N
DENGAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD NYI AGENG SERANG (NAS)
HALAMA N JUDUL
Disusun Oleh :
Resume Asuhan keperawatan pada pasien Tn. N dengan Asma di IGD RSUD Nyi
Ageng Serang (NAS). Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana semester V,
pada :
Hari :
Tanggal :
Praktikan
2820173007
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3
A. PENGERTIAN...................................................................................................3
B. ETIOLOGI..........................................................................................................4
C. PATOFISIOLOGI...............................................................................................4
D. PATHWAY..........................................................................................................6
E. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................7
F. KOMPLIKASI....................................................................................................7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................8
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.......................................................................9
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................10
J. FOKUS INTERVENSI.....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan
mempunyai populasi yang terus meningkat (The Global Initiative for Asthma,
2004). Saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh
pengelolaan asma yang tidak terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan
dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga
menyebabkan kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat
menyebabkan kematian seketika pada penderitanya (Dahlan, 1998).
Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini pengobatan atau
terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala (Sundaru, 2008). Asma
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan.
Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap,
tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan cara pemberian
obat-obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu
dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk
mengetahui masalah pasien Tn.”N” dengan diagnosa Asma.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.”N” dengan diagnosa Asma.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn,”N” dengan diagnosa
Asma.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn,”N” dengan
diagnosa Asma.
1
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn,”N” dengan
diagnosa Asma sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Tn,”N” dengan
diagnosa Asma.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. (Mansjoer, 2000)
Asma dalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan
nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan napas yang hiperesponsif atau spasme otot
polos bronkial.serangan asma dapat dipicu alergen spesifik ( misal: serbuk sari
bunga, jamur bulu binatang, debu atau makanan) atau oleh faktor lain atau seperti
perubahan cuaca, infeksi pernafasan, latihan faktor emosional. (Betz, 2002)
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas saangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma. (Ngastiyah, 2005)
Ashtma disebut juga sebagai reaktive air way disease(RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversible yang ditandai dengan
inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.
(Suriadi,2006)
Asma adalah penyakit radang jalan nafas kronik yang ditandai oleh
berbagai obstruksi jalan nafas yang reversibel, hiperesponsif jalan nafas, dan
radang bronkus. (Brough, 2007)
Asma adalah suatu perangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensisitif pada bronkus
dapaat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus. (Riyaadi dan
Sukarmin, 2012 )
3
Asma adalah penyempitan saluran pernafasan yang riversible disebabkan
oleh alergen yang spesifik yang ditandai dengan inflamasi dan peningkatan reaksi
jalan nafas. (Choirul, 2012)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Ekstrinsik
Reaksi antigen antibodi; karena inhalasi alergen ( debu, sebuk sarbuk, bulu-
bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik
a. Para influenza virus, pnemonia, mycoplasmal.
b. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
c. Iritan : kimia
d. Polusi udara (CO, asap rokok, parfum)
e. Emosional : takut, cemas, dan tegang.
f. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
C. PATOFISIOLOGI
Astma pada aanak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritassi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi
spasme dan antibodi tubuh muncul (immunoglobulin e atau ig e) dengan adanya
alergi. IgE dimunculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran
histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan akan memberikan
gejala asthma.
Respon asshtma terjadi dalm tiga tahap; pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana
bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus menurus 2-5 jam lebih
lama; tahap lateyang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas
beberapa minggu atau bulan.
Ashtma dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan dan
udara dingin.
4
Selama serangan ashtmatik, bronkiolus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
bengkak,kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distres pernafasan.
Anak yang mengalami asthma mudah untuk untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan
hiperventilasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi
penurunan pO2 (hypoxia ). Selama serangan ashtmatik, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis
respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan ( tachypnea ), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea), ( Suriadi, 2006 )
5
D. PATHWAY
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan
napas
6
↓
Astma
7
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi ( 2006 ) manifestasi klinik pada pasien asma adalah
1. Wheezing
2. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
3. Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
4. Tachypnea, tachycardia, orthopnea
5. Gelisah
6. Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
7. Diaphorosis
8. Nyeri abdommen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
9. Fatigue
10. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
11. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
12. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior ( barel chest )
13. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
14. Auskultasi; terdengar ronki dan crackles, (suriadi, 2006).
F. KOMPLIKASI
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus
dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya
paru.
5. Emfisema
8
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan
dan mengalami kerusakan yang luas (Suriadi, 2006 ).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Betz (2002) pemeriksaan penunjang pada pasien asma, yaitu:
1. Analisa gas darah (kasus berat) : pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan
PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi), kemudian
penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis
respiratori).
2. Foto toraks : menyingkirkan infeksi atau penyebab lain yang memperburuk
status pernafasan.
3. Jumlah leukosit: meningkat pada infeksi
4. Jumlah eosinofil: meningkat dalam darah sputum.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medismenurut Betz (2002) ditujukan pada pencegahan
eksaserbasi asma dengan menghindari pemicu asma dan dengan menurunkan
obstruksi jalan nafas, inflamasi, reaktivitas dengan obat.
1. Agonis adrenergik B yang bekerja sistemik, seperti epinefrin HCl (1: 1000)
dan terbutalin, diberi secara subkutan: meskipun begitu lebih disukai agnosis
adrenergik B yang di inhalasi,seperti albuterol yang diberikan bersama
oksigen.
9
2. Kortikosteroid intravena, seperti Solu-Medrol atau Solu-Cortef dapat
ditambahkan untuk mengurangi edema mukosa.
3. Aminofilin atau teofilin terkadang diberikan sebagai bronkodilator tambahan.
J. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan menurut Riyadi dan Sukarmin (2009) yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
Tujuan : bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
Kriteria hasil :
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi atau kedalaman Takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam bronkus.
3. Bantu pasien latihan nafas dan batuk Nafas dalam memudahkan ekspansi
secara efektif. maksimum paru-paru atau jalan nafas
lebih kecil.
11
4. Section sesuai indikasi Mengeluarkan sputum secara mekanik
dan mencegah obstruksi jalan nafas.
Kriteria hasil :
Pasien tidak lemah, tidak ada perubahan mental.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi kedalaman dan Distres pernafasan yang dibuktikan
kemudahan bernafas. dengan dispnea dan takiepnea sebagai
indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen.
12
3. Kaji status menta dan penurunan sebagai petunjuk hipoksemia.
kesadaran.
Takikardia biasanya ada sebagai akibat
4. Awasi jantung atau irama demam.
NO INTERVENSI RASIONAL
13
1. Evaluasi respons pasien terhadap Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
aktivitas catat laporan dispnea, pasien dan memudahkan pilihan
peningkatan kelemahan atau intervensi.
kelelahan dan perubahan tanda vital.
NO INTERVENSI RASIONAL
14
1. Identifikasi faktor yang Sputum akan merangsang nervus vagus
menimbulkan mual, muntah. Misal: sehingga berakibat mual.
sputum banyak.
4. Auskultasi bunyi usus. Observasi Bunyi usus mungkin menurun/ tak ada
distensi abdomen. bila proses infeksi berat atau memanjang.
5. Berikan porsi makan porsi kecil dan Tindakan ini dapat meningkatkan
sering termasuk makanan roti kering masukan meskipun nafsu makan
atau makanan yang menarik untuk mungkin lambat untuk kembali.
pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C.L dan Sowden, L.A.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri.Jakarta: EGC
Brough, Helen., Alkurdi, Rola., dan Nataraja, Ram. 2007. Rujukan Cepat pediatri
dan Kesehatan Anak.Jakarta: EGC
Komite Medik RSUD Panembahan Senopati. 2012. Standar Pelayanan Medis RSUD
Panembahan Senopati Bantul.Yogyakarta: Medika Universitas Respati
Yogyakarta.
Suriadi, Skp,MSN., Yulianni, Rita, S.kp, M.Psi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Asma. Jakarta: CV.Agung Seto
16