( Biokimia )
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Manusia membutuhkan berbagai macam gizi untuk menunjang kebutuhan
hidupnya. Hal tersebut bisa diperoleh dari berbagai makanan yang dikonsumsi
oleh manusia, salah satunya yaitu dari susu segar. Susu segar adalah air susu yang
tidak dikurangi atau ditambah apapun yang diperoleh dari perahan sapi yang sehat
secara kontinyu dan sekaligus sempurna (Resnawati, 2010).
Susu adalah salah satu sumber penting yang banyak mengandung protein
protein, riboflavin dan kalsium serta memberikan sejumlah penting vitamin B dan
vitamin A. Namun susu bukanlah merupakan makanan sempurna bagi manusia
karena susu relatif kekurangan zat besi, vitamin C dan vitamin D. Pada
pemasakan yang lebih lama mungkin terjadi karamelisasi laktosa. Sebagian
vitamin C dan tiamin susu rusak oleh pemasakan (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan makanan yang mudah rusak, oleh sebab itu perlu
mendapat perawatan secara khusus. Setelah itu air susu diperah, segera dibawa ke
kamar susu, kemudian disaring. Penyaringan itupun perlu dilakukan dengan
segera guna menghindari agar jangan sampai kuman-kuman yang hinggap pada
kotoran di dalam air susu mendapat kesempatan untuk berkembang-biak lebih
lanjut. Sesudah air susu disaring, barulah ditakar. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah produksi. Kemudian air susu dari beberapa ekor sapi tersebut
dicampur perlahan-lahan sampai menjadi campuran air susu yang homogen. Susu
mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-macam aldehid
menjadi asam.
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimksud hidrolisis enzim sukrosa ?
2. Apa yang dimaksud susu?
3. Bagaimana hasil tes hidrolisis enzim sukrosa?
4. Bagaimana hasil dari aldehid oksidasi (susu/scardingers)?
5. Apakah yang dimaksud enzim scardingers?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2. Fermentasi Ragi
Fermentasi berasal dari kata “fervere” yang berarti mendidih yang
menunjukkan adanya akti;itas dari yeast pada ekstrak buah-buahan atau biji-
bijian. Sedangkan dalam mikrobiologi industry fermentasi diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah bakan baku menjadi suatu proses oleh mikroba. Khamir
mampu memfermentasi glukosa, fruktosa5 dan maltose menjadi bioethanol
namun masing-masing spesies mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di dalam
menggunakan jenis gula yang ada reaksi hidrolisis pati berlangsung mengikuti
persamaan reaksi berikut:
5
b. Fermentasi adalah penguraian metabolic senyawa organic yang
berlangsung dalam suatau organisme, tanpa kehadiran oksigen molecular
dan dengan menggunakan senyawa organic, baik sebagai zat pengoksidasi
maupun substrat yang dioksidasi.
c. Fermentasi adalah proses perubahan kimia yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau enzim. Reaksi biasanya merupakan penguraian gula
dan pati menjadi etanol dan karbondioksida dengan rumus :
C6H12O6 2CO2 + 2 C2H5OH
Pada dasarnya metabolism glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen
atau aerob. Reaksi anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi
anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam
laktat. Proses ini disebut dengan glikolisis. Glikolisis anaerob adalah proses
penguraian karbohidrat menjadi laktat melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
Proses senyawa kimia secara enzimatis menghasilkan gas, dalam hal ini adalah
penguraian karbohidrat menghasilkan etanol dan CO2 tanpa melibatkan oksigen
(Danial, 2010 : 27).
Hanya saccharmyces cerevisiae strain tertu saja yang dapat bertahan pada
kadar alcohol 2,5-5 %. Oleh karena itu dibutuhkan lama fermentasi yang tepat
untuk proses fermentasi etanol agar didapatkan kadar etanol dalam jumlah yang
tinggi, nilai pH rendah, dan produksi gas yang tinggi tetapi tidak mengganggu
pertumbuhan saccharomyces cerevisiae (Sebayang, 2006).
Laktosa merupakan gula sederhana sehingga dalam proses produksi
bioetanol tidak membutuhkan proses hdrolisis. Mikroorganisme yang umumnya
digunakan dalam proses produksi bioetanol adalah saccharomyces cerevisiae.
Saccharomyces cerevisiae memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
mikroorganisme lain yang dapat memproduksi bioetanol. Kelebihan tersebut yaitu
mudah beradaptasi dengan lingkungan, lebih tahan terhadap kadar alcohol tinggi,
dan lebih mudah didapat (Azizah, 2012). Saccharomyces cerevisiae sendiri tidak
dapat memfermentasi pati menjadi etanol, melainkan diperlukan kapang untuk
mengkonversi pati dahulu menjadi glukosa (Tim Dosen Kimia, 2013 : 1).
6
2.2. Analisis Aldehida Oksidase (Susu/Schadingers)
2.2.1. Pengertian Susu
Susu dari asal katanya adalah cairan yang tak tembus cahaya yang
dihasilkan oleh kelenjar susu dan terdiri atas air, protein susu (kasein), lemak,
karbohidrat (laktosa) dan beberapa zat lain. Susu emulsi lemak dalam air dengan
kasein sebagai zat pengemulsi/emulgator (Lehninger, 1995).
Susu merupakan bahan baku dari semua produk yang mengandung susu.
Susu sebagian besar digunakan sebagai suatu produk pangan. Jika dipandang dari
segi gizi, susu merupakan satu-satunya bahan makanan yang hampir sempurna
dan merupakan makanan alamiah yang tidak saja bagi hewan yang menyusui juga
untuk manusia, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi
kehidupan segera sesudah lahir (Lehninger, 1995).
Susu segar adalah susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau
ditambahkan bahan apapun dari pemerahan susu sapi yang sehat. Kriteria untuk
air susu sapi yang baik setidak-tidaknya memenuhi hal-hal berikut ini : (i) bebas
dari bakteri patogen, (ii) bebas dari zat-zat berbahaya ataupun toksin seperti
insektisida, (iii) tidak tersemar oleh debu dan kotoran, (iv) zat gizi tidak
menyimpang dari codex air susu, dan (v) memiliki cita rasa normal (Resnawati,
2010).
Susu merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal
sebagai bahan yang tidak tahan lama dan mudah rusak (perishable food), hal ini
disebabkan karena susu mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang
mendekati normal dan kandungan nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini
merupakan keadaan yang cocok untuk pertumbuhan optimum mikroorganisme
(Ekawasti, 2006).
Berdasarkan definisi susu segar, dapat dinyatakan bahwa susu segar adalah
susu murni, sehat, baik (tidak rusak), rasa manis, bau aromatis, pH mendekati
netral, dan jumlah kuman sedikit (Ekawasti, 2006).
7
2.2.2. Sifat Sifat Susu
Air susu yang normal atau sehat mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat
dilihat dari (Agraris, 1993):
1. Warna
Warna air susu yang sehat adalah putih kekuning-kekuningan dan tidak
tembus cahaya. Air susu yang berwarna agak merah atau biru, terlalu encer
seperti air adalah susu yang tidak normal. Warna air susu yang kemerah-
merahan memberi dugaan bahwa air susu tersebut berasal dari sapi yang
menderita Mastitis. Warna kebiruan menunjukkan bahwa air susu telah
dicampur air terlampau banyak. Sedang susu yang berlendir, bergumpal,
menandakan bahwa air susu tersebut sudah rusak.
2. Bau dan rasa
Air susu yang masih segar dan murni memiliki bau yang khas. Bau yang
asam menunjukkan bahwa air susu sudah basi, terlalu lama disimpan. Air
susu yang berbau busuk menunjukkan bahwa air susu sudah rusak sama
sekali. Air susu yang masih segar dan murni rasanya enak, sedikit manis
dan agak berlemak. Air susu yang rasanya asin, atau mungkin agak
masam, pahit, menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai rusak. Rasa
hambar berarti air susu itu banyak dicampuri air.
3. Berat jenis
Berat jenis pada air susu sangat dipengaruhi oleh:
a. Susunan air susu itu sendiri
Dalam hal ini yang menentukan ialah kadar bahan keringnya. Semakin
tinggi kadar bahan keringnya maka akan semakin tinggi pula berat
jenisnya dan demikian sebaliknya.
b. Temperatur
Air susu akan mengembang pada suhu yang semakin tinggi, per
satuan volume air susu pun mengembang pula menjadi menjadi
ringan. Dan sebaliknya, dengan pendinginan, air susu akan menjadi
padat sehingga per kesatuan volume akan menjadi lebih berat. Oleh
karena itu, di Indonesia berat jenis air susu itu ditetapkan pada
temperatur 25o (suhu kamar).
8
4. Derajat keasaman
Susu yang normal derajat keasamannya sekitar 4 – 7,5o SH. Susu yang
rusak derajat keasamannya akan meningkat.
9
pospat baik sebagai protein, maupun sebagai ion pospat anorganik. Kesegaran
susu dapat ditandai dengan masih aktifnya enzim-enzim yang terdapat didalamnya
diantaranya aktifnya enzim amylase, lipase, peroksidase, katalase dan sebagainya
(Tim Dosen Biokimia, 2001).
Susu mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-
macam aldehid menjadi asam. Reaksinya berlangsung secara anaerobik dan dapat
ditunjukkan bila ada akseptor hidrogen yang sesuai seperti : metilen biru. Jalannya
reaksi dapat dilihat dari perubahan warna biru (bentuk oksidasi) menjadi tak
berwarna (bentuk reduksi). Reaksi ini biasanya dilakukan dalam tabung Thunberg
(Patong, dkk., 2012).
Uji metilen biru dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri
yang terdapat dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat yang biru
ke dalam susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri dalam susu
tersebut untuk melakukan aktifitas yang dapat mengakibatkan perubahan warna
zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu tersebut, semakin cepat
terjadinya perubahan warna zat tersebut. Uji metilen biru didasarkan pada
kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen terlarut,
sehingga menyebabkan perubahan penurunan kegiatan oksidasi-reduksi dari
campuran tersebut. Maka akibatnya metilen biru yang ditambahkan akan tereduksi
menjadi putih metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang disebut Schardinger
enzyme (Girindra, 1990).
Schardinger pada tahun 1902 mengamati bahwa metilen biru berkurang
formaldehida di dalam susu segar. Enzim yang bersangkutan dalam oksidasi ini
dan aldehida lainnya dikenal sebagai "enzim Schardinger" (Booth, 1935).
Enzim Schardinger merupakan enzim yang termasuk golongan enzim
oksidase ini terdapat antara lain di dalam susu ncubato dikenal pula sebagai enzim
xanthine oksidase karena dapat mengoksidase xanthine. ncubator juga dapat
mengoksidasi aldehid. Di dalam percobaan ini ncubator blue digunakan sebagai
penangkap hydrogen (Anonim, 2012).
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat : Bahan :
1. Gelas Ukur 1. Fermipan (Ekstrak Ragi)
2. Tabung Reaksi 2. Buffer pH 4,4 (Asam)
3. Pipet Tetes 3. Aquades
4. Water Bath 4. Formaldehida
5. Larutan Sukrosa
6. Larutan Pati
7. NaHCO3 (5 %)
8. Reagens Benedict
Alat : Bahan :
1. Kertas Parafilm 1. Susu Steril
2. Tabung Reaksi 2. Metilene Blue
3. Pipet Tetes 3. Formaldehida
4. Gelas Ukur 4. Aquades
5. Water Bath
11
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Hidrolisis Enzim Sukrosa
1. Membuat ragi roti (enzim sukrosa) dari fermipan dengan cara
melarutkan Toulena + Aquades (hingga larut)
2. Semua tabung dipanaskan selama 30 menit dalam Water Bath lalu
tambahkan NaHCO3 dan reagen benedict 1 tetes saja
3. Amati perubahan yang terjadi!
Daftar Tabel Percobaan
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hidrolisis Enzim Sukrosa
Tabel Hasil Hidrolisis Enzim Sukrosa
BAHAN YANG
KELOMPOK
DIGUNAKAN HASIL PERCOBAAN
13
4.1.2. Analisis Aldehida Oksidase (Susu/Schadingers)
Tabel Hasil Analisis Aldehida Oksidase (Susu/Schadingers)
LARUTAN
5 menit
10 menit
15 menit
14
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hidrolisis Enzim Sukrosa
Percobaan ini sukrosa akan dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa
dengan melakukan penambahan mikroba yaitu ragi roti saccharmyces cerevisiae.
Lengkah awal percobaan ini adalah membuat suspense dari semua ragi.
15
4.2.2. Analisis Aldehida Oksidase (Susu/Schadingers)
1. Tabung reaksi mana yang kehilangan paling awal warna birunya?
Jawaban:
Uji metilen biru dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang
terdapat dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat yang biru ke
dalam susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri dalam
susu tersebut untuk melakukan aktifitas yang dapat mengakibatkan perubahan
warna zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu tersebut,
semakin cepat terjadinya perubahan warna zat tersebut. Uji metilen biru
didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan
menggunakan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan perubahan penurunan
kegiatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Maka akibatnya metilen
biru yang ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen. Selain itu
bekerja pula enzim yang disebut Schardinger enzyme (Girindra, 1990).
Pada percobaan ini urutan warna biru yang hilang lebih awal adalah susu ke-
1, susu ke-3, dan susu ke-2. Pada susu kedua tidak mengalami perubahan
warna karena adanya campuran formaldehida yang tidak tereduksi oleh susu,
sehingga tidak dapat merubah warna menjadi putih.
16
2. Tuliskan dalam percobaan ini reaksi enzimatis yang terjadi?
Jawaban :
Tabung reaksi 1( 3 ml susu+1 tetes metilen blue)
H O
C=O + metilen blue H C OH + metilen blue H2 (Putih)
H
Xanthin dehidrogenase
17
3. Mengapa dalam proses reaksi oksidai ini perlu keadaan anaeroobik
(ditutup parafilm)?
Jawaban:
Anaerobik adalah kata teknik yang secara harfiah bererti "tanpa udara" (di
mana "udara" biasanya bererti oksigen). Kata yang berlawanan dengannya
adalah aerobik. Dalam pengolahan limbah, tidak adanya oksigen bebas
dinamakan sebagai 'anoxic'; sedangkan anaerobik digunakan untuk
mengindikasikan tidak adanya akseptor elektron (nitrat, sulfatatau oksigen)
Bakteri anaerob merupakan Bakteri yang tidak dapat tumbuh dalam suasana
O2 atau zat asam karena dalam suasana ini akan terbentuk H2O2 yang bersifat
toksik terhadap bakteri. Sebab lain menyatakan dalam suasana zat asam
potensi oksidasi-reduksi yang diperlukan kuman anaerob tidak akan menurun.
18
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Hidrolisis Enzim Sukrosa
1. Dari keempat percobaan larutan tersebut menghasilkan reaksi dan warna
yang berbeda-beda karena larutan bahan yang dicampurkan berbeda
2. Hasil percobaan keempat larutan tersebut, tabung reaksi 1 dan 2 tidak
mengalami perubahan warna, sedangkan tabung reaksi 3 dan 4 mengalami
perubahan warna.
3. Pada tabung reaksi 3 terdapat perubahan warna yang membentuk dua
bagian warna, yaitu hijau dan kuning pekat dikarenakan adanya larutan
pati.
4. Pati yang terhidrolisis akan berubah menjadi tidak berwarna dari larutan
sebelumnya yang berwana biru dan percobaan ini tidak terbukti pada
tabung reaksi 3.
19
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, H dkk. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadapa kadar alcohol, pH, dan
produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dengan subtitusi kulit
nanas.Jurnal aplikasi teknologi pangan Vol 1. No. 2. Ponegoro : UNDIP
Danial, Muhammad. 2010. Konsep-konsep dasar biokimia. Malang :
Selaras
Hamdani, s. 2011. Fermentasi. Http://catatankimia.com. Diakses pada tanggal 16
januari 2014.
Mulyono. 2009. Kamus kimia. Jakarta : Bumi Aksara
Sebayang, Firman. 2006. Pembuatan etanol dari molase setara fermentasi
menggunakan sel saccharomyces cerevisiae yang termobilisasi pada
kalsium alginate. Jurnal teknologi proses Vol 5. No. 2. Medan : USU
Suradmaja. 2003. Kamus pintar kimia. Jakarta. Eramedia
Tim Dosen Biokimia. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Lab.
Kimia FMIPA UNM
Wikipedia. 2014. Fermentasi Etanol. Http://wikipedia.org. diakses pad tanggal 16
januari 2014.
Anonim, 2012, Enzim Schardinger dan Peroksidase (online),
(http://apoteksejati24.blogspot.com/2012/03/enzim-schardinger-dan-
peroksidase.html), )
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Resnawati, H., 2010, Kualitas Susu pada Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan
(online),(http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp0
8-70.pdf)
Tim Dosen Biokimia, 2001, Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Negeri
Makassar, Makassar.
20
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
21