Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada praktikum cemaran mikroba dengan prinsip metode hitungan cawan


dimana jumlah mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, mikroba
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan
dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan
merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba (Fardiaz,
1992). Pada praktikum kali ini digunakan 2 media ialah media Nutrient Agar (NA) dan
media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA). Media nutrient agar (NA) adalah medium
pertumbuhan mikrobiologi yang umum digunakan untuk budidaya mikroba. Media
ini mengandung pepton, ekstrak daging sapi/ekstrak ragi, agar, dan NaCl. Oleh karena
itu media nutrient agar dapat menumbuhkan berbagai jenis bakteri (media universal)
disebabkan karena mengandung protein yang menjadi sumber energi bagi bakteri.
Sedangkan media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA) merupakan media selektif untuk
pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan kandungan
mycological pepton, Glukosa, dan agar. Kandungan karbohidrat yang menyebabkan
media ini dapat menumbuhkan jamur dikarenakan sumber energi bagi jamur (Dirjen
POM.1979).
Beberapa mikroba yang terdapat pada cemaran yang bersifat pathogen ialah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, Vibrio cholera, Vibrio
parahaemolyticus, Clostridium perfringens, Bacillusm cereus, Pseudomonas
auruginosa, dan Candida albicans (Radji.2010).
Pada prosedur yang dilakukan pada praktikum ini, dilakukan pengenceran pada
sampel bertujuan membuat sampel yang akan diuji mempunyai konsentrasi yang
rendah, agar mudah dalam mengidentifikasi dan mengitung koloni bakteri atau jamur.
Lalu, ketika dituangkan media pada sampel didalam cawan petri digoyangkan searah
jarum jam dan sebaliknya. Hal ini bertujuan agar sampel merata pada cawan petri. Lalu
diinkubasi, pada media SDA pada suhu 25oC dimana jamur akan optimal di suhu 25–
30oC dan pada media NA pada suhu 37oC dimana pertumbuhan bakteri akan optimal
(Pelczar, 2007).
5.1 Media Nutrient Agar (NA)
Berdasarkan data pengamatan setelah diinkubasi selama 1 hari, sampel yang
diuji pada percobaan ini ialah air minum Unisba. Pada kelompok 1 Media Nutrient
Agar (NA) didapat hasil pada pengenceran 10-1 terlihat 1 koloni bakteri, sedangkan
pada pengenceran 10-2,10-3, dan 10-4 tidak terlihat koloni bakteri. Hal ini sesuai dengan
literatur dimana semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni semakin sedikit. Dan
pada media kontrol NA tidak terjadi perubahan. Sehingga pada percobaan ini tidak
terkontaminasi oleh faktor cemaran (lingkungan, praktikan, alat, dan lain-lain). Lalu,
pada kelompok 2 Media Nutrient Agar (NA) didapat hasil pada pengenceran 10-1 tidak
terlihat koloni bakteri , sedangkan pada pengenceran 10-2 terlihat 2 koloni bakteri,10-
3
terlihat 7 koloni bakteri, dan 10-4 terlihat 2 koloni bakteri, dan pada media kontrol NA
tidak terkontaminasi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana semakin tinggi
pengenceran maka jumlah koloni semakin sedikit, seharusnya pada tingkat
pengenceran 10-1 yang terdapat banyak koloni bakteri hal ini dapat disebabkan
pengerjaan yang kurang aseptis sehingga terkontaminasi. Dari kedua kelompok
didapatkan hasil pertumbuhan koloni kurang dari 30, maka jumlah koloni yang hidup
yaitu <10 koloni/ml. Menurut peraturan BPOM RI No. 16 Tahun 2016
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada air minum ialah 1x102
koloni/mL (ALT awal) dan 1x105 koloni/mL (ALT akhir). Maka dapat dinyatakan
bahwa air minum Unisba layak untuk dikonsumsi.
Pada kelompok 3 dan 4 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Larutan
Cap Kaki Tiga (kaleng) didapatkan hasil pada media Nutrient Agar (NA) 430
koloni/mL. Menurut peraturan BPOM RI No. 16 Tahun 2016
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada air elektrolit ialah 1x102
koloni/mL sehingga dapat dinyatakan bahwa minuman ini tidak layak untuk
dikonsumsi. Hal ini dapat dikarenakan sampel yang mengandung bakteri atau
terkontaminasi.
Pada kelompok 5 dan 6 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Susu Ultra
didapatkan hasil pada media Nutrient Agar (NA) 4.250 koloni/mL. Menurut peraturan
BPOM RI No. 16 Tahun 2016 batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada
susu steril dan susu UHT (plain atau berperisa) ALT setelah diinkubasi selama 72 jam
suhu 30oC adalah kurang dari 10 koloni/0,1 mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel
ini tidak layak untuk dikonsumsi.
Pada kelompok 7 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Hydrococo
didapatkan hasil pada media Nutrient Agar (NA) kurang dari 30 koloni/mL. Menurut
peraturan BPOM RI No. 16 Tahun 2016
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada air elektrolit ialah 1x102
koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel ini layak untuk dikonsumsi.
5.2 Media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA)
Kemudian, pada media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA) berdasarkan data
pengamatan setelah diinkubasi selama 1 hari di kelompok 1 dan 2 pada media kontrol
dan pengenceran 10-1, 10-2,10-3, dan 10-4 tidak terlihat koloni jamur dan perubahan
warna. Dapat disimpulkan pada sampel air minum Unsiba tidak terdapat jamur
(kapang/khamir). Maka dapat dinyatakan bahwa air minum Unisba tidak terdapat
jamur atau koloni jamur (kapang/khamir) yang kurang dari 40 koloni.
Pada kelompok 3 dan 4 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Larutan
Cap Kaki Tiga (kaleng) didapatkan hasil pada media sabouraud dekstrosa agar (SDA)
< 10 koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel tidak terdapat jamur
(kapang/khamir).
Pada kelompok 5 dan 6 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Susu
Ultra didapatkan hasil pada pada media Sabouraud Dexstrosa agar (SDA) 550
koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel terdapat jamur (kapang/khamir).
Cemaran mikroba melewati batas maksimum yang telah diteteapkan oleh BPOM, maka
sampel ini tidak layak untuk dikonsumsi.
Pada kelompok 7 dilakukan uji cemaran mikroba pada sampel Hydrococo
didapatkan hasil pada media Sabouraud Dexstrosa Agar (SDA) kurang dari 40
koloni/mL. Maka dapat dinyatakan bahwa sampel tidak terdapat jamur atau yang
kurang dari 40 koloni jamur (kapang/khamir).
Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Radji,M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. EGC: Jakarta

Pelczar dan Chan. 2007. Analisis Mikroba pada Inokulasi . Edisi Kelima.Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai