Anda di halaman 1dari 7

KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO

Halaman
No. Dokumen No. Revisi
1/7
01.01.13
RS DHARMA
HUSADA Tanggal Terbit:
PROBOLINGGO 14 Oktober 2019 Ditetapkan oleh,
Direktur RS. Dharma Husada

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Rosid Achmad, SpPK
(SPO)

Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi hak-hak pasien selama


PENGERTIAN dalam perawatan di rumah sakit dari segala bentuk ancaman dan tindakan
yang akan mengancam fisik, mental dan emosional
Untuk melakukan perlindungan terhadap bayi, anak-anak, orang tua dan
orang lain yang kurang mampu atau tidak mampu melindungi dirinya dari
TUJUAN
tindakan kekerasan fisik/penganiayaan, yang dilakukan oleh pengunjung,
pasien lain dan petugas
Keputusan Direktur Rumah Sakit Dharma Husada Nomor :
KEBIJAKAN 096Ref./18/VII/SK.Dir_Keb./2017. tentang Perlindungan Kekerasan Fisik
Dan Kelompok Beresiko di Rumah Sakit Dharma Husada.

Tata laksana Perlindungan Tindak Kekerasan secara Umum


1. Petugas medis dimasing-masing unit pelayanan
mengidentifikasi pasien yang berisiko terkenanya tindak
kekerasan / yang memerlukan perlindungan.
2. Petugas medis menempatkan pasien / tempat tidur pasien
sesuai dengan kategori setiap kasus yang diderita pasien
PROSEDUR 3. Petugas medis menginformasikan/meminta keluarga pasien
untuk dapat membantu menjaga pasien Selama proses
pengobatan di Rumah Sakit.
4. Dilakukannya sistem jam berkunjung pasien, dengan
batasan-batasan tertentu untuk dapat memonitor kondisi
pasien, baik memonitor dari sisi kesehatan maupun risiko
kekerasan, meliputi :
KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO

RS DHARMA
HUSADA
PROBOLINGGO
STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
PROSEDUR 03.01.05 01 2/7
OPERASIONAL
(SPO)
Pagi jam : 10.00 s/d 13.00 WIB
Sore jam : 18.00 s/d 21.00 WIB
HCU :
Pagi jam : 11.00 s/d 13.00 WIB
Sore jam : 18.00 s/d 20.00 WIB
5. Dilakukan monitor dengan media CCTV pada lokasi
terpencil/terisolasi, pemantauan individu yang dicurigai akan
melakukan tindakan kekerasan, identifikasi pengunjung dan
pengawasan keamanan.
6. Disusun mekanisme/sistem pengawasan yang terpadu antara
perawat/petugas dengan satuan pengamanan rumah sakit untuk
mengantisipasi kondisi terjadinya kekerasan fisik, dsb.
7. Petugas medis ruang rawat inap dan petugas keamanan bersama
melakukan penguncian akses pintu yang terhubung dengan jalan
keluar masuk pengunjung dengan ruang rawat inap pasien setelah
jam berkunjung selesai.

Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Bayi, anak-anak dan


Manula

1. Ruang rawat inap perinatologi harus dijaga oleh seorang perawat


atau bidan yang tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum ada
pengganti perawat atau bidan yang menggantikannya
2. Ruang rawat inap anak-anak, yang terletak di ruang bangsal, harus
ada perawat yang menjaga dan mengawasi seisi ruangan yang ada
atau adanya salah satu anggota keluarga pasien yang menjaga
pasien secara bergantian.

KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO

RS DHARMA
HUSADA
PROBOLINGGO
STANDAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PROSEDUR
03.01.05 01 3/7
OPERASIONAL
(SPO)
3. Pemanfaatan CCTV untuk memantau kondisi pasien (bayi
dan anak-anak) dan keluar masuknya pengunjung/staf di
ruangan.
4. Pengamanan tempat tidur pasien dari risiko kelalaian
petugas selama masa asuhan keperawatan.

Tata laksana Pemeriksaan Identifikasi Pengunjung.


1. Rumah Sakit menempatkan petugas keamanan di tempat-tempat
atau area pintu masuk dan keluar rumah sakit pada saat waktu
kunjungan pasien atau pada saat dilakukannya pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
2. Petugas berhak melakukan pemeriksaaan kepada setiap orang yang
dicurigai pada saat berkunjung ke rumah sakit dengan cara dan tata
susila sesuai prosedur dengan tetap menghargai orang tersebut.
. 3. Rumah Sakit menetapkan waktu berkunjung pasien rawat inap dan
diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.
4. Focus dan perhatian utama yang dilakukan petugas keamanan pada
saat identifikasi, bila pengunjung rawat inap yang berada diruang
bayi, anak-anak dan manula / orang yang tidak mampu untuk
melindungi dirinya sendiri.
5. Identifikasi pengunjung yang tinggal dilakukan lebih lanjut oleh
petugas keamanan yang berdinas saat itu dengan cara menitipkan
Tanda pengenal pengunjung dan petugas akan memberikan ID
Card Pengunjung pasien.

KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO

RS DHARMA
HUSADA
PROBOLINGGO

STANDAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PROSEDUR
03.01.05 01 4/7
OPERASIONAL
(SPO)
6. Petugas keamanan terus melakukan control terhadap setiap
pengunjung yang berada didalam rumah sakit dan mewaspadai bila
terjadi kemungkinan adanya tindak kekerasan yang timbul

Tata laksana Pemantauan Wilayah Terpencil atau Terisolasi

1. Pemantauan wilayah terpencil atau terisolasi dilakukan dan


menjadi tanggung jawab petugas keamanan rumah sakit.
2. Petugas keamanan melakukan control/ronde ke wilayah-wilayah
yang terpencil/terisolasi atau wilayah-wilayah yang dicurigai
sering terjadinya tindak kekerasaan kepada pasien, khususnya
ruang rawat inap bayi, anak-anak, manula dan orang tua yang tidak
dapat melindungi dirinya sendiri.
3. Pengaturan waktu control petugas dilakukan secara berkala dalam
setiap shift dengan waktu yang sudah ditentukan secara acak oleh
kepala keamanan rumah sakit.
4. Pemantauan wilayah terpencil dapat dilakukan dengan media
telekomunikasi berupa CCTV yang terpasang tersembunyi diarea
yang dimaksud.
5. Setiap melakukan control/ronde, petugas keamanan melakukan
pengecekan keseluruhan wilayah yang menjadi jangkauannya.
6. Untuk memastikan pelaksanaan control petugas keamanan,
disediakan kartu control (checklist) yang harus dibawa oleh
petugas keamanan ke setiap wilayah dan meminta tanda tangan
petugas, perawat dimana ruangan/lokasi tersebut dilakukan
pengontrolan.

KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO


RS DHARMA
HUSADA
PROBOLINGGO

STANDAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PROSEDUR
03.01.05 01 5/7
OPERASIONAL
(SPO)

Tata laksana Terjadinya Kekerasan Fisik Terhadap Pasien


1. Setiap petugas yang bekerja di Rumah Sakit selalu waspada
terhadap orang-orang yang dicurigai atau akan melakukan
tindakan kekerasan fisik pada pasien yang sedang menjalani
pelayanan kesehatan.
2. Petugas yang terdekat pada saat terjadinya kekerasan fisik
terhadap pasien segera tanggap dan cepat merespon sebelum
tindakan yang lebih fatal terjadi pada pasien, khususnya bayi,
anak-anak, manula dan orang tua yang tidak dapat melindungi
dirinya sendiri.
3. Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, diruang rawat
inap disediakan bel (alarm) yang dapat dijangkau oleh pasien bila
membutuhkan pertolongan petugas, untuk pasien yang tidak
mampu menjangkau atau mempergunakan bel, agar dapat dijaga
oleh keluarga atau orang yang dapat dipercaya oleh pasien.
4. Pertolongan pertama saat terjadinya kekerasan fisik dapat
dilakukan oleh petugas yang terdekat oleh pasien, dan untuk
selanjutnya dapat menghubungi petugas keamanan untuk menjaga
kejadian yang lebih buruk lagi.
5. Setiap ruangan di rumah sakit dilengkapi dengan tombol darurat
yang terhubung dengan ruang petugas keamanan, bila sewaktu-
waktu terjadi kekerasan fisik, petugas ruangan dapat menekan
tombol darurat tersebut untuk mendatangkan petugas keamanan.
KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO
RS DHARMA
HUSADA
PROBOLINGGO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL No. Dokumen No. Revisi Halaman
(SPO) 03.01.05 01 6/7

6. Kejadian kekerasan fisik terhadap pasien, baik yang dilakukan


oleh pengunjung, pasien lain ataupun petugas akan dilakukan
proses lebih lanjut (investigasi) dan bila diperlukan dapat
menghubungi Kepolisian setempat untuk membantu
penyelesaiannya dari sisi hukum yang berlaku.
7. Petugas ruangan dan petugas keamanan membuat laporan kejadian
kekerasan fisik sebagai bukti adanya tindakan, kronologi kejadian
dan dilaporkan kepada pimpinan Rumah Sakit dan bila diperlukan
diberikan kepada pihak Kepolisian yang terkait

Tata laksana Pelaporan Tindak Kekerasan Fisik


1. Apabila terjadi suatu tindak kekerasan fisik di rumah sakit, seluruh
yang mengetahui/menemukan insiden segera melaporkan ke
kepala bagian tempat terjadinya tindak kekerasan untuk
ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/
akibat yang tidak diharapkan.
2. Lakukan pengamanan internal yang dilakukan oleh staf medis
yang terdekat/terkait yang melihat langung tindak kekerasan fisik
kepada pasien.
3. Segera menghubungi petugas keamanan rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut sebagai antisipasi risiko tindakan yang
berlebih terhadap pasien..
4. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan
mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift
paling lambat 2x24 jam, jangan menunda laporan.

KEKERASAN FISIK DAN KELOMPOK BERESIKO


RS DHARMA
HUSADA
PROBOLINGGO

STANDAR PROSEDUR No. Dokumen No. Revisi Halaman


OPERASIONAL 03.01.04 01 7/7
(SPO)
5. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada Atasan
Langsung pelapor : Kepala Bagian/unit
6. Atasan langsung akan memeriksa laporan apakah kekerasan fisik
yang terjadi dapat diselesaikan pada tingkat kepala bagian/unit
atau memerlukan keputusan yang lebih tinggi Pada kasus insiden
tindak kekerasan yang tidak selesai di tingkat bagian/unit setelah
menerima laporan segera membentuk Tim Investigasi yang terdiri
dari Personel keamanan rumah sakit
7. Setelah selesai melakukan investigasi, lakukan sistem pelaporan
hasil investigasi kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.

1. Pasien Rawat Jalan


2. Pasien Rawat Inap
3. Pasien IGD
Unit Terkait 4. Pasien HCU
5. Pasien Penunjang Medik
6. Pasien di lokasi Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai