Anda di halaman 1dari 19

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

N
DENGAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD NYI AGENG SERANG (NAS)

HALAMA N JUDUL

Disusun Oleh :

Dhidan Agyl Rahmanu Wijaya


2820173007
3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Resume Asuhan keperawatan pada pasien Tn. N dengan Asma di IGD RSUD Nyi
Ageng Serang (NAS). Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana semester V,
pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat: Instalasi Gawat Darurat RSUD Nyi Ageng Serang

Praktikan

(Dhidan Agyl Rahmanu Wijaya)

2820173007

Pembimbing Lahan(CI) Pembimbing Akademik

( ) ( Rudi Haryono, M,. Kep)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3
A. PENGERTIAN...................................................................................................3
B. ETIOLOGI..........................................................................................................4
C. PATOFISIOLOGI...............................................................................................4
D. PATHWAY..........................................................................................................6
E. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................7
F. KOMPLIKASI....................................................................................................7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................8
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.......................................................................9
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................10
J. FOKUS INTERVENSI.....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan
mempunyai populasi yang terus meningkat (The Global Initiative for Asthma,
2004). Saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh
pengelolaan asma yang tidak terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan
dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga
menyebabkan kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat
menyebabkan kematian seketika pada penderitanya (Dahlan, 1998).
Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini pengobatan atau
terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala (Sundaru, 2008). Asma
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan.
Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap,
tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan cara pemberian
obat-obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu
dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru, 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk
mengetahui masalah pasien Tn.”N” dengan diagnosa Asma.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.”N” dengan diagnosa Asma.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn,”N” dengan diagnosa
Asma.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn,”N” dengan
diagnosa Asma.

1
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn,”N” dengan
diagnosa Asma sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Tn,”N” dengan
diagnosa Asma.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. (Mansjoer, 2000)
Asma dalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan
nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan napas yang hiperesponsif atau spasme otot
polos bronkial.serangan asma dapat dipicu alergen spesifik ( misal: serbuk sari
bunga, jamur bulu binatang, debu atau makanan) atau oleh faktor lain atau seperti
perubahan cuaca, infeksi pernafasan, latihan faktor emosional. (Betz, 2002)
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas saangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma. (Ngastiyah, 2005)
Ashtma disebut juga sebagai reaktive air way disease(RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversible yang ditandai dengan
inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.
(Suriadi,2006)
Asma adalah penyakit radang jalan nafas kronik yang ditandai oleh
berbagai obstruksi jalan nafas yang reversibel, hiperesponsif jalan nafas, dan
radang bronkus. (Brough, 2007)
Asma adalah suatu perangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensisitif pada bronkus
dapaat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus. (Riyaadi dan
Sukarmin, 2012 )

3
Asma adalah penyempitan saluran pernafasan yang riversible disebabkan
oleh alergen yang spesifik yang ditandai dengan inflamasi dan peningkatan reaksi
jalan nafas. (Choirul, 2012)

B. ETIOLOGI
1. Faktor Ekstrinsik
Reaksi antigen antibodi; karena inhalasi alergen ( debu, sebuk sarbuk, bulu-
bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik
a. Para influenza virus, pnemonia, mycoplasmal.
b. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
c. Iritan : kimia
d. Polusi udara (CO, asap rokok, parfum)
e. Emosional : takut, cemas, dan tegang.
f. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

C. PATOFISIOLOGI
Astma pada aanak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritassi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi
spasme dan antibodi tubuh muncul (immunoglobulin e atau ig e) dengan adanya
alergi. IgE dimunculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran
histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan akan memberikan
gejala asthma.
Respon asshtma terjadi dalm tiga tahap; pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana
bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus menurus 2-5 jam lebih
lama; tahap lateyang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas
beberapa minggu atau bulan.
Ashtma dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan dan
udara dingin.

4
Selama serangan ashtmatik, bronkiolus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
bengkak,kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distres pernafasan.
Anak yang mengalami asthma mudah untuk untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan
hiperventilasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi
penurunan pO2 (hypoxia ). Selama serangan ashtmatik, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis
respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan ( tachypnea ), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea), ( Suriadi, 2006 )

5
D. PATHWAY

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T


helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan
napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka


antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada
permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan


melepaskan mediator radang ( histamin )

Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )

Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan


simpatis

Hiperresponsif jalan napas

6

Astma

7
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi ( 2006 ) manifestasi klinik pada pasien asma adalah
1. Wheezing
2. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
3. Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
4. Tachypnea, tachycardia, orthopnea
5. Gelisah
6. Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
7. Diaphorosis
8. Nyeri abdommen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
9. Fatigue
10. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
11. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
12. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior ( barel chest )
13. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
14. Auskultasi; terdengar ronki dan crackles, (suriadi, 2006).

F. KOMPLIKASI
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus
dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya
paru.
5. Emfisema

8
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan
dan mengalami kerusakan yang luas (Suriadi, 2006 ).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Betz (2002) pemeriksaan penunjang pada pasien asma, yaitu:
1. Analisa gas darah (kasus berat) : pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan
PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi), kemudian
penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis
respiratori).
2. Foto toraks : menyingkirkan infeksi atau penyebab lain yang memperburuk
status pernafasan.
3. Jumlah leukosit: meningkat pada infeksi
4. Jumlah eosinofil: meningkat dalam darah sputum.

Menurut suriadi (2006) pemeriksaan penunjang pada pasien asma, yaitu:


1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2. Fotontgen
3. Pemeriksaan fungsi paru: menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
4. Pemeriksaan alergi (radioallerosorbent test; RAST)
5. Pulse oximetry
6. Analisa gas darah

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medismenurut Betz (2002) ditujukan pada pencegahan
eksaserbasi asma dengan menghindari pemicu asma dan dengan menurunkan
obstruksi jalan nafas, inflamasi, reaktivitas dengan obat.
1. Agonis adrenergik B yang bekerja sistemik, seperti epinefrin HCl (1: 1000)
dan terbutalin, diberi secara subkutan: meskipun begitu lebih disukai agnosis
adrenergik B yang di inhalasi,seperti albuterol yang diberikan bersama
oksigen.

9
2. Kortikosteroid intravena, seperti Solu-Medrol atau Solu-Cortef dapat
ditambahkan untuk mengurangi edema mukosa.
3. Aminofilin atau teofilin terkadang diberikan sebagai bronkodilator tambahan.

Penatalaksanaan medis menurut Riyadi dan Sukarmin (2009) yaitu:


1. Pemberian obat bronkodilator seperti salbutamol dengan dosis rata-rata dapat
dipakai 0,1-0,2 mg/ BB setiap kali pemberian bronkodilator.
2. Pemberian antibiotik seperti ampisilin atau amoksisilin per oral dengan dosis
rata-rata yang dapat dipakai 10-20 mg/Kg BB setiap kali pemberian.
Antibiotik ini berfungsi mencegah timbulnya penyakit sekunder terutama
bronkus. Penumpukan sekret yang berlebihan dapat membuat perlukaan pada
jaringan mukosa sehingga dapat menjadi mediator pertumbuhan
mikroorganisme.
3. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena.untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat memenuhi kebutuhan
dapat diberikan secara bicanule maupun masker dengan dosis rata-rata 3 liter
permenit.
4. Terapi inhalasi bronkodilator kobinasi dengan mukolitik atau ekspektoran.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut Riyadi dan Sukarmin (2009) yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigen darah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Resiko/ kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.

Diagnosa keperawatan menurut Riyadi dan Sukarmin (2009) yaitu:


1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosal dan
meningkatnya sekret.
2. Fatigue berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas.
10
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
4. Resiko meningkatnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan.

J. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan menurut Riyadi dan Sukarmin (2009) yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
Tujuan : bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret

Kriteria hasil :

a. Pasien tidak batuk lagi


b. Irama teratur suara paru vesikuler

c. Respirasi 20-30x/ menit

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi atau kedalaman Takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam bronkus.

2. Auskultasi area paru, catat area Suara mengi mengindikasikan


penurunan atau tak ada aliran udara. terdapatnya penyempitan bronkus oleh
sputum.

3. Bantu pasien latihan nafas dan batuk Nafas dalam memudahkan ekspansi
secara efektif. maksimum paru-paru atau jalan nafas
lebih kecil.

11
4. Section sesuai indikasi Mengeluarkan sputum secara mekanik
dan mencegah obstruksi jalan nafas.

5. Lakukan fisioterapi dada. Merangsang lewat vibrasi dinding dada


supaya sputum mudah bergerak keluar.

6. Berikan cairan sedikitnya Meningkatkan hidrasi sputum.


1000ml/hari (kecuali kontraindikasi)

7. Kolaborasi terapi obat-obatan Memudahkan pengeceran, dan


bronkodilator dan mukolitik melalui pembuangan sekret dengan cepat.
inhalasi (nebuliser). Contoh
pemberian obat flexotid dan
ventolin.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigen darah.


Tujuan : perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil :
Pasien tidak lemah, tidak ada perubahan mental.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi kedalaman dan Distres pernafasan yang dibuktikan
kemudahan bernafas. dengan dispnea dan takiepnea sebagai
indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen.

2. Observasi warna kulit, catat adanya Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi.


sianosis pada kulit dan kuku
Gelisah, mudah terangsang, bingung

12
3. Kaji status menta dan penurunan sebagai petunjuk hipoksemia.
kesadaran.
Takikardia biasanya ada sebagai akibat
4. Awasi jantung atau irama demam.

Ansietas adalah manifestasi masalah


5. Kaji tingkat ansietas sediakan waktu psikologi sesuai dengan respon fisiologi
untuk berdiskusi dan bermain terhadap hipoksia.
dengan anak.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen.
Tujuan : aktivitas kembali normal
Kriteria hasil :

a. Frekuensi nadi 90-100x/ menit


b. Pasien tidak lemah

NO INTERVENSI RASIONAL

13
1. Evaluasi respons pasien terhadap Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
aktivitas catat laporan dispnea, pasien dan memudahkan pilihan
peningkatan kelemahan atau intervensi.
kelelahan dan perubahan tanda vital.

2. Dorong menejemen stres dan Menurunkan sters dan rangsangan


pengalih yang tepat. berlebihan, meningkatkan istirahat.

3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam Tirah baring dipertahankan selama fase


rencana pengobatan dan perlunya akut untuk menurunkan kebutuhan
keseimbangan aktivitas dan istirahat. metabolik.

Bantu pasien memilih posisi nyaman


4. untuk istirahat dan tidur. Pasien mungkin nyaman dengan kepala
tinggi.
Bantu perawatan diri yang
5. diperlukan. Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

4. Resiko/ kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
Tujuan : terjadi keseimbangan nutrisi
Kriteria hasil : IMT normal, turgor kulit baik, nilai laboratorium 9-14 gr%

NO INTERVENSI RASIONAL

14
1. Identifikasi faktor yang Sputum akan merangsang nervus vagus
menimbulkan mual, muntah. Misal: sehingga berakibat mual.
sputum banyak.

2. Berikan wadah tertutup untuk Menghilangkan tanda bahaya rasa bau


sputum dan buang sesering dari lingkungan pasien dan dapat
mungkin. menurunkan mual.

3. Jadwalkan pengobatan pernafasan Menurunkan efek mual yang


sedikitnya satu jam sebelum makan. berhubungan dengan pengobatan ini.

4. Auskultasi bunyi usus. Observasi Bunyi usus mungkin menurun/ tak ada
distensi abdomen. bila proses infeksi berat atau memanjang.

5. Berikan porsi makan porsi kecil dan Tindakan ini dapat meningkatkan
sering termasuk makanan roti kering masukan meskipun nafsu makan
atau makanan yang menarik untuk mungkin lambat untuk kembali.
pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L dan Sowden, L.A.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri.Jakarta: EGC

Brough, Helen., Alkurdi, Rola., dan Nataraja, Ram. 2007. Rujukan Cepat pediatri
dan Kesehatan Anak.Jakarta: EGC

Komite Medik RSUD Panembahan Senopati. 2012. Standar Pelayanan Medis RSUD
Panembahan Senopati Bantul.Yogyakarta: Medika Universitas Respati
Yogyakarta.

Nanda Nic Noc.2007-2008.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan Asma. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Suriadi, Skp,MSN., Yulianni, Rita, S.kp, M.Psi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada
Penderita Asma. Jakarta: CV.Agung Seto

16

Anda mungkin juga menyukai