng makanan (Paath, 2005).
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan tindakan sesorang
dalam melakukan sesuatu hal. Adanya pengalaman melahirkan dan menjalani
masa nifas maka ibu akan mempunyai perilaku yang mengacu pada
pengalaman yang telah dialami sebelumnya. Misalnya ibu nifas yang
dahulunya mengalami masalah baik pada dirinya dan bayinya karena pantang
makanan maka ibu nifas tidak akan melakukan pantang makanan kembali
pada masa nifas berikutnya (Paath, 2005).
d. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu usaha dalam memporelh imbalan yaitu
uang. Suami yang bekerja akan mendukung ibu dalam memenuhi kebutuhan
masa nifas yang mengandung banyak zat gizi, sedangkan sebaliknya ibu yang
bekerja menyebabkan ibu kurang mempunyai kesempatan untuk bertukar
informasi khususnya dengan rekan kerja tentang pantang makanan. Ibu yang
bekerja lebih mementingkan pekerjaanya dibandingkan mementingkan
kebutuhan nutrisi dan gizi pada masa nifas. Hal ini berbeda dengan ibu yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga dimana ibu lebih banyak memiliki waktu
luang dirumah sehingga ibu mudah untuk mendapatkan atau mencari
informasi khususnya tentang dampak melakukan pantang makanan pada ibu
nifas (Paath, 2005).
e. Ekonomi
Ketidakmampuan masyarakat dalam menyediakan makanan yang
bergizi bagi ibu nifas menyebabkan penerimaan tradisi berpantang makanan
bagi ibu nifas dapat diterima dengan mudah. Status ekonomi merupakan
simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi menunjukan
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi
faedah zat gizi untuk ibu hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang
rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan kesehatan (Paath, 2005).
f. Budaya
Menjalankan ritual yang menyatakan tentang hubungan, kekuatan, dan
keyakinan. Derajat keyakinan. Derajat keyakinan budayaa khusus dan perilaku
yang ada dalam kehidupan keluarga dfikaitkan dengan lama waktu kieluarga
tersebut ada di dalam syatu komunitas, komposisi komunitas, dan jarak
geografik, serta bersifat sementara dari keluarga besar dan komunitaas asal.
Lingkungan sangat mempengaruhi, khususnya di pedesaan yang mana masih
melekatnya budaya tarak dari nenek moyang. Dan sangat berpengaruh besar
terhadap prilaku ibu pada masa nifas. Adapun keadaan keluarga yang
mempengaruhi perilaku seseorang yaitu orang tua yang masih percaya dengan
budaya tarak yang memang sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada
kalangan yang luas terutama pada suku jawa, diyakini bahwa mengkonsumsi
makanan berprotein tinggi dapat memicu terjadinya infeksi, pada luka
perineum maupun pada kulit bayi akibatnya seringkali masyarakat
mewajibkan pada ibu nifas untuk menghindari makan telur atau ikan laut
(Paath, 2005).
2. Pendukung pantang makan pada ibu nifas yakni dikarenakan terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak bersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana –
sarana kesehatan. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,
jamban(Paath, 2005).
3. Pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilaku masyarakat (Paath,
2005).
E. Sebab Alasan Masih Di Anut Masyarakat
Adanya pantangan makanan merupakan gejala yang hampir universal
berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan
unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di
dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk
mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus
mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin" atau
sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya
dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan makanan yang
"panas" dan menghindari makanan yang "dingin". Hal sebaliknya harus dilakukan
oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 2005).
Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah
dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-
individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan.
Memang tidak semua praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan
untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan
ketentuan medis/kesehatan (Fatma, 2005).