Anda di halaman 1dari 38

LARUTAN KIMIA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Kimia
Dasar I (Anorganik)

Disusun oleh :
KELOMPOK 3

Saeful Rahman 41035003171013


Indah Wahyuni 41035003171014
Siti Halida Hamzah 41035003171015
Umar Sidik 41035003171016
M. Fachri Arullah 41035003171017
Febriyane Ashari K. 41035003171018
N. Tita 41035003171034
Rahmat W Ramdyan 41035003172002

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan izin-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Larutan
Kimia” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kimia Dasar I.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memperdalam ilmu pengetahuan, khususnya memperdalam ilmu kimia dasar
tentang larutan kimia.
Makalah ini hasil dari kerja keras penyusun yang mungkin ada beberapa
kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini
sangat penyusun harapkan dan semoga penulisan makalah ini membawa manfaat
bagi penyusun sendiri maupun bagi pembacanya. Aamiin…

Bandung, Desember 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2


2.1 Larutan Asam, Basa dan Garam .................................................................... 2
2.1.1 Larutan Asam ........................................................................................ 2
2.1.2 Larutan Basa ......................................................................................... 6
2.1.3 Larutan Garam ...................................................................................... 9
2.2 Konsentrasi Larutan ..................................................................................... 14
2.3 Derajat Keasaman (pH) dan Kesetimbangan Air ........................................ 17
2.4 Larutan Buffer dan Hidrolisis ...................................................................... 20
2.5 Analisis Kimia ............................................................................................. 24

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 32


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

ii
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1. Berbagai jenis asam ............................................................................................ 3
2. Beberapa basa dan reaksi ionisasinya ................................................................. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kimia dari waktu ke waktu terus berkembang, termasuk pengetahuan
manusia tentang aspek-aspek larutan kimia yang kini sedemikian fundamental
untuk dikuasai oleh manusia. Larutan kimia merupakan konsep yang kini
berkembang di seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti biologi, pertanian, dan
kedokteran.
Larutan adalah campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang komposisinya
merata atau serba sama (homogeny). Tidak ada bidang batas antara zat pelarut
dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut
dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion,
atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair,
pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat
terlarut (solute). Solven sebagai komponen yang secara fisik tidak berubah jika
larutan terbentuk, sedangkan solute sebagai semua komponen yang larut dalam
pelarut. Larutan tidak hanya berbentuk cair, tetapi juga berbentuk gas dan padat.
Sedemikiannya ilmu ini, maka menjadi salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh dalam mata kuliah kimia dasar I..

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui dan memahami ilmu kimia dasar tentang larutan kimia yang meliputi
larutan asam, basa dan garam, konsentrasi larutan, derajat keasaman (pH) dan
kesetimbangan air, larutan buffer dan hidrolisis, dan analisis kimia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Larutan Asam, Basa dan Garam


2.1.1 Larutan Asam
Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang berarti masam.
Secara kimia, kita dapat mendefinisikan asam sebagai senyawa yang
menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut (biasanya air). Jadi
yang dimaksud dengan larutan asam adalah larutan yang melepaskan ion
hidrogen (H⁺).
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam, dan yang tetap
diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+.
Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius dirumuskan
sebagai HxZ yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut :

Contoh : Asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) dalam air akan
terionisasi sebagai berikut:

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut


valensi asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah
melepas ion H+ disebut ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion
sisa asam dengan didahului kata asam. Beberapa contoh asam dan reaksi
ionisasinya diberikan pada Tabel 1.

2
3

Tabel 1. Berbagai jenis asam

*) Asam hipotetis, asam yang tidak stabil, segera terurai menjadi zat lain. Asam hipotetis
di atas terurai menurut persamaan
2HNO3 (aq) → H2O (l) + NO (g) + NO2 (g)
H2SO3 (aq) → H2O (l) + SO2 (g)
H2CO3 (aq) → H2O (l) + CO2 (g)
#) Asam nonoksi adalah asam yang tidak mempunyai oksida asam. Asam oksi adalah
asam yang mempunyai oksida asam. Asam organik adalah asam yang tergolong senyawa
organik. Asam organik tidak mempunyai oksida asam.

Senyawa asam banyak kita temukan dalam kehidupan sehari–hari,


seperti pada makanan dan minuman. Selain itu, senyawa asam dapat pula
4

kita temukan di dalam lambung. Di dalam lambung terdapat asam klorida


yang berfungsi membunuh kuman. Contoh laninya larutan bersifat asam
antara lain larutan cuka, air jeruk, air aki.
2.1.1.1 Sifat Asam
a. Rasa Asam
Pernahkah kamu makan acar mentimun? Ras kecutnya membuat acar
terasa segar dan cocok dipadukan dengan berbagai macam masakan,
seperti gulai kambing, opor ayam, dan nasi goreng. Rasa kecut tersebut
berasal dari cuka. Cuka merupakan salah satu asam yang kita kenal
dalam kehidupan sehari–hari. Nama cuka dalam ilmu kimia adalah
asam asetat (asam etanoat)
b. Mengubah Warna Indikator
Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah
warna beberapa zat alami ataupun buatan. Sifat inilah yang selanjutnya
akan digunakan untuk mengidentifikasikan sifat asam dari beberapa
senyawa asam. Dengan menggunakan indicator. Indikator yang sering
digunakan adalah kertas lakmus biru menjadi merah, sedangkan kertas
lakmus merah akan tetap berwarna merah.
c. Menghantarkan Arus Listrik
Asam dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu disebabkan asam dapat
melepaskan ion–ion dalam larutannya yang mampu menghantarkan
arus listrik. Asam kuat merupakan elektrolit yang baik. Semakin kuat
suatu asam, akan semakin baik pula daya hantar listriknya. (memiliki
sifat elektrolit yang baik). Contohnya adalah asam sulfat yang terdapat
pada aki mobil.
d. Bereaksi dengan Logam Menghasilkan Gas Hidrogen
Asam bereaksi dengan beberapa jenis logam menghasilkan gas
hidrogen. Logam magnesium, besi, tembaga dan seng merupakan
contoh logam yang dapat bereaksi dengan asam sehingga menghasilkan
gas hydrogen dan senyawa garam.
Reaksi :
Asam + Logam tertentu  Garam + Gas Hidrogen
5

Bila kita mereaksikan dua asam yang berbeda pada logam yang sama,
maka kita akan memperoleh hasil yang berbeda. Hal itu disebabkan
perbedaan kekuatan asam yang kita gunakan.

2.1.1.2 Kekuatan Asam


Berdasarkan sifat kuat lemahnya asam, kita mengenal adanya asam
kuat dan asam lemah. Kuat lemahnya suatu asam ditentukan oleh jumlah ion
hidrogen yang terionisasi dalam larutan.
a. Asam Kuat
Asam kuat adalah asam yang banyak menghasilkan air dalam
larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya)
b. Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang sedikit menghasilkan ion dalam
larutannya (terionisasi sebagian dalam larutan).

Konsentrasi larutan berkaitan dengan banyaknya zat yang terlarut


dalam suatu volume pelarut tertentu. Semakin banyak zat yang terlarut,
konsentrasi larutan tersebut semakin tinggi (semakin pekat). Pada larutan
encer terdapat sejumlah kecil zat terlarut dalam pelarutnya. Untuk
menyatakan konsentrasi larutan lazim digunakan istilah molar (M).

2.1.1.3 Peranan Asam dalam Kehidupan


Asam merupakan salah satu senyawa yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan. Dalam bidang industry, asam banyak
digunakan, antara lain dalam proses pembuatan pupuk, obat-obatan, bahan
peledak, plastik, dan pembersihan permukaan logam-logam tertentu.
Selain itu, terdapat beberapa asam organic yang digunakan sebagai
pengawet makanan, seperti asam asetat, asam askorbat, asam propanoat,
dan asam benzoate. Kebanyakan asam organik merupakan asam lemah.
Meskipun asam adalah senyawa yang sangat berguna, tetapi asam juga
dapat menyebabkan berbagai kerusakan karena sifatnya yang korosif.
Salah satunya adalah peristiwa hujan asam yang akhir-akhir ini
6

menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Asam merupakan senyawa


kimia yang mempunyai rumus senyawa kimia tertentu. Asam dapat
ditemukan sebagai senyawa murni atau terlarut dalam pelarut tertentu.
Sehari–hari, kita sering menjumpai asam sebagai suatu zat yang terlarut
dalam suatu pelarut tertentu (biasanya air) sehingga disebut larutan asam.
Bila suatu asam terlarut dalam sejumlah besar volume air, maka kita
katakana bahwa konsentrasi asam tersebut rendah atau disebut juga
sebagai asam encer. Konsentrasi suatu asam meningkat seiring dengan
semakin berkurangnya jumlah air yang melarutkannya.

2.1.2 Larutan Basa


Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Secara
kimia, kita dapat mengidentifikasikan basa sebagai senyawa yang
menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika larut dalam pelarut air.
Perhatikanlah bahwa rumus senyawa basa selalu memiliki gugus OH
(kecuali untuk ammonium hidroksida). Adanya gugus OH inilah yang
menyebabkan senyawa basa memiliki sifat-sifat khas sebagai suatu basa.
Sama halnya seperti asam, konsep yang cukup memuaskan tentang
basa, dan yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius
pada tahun 1884. Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dalam air
melepaskan ion OH-. Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa
Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
berikut:
M(OH)x (aq) → Mx+(aq) + x OH- (aq)

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut
valensi basa. Beberapa contoh basa diberikan pada Tabel 2.
7

Tabel 2. Beberapa basa dan reaksi ionisasinya

Contoh larutan bersifat basa antara lain air kapur, air abu, larutan sabun,
larutan amonia, larutan soda.

2.1.2.1 Sifat Basa


a. Pahit dan Terasa Licin di Kulit
Apa yang kamu rasakan ketika kamu memegang sabun? Mengapa
sabun terasa licin ketika disentuh? Rasa licin pada sabun disebabkan
oleh basa yang terdapat pada sabun tersebut. Basa pembuat sabun
adalah natrium hidroksida. Selain terasa licin, basa pun memiliki rasa
yang pahit. Akan tetapi, kamu tidak dianjurkan untuk memeriksa
apakah suatu zat itu suatu basa atau tidak dengan cara menyentuh atau
mencicipinya. Hal itu karena basa kuat bersifat korosif yang dapat
menyebabkan tanganmu teriritasi dan terbakar.
b. Mengubah Warna Indikator
Seperti halnya asam, larutan basa pun akan bereaksi dengan indicator
sehingga dapat mengubah warna indicator tersebut. Basa akan
mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru, sedangkan lakmus
biru akan tetap berwarna biru.
8

c. Menghantarkan Arus Listrik


Seperti halnya asam, senyawa basa pun merupakan penghantar listrik
yang baik, khususnya basa kuat. Basa kuat mudah terionisasi dalam
air.
d. Menetralkan Sifat Asam
Salah satu sifat basa adalah meniadakan atau menghilangkan sifat
suatu asam yang direaksikan dengan basa tersebut. Asam yang kita
miliki akan berkurang sifat keasamannya, bahkan dapat berubah
menjadi tidak asam. Apabila basa direaksikan dengan asam, maka akan
membentuk garam dan air. Reaksi itu disebut dengan reaksi penetralan
(netralisasi). Sebagai contohnya adalah kalsium hidroksida direaksikan
dengan asam sulfat akan membentuk kalsium sulfat dan air.
Reaksi :
Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat  Kalsium Sulfat + Air
Ca(OH)2(aq) + H2SO4(aq)  CaSO4 (aq)+ 2H2O (I)
Tahukah kamu, mengapa pada tanah gambut sebelum ditanami terlebih
dahulu diberi kapur? Kapur merupakan salah satu contoh dari basa
yang dapat mengurangi tingkat keasaman tanah. Tablet obat sakit mag
terbuat dari basa magnesium hidroksida, mengapa? Konsentrasi asam
lambung yang terlalu tinggi dapat dikurangi dengan memakan obat
sakit mag. Jadi, pada dasarnya konsentrasi asam pada suatu zat dapat
kita kurangi dengan cara menambahkan suatu basa ke dalamnya. Basa
merupakan istilah kimia yang digunakan untuk semua zat yang dapat
menetralkan asam.
Selain karena kemampuan basa yang dapat menetralkan asam, basa
pun memiliki kemampuan untuk melarutkan minyak dan debu
sehingga basa digunakan untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh,
pembersih alat dapur yang ada di pasaran mengandung natrium
hidroksida yang berfungsi membersihkan noda minyak atau mentega.
Pembersih lantai mengandung ammonia yang dapat membersihkan
debu.
9

2.1.2.2 Kekuatan Basa


Berdasarkan sifat kuat lemahnya basa, kita mengenal adanya basa
kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat bergantung pada kemampuan
basatersebut melepaskan ion OH- dalam larutan dan konsentrasi larutan
basa tersebut.
a. Basa Kuat
Basa kuat yaitu basa yang ion-ion nya terurai sempurna dalam air
(terionisasi sempurna). Basa kuat bersifat korosif.
Contoh senyawa yang tergolong basa kuat adalah natrium hidroksida
(NaOH), kalium hidroksida (KOH), dan kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
b. Basa Lemah
Basa lemah yaitu basa ion-ionnya tidak terurai secara sempurna dalam
air (terionisasi tidak sempurna).
Contoh senyawa yang tergolong basa lemah adalah ammonia (NH3)

2.1.2.3 Peranan Basa dalam Kehidupan


Basa dapat dengan mudah kita temukan, baik itu di rumah maupun
di industri. Ketika kita membuat rumah, kita menggunakan semen. Semen
dibuat dari basa kalsium hidroksida. Basa pun dapat kita temukan pada
aneka bahan pembersih dan ketika membuat kue. Pada saat membuat kue,
kita sering menambahkan baking soda agar kue yang kita buat
mengembang. Baking soda merupakan suatu basa.

2.1.3 Larutan Garam


Reaksi asam dengan basa membentuk garam disebut reaksi
penetralan. Akan tetapi reaksi penetralan tidak berate membuat larutan
garam menjadi netral. Garam merupakan suatu senyawa ion, yang terdiri
dari kation logam dan anion sisa asam. Kation adalah ion bermuatan positif
dan anion merupakan ion bermuatan negative. Kation garam dapat dianggap
berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya berasal dari suatu asam. Jadi
pada dasarnya suatu garam mempunyai komponen basa (kation) dan
komponen asam (anion).
10

Sebagai contoh larutan garam adalah NaCl. Natrium klorida terdiri


dari kation Na+ berasal dari basa kuat NaOH dan anion Cl yang berasal
dari asam kuat HCl. Di dalam air NaCl terdapat sebagai ion – ion yang
terpisah. Berdasarkan persamaan reaksi :
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
ion logam ion non logam

Contoh lainnya larutan garam :


• NH4Cl → NH4⁺ + Cl¯
sisa basa

• CH3COONa → CH3COO¯ + Na⁺


sisa asam

2.1.3.1 Garam Normal


Garam normal adalah garam yang terbentuk dari asam apabila
seluruh atom H pada asam tersebut diganti dengan logam, atau terbentuk
dari basa bila seluruh gugus OH dari basa tersebut diganti oleh sisa asam.
Contohnya adalah NaNO3, KBr, AlCl3, MgSO4, Zn3(PO4)2 dan lain – lain.
 Tata Nama Senyawa Garam Normal
Jika bilangan oksidasi logamnya hanya satu buah, maka cara
penamaannya hanya satu cara yaitu dengan menyebutkan nama logam
tersebut lalu diikuti dengan nama sisa asamnya. Contoh tata nama garam
dengan logam yang biloksnya hanya satu buah :
- Al(NO3)3 = Alumunium Nitrat
- MgSO4 = Magnesium Sulfat
- NaCl = Natrium Klorida
- K3PO4 = Kalium Posfat
- FeSO4 = Tidak dapat dinamai dengan tata nama ini karena Besi
memiliki 2 jenis bilangan oksidasi yaitu biloks +2 dan
+3.

Jika bilangan oksidasi logamnya lebih dari satu buah, maka penamaannya
ada dua cara yaitu sistem lama dan sistem Stock.
11

 Sistem Lama
Nama logam (dengan nama latin) dengan diberi akhiran “i” (jika biloks
logamnya yang tertinggi) atau akhiran “o” (jika biloks logamnya yang
terendah) dan diikuti dengan sisa asamnya. Syaratnya logam hanya
memiliki dua jenis biloks seperti Fe (+2, +3), Cu (+1, +2). Contoh :
- FeSO4 = Fero Sulfat (nama latin besi = Ferum, karena Besi dalam
FeSO4 biloksnya +2 dimana unsur Besi memiliki biloks
+2 dan +3, maka digunakan akhiran “o”)
- Fe2(SO4)3 = Feri Sulfat (nama latin besi = Ferum, karena Besi dalam
Fe2(SO4)3 biloksnya +3 dimana unsur Besi memiliki
biloks +2 dan +3, maka digunakan akhiran “i”)
- AlCl3 = Tidak dapat dinamai dengan tata nama ini karena Al
hanya memiliki satu jenis biloks yaitu +3 saja
 Sistem Baru (Sistem Stock)
Nama logam (tidak mengikuti nama latin tetapi nama umum) diikuti
bilangan oksidasi yang ditulis dengan angka romawi di dalam kurung
lalu diikuti nama sisa asam. Contoh :
- CuSO4 : Tembaga (II) Sulfat
- SnS2 : Timah (IV) Sulfida
- Cr2(SO4)3 : Khrom (III) Sulfat
- NaCl : Tidak dinamai dengan sistem ini karena Na hanya
memiliki satu jenis biloks yaitu +1

2.1.3.2 Garam Asam


Garam asam adalah garam yang terbentuk dari asam diprotik dan
poliprotik (memiliki >1 atom H) dimana tidak semua atom H digantikan
oleh logam.
 Tata Nama Senyawa Garam Asam
Dari asam diprotik (memiliki 2 atom H seperti H2SO4, H2S, H2CO3, dan
lain-lain) dapat terbentuk 1 garam asam dan 1 garam normal. Contoh :
- Na2SO4 (garam normal) = Natrium Sulfat.
12

- NaHSO4 (garam asam) = Natrium Hidrosulfat, Natrium Bisulfat,


atau Natrium Sulfat Asam Primer.
Sedangkan dari asam poliprotik (memiliki > 2 atom H seperti H3PO4,
H3AsO4, H3SbO4) dapat dihasilkan 2 garam asam dan 1 garam normal.
- Na3(PO4)2 (garam normal) : Natrium Posfat.
- NaH2PO4 (garam asam) : Natrium Dihidroposfat, Natrium Posfat
Asam Primer.
- Na2HPO4 (garam asam) : Natrium Hidroposfat, Natrium Posfat
Asam Sekunder.
Catatan tambahan :
- Asam primer adalah asam yang kehilangan satu atom H tapi masih
memiliki atom H seperti HSO4-, H2PO4-, dan lain – lain.
- Asam sekunder adalah asam yang kehilangan dua atom H tapi masih
memiliki atom H seperti HPO42-, HAsO42-, dan lain – lain.

2.1.3.3 Garam Basa


Garam basa adalah garam yang terbentuk dari basa yang memiliki
>1 gugus OH dimana tidak semua gugus OH digantikan oleh sisa asam.
 Tata Nama Senyawa Garam Basa
Dari basa yang memiliki 2 atom H seperti Ba(OH)2, Mg(OH)2, Ca(OH)2,
dan lain-lain, dapat terbentuk 1 garam basa dan 1 garam normal. Contoh :
- MgSO4 (garam normal) : Magnesium Sulfat.
- [Mg(OH)]2SO4 (garam basa) : Magnesium Hidroksi Sulfat,
Magnesium Sulfat Basa Primer.
Dari asam poliprotik (memiliki > 2 atom H seperti H3PO4, H3AsO4,
H3SbO4) dapat dihasilkan 2 garam asam dan 1 garam normal. Contoh :
- Al(NO3)3 (garam normal) : Alumunium Nitrat.
- [Al(OH)2]NO3 (garam basa) : Alumunium Dihidroksi Nitrat.
- [Al(OH)](NO3)2 (garam basa) : Alumunium Hidroksi Nitrat.
Catatan tambahan :
- Basa primer adalah basa yang kehilangan satu gugus OH tapi masih
memiliki OH seperti Al(OH)2+, Mg(OH)+, dan lain – lain.
13

- Basa sekunder adalah basa yang kehilangan dua gugus OH tapi masih
memiliki atom OH seperti Al(OH)2+, Fe(OH)2+, dan lain – lain.

2.1.3.4 Garam Rangkap


Garam rangkap adalah garam yang terbentuk dari asam polibasa
yang atom H-nya digantikan dengan beberapa jenis kation. Selain itu, garam
rangkap juga bisa terbentuk dari basa poliasam yang gugus OH-nya
digantikan dengan beberapa anion.
Catatan :
- Asam polibasa adalah asam yang memiliki jumlah H+ sama dengan atau
lebih dari 2. Contoh dari asam polibasa adalah H2SO4, H3PO4, H3AsO4,
H2SO3, dan lain-lain.
- Sedangkan basa poliasam adalah basa yang memiliki jumlah OH- sama
dengan atau lebih dari 2. Contoh dari basa poliasam adalah Ca(OH)2,
Fe(OH)2, Mg(OH)2, Al(OH)3, Bi(OH)3 dan lain-lain.
Beberapa contoh dari garam rangkap adalah :
- KNaSO4 : Kalium Natrium Sulfat atau Kalium Natrium Sulfat
(VI)
- Fe(NH4)2(SO4)2: Besi (II) Ammonium Sulfat (VI) atau Fero Ammonium
Sulfat
- NaAl(SO4)2 : Natrium Alumunium Sulfat atau Natrium Alumunium
Sulfat (VI)
- CaMg(CO3)2 : Kalsium Magnesium Karbonat
- KFe(CO3)2 : Kalium Besi (III) Karbonat atau Kalium Feri Karbonat
- MgNH4PO4 : Magnesium Ammonium Fosfat (V) atau Magnesium
Ammonium Fosfat
- Na3Al(PO4)2 : Natrium Alumunium Fosfat (V) atau Natrium
Alumunium Fosfat
- Ca(OCl)Cl : Kalsium Hipoklorit Klorida atau Kapur Klor
14

2.1.3.5 Garam Kompleks


Garam kompleks adalah garam yang tersusun atas ikatan kovalen
koordinat antara atom pusat dan satu atau beberapa jenis ligan. Contoh dari
garam kompleks adalah :
- K4[Fe(CN)6] : Kalium Heksasiano Ferat (II)
- K3[Fe(CN)6] : Kalium Heksasiano Ferat (III)
- [Co(NH3)5Cl]Cl2 : Kloro Pentaamin Kobalt (II) Klorida
- [Cu(NH3)4]SO4 : Tetraamin Tembaga (II) Sulfat (VI)
- [Ag(NH3)2]Cl : Diamin Perak Klorida

2.2 Konsentrasi Larutan


Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat
terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif,
konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan
encer (dilute). Kedua isitilah ini menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut
dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan
larutan encer berarti jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Biasanya, istilah pekat
dan encer digunakan untuk membandingkan konsentrasi dua atau lebih larutan.
Dalam ukuran kuantitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dalam g/mL (sama
seperti satuan untuk densitas). Namun, dalam perhitungan stoikiometri satuan
gram diganti dengan satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/L. Konsentrasi
dalam mol/L atau mmol/mL dikenal dengan istilah molaritas atau konsentrasi
molar. Konsentrasi larutan diartikan sebagai perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap jumlah zat pelarut.
2.2.1 Persen Konsentrasi
Persen massa dan volume adalah cara paling sederhana untuk
menyatakan konsentras suatu larutan dengan membandingkan massa atau
volum masing-masing bagian. Cara lain untuk menytakan konsentrasi
adalah persen massa/volume.
15

Contohnya, jika kita melarutkan 0,9 gram NaCl dalam 100 ml air, maka kita
menuliskannya larutan 0,9% NaCl. Persen massa/volume banyak digunakan
dalam bidang medis dan farmasi.
Persen konsentrasi terdiri dari v/v, % v/b, % b/v,% b/b
 v/v, yaitu banyaknya volume zat terlarut dalam 100 ml larutan.
 % b/v, yaitu banyaknya gram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
Misal : 1% b/v = 1 gr / 100 ml
1% b/b = 1 gr / 100 gr
1% v/b = 1 ml / 100 gr
1% v/v = 1 ml / 100 ml
Keterangan :
Berat = gram
Volume = ml

2.2.2 Molaritas (kemolaran)


Molaritas larutan didefinisikan sebagai jumlah mol suatu solut
(terlarut) dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan
dalam liter. Molaritas dinyatakan dalam rumus :
mol mmol
M= atau M=
Liter mL

gram
Jika mol = Mr maka

gr gr 1000
M= = x
Mr x Ltr Mr mL

mgr
atau M=
Mr x mL

Contoh : Sebanyak 30 g urea (Mr = 60 g/mol) dilarutkan ke dalam 100 ml


air. Hitunglah molaritas larutan.
Jawab : n = 30 / 60 = 0,5 mol
v = 100 ml = 0,1 L
M = n / v = 0,5 / 0,1 = 5 M
16

2.2.3 Molalitas (kemolalan)


Molalitas adalah suatu besaran yang menyatakan banyaknya mol zat
terlarut dalam 1000 gram (1 kg) pelarut. Satuan molalitas adalah molal,
yang dirumuskan oleh persamaan berikut :
g 1000
m= x
Mr P

Keterangan :
m = molalitas (mol/kg)
Mr = massa molar zat terlarut (g/mol)
Massa = massa zat terlarut (g)
P = massa zat pelarut (g)

Contoh : Tentukan molalitas larutan yang dibuat dengan melarutkan 3,45


gram urea (Mr=46) dalam 250 gram air?
Diketahui : Massa zat terlarut = 3,45 gram
Mr urea = 46
Massa pelarut = 250 gram
Jawab: m = (3,45/46)(1000/p)
m = 0,3 molal
Jadi, molalitas larutan urea adalah 0,3 molal

2.2.4 Normalitas (kenormalan)


Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan

Keterangan :
N = Normalitas larutan
ek = ekuivalen zat terlarut
17

V = volume larutan
M = molaritas
a = valensi (banyaknya ion)
m = massa zat terlarut

Contoh : Berapa gr larutan 0,25 N asam sulfat (Mr = 98) dalam 500 liter
larutan?
Jawab : Reaksi: H2SO4  2H+ + SO4-2
Normalitas = 0,25 N dan a = 2 (terdapat 2 ion H+)

2.3 Derajat Keasaman (pH) dan Kesetimbangan Air


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki
nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah. Sifat larutan ditentukan oleh derajat keasaman (pH) untuk senyawa asam,
atau derajat kebasaan (pOH) untuk senyawa basa.
Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur
dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu
larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH
berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambing
kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative
18

logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of


Hydrogen. Derajat keasaman dinyatakan dalam rumus :
pH = -log[H+]
Asam dan basa adalah besaran yang sering digunakan untuk pengolahan
sesuatu zat, baik di industri maupun kehidupan sehari-hari. Pada industri kimia,
keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai dari pengolahan bahan
baku, menentukan kualitas produksi yamg diharapkan sampai pengendalian
limbah industri agar dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Pada bidang
pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah pertanian perlu diketahui. Untuk
mengetahui dasar pengukuran derajat keasaman akan diuraikan dahulu pengertian
derajat keasaman itu sendiri.
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial
elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas
(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative
kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia
dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda
pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya
mengukur tegangan.
Bila suatu atom menerima energi tambahan dari luar, electron atom itu akan
meningkat energi kinetiknya. Hal itu akan memindahkan tingkat energi electron
ke tingkat yang lebih tinggi. Elektron akan berpindah menuju kulit yang lebih luar
yang akhirnya jika energi yang diterima cukup besar dapat memisahkan electron
dari atomnya. Dari atom ini akan didapatkan dua partikel yang masing-masing
partikel bermuatan positif dan negatif. Partikel atom yang melepas elektronnya itu
disebut ion positif. Atom juga bisa menerima elektron sehingga akan kelebihan
electron. Partikel seperti ini juga disebut ion tetapi merupakan ion negatif.
Molekul- molekul suatu zat yang dalam larutannya dapat menghantarkan
arus listrik disebut elektrolit. Ion-ion negative bergerak menuju ke anode, oleh
karena itu ion negative disebut anion. Ion positif bergerak menuju katode, oleh
karena itu ion positif disebut kation. Suatu larutan elektrolit, molekulnya terurai
19

menjadi ion-ion. Air murni tergolong elektrolit lemah. Sebagian molekulnya


terurai menjadi ion H- dan OH+
H2O ----------- H+ + OH-
Dari persamaan diatas, 1 ion H+ dan 1 ion OH- berasal dari penguraian 1
molekul H 2 O. Dengan demikian, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion
OH-. Larutan air seperti itu dinamakan dengan larutan Netral. Larutan yang
mengandung ion H+ berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi OH- dan disebut
larutan Asam, sedangkan larutan yang mengandung konsentrasi ion bih kecil
dari konsentrasi ion OH- disebut larutan Basa. Larutan asam dapat menerima
electron bebas, sedangkan basa dapat memberikan elektron bebas.
Banyaknya larutan yang terurai menjadi ion dinamakan derajat ionisasi.
Besarnya berkisar antara 0 sampai 1. Suatu elektrolit yang derajat ionisasinya
besar, mendekati 1 disebut elektrolit kuat, sedangkan yang derajat ionisasinya
kecil mendekati 0 dinamakan elektrolit lemah. Ionisasi mempunyai tetapan
kesetimbangan (K). Misal untuk air, kesetimbangannya dapat dihitung dengan
rumus :

Karena konsentrasi H 2 O relatif besar, maka persamaan ini dapat ditulis menjadi:

K(H 2 O) = (H+) . (OH)

Dalam air murni dengan suhu 25°C, konsentrasi H+ = 10-7mol/liter,

sedangkan hasil kali konsentrasi H+ dengan OH- = 10-14. Konsentrasi H+ =

konsentrasi OH- = 10-7.

Contoh soal : Berapa pH dari 0,0001 M HCl ?


Jawab : HCl  H⁺ + Cl¯
0,0001M 0,0001 M 0,0001 M

Jadi pH = - log [H⁺]


= - log 10-4
=4
20

Contoh soal : Berapa pH dari 0,4 gram NaOH? Jika dilarutkan dalam 1 liter air.
Ar ; Na = 23, O = 6, H = 1.
Jawab : Hubungan pH dan pOH yaitu dalam kesetimbangan air :
H2O ⇌ H⁺ + OH-
K = [H⁺] + [OH-]
[H2O]

mol = jumlah berat senyawa/Mr


mol NaOH = 0.4/40 = 0.01 mol
M NaOH = jumlah mol /liter = 0.01/ lt

NaOH  Na⁺ + OH¯


0.01 M 0.01 M 0.01 M

p(OH) = - log [OH-]


= - log 10-²
=2
pH = 14 – 2
= 12

2.4 Larutan Buffer dan Hidrolisis


Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan
nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena
penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga
dengan larutan buffer atau dapar.
pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan
meningkatnya konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH
karena penambahan basa meningkatkan konsentrasi OH–. Penambahan air pada
larutan asam dan basa akan mengubah pH larutan, karena konsentrasi asam atau
basanya akan mengecil. Namun, ada larutan yang bila ditambah sedikit asam,
basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti.
Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH
dan komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut
merupakan konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri.
21

Dengan demikian, larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh


reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah dengan
asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
(Keenan et al., 1980)
2.4.1 Campuran Asam Lemah dengan Garamnya
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH <
7). Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA,
yang dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu
basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari
asam lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,


sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain,
asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi
(CH3COO−).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,
yakni reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena OH−
yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata lain,
basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah
(CH3COOH).
Contoh lainnya larutan penyangga yang mengandung asam lemah dan
garamnya :
Larutan yang mengandung H2CO3 dan Na2CO3
Larutan yang mengandung H2S dan Na2S
22

Larutan yang mengandung H3PO4 dan Na3PO4

2.4.2 Campuran Basa Lemah dengan Garamnya


Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7).
Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa
konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX,
yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu
asam kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari
basa lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+. Dalam
larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan,


yakni reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang karena H+
yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O. Dengan kata lain,
asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah
(NH3).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain,
basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi
(NH4+). Contoh lainnya larutan penyangga yang mengandung basa lemah
dan garamnya.:
Larutan yang mengandung NH4OH dan NH4Cl
Larutan yang mengandung NH4OH dan (NH4)2SO4

Menurut Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai kapasitas buffer


(yang biasa disebut indeks buffer atau intensitas buffer). Kapasitas buffer
23

merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang


konstan apabila ditambahkan asam kuat atau basa kuat. Kapasitas buffer
bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-garam yang terkandung di
dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran kesetimbangan ke kanan maupun
ke kiri dapat berlangsung banyak untuk mengimbangi asam kuat atau basa kuat
yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut kapasitas buffernya besar. Sebaliknya
apabila jumlah asam-garam atau basa-garam itu kecil, dapat menyebabkan
pergeseran kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit. Sehingga
dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat menahan perubahan
[H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar 2. Ka
atau Kb adalah konstanta, maka suatu buffer hanya efektif pada daerah pH
tertentu yang disebut rentang daerah buffer. Sesungguhnya penambahan
asam/basa pada suatu buffer akan mengubah pH-nya, namun perubahan itu
sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika jumlah asam/basa yang
ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat diabaikan lagi.
Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer sebelum pH larutan
berubah disebut kapasitas buffer.
Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan
perbandingan mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah mol
komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan pH.
Apabila komponen asam terlalu sedikit, penambahan sedikit basa dapat mengubah
pHnya. Sebaliknya apabila komponen basanya terlalu sedikit, penambahan sedikit
asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan, perbandingan mol antara komponen-
komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara 0,1-10. Di luar perbandingan
tersebut, maka sifat penyangganya akan berkurang (Keenan et al., 1980).
Larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia, contohnya
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh (baik cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel) merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam
cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– -
HPO42-). Sedangkan sistem penyangga yang utama dalam cairan ekstrasel adalah
24

pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem penyangga ini


dapat menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4 (Keenan et al., 1980).

2.5 Analisis Kimia/Kimia Analisis


Kimia analisis adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
contoh/cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi
kimiawinya. Tidak semua unsur atau senyawa yang ada dalam sampel dapat
dianalisis secara langsung, sebagian besar memerlukan proses pemisahan terlebih
dulu dari unsur yang mengganggu. Karena itu cara-cara atau prosedur pemisahan
merupakan hal penting juga yang dipelajari.
Dibandingkan dengan cabang ilmu kimia lainnya seperti kimia anorganik,
organik, fisik dan biokimia, maka kimia analitik mempunyai penerapan yang lebih
luas. Kimia analitik tidak saja dipakai di cabang ilmu kimia, tapi juga dipakai luas
dalam cabang ilmu pengetahuan lain seperti ilmu lingkungan, kedokteran,
pertanian, kelautan dan sebagainya. Demikian juga di bidang industri, kesehatan
dan bidang lainnya kimia analitik memberikan peranan yang penting. Di bidang
industri kimia, metoda kimia analisis diperlukan untuk memonitoring bahan baku,
proses produksi, produk maupun limbah yang dihasilkan. Analisis kimia (kimia
analitik) dibagi menjadi dua jenis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
2.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa
kimia, baik organik maupun inorganik. Analisis kualitatif dapat dilakukan
dalam berbagai skala. Jumlah dalam analisis makro kuantitas zat yang
dikerjakan adalah 0,5 – 1 gram dan volume larutan yang diambil untuk
analisis sekitar 20 mL. Jumlah dalam analisis semimikro kurang lebih 0,05
gram dan volume larutan sekitar 1 mL. dalam analisis mikro jumlah kurang
dari 0,01. Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis adalah untuk
menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang
dianalisis. Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat
atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada
suatu sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair
itu maka kita lakukan analisis kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya
25

dengan menentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya untuk sampel


cair meliputi warna, bau, keasaman, indeks bias, titik didih, massa jenis
serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa padatan, dapat ditentukan
warna, bau, bentuk, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta kelarutan
kelarutan, pemanasan dalam tabung uji dan uji nyala.
Contoh analisis kualitaitf lain adalah pemisahan kation dan anion
dalam suatu sampel. Analisis kualitatif adalah suatu proses dalam
mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu
larutan/sampel yang tidak diketahui. Analisis kualitatif disebut juga analisis
jenis yaitu suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat
atau komponen-komponen bahan yang dianalisis.
Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan
dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel.
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis komponen atau jenis zat
yang ada dalam suatu larutan. Analisis kualitatif merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-
ionnya dalam larutan.
Analisis kualitatif dapat mengamati warna, bau, indeks bias, titik
didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa padatan,
kita tentukan bagaimanakah warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk
kristal, serta kelarutannya. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisis
kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianisa. Pengetauan ini sangat
diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat.
Analisis kualitatif dikelompokkan menjadi dua. Pertama, analisis
kualitatif bahan berdasarkan karakteristik fisik (sifat fisik) dan yang kedua
analisis sifat kimia bahan (reaksi dengan H2S), yaitu analisis kation dan
analisis anion.
1) Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan.
Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik
leleh dan bentuk kristal untuk sampel padat dan penentuan titik didih
26

dan indeks bias untuk sampel cair, terlebih dahulu analisis pendahuluan.
Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk,
kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan
untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan
serta keasaman.
2) Identifikasi kation berdasarkan metode H2S.
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji
menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena
itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum, adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium
sulfida, dan ammonium karbonat. Secara sistematik cara analisis
kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan, hal ini didasarkan
pada sifat kation tersebut terhadap beberapa pereaksi tertentu
membentuk endapan atau tidak, dengan kata lain klasifikasi kation
yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Sedangkan
metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation.
Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena
anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas
tertentu diantaranya :
 Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan
asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam
suasana asam, klorida dan kation dari golongan lain larut.
Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapkan kation
golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan
klorida semaksimal mungkin dan menghindari terbentuknya
endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang terlalu
banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl2 larut kembali dalam
bentuk kompleks sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2, tetap stabil.
27

 Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida,


tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As,
Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu
sub golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari
pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium
polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak
larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut
dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga
sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah.
Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan
sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari
sub golongan tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan kadmium
(II)) cenderung membentuk kompleks (ammonia, ion sianida, dan
seterusnya).
 Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam
klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer (buffer ammonium-amonium klorida). Namun
kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam
suasana netral/amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co,
Mn, Zn. Logam-logam diendapkan sebagai sulfida, kecuali
aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida,
karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi,
almunium, dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau
golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan
amonia dengan adanya amonium klorida. Endapan hidroksida pada
golongan ini bermacam-macam. Kation golongan IIIB diendapkan
sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam
larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl
dan NH4OH).
 Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II,
III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat
28

dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau


sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
 Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi
dengan regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan
golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg,
K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation NH4+ harus diambil
dari larutan analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+,
Na+, dan K+. Identifikasi dapat dilakukan dengan uji nyala.

2.5.2 Analisis Kuantitatif


Analisis kuantitatif untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau
senyawa dalam suatu cuplikan atau contoh. Beberapa laboratorium
mengunakan istilah analisis kuantitatif sebagai analisis penetapan kadar
(PK).
Teknik yang digunakan dalam analisis kuantitatif didasarkan pada:
penampilan kuantitatif reaksi-reaksi kimia yang cocok/pengukuran
banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk menyempurnakan reaksi atau
pemastian banyaknya reaksi, pengukuran sifat-sifat kelistrikan, pengukuran
sifat optik tertentu, dan kombinasi pengukran optic atau listrik dan reaksi
kimia kuantitatif.
Contoh metode analisis kuantitatif adalah gravimetri dan titrimetri.
Pada analisis gravimetri, zat yang akan ditetapkan terlebih dahulu diubah
menjadi suatu endapan yang tidak larut kemudian dikumpulkan dan
ditimbang. Pada analisis titrimetri, zat yang akan ditetapkan kadarnya
dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang ditambahkan sebagai larutan
standar, kemudian volume larutan standar yang diperlukan agar reaksi
sempurna diukur. Contoh analisis kuantitatif grafimetri adalah penentuan
kadar kapur dalam air.

2.5.3 Larutan Baku


Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga
29

ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume


larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di
erlenmeyer.
2.5.3.1 Larutan Baku Primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan
massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang
belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana,
setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan
dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh :
Contoh larutan baku primer asam : H2C2O4, dan contoh larutan baku primer
basa : Na4B2O7.
Syarat-syarat larutan baku primer :
 Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada
suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
(Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena
sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa
menimbulkan pernguraian parsial.)
 Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbondioksida.
 Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
 Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekuivalen yang besar.
 Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
 Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik
dan langsung.
30

2.5.3.2 Larutan Baku Sekunder


Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan
tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan
ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh :
Contoh larutan baku sekunder asam : HCl, contoh larutan baku sekunder
basa : NaOH.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

Untuk penentuan kadar dilakukan dengan percobaan titrasi volumetri.


Titrasi volumetri yaitu titrasi dengan cara mengukur volume, dengan alat-
alat :
- Buret (50 ml)
- Volum pipet (25/10 ml)
- Labu erlenmeyer (250/100 ml)
- Gelas ukur (100/10 ml)
- Beker glass (250/100 ml)
- Labu ukur (250/100 ml)
- Pipet tetes (ada yang panjang/ pendek)
Cara kerja volumetri sbb :
- Cuci alat-alat dan bilas dengan aquades
- Pipet 25 ml asam oksalat (H2C2O4), masukkan ke dalam erlenmeyer 250
ml.
- Isi buret dengan NaOH (N=?) sampai 25-50 ml.
- Tambahkan 1 tetes fenolftalein ke dalam erlenmeyer lalu kocok sampai
homogen.
- Titrasi H2C2O4 dengan NaOH dari buret lakukan duplo (2X) sampai
terjadi perubahan warna (merah muda).
31

- Catat volume NaOH dari buret :


V1 =........ml
V2 = .......ml
V rata-rata = ......ml

- Hitung kadar NaOH dengan rumus :


V1 . N1 = V2 . N2
asam basa
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Larutan adalah campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang komposisinya
merata atau serba sama (homogeny).
 Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang
terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute).
 Larutan asam adalah senyawa yang dapat melepaskan ion H+ (ion
hidrogen).
 Larutan basa adalah larutan yang dapat melepaskan ion hidroksil (OH¯).
 Larutan garam adalah larutan dari senyawa garam, dimana dapat
melepaskan ion positif dari logam atau sisa basa dan ion negatip dari non-
logam atau sisa asam
 Konsentrasi larutan diartikan sebagai perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap jumlah zat pelarut.
 Sifat larutan ditentukan oleh derajat keasaman (pH) untuk senyawa asam,
atau derajat kebasaan (pOH) untuk senyawa basa.
 Larutan Buffer ( larutan penyangga) adalah larutan yang bila ditambah
sedikit asam, basa, atau air tidak mengubah pH secara berarti.
 Kimia analisis adalah cara untuk menentukan bagian-bagian dari senyawa
sampel yaitu Analisis Kualitatif (kation, anion, dan identifikasi) dan kadar
(konsentrasi) dari senyawa asam dan basa atau larutan sampel adalah
Analisis Kuantitatif disebut juga Analisis Jumlah

32
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2001. Penuntun Belajar Kimia Dasar : Kimia Larutan. Bandung:


Citra Adhya Bhakti.

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H. 1980. General College Chemistry,
6th edition. Knoxville: Harper and Row Publisher, Inc.

Purba, M. 1994. Kimia untuk SMA kelas XI: 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press.

Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition).
New Jersey: Pearson Education, Inc.

Lew, Kristi. 2009. Essential Chemistry: Acids and Bases. New York: Chelsea
House.

McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern


Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.

Purba, Michael. 2006. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Retnowati, Priscilla. 2005. SeribuPena Kimia SMA Kelas XI Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

33
34

Anda mungkin juga menyukai