Anda di halaman 1dari 2

Makan perlahan bisa turunkan berat badan

Mungkin Anda makan dengan cepat karena terlalu sibuk, atau diburu nafsu akibat terlalu lapar.
Apapun alasannya, perlu diketahui bahwa Anda bisa menurunkan berat badan jika berlatih makan
dengan lebih perlahan.

Time.com melansir, dengan mengunyah lebih lama dan memberi jeda antar-suap, seseorang bisa
membuat jarum di timbangan bergeser ke kiri. Ini adalah kesimpulan riset dari University of
Kyushu Jepang.

Untuk studi yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Open tersebut, peneliti mengamati data
asuransi hampir 60 ribu orang Jepang. Secara spesifik, peneliti mengamati mereka yang menderita
diabetes tipe 2, dan melakukan pemeriksaan kesehatan satu hingga tiga kali dalam kurun waktu
tahun 2008 sampai 2013.

Dalam pemeriksaan tersebut, mereka diminta menjawab pertanyaan seputar kesehatan dan gaya
hidup. Beberapa hal yang ditanyakan peneliti adalah seberapa cepat mereka makan dan apakah
mereka kerap melewatkan sarapan, mengudap setelah makan malam, atau makan sebelum tidur.

Pada awal penelitian, lebih dari setengah peserta melaporkan makan dengan kecepatan normal,
sebagian kecil makan dengan lambat, dan sisanya pada kecepatan sedang.

Peserta yang makan perlahan memiliki indeks massa tubuh paling rendah (BMI) dan lingkar
pinggang yang mengindikasikan bahwa mereka hanya punya sedikit lemak visceral--jenis lemak
yang kerap dikaitkan dengan penyakit.

Pada akhir masa pengamatan enam tahun, peserta yang makan paling lambat adalah yang paling
tidak punya kecenderungan obesitas, seperti didefinisikan oleh BMI mereka. Sementara mereka
yang berusaha makan lebih perlahan berhasil mengurangi berat badan. BMI mereka turun, dan
lingkar pinggang pun menyusut.

"Alasan asosiasi ini--kecepatan makan dan berat badan--adalah bahwa orang yang makan dengan
cepat cenderung terus makan sampai mereka merasa kenyang meskipun sebenarnya telah
mengonsumsi kalori dalam jumlah yang cukup," tulis periset Universitas Kyushu Yumi Hurst dan
Haruhisa Fukuda.

"Efek gabungan dari makan dengan cepat dan makan berlebih dapat berkontribusi pada
penambahan berat badan."

Kedua peneliti ini melanjutkan bahwa makan perlahan dapat membantu meningkatkan rasa
kenyang sebelum jumlah makanan berlebihan tertelan. Karena ini berarti Anda memberi waktu
kepada tubuh untuk menyadari bahwa Anda telah memakan sesuatu.

Dikutip Telegraph.co.uk, data tersebut juga mengungkap dua kebiasaan lain yang mungkin
meningkatkan kemungkinan obesitas, yakni makan malam dua jam sebelum tidur, dan mengudap
setelah makan malam. Sementara kebiasaan melewatkan sarapan sepertinya tidak memicu efek
apapun.

Perlu diketahui, penelitian ini bersifat observasional. Artinya periset hanya mengamati hubungan
antara kebiasaan makan dan penambahan berat badan tanpa secara langsung membuktikan satu
menyebabkan yang lain.

Peneliti menulis keterbatasan penelitian termasuk soal kecepatan makan dan perilaku lain yang
dilaporkan oleh peserta. Juga tidak adanya data tentang berapa banyak peserta makan, juga apakah
mereka berolahraga atau tidak.

Gagasan makan perlahan mungkin terdengar sederhana. Namun hal ini tak berlaku langsung. Pada
Science Media Centre, Susan Jebb, seorang profesor diet makanan dan kesehatan di Universitas
Oxford, percaya bahwa tantangan terbesarnya adalah memikirkan cara untuk menerapkan
rekomendasi para peneliti.

Sebelumnya pernah ada penelitian yang menyarankan agar Anda makan lebih lambat untuk
menurunkan berat badan, memilih makanan yang bertekstur lebih keras, menghitung setiap
gigitan, menunggu 30 detik antar-suapan; mengunyah makanan 40 kali, dan tip tip lain.

Jebb menambahkan, walau baru ada sedikit bukti pasti bahwa memperlambat kecepatan makan
dapat berdampak langsung pada berat badan, ini tak ada salahnya dicoba. Kata Jebb, kebiasaan
baru ini mungkin malah bisa membuat Anda benar-benar memikirkan apa yang Anda makan, dan
mengurangi konsumsi berlebihan.

Sebaliknya, apakah orang yang makannya cepat berpotensi jadi lebih gemuk? Mungkin demikian,
menurut pakar diet Catherine Collins, terutama jika kita makan tanpa berpikir. Kebiasaan tersebut
telah terbukti meningkatkan asupan kalori secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai