Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

PERCOBAAN KARBOHIDRAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu

( Biokimia )

Dosen pengampu :Dick-Dick Maulana, S.P.,M.Si.

DISUSUN OLEH :

Siti Halida Hamzah Fatimah Zaman ( 41035003171015 )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan hasil praktikum ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa
senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan
syafa’atnya di yaumulqiyamah nanti, aamin.

Penyelesaian makalah hasil praktikum yang berjudul “Percobaan


Karbohidrat” ini menjadi salah satu tugas dalam mata kuliah Biokimia. Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan hasil praktikum, serta dosen pengampu Dick Dick
Maulana,S.P.,M.Si. yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian
makalah ini.
Saya menyadari bahwa laporan praktikum ini belum terbilang dalam kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
perbaikan yang lebih baik pada penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya saya
sangat berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca terutama bagi penulis.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, 05 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUA ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Tujuan Praktikum ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1. Karbohidrat .......................................................................................... 3
2.2. Uji Ioduim ............................................................................................ 7
2.3. Uji Benedict ........................................................................................ 8
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Hidrolisis ............................................... 9
BAB III METEDOLOGI PRAKTIKUM ......................................................... 11
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................... 11
3.3. Prosedur Kerja ..................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 13
4.1. Hasil .................................................................................................... 13
4.2. Pembahasan ......................................................................................... 15
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 18
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 18
DAFARAT PUSTAKA ....................................................................................... 19
LAMPIRAN ......................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Biokimia adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
proses kimia atau reaksi kimia yang terjadi didalam zat hidup (sel, makhluk
hidup), baik itu mikroorganisme, tanaman, invertebrata, avertebrata, hewan
menyusui, dan manusia. Dalam hal ini, dapat kita ketahui bagaimana kumpulan
zat hidup bercampur atau bereaksi menghasilkan zat yang disebut dengan zat
hidup. Dan peranan biokimia ini adalah sebagai dasar pengembangan pengetahuan
dasar kedokteran, pertanian, peternakan, biologi, mikrobiologi, dan lainnya yang
sehubungan.
Dewasa ini,pangan merupakan salah satu hal pokok yang dibutuhkan
manusia. nutrisi yang terkandung dalam panganmembantu metabolisme tubuh
yang dijalankan manusia. salahsatu nutrisi yang dibutuhkan manusia adalah
karbohidrat. Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yangfungsi
utamanya sebagai penghasilenergi, dimana setiap gramnyamenghasilkan 4 kalori.
Secara umum definisi karbohidrat adalahsenyawaorganikyang mengandung atom
karbon, hidrogen, danoksigen. Dengan atom hidrogen dan oksigen dalam
komposisimenghasilkan H2O.(Hutagalung,Halomoan.2004)
Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat dapat diberikan
perlakuan untuk mengetahui reaksi-reaksi apa yang terjadi. Untuk membuktikan
teori-teori yang ada tentang karbohidrat maka dilakukan beberapa percobaan ini.
Percobaan tersebut antara lain Uji Molisch untuk mengetahui kandungan
karbohidrat secara kuantitatif, Uji Benedict untuk menentukan gula yang
mengandung gugus aldehid/keton, Uji Barfoed untuk mengetahui kandungan
monosakarida sampel, Uji Seliwanoff untuk mengetahui kandungan gugus katosa
pada sampel, Peragian untuk mengetahi kandungan karbohidrat yang mengandung
gugus gula yang dapat difermentasikan, Uji Osazon untuk mengetahui reaksi
katosa/aldosa dengan hidrazin serta percobaan Hidrolisis Selulosa untuk
mengetahui hasil hidrolisis selulosa sampel.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi hdrolisis?
2. Bagaimana mahasiswa dapat menentukan sifat fisik dari hidrolisis pati
(Amilum/Starch) dengan larutan I2 (Iodium)?
3. Bagaimana mahasiswa dapat menentukan Sifat fisik dari Hidrolisis
Sukrosa dengan larutan benedict?
4. Bagaimana mahasiswa dapat menentukan Sifat fisik dari Hidrolisis
Glukosa+Sukrosa larutan benedict?

1.3. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mengetahui mengenai faktor yang mempengaruhi hidrolisis
2. Mahasiswa dapat menentukan sifat fisik dari hidrolisis pati
(Amilum/Starch) dengan larutan I2 (Iodium)
3. Mahasiswa dapat menentukan sifat fisik dari hidrolisis sukrosa dengan
larutan benedict
4. Mahasiswa dapat menentukan sifat fisik dari hidrolisis glukosa+sukrosa
dengan larutan benedict

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karbohidrat
2.1.1. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh
penduduk dunia. Karbohidrat juga berguna untuk mencegah timbulnya ketosis,
pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk
membantu metabolisme lemak dan protein tetapi sebagian besar karbohidrat
diperoleh dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari. Karbohidrat
berdasarkan massa merupakan kelas biomolekul yang paling melimpah di alam.
Rumus empiris karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: Cm(H2O)n atau
(CH2O). Tetapi ada juga karbohidrat yang mempunyai rumus empiris tidak seperti
rumus diatas, yaitu deoksiribosa, deoksiheksosa dan lain- lain Semua jenis
karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan Oksigen (O).
Perbandingan antara hidrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti
halnya dalam air, oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk
sederhana, formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Hanya heksosa (6-atom
karbon), serta pentosa (5-atom karbon), dan polimernya memegang perana
penting dalam ilmu gizi.( Winaryo, 1997, hal :17)
Lebih lazimnya dikenal sebagai gula, karbohidrat merupakan produk akhir
utama penggabungan fotosintetik dari karbon anorganik (CO2) ke dalam zat
hidup. Karbohidrat bertindak sebagai sumber karbon untuk sintesis biomolekul
lain dan sebagai bentuk cadangan polimerik dari energi. Karbohidrat juga dapat
didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon dan derivatnya.
Suatu karbohidtrat merupakan suatu aldehid (-CHO) jika oksigen karbonil
berkaitan dengan suatu atom karbon terminal, dan suatu keton (=C=O) jika
olsigen karbonil berikatan sengan suatu karbon terminal. Dalam alam, karbohidrat
terdapat dalam monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. (Poedjiadi, 2005,
hal : 9)

3
2.1.1. Jenis-Jenis Karbohidrat
Berdasarkan jumlah monomer penyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi :
1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara
hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang
paling sederhana ialah gliserahdehid dan dihidroksiaseton. (poedjiadi, 2005, hal :
24)

Gliseraldehid dapat disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon
dan memepunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena
terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus keton. (poedjiadi, 2005, hal :
25). Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa dengan
rumus C4H804 , Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu
ketotetrosa. Pentosa adalah monosakarida yang mempunyai lima atom karbon.
Contoh pentose ialah ribose dan ribulosa. Mengetahui bahwa ribose adalah suatu
aldopentosa, sedangkan ribulosa adalah suatu ketopentosa. Pentosa dan heksosa
(C6H12O6)merupakan monosakarida yang penting dalam kehidupan.
Monosakarida yang dapat dianggap derivate D-gliseraldehid tertera pada gambar
diatas. (poedjiadi, 2005, hal : 25). Contoh Monosakarida:
Monosakarida Komposisi Terdapat dalam
Glukosa C6H12O6 Buah-buahan
Fruktosa C6H12O6 Buah-buahan, Madu
Tidak terdapat secara
Galaktosa C6H12O6
alami

4
2. Disakarida,
Disakarida, merupakan gabungan antara 2 monosakarida, padabahan
makanan, terdapat 3 jenis disakarida:
a. Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-
hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul
glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukrosa
terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-
fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada
sukrosa. struktur karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida)
dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk
berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal. Akibatnya,
sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk
aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan
merupakan gula pereduksi. (Fessenden, 1982, hal : 348)
b. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial
tepung (amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-
glukosa. Struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung
antarunit yaitu menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-
D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena
maltosa terhidrolisis oleh α-glukosidase. Satu molekul maltosa
terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa. (Fessenden, 1982, hal : 349)
c. Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu
sapi. Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang
dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β. Hidrolisis dari laktosa dengan bantuan
enzim galaktase yang dihasilkan dari pencernaan, akan memberikan
jumlah ekivalen yang sama dari α-D-glukosa dan β-D-galaktosa. Apabila
enzim ini kurang atau terganggu, bayi tidak dapat mencernakan susu.
Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia yang biasa menyerang
bayi. (Fessenden, 1982, hal : 351)

5
3. Polisakarida
Polisakarida adalah polimer yang tersusun oleh lebih dari lima belas
monomer gula. Dibedakan menjadi dua yaitu homopolisakarida dan
heteropolisakarida. Monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis,
sehingga disebut dengan "gula". Rasa manis ini disebabkan karena gugus
hidroksilnya, Sedangkan Polisakarida tidak terasa manis karena molekulnya yang
terlalu besar tidak dapat dirasa oleh indera pengecap dalam lidah. (Fessenden,
1982, hal : 352). Ada dua jenis polisakarida :
a. Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel
pelindung seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa
merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu
molekul tunggal selulosa merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-
glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam air menghasilkan D-
glukosa.
b. Pati / Amilum
Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer
dari glukosa. Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan
pada tumbuhan. Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan
menjadi dua fraksi utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaan
terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomernya.

2.1.1. Fungsi dari Karbohidrat


1. Sumber energi : fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi
tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di
seluruh dunia, karena banyak didapat alam dan harganya relatif murah.
Karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa
untuk keperluan energi segera;sebagian disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian
disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
2. Pemberi rasa manis pada makanan : karbohidrat memberi rasa manis pada
makanan, khususnya mono dan disakarida. Sejak lahir manusia menyukai

6
rasa manis. Alat kecapan pada ujung lidah merasakan rasa manis tersebut.
Gula tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling
manis.
3. Penghemat protein : bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka
protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan
mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila
karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai
zat pembangun.
4. Pengatur metabolisme lemak : karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi
lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton
berupa asam asetoasetat,aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat.
5. Membantu pengeluaran feses : karbohidrat membantu pengeluaran feses
dengan cara peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa
dalam serat makanan mengatur peristaltik usus,sedangkan hemiselulosa
dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga
memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan. (Almatsier,
2010, hal : 77)
2.2. Uji Iodin (I2)
Prinsipnya polisakarida akan membentuk reaksi denaniodine dan
memberikan warna spesifik tergantung jeniskarbohidratnya. Amilosa dan iodine
berwarna biru,amilopektin merah coklat, glikogen dan dekstrin berwarnamerah
coklat.(Septorini,Ragil.2008)
Kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat
menghasilkan warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati,
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam
spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut
(Fessenden, 1986).
Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum dipanaskan) larutan
berwarna putih bening. Namun, setelah dipanaskan warna larutan tetap putih
bening tetapi ada endapan berwarna ungu didasar tabung reaksi. Hal ini

7
menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati pada saat pemanasan. Adapun endapan
yang muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses hidrolisis pati yang
tidak sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir amilum (Diwan,
2012).
2.3. Uji Benedict
Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley
Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di
Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke
Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of
Physiological Chemistry.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna
larutan menjadi hijau, kuning, orange, atau merah bata dan muncul endapan hijau,
kuning, orange atau merah bata. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji
Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton,
maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa
dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan
glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit
diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti
dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine.
Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.

8
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses pemecahan suatu senyawa menjadi senyawa yang
lebih sederhana dengan bantuan molekul air (Kirk-Othmer, 1967). Atau, hidrolisis
merupakan proses pemecahan ikatan suatu senyawa oleh molekul air. (Fessenden
& Fessenden, 1997).
Berikut ini beberapa faktor yang sangat mempengaruhi reaksi hidrolisis :
1. Suhu
Suhu mempengaruhi jalanya reaksi hidrolisis, terutama pada kecepatan
reaksinya. Hidrolisis dari pati mengikuti persamaan reaksi orde satu
dengan kecepatan reaksi yang berbeda-beda untuk setiap jenis pati. Untuk
kisaran suhu 90-100o C, kecepatan reaksi meningkat dua kali lebih cepat
setiap kenaikan suhu 5o C. Sedangkan secara keseluruhan, pada umumnya
kecepatan reaksi hidrolisis akan meningkat dua kali lebih cepat setiap
kenaikan suhu 10o C. Dengan penggunaan suhu yang lebih tinggi, maka
waktu reaksi dapat di minimalkan. (Groggins, 1958). Penggunaan suhu
tinggi juga dapat meminimalkan penggunaan katalisator sehingga biaya
operasional lebih ekonomis.
2. Katalisator
Penggunaan katalisator pada reaksi hidrolisis dilakukan pertama kali oleh
Braconnot pada 1819. Beliau menghidrolisis linen (selulosa) menjadi gula
fermentasi dengan menggunakan asam sulfat pekat. Setelah itu ditemukan
bahwa asam dapat digunakan sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi hidrolisis. (Groggins, 1958). Katalisator yang biasa di gunakan
berupa asam, yaitu asam klorida, asam sulfat, asam sulfit, asam nitrat, atau
yang lainnya. Makin banyak asam yang di pakai sebagai katalisator, makin
cepat jalannya reaksi hidrolisa. Penggunaan katalisator dengan konsentrasi
kecil (larutan encer) lebih disukai karena akan memudahkan pencampuran
sehingga reaksi dapat berjalan merata dan efektif. Penggunaan konsentrasi
katalisator yang kecil dapat mengurangi kecepatan reaksi. Namun hal ini
dapat diatasi dengan menaikkan suhu reaksi.

9
3. Waktu
Waktu reaksi mempengaruhi konversi yang dihasilkan. Semakin lama
waktu reaksi, maka semakin tinggi pula konversi yang di hasilkan. Hal ini
disebabkan oleh kesempatan zat reaktan untuk saling bertumbukan dan
bereaksi semakin besar, sehingga konversi yang di hasilkan semakin
tinggi.
4. Netralisasi
Proses hidrolisis yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan proses
hidrolisis partial, sehingga diperlukan penghentian reaksi agar tak terjadi
pemecahan senyawa lebih lanjut. Proses hidrolisis diakhiri dengan
menghentikan pemanasan yang dilakukan dalam autoclave, dan
menetralisasi suasana asam. Kondisi asam oleh asam klorida dinetralisasi
dengan larutan natrium karbonat (Day-Underwood, 1993) Reaksi :
2 HCl + Na2CO3 2 NaCl + H2O + CO2
Penambahan larutan natrium karbonat sebanyak 15 ml dengan konsentrasi
tertentu sesuai dengan perhitungan berdasarkan konsentrasi dari HCl yang
berbeda-beda, sampai kondisi larutan menjadi netral (pH ± 7).

10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Tempat : Laboratorium Kimia Lantai II, Prodi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian Universitas Islam Nusantara Bandung.
Hari/Tanggal : Kamis, 28 Maret 2019
Pukul : 15.00 – 18.00 WIB

3.2. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tabung Reaksi Besar
2. Waterbath
3. Plat Tetes
4. Gelas ukur
5. Spatula
6. Timbangan elektrik atau Ohauss
7. Kertas ukur
8. Pipet tetes
Bahan :
1. Iod (I2) = 20 ml
2. Larutan Benedict
3. Larutan pati (amilum/starch) = 10 ml
4. Larutan Sukrosa 1 % = 5 ml (x1)
5. Larutan Sukrosa 1 % = 2 ml (y1)
6. Larutan Glukosa 1 % = 3 ml (y2)
7. Aquadest / Aquabidest.

11
3.3. Prosedur Kerja

Hidrolisis Pati (Amilum/Starch):


1. Masukkan 10 ml larutan pati ke dalam tabung reaksi besar;
2. Panaskan dalam air mendidih ( dalam Beacker glass );
3. Tes dengan air Iod dalam pelat tetes selang waktu (2 – 3) menit;
4. Teteskan ke dalam pelat tetes (1 – 2) tetes;
5. Catat warna air Iod (I2); dan
6. Warna air Iod harus sampai tetap

Hidrolisis Sukrosa:
1. Masukkan 5 ml larutan sukrosa ke dalam tabung reaksi besar;
2. Panaskan dalam air mendidih (dalam Waterbath);
3. Tes dengan Benedict (Warna Biru); dan
4. Amati dan catat perubahan warnanya dan endapannya.

Tes Larutan Glukosa (3 ml) + Sukrosa (2 ml):


1. Masukkan larutan glukosa + sukrosa (3 + 2) ml ke dalam tabung reaksi
besar;
2. Panaskan dalam air mendidih (dalam Waterbath);
3. Tes dengan Benedict (Warna Biru); dan
4. Amati dan catat perubahan warnanya dan endapannya.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hidrolisis Pati (Amilum/Starch) (10 ml)
Tabel Hasil Pengamatan Uji Pati - Iodium
Karbohidrat Pereaksi Perubahan Warna Perubahan Ditambahkan Reaksi
Saat di Warna Saat Iodium (2-3 Positif
Campurkan Dipanaskan tetes)

Aquades
Pati +
(10 ml)

Larutan menjadi
Putih sedikit warna biru tua
Tidak ada reaksi mengendap → pekat
putih keruh
mengendap

Hidrolisis Sukrosa (5 ml)


Tabel Hasil Pengamatan Uji Benedict

Perubahan Warna Saat Setelah Ditetesi Reaksi


Karbohidrat Pereaksi
Dipanaskan benedict Positif

Sukrosa
+ 10 ml
aquades +
Reagen
Benedict
Larutan menjadi biru
Larutan berwarna bening
muda, sedikit gelap

13
Tes Larutan Glukosa (3 ml) + Sukrosa (2 ml)
Tabel Hasil Pengamatan Uji Benedict
Setelah
dicampurkan
Glukosa (3 ml) +
Karbohi Pereaks Perubahan Warna Reaksi Positif
Sukrosa (2 ml)
drat i Saat Dipanaskan
dan di tetesi
benedict

Glukosa Reagen
+ 10 ml Benedi
aquades ct

Larutan berwarna
bening
+

Hasil larutan
setelah di
Sukrosa Reagen capampurkan
+ 10 ml Benedi menjadi biru
aquades ct muda yang lebih
terang

Larutan berwarna
bening

14
4.2. Pembahasan
Karbohidrat adalah polisakarida merupakan sumber energi utama pada
makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung
karbohidrat. Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen
(C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat
diberikan. Karbohidrat berasal dari kata ‘karbon’ dan ‘hidrat’. Atom karbon yang
mengikat hidrat (ai Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan
hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga
mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk
hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi
alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi.
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang
berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam
proses metabolisme. Dalam percobaan bikimia yang dilakukan tentang identifikasi
karbohidrat bertujuan untuk memahami metode identifikasi. Uji reaksi yang
dilakukan meliputi uji Iodium. dan uji Benedict.
Pada percobaan uji hidrolisis pati, amilum yang direaksikan dengan H20
(10 ml) menjadi berwarna putih bening sedikit endapan kemudian dihidrolisis dan
ditambahkan dengan iodium menghasilkan warna biru tua pekat. Hal ini karena
ada dua macam amilum atau pati, yaitu pati yang larut dan pati yang tidak larut.
Contoh pati yang larut adalah amilosa, dan pati yang tidak larut adalah
amilofektin. Jika amilosa direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru,
sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan iodium akan memberikan warna
ungu kehitaman. Prinsip pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui pembentukan
kompleks pati-iodium. Amilum atau pati pada iodium menghasilkan warna biru
dekstrin yang menghasilkan warna biru tua pekat, glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis bereaksi dengan iodium menghasilkan warna merah coklat atau
hitam. Semakin pekat perubahan warna pada bahan makanan yang diujikan,
semakin besar kandungan polisakarida yang terkandung didalamnya. Pada uji
iodium, hanya patilah yang menunjukan reaksi positif bila direaksikan dengan
iodium. Hal ini disebabkan dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit

15
glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan
molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan
warna biru tua pada kompleks tersebut. Butir-butir pati tidak larut dalam air
dingin tapi apabila suspensi dalam air dipanaskan maka akan terjadi suatu larutan
koloid yg kental. Larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna
biru. Warna biru tua pekat tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang
terbentuk senyawa. Alasan lainnya karena terjadi absorbsi molekul Iodium yang
masuk dalam aliran spiral amilosa (pati) polisakarida. Apabila dipanaskan, spiral
molekul akan merenggang dan kehilangan daya absorbsinya terhadap Iodin
sehingga ia kembali menjadi tidak berwarna (warna sama seperti warna sampel
awal). Iodium yang dipakai disini berfungsi sebagai indikator suatu senyawa
polisakarida. Bila suatu senyawa/larutan dipanaskan dan diberi iodium menjadi
biru tua , maka senyawa itu adalah polisakarida. Apabila senyawa itu dipanaskan
membentuk koloid, yang jika ditambah iodium, warna menjadi bening (tidak
berwarna) hal ini menandakan bahwa polisakarida itu telah terhidrolisis sempurna
menghasilkan glukosa (monosakarida).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan
beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini
akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan
alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi,
namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah
menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif
dengan pereaksi benedict.
Dari hasil praktikum, sukrosa, dan glukosa + sukrosa mengalami
perubahan. Sukrosa 5 ml yang ditambahkan aquades lalu di panaskan dalam
waterbath dan ditetsi benedict, warnanya berubah menjadi biru muda yang sedikit
gelap yang disebabkan oleh larutan benedict yang terdiri dari tembaga sulfat
(CuSO4). Pada saat glukosa + sukrosa dicampurkan lalu dipanaskan didalam
waterbath dan di tetesi benedict terjadi perubahan warna yang awalnya bening
menjadi biru muda yang lebih terang. Sukrosa (gula pasir) dan galakosa tidak
terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa bukanlah

16
gula pereduksi dan tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena
keduanya saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas (Winarno,
1997). Sukrosa adalah gabungan antara glukosa dengan fruktosa, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi
keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana
basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Sementara itu, gula
yang merupakan pereduksi terkust adalah maltosa karena endapan yang terbentuk
warna merah kecoklatan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

17
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Karbohidrat adalah polisakarida merupakan sumber energi utama pada
makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan
mengandung karbohidrat. Penyusun utama karbohidrat adalah karbon,
hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu
monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida
2. Berdasarkan uji iodin (I2) yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pati (Amilum/Starch) positif terhadap uji iodin sehingga bahan uji tersebut
menjadi warna biru tua pekat sehingga termasuk polisakarida.
3. Berdasarkan uji benedict yang telah dilakukan dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sukrosa, dan penggabungan glukosa dengan sukrosa,
positif terhadap uji benedict sehingga semua bahan uji tersebut merupakan
gula pereduksi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hala, Yusminah dan hartono. 2011. Penuntun Biokimia Umum. Makassar:


Jurusan Biologi FMIPA UNM.
McGilvery&Goldstein. 1996. Biokimia : Suatu Pendekatan Fungsional. Surabaya
:Airlangga University Press
Yazid, Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Hart Harold et al .2003.Kimia Organik .Penerjemah: Suminar Setiati
Achmadi.Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry
Lehninger, Albert L..1984.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1.Penerjemah: Maggy
Thenawijaya.Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry
Rahayu Anny et al . 2005. “Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada
Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasi
Asepergillus oryzae”. Bioteknologi. 2 (1): 14-20
Winarno F.G..1984.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta (ID): Gramedia

19
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1

Pereaksi Iodium yang dicampurkan dalam


hidrolisis pati

Proses pemanasan larutan dalam air


mendidih (dalam Waterbath)

Proses pencampuran H20 dengan sukrosa

Timbangan ohauss yang digunakan untuk


menimbang bahan (karbohidrat)

Perbandingan hasil dari hidrolisis sukrosa


dengan tes larutan Glukosa (3 ml) +
Sukrosa (2 ml):

20

Anda mungkin juga menyukai