Anda di halaman 1dari 21

Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : NAPZA (Narkotika Psikotrofika dan zat adiktif lainnya)


Sub Pokok Bahasan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan NAPZA
Sasaran : Siswa kelas 4,5, dan 6 SDN 3 Cempaka
Tempat : Ruang PKG, SDN 3 Cempaka
Waktu : 08.30-09.10 WITA
Hari, tanggal : Kamis, 14 Desember 2017
Perorganisasian :1. Pembawa Acara : Yongki Agustian
2. Penyaji : Abdul Basith
: Tomy Agus Iskandar
3. Fasilitator : Rustiana Susanti
: Rabi’ah
: Siti Rahimah
: Fitria Sari
: Bernadetta Germia Aridamayanti
: Eka Saraditha Safitri
4. Dokumentasi : Meta Adiwinata Atmaja
5. Observer : Yuniar Rahmina

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan siswa(i) dapat mengetahui dan
memahami tentang bahaya dan pentingnya pencegahan penggunaan NAPZA
secara berulang.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mengetahui pengertian NAPZA
2. Menyebutkan jenis-jenis NAPZA
3. Mengetahui dan memahami bahaya dari penggunaan NAPZA secara
berulang.
4. Mengetahui dan memahami kiat-kiat pencegahan penggunaan NAPZA
secara berulang.
C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Penyampaian materi : 10 menit
3. Demonstrasi : 10 menit
4. Tanya jawab : 10 menit
5. Penutup : 5 menit

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 1


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 08.30-
2. Memperkenalkan diri
salam 08.35
3. Bina hubungan saling
2. Mendengarkan
percaya.
4. Mengkaji pengetahuan
peserta
5. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Penyampaian Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 08.35-
Materi 1. Peng 08.55
2. Menanyakan
ertian NAPZA
materi yang
2. Jenis
belum
-jenis NAPZA
dimengerti
3. Bah
aya penggunaan NAPZA
4. Pen
cegahan penggunaan
NAPZA.
Tanya Jawab Melaksanakan tanya jawab 1. Peserta 08.55-
dengan peserta penyuluhan penyuluhan 09.05
memberikan
pertanyaan
terkait materi
yang diberikan
2. Pemateri dan
tim
pendidikan
kesehatan
memberikan
jawaban
sesuai dengan
pertanyaan
yang didapat
dan materi

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 2


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


yang di
tampilkan.

Penutup 1. Menarik kesimpulan A. Tanya 09.05-


2. Menyampaikan hasil
Menjawab salam jawab 09.10
Evaluasi
(diskusi)
3. Menutup penyuluhan
(salam)

D. Setting Tempat
Keterangan : U
C B B
A : Peserta
B : Pemateri
C : Moderator
D A D D : Fasilitator S
A
D

E. Garis Besar Materi ( Terlampir)


1. Pengertian Nafza
2. Jenis-jenis Nafza
3. Bahaya penggunaan NAPZA.
4. Pencegahan penggunaan NAPZA.

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (leaflet)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan (15 orang)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab (minimal 4 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Pasien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian dan mengikuti
pemaparan materi secara menyeluruh.
G. Media

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 3


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

- Leaflet
- LCD
- Laptop
- Lembar Observasi
H. Lampiran
- Materi Lengkap:
- Leaflet
I. Referensi :
1. Anggreni, D. 2015. Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif (Napza) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu.
eJournal Sosiatri-Sosiologi Vol 3 (3): 37 – 51.
2. Badan Narkotika Nasional RI. Dampak Negatif Kecanduan NAPZA.
Jakarta: BNN RI; 2013.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penyuluhan Masalah Narkotika,
Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta : Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik-Direktorat Bina Pelayanan Jiwa. 2006.
4. Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Aditif. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Umum Universitas Indonesia.
5. Joko P. Hindari NAPZA. Surakarta: Mediatama; 2007.
6. Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
7. Marviana, Dian.M. (n.d.). 2001. Kemitraan Peduli Penanggulangan
Bahaya Narkoba DKI Jakarta.
8. Rejeki, S. 2014. Penanggulangan Narkoba Di Kalangan Remaja.
Majalah Ilmiah Pawiyatan. Vol : XXI, No : 1.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35. Tentang Narkotika.
2009

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 4


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Materi:

KONSEP DASAR NAPZA

A. Pengertian NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.Istilah NAPZA umumnya
digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya
penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering
disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.

B. Jenis–Jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :
1) Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan,
(Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
2) Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)
3) Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 5


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu


pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
a. Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
b. Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
c. Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut.
a) Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
b) Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan
serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
c) Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
d) Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,
Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
1) Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
2) Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM,

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 6


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Pil koplo dan lain-lain


3) Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. Zat adiktif lain adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a) Minuman berakohol: Mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian
dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

1) Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)


2) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman
anggur)
3) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House, Johny Walker, Kamput.)
b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku,
bensin.
c) Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus
menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol
sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan

C. Efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA


a. Golongan Depresan (Downer) adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat
pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya
tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida
(morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 7


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

(otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.


b. Golongan Stimulan (Upper) adalah jenis NAPZA yang dapat
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin
(shabu, esktasi), Kafein, Kokain
c. Golongan Halusinogen adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis
(ganja), LSD, Mescalin
d. Golongan Entaktogen adalah termasuk stimulan yang telah
dimodifikasi yang juga memiliki sifat-sifat halusinogen
e. Golongan Kanabinoid termasuk kelompok unik yang
mempengaruhi reseptor tertentu pada otak.

D. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA


Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan
penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga,
pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu.
1. Faktor Genetik
Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari
orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum
alkohol dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain
membuktikan remaja kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih
besar dibandingkan remaja kembar dizigot.
2. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka
mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan
dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat. Fakta berbicara

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 8


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua


anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-problem tertentu. Salah
satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan
yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya
komunikasi antara mereka. Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering
berakibat perceraian. Kalau pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka
yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah tangga yang tidak akrab dimana
anggota keluarga tidak merasa betah. Orangtua sering minggat dari rumah
atau pergi pagi dan pulang hingga larut malam. Ke mana anak harus
berpaling? Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai
hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang
menghabiskan waktu luang dan bercanda dengan orang tuanya
3. Pergaulan (Teman Sebaya)
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman kelompok
sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau
mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut Hawari
(2006) perkenalan pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman
kelompok. Pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan
kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh
teman kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama dengan
NAPZA, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan
NAPZA, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse). Bila hubungan
orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan terlepas ikatan psikologisnya
dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam pengaruh teman
kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini memengaruhi si anak,
misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan
seterusnya sehingga anak turut menyalahgunakan NAPZA dan sukar
melepaskan diri dari teman kelompoknya. Marlatt dan Gordon (1980) dalam
penelitiannya terhadap para penyalahguna NAPZA yang kambuh,
menyatakan bahwa mereka kembali kambuh karena ditawari oleh teman-
temannya yang masih menggunakan NAPZA (mereka kembali bertemu dan
bergaul). Kondisi pergaulan sosial dalam lingkungan yang seperti ini

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 9


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

merupakan kondisi yang dapat menimbulkan kekambuhan. Proporsi


pengaruh teman kelompok sebagai penyebab kekambuhan dalam penelitian
tersebut mencapai 34%.
4. Karakteristik Individu
a. Umur
Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA adalah mereka
yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara kejiwaan masih
sangat labil, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan sedang mencari
identitas diri serta senang memasuki kehidupan kelompok. Hasil temuan
Tim Kelompok Kerja Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Departemen
Pendidikan Nasional menyatakan sebanyak 70% penyalahguna NAPZA di
Indonesia adalah anak usia sekolah (Jehani, dkk, 2006). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Siregar (2004) proporsi penyalahguna NAPZA
tertinggi pada kelompok umur 17-19 tahun (54%).
b. Pendidikan
Hasil penelitian Prasetyaningsih (2003) menunjukkan bahwa pendidikan
penyalahguna NAPZA sebagian besar termasuk kategori tingkat pendidikan
dasar (50,7%). Asumsi umum bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin
mempunyai wawasan/pengalaman yang luas dan cara berpikir serta
bertindak yang lebih baik. Pendidikan yang rendah memengaruhi tingkat
pemahaman terhadap informasi yang sangat penting tentang NAPZA dan
segala dampak negatif yang dapat ditimbulkannya, karena pendidikan
rendah berakibat sulit untuk berkembang menerima informasi baru serta
mempunyai pola pikir yang sempit.
c. Pekerjaan
Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
tahun 2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa
penyalahguna NAPZA tertinggi pada karyawan swasta dengan prevalensi
68%, PNS/TNI/POLRI dengan prevalensi 13%, dan karyawan BUMN
dengan prevalensi 11% (BNN, 2010).

E. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 10


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara


faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya
zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan NAPZA adalah
sebagian berikut :
a. Faktor individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa
remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,
psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk
menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu
mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-
ciri tersebut antara lain :
a) Cenderung memberontak dan menolak otoritas
b) Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti
Depresi,Cemas, Psikotik, Keperibadian dissosial.
c) Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
d) Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem)
e) Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
f) Mudah murung,pemalu, pendiam
g) Mudah mertsa bosan dan jenuh
h) Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
i) Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
j) Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modern.
k) Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
l) Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
m) Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
n) Kemampuan komunikasi rendah
o) Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan,
kekecewaan,ketidakmampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan
lain-lain)
p) Putus sekolah
q) Kurang menghayati iman kepercayaannya
b. Faktor Lingkungan

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 11


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik


disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.Faktor
keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang
anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
1) Lingkungan Keluarga
a) Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
b) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
c) Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
d) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
e) Orang tua otoriter atau serba melarang
f) Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
g) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
h) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
i) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang
konsisten)
j) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam
keluarga
k) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA
2) Lingkungan Sekolah
a) Sekolah yang kurang disiplin
b) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
c) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d) Adanya murid pengguna NAPZA
3) Lingkungan Teman Sebaya
a) Berteman dengan penyalahguna
b) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
4) Lingkungan masyarakat/sosial
a) Lemahnya penegakan hokum
b) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung
c. Faktor Napza
1) Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
2) Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk
dicoba
3) Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 12


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak


menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor
diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna
NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus. Faktor
individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak
selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang
menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak
yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi
penyalahguna NAPZA.

A. Tingkat Pemakaian NAPZA.


a. Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang
tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian
pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap
lebih berat.Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu
pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi
atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun
sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat
b. Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat
mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan,
dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan
tersebut.
c. Penyalahgunaan (abuse): yaitu penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi
sosial.
d. Ketergantungan (dependence use) : yaitu keadaan dimana telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah
NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya
dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal
syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang
dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 13


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

sehari-hari secara “normal”.


I. Tahapan Pemakaian NAPZA
Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai berikut :
1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau
coba-coba. Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-
minuman beralkohol. Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau
minum pil ekstasi.
2. Tahap pemakaian sosial
Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara
tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh
secara gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari
NAPZA.
3. Tahap pemakaian situasional
Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres.
Pemakaian NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai
berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
4. Tahap habituasi (kebiasaan)
Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering),
disebut juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh
dan gaya hidup. Teman lama berganti dengan teman pecandu. Ia menjadi
sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi,
sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-
citanya semula hilang. Ia sering membolos dan prestasi sekolahnya merosot.
Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.
5. Tahap ketergantungan
Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara.
Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak
dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat
kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman-teman rusak. Pada
ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah takaran zat yang dipakai, agar
ia dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat,

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 14


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya dikurangi atau


dihentikan, timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat (sakaw).
Gejalanya bergantung pada jenis zat yang digunakan. Orang pun mencoba
mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat merasakan pengaruh zat yang
diinginkan, dengan risiko meningkatnya kerusakan organ-organ tubuh.
Gejala lain ketergantungan adalah toleransi, suatu keadaan di mana jumlah
NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh
yang sama seperti yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang
diperlukan meningkat. Jika jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan
(overdosis), apat terjadi kematian.

J. Bahaya penggunaan NAPZA


1. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,
eksim
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
f. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi
adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi
seksual.
g. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 15


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian


jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis (1):
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial (2):
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
K. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka,
individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi
terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar
individu, kelompok, dan masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar
tidak menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak
berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang
anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang sudah
menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak
menggunakan NAPZA lagi.
3. Pencegahan tersier

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 16


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi


penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi
untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan terhadap
penyalahgunan. NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan melakukan
pendampingan yang dapat membantunya untuk mengatasi masalah perilaku
adiksinya, detoksifikasi, maupun dengan melakukan rehabilitasi kembali.

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 17


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

EVALUASI PENDIDIKAN KESEHATAN


BAHAYA DAN PENCEGAHAN PENGGUNAN NAPZA

1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Pendidikan Kesehatan
Siswa sudah datang sebelm kegiatan dimulai
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
Mahasiswa sudah datang dan menyiapkan tempat 30 menit sebelm
kegiatan
c) Kesiapan tim penyaji
Penyaji pendidikan kesehatan sudah menguasai materi yang ada
sebelum kegiatan dimulai
d) Kesiapan materi penyaji
Seminggu semelum kegiatan dilaksanakan mahasiswa sudah
menyiapkan materi dan sudah konsul terkait SAP Bahaya dan
Penggunaan Napza
e) Kesiapan media (leaflet, Poster dan Power Point)
Seminggu semelum kegiatan dilaksanakan mahasiswa sudah membuat
dan berkonsultasi tentang leaflat, isi poster dan isi materi dalam PPT
yang akan disajikan, serta leaflat, poster dan PPT sudah siap 3 hari
sebelum pendidikan kesehatan dilaksanakan

2. Evaluasi Proses
Proses Pendidikan Kesehatan dapat berlangsung dengan lancar hanya ada
sedikit kendala yaitu tidak semua siswa(i) dapat berhadir dikarenakan saat
pelaksanaan kegiatan siswa SDN 3 Cempka sedang classmeating,
sehingga banyak siswa yang tidak hadir, siswa yang enghadiri kegiatan
pendidikan kesehatan berjumlah 103 orang. Selama proses pendidikan
kesehatan siswa dapat berinteraksi secara aktif antara penyaji dengan
siswa banyak siswa yang bertanya dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyaji.

3. Evaluasi Hasil
Kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan berjalan dengan waktu
yang telah di tentukan yaitu ± 40 menit, dalam proses tanya jawab tidak
ada siswa yang mengajkan pertanyaan, dan pada saat pembawa acara
mengajukan pertanyaan, siswa dapat memahami apa yang disampaikan,

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 18


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

ditandai dengan siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan secara


lisan, adapun pertanyaan yang diberikan adalah
a) Sebutkan pengertian dari Napza dan jenis-jenisnya ?
b) Sebutkan dampak yang dapat di timbulkan dari Napza ?
c) Bagaimana cara kita menghindari/mencegah Napza ?

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 19


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

DOKUMENTASI

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 20


Satuan Acara Penyuluhan : Bahaya dan Pencegahan Penggunaan Nafza

NERS MUDA ULM ANGKATAN XI KELOMPOK A 21

Anda mungkin juga menyukai