Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya maka kamidapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADAKLIEN DENGAN LUKA BAKAR”.

Makalah Keperawatan Medikal Bedah ini disusun untuk


memenuhi tugas di dalamperkuliahan . Diharapkan dengan membaca makalah
ini, teman-teman mendapatkan wawasandan ilmu baru yang bermanfaat.Dengan
selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnyakepada Ibu Sansri Diah KD, SPd, SKp, M.Kes. Selaku dosen program
studi Keperawatan matakuliah Keperawtan medikal bedah dan kepada
teman-teman yang telah membantu proses pembuatan makalah ini sampai
makalah ini terselesaikan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan


kemampuan kita khususnya dalam mata kuliah keperawtan medikal bedah
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isii
BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang………………………………………………………3
b. Rumusan Masalah…………………………………………………..4
c. Tujuan Makalah…………………………………………………….4

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Luka Bakar……………………………………………………
B. Etiologi Luka Bakar
C. Tanda dan Gejala…...……………………...............................................
D. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………
E. Komplikasi luka bakar……………………………………………………..
F. KlasifikasiLukaBakar………………………………………………………

BAB III

Konsep Dasar AsuhanKeperawatan………………………………………..

BAB IV

a. Kesimpulan………………………………………………………………19
b. Saran…………………………………………………………………..….19

DAFTRAPUSTAKA………………………………….…………………………20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2008), prevalensi luka bakar


di Indonesia adalah 2,2 %. Menurut Tim Pusbankes118 Persi DIY (2012) angka
kematian akibat luka bakar di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta berkisar
37%-39% pertahun sedangkan diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-rata dirawat
6 pasien luka bakar perminggu setiap tahun.

Penanganan luka bakar yang cepat dan tepat, tidak akan menimbulkan dampak
yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi, jika luka bakar tidak ditangani sesegera
mungkin, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi, syok, dan
ketidakseimbangan elektrolit (imbalance electrolit). Selain komplikasi yang
berbentuk fisik, luka bakar juga dapat menyebabkan distress emotional (trauma)
dan psikologis yang berat karena cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).

Luka bakar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa derajat berdasarkan


dalamnya jaringan yang rusak. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,
pembuluh darah, dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang
berada di tempat yang lebih dalam dari akhir system persarafan (Brunner &
Suddart, 2001).
Fibroblas mencetuskan terbentuknya kolagen yang memperkuat jaringan luka
(Kumar et al, 2005). Fibroblas berproliferasi dan lebih aktif mensintesis
komponen ekstrasel jaringan ikat sebagai respon terhadap cedera. Pada sediaan
histologi, fibroblas mengandung banyak granulbersitoplasma kecil yang diduga
menjadi prekursor kolagen (Bloom &Fawcet, 2002).

Saat ini selain banyak dilakukan penelitian tentang obat-obatan yang dapat
mempercepat penyembuhan luka, banyak pula dilakukan penelitian tentang proses
peyembuhan luka itu sendiri. Mereka mempelajari bagaimana meminimalkan
suatu jaringan parut dan membuat jaringan baru yang sama struktur dan
ketahananya dengan jaringan normal (Huttenlocher& Horwitz, 2007).

Obat-obatan yang berkhasiat untuk menangani luka yang telah banyak dikenal
selama ini, seperti Silver sulfadiazine, Bacitracin dan Mafenide acetate adalah
agen anti mikrobial. Hydrocolloids dan Hydrogeldipakai luas sebagai Absortive
dressings juga terbukti mempercepat proses penyembuhan luka (Singer & Dagum,
2008). Moenadjat et al (2008) menjelaskan fokus pada manajemen luka,
setidaknya dua puluh tahun terakhir, sediaan yang mengandung silver telah
dikenal memiliki karakteristik antimikroba yang unggul berhasil menurunkan
insiden sepsis luka bakar. Hal ini terkait dengan kemampuan silver dalam
membunuh mikroba cukup tinggi. Oleh karena itu, penerapan silver sulfadiazine
menjadi terapi standar dalam pengobatan luka bakar. Agen antimikroba topikal
yang mengandung silver misalnya silversulfadiazine memiliki efek antimikroba
yang sangat luas terutama pada penanganan luka bakar derajat dua dalam dan
derajat tiga. Akan tetapi, penggunaan antimikroba ini (silver sulfadiazine)
memiliki efek toksik seluler dan menghambat reepitelisasi sehingga dapat
menghambat penyembuhan, menyebabkan reaksi alergi, dan leukopenia (Singer&
Dagum, 2008). Shinta (2011) menjelaskan antimikroba yang mengandung silver
yaitu dalam sediaan silver sulfadiazine memiliki efek dalam menghambat
proliferasi fibroblas dan keratinosit.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar?

C. Tujuan
1. Memahami konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar.
2. Memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
BAB II
TINJAUN TEORI

A. Penengertian
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan
dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang
disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radiasi. Luka bakar yang
hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka bakar superfisial atau
derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di bawahnya, hal ini disebut
luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang mengenai
seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit.
Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih dalam,
seperti otot atau tulang. (Wikipedia)
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya (Donna, 1991).
Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar (Luckman and Sorensen’s, 1993
B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ketubuh
panas tersebut dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik
berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar beratnya luka bakar juga
dipengaruhi oleh cara lamanya kontak dengan sumber air panas, misalnya suhu
benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas, api, air panas,
dan zat kimia, minyak panas, listrik dan radiasi.
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar
thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya disebabkan
oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri militer
ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan
yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang
bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik
kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena
terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh
penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
C. Patofisiologi
Panas tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi memiliki banyak efek
umum pada tubuh. Perubahan ini khusus untuk luka bakar dan umumnya tidak
mengalami pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya (Vartak A, 2010).
Ada peningkatan dalam permeabilitas kapiler karena efek panas dan
kerusakan. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke interstitial.
Hasil dari peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma berlanjut
sampai 48 jam dan maksimum 8 jam pertama. Dalam 48 jam baik permeabilitas
kapiler kembali menjadi normal atau trombosis dan tidak lebih bagian dari
sirkulasi. Hilangnya plasma ini adalah penyebab syok hipovolemik pada luka
bakar.
Berikut ini adalah penyebab dari kehilangan darah pada luka bakar:
1. Sel darah merah yang hilang dalam pembuluh dasar kulit terbakar pada fase akut.
Oleh karena itu, lebih dalam luka bakar lebih banyak kehilangan darah. Darah
akan ditransfusikan setelah 48 jam kecuali dinyatakan seperti pada anemia yang
sudah ada atau kehilangan darah secara keseluruhan karena penyebab lainnya.
2. Masa hidup sirkulasi sel darah merah berkurang karena dengan efek langsung dari
panas dan mereka hemolyse diawal. Luka bakar yang luas juga menyebabkan
sumsum tulang depresi yang mengarah ke anemia.
3. Pada tahap kronis luka bakar, kehilangan darah dari granulasi luka dan infeksi
bertanggung jawab untuk anemia. Tidak seperti kebanyakan luka lain, luka bakar
biasanya steril pada saat cedera. Panas menjadi agen penyebab, juga membunuh
semua mikroorganisme pada permukaan. Itu hanya setelah minggu pertama luka
bakar yang luka permukaan ini cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis
sebagai penyebab utama kematian diluka bakar. Di luka lain misalnya, luka gigit,
luka tusuk dan luka lecet yang terkontaminasi pada saat diderita jarang penyebab
sepsis sistemik

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar:
1. Luka bakar derajat 1 (superficial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar
(epidermis).Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema),
pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai adanya
lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn)
termasuk dalam luka bakar derajat 1.
2. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di bawahnya
(dermis).Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi:
 Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn), jika luka bakar
mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan gejalanya berupa
kemerahan(eritema), tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung yang berisi
cairan, dan disertai rasa nyeri.
 Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn), jika luka bakar
mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan gejalanya berupa
kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister), tetapi kadang-kadang tidak
disertai rasa nyeri jika ujung saraf sudah rusak.
3. Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis, dermis dan
jaringan subkutan).Tanda dan gejalanya berupa luka bakar yang tampak putih
pucat atau justru tampak hangus, dan kadang-kadang disertai jaringan nekrotik
yang keras berwarna hitam, tetapi tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf
sudah rusak. Tidak tampak ada lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3,
kapiler darah, folikel rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya
luka bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang
sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
4. Klarifikasi luka bakar
a. WALLACE
b. RULE OF NINE
 Kepala leher 9% --------> 9%
 Lengan 9% --------> 18%
 Badan depan ---------------------> 18%
 Badan belakang ------------------> 18%
 Tungkai 18% -------> 36%
 Genetalia/ perineum -------------> 1 %
 Jumlah -----------------------------------> 100
5. Kriteria luka bakar
a. luka bakar ringan - luka bakar derajat II < 15% - luka bakar derajat II < 10%
pada anak-anak - luka bakar derajat III < 1%
b. luka bakar sedang - luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa - luka
bakar derajat II 10-20% pada anak-anak - luka bakar derajat III < 10%

E. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium:HB,Ht,Leucosit,Trombosit,Gula
darah,Elektrolit,Ureum,Kreatinin,protein, albumin, Hapusan luka,Urine
lengkap,AGD(apabilah diperlukan)
2. Rontgen : foto torax
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekana vena sentral,diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30 % dewasa dan lebih dari 20% pada anak.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal :
1. Segera dinginkan dengan kompres air selama kurang lebih 10 menit
2. Bersihkan dengan kain yang bersih
3. Bila punya boleh diolesi dengan salep Silver Sulfadiazine.
4. Jangan diolesi dengan kecap, odol, mentega, kopi, dll.
5. Segera bawa ke rumah sakit
Penatalaksanaan selanjutnya :

a. Resusitasi Jalan Napas


Jika pada penilaian awal terdapat masalah pada airway, harus segera dilakukan
resusitasi jalan napas. Resusitasi jalan napas bertujuan untuk mengamankan jalan
napas dan perawatan jalan napas.
b. Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan dilakukan setelah penanganan airway dan breathing selesai.
Prinsip resusitasi cairan adalah penggantian volume secara adekuat dalam waktu
singkat. Untuk mencapai resusitasi cairan yang cukup dapat digunakan beberapa
jalur intravena sekaligus.
Resusitasi cairan menyesuaikan dengan derajat keparahan luka pasien.
Jenis-jenis resusitasi cairan adalah sebagai berikut:
 Resusitasi Cairan Berdasarkan Prinsip ATLS Pemberian kristaloid yang telah
dihangatkan sebelumnya sebanyak 2000 mL atau titrasi untuk mencapai urine
output 0,5 – 1 ml/kg/jam.
 Resusitasi cairan berdasarkan prinsip Parkland untuk luka bakar sedang atau luas
luka bakar <25% tanpa syok :
 Rumus menghitung kebutuhan cairan 24 jam berdasarkan Parkland adalah 4 mL x
kgBB x luas % luka bakar
c. Resusitasi Syok
Resusitasi syok (untuk luka bakar berat: luas luka bakar >25%, dengan syok, atau
keterlambatan > 2 jam). Untuk mengetahui berapa cairan yang harus digantikan,
terlebih dahulu harus diprediksi volume sirkulasi. Volume sirkulasi merupakan
10% dari total volume tubuh.

G. komplikasi
Menurut (effendi,1999) kompolikasi yang disebabkan luka bakar yaitu :
1. septikemia (infeksi)
2. pneumonia = tidur terus ->statis pneumonia
3. gagal ginjal akut : tidak ada plasma dalam darah
4. deformitas (perubahan bentuk tubuh)
5. sindrom kompartemen
6. kontraktur(lengketnya) merupukan gangguan fungsi pergerakan
7. kekurangan kaloro, protein
8. illeus paralitik (distensi abdomend,mual)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
LUKA BAKAR
A. Identitas klien
Nama Pasien : Tn. “S”
Umur : 30 Tahun
Diagnosa Medis : Luka Bakar
Tanggal Masuk : 26 Januari 2011 Pukul : 06.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 26 Januari 2011 Pukul : 06.30 WIB

PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Jalan nafas lancar dan tidak terdapat sumbatan, baik mucus ataupun makanan.
b. Breathing
Pernafasan klien normal dan tidak terlihat adanya sesak.
c. Circulation
Tekanan darah klien normal, 120/80 mmHg, dengan nadi 80 x/menit
d. Disability/disentegrity
Kesadaran klien compos mentis, terdapat luka bakar di sekitar bokong klien,luka
bakar derajat 2 dangkal, luas luka 10 %.
e. Exposure/environment

Tidak terdapat perubahan mental pada klien, klien tampak tenang.


Tindakan keperawatan yang dilakukan (dilakukan untuk mengatasi kondisi
yangdidapat dari pengkajian primer)
1. Keadaan umum : Klien lemah, dank lien tampak tenang dan merintihkesakitan.
2. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
3. Keluhan Utama : Luka bakar pada daerah bokong .
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan maksiolofasial
Bentuk kepela mesosepal,bersih, tidak ada benjolan/massa, rambut
terdistribusibaik, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, bentuk rambut lurus, warna
rambut hitam
b. Leher dan vertebra servikalis
Tidak Ada Kaku Kuduk, Perdarahan (-), Lesi(-)
c. Thorak Jantung
Inspeksi : Dada simetris, tidak terlihat kardiomegali.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara jantung sonor
Auskultasi : Bunyi jantung normal, lup-dup, gallop (-), murmur (-)
d. Paru paru
Inspeksi : Dada imetris, RR : 20 x/menitdengan irama reguler.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara nafas paru vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
e. Abdomen
Inspeksi : Simetris, Datar, tidak terdapat distensi.
Palpasi : Masa/benjolan (-), distensi abdomen (-).
Perkusi : Tympani.
Auskultasi : Nyeri tekan (-), bising usus 9 x/menit.
f. Perineum/rektum/vagina
Normal tidak ada kelainan, tidak iritasi, jenis kelamin laki-laki, terdapat luka
bakar di bokong (luka bakar derajat II dangkal) dengan luas 10%
4. Therapi

- Perawatan Luka Bakar


- Pemberian Salep (Livertran) Untuk Luka Bakar

Analisa data
NO Tanggal data Masalah Etiologi
1. 26-01-2011
DS Nyeri air radiator
 Klien mengatakan
bokongnya terkena Panas
air radiator mobil
dan melepuh. Terkena Kulit,
 Pasien mengtakan
lukanya terasa sakit. Dan KulitTerkelupas
Kerusakan Kulit
DO : Kerusakan
1. Derajat nyeri 8
dengan 10 paling syaraf Perifer
tinggi
2. Pasien tidak dapat Pengeluaran Zat
tidur terlentang.
3. Luka bakar derajat 2 Neurotransmitter
dangkal dengan luas
sekitar 10% Korteks Serebri
4. TTV
TD : 120/80mmHg Medula Spinalis
RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit SSP
S : 36,3 oC s
Nyeri

2 26-01-2011
DS : Resiko infeksi air radiator
Nyeri DO :
berhubungan  Luka klien terbuka. Panas
dengan  Luka hanya ditutup
terjadinya oleh kain sarung. Terkena Kulit,
kerusakan  TTV : Dan Kulit
kulit TD : 120/80mmHg Terkelupas
superficial. RR : 20 x/menit
Nyeri N : 80 x/menit Kerusakan Kulit
berhubungan T : 36,3 oC
dengan Terpapar
terjadinya Dengan
kerusakan Lingkunagn/
kulit Barier Kulit
superficial.
Kuman Masuk

Resiko Infeksi

B. diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan terjadinya kerusakan kulit superficial.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan terpaparnya luka terbuka.
C. rencana asuhan keperawatan
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri berhubungan setelah dilakukan .O
dengan tidakan bservasi TTV klien.
terjadinya kerusakan keperawatan, 2. bservasi derajat
kulit nyeri klien nyeri
superficial. berkurang klien.
dengan kriteria hasil 3. L
: akukan
1. Derajat nyeri 3 – pembersihan
4 luka dengan prinsip
dengan 10 paling asptik.
tinggi. 4. A
2. Klien merasa jarkan klien tekhnik
nyaman dengan relaksasi.
lukanya. 5. B
3. TTV klien erikan kenyamanan
dalam pada klien

rentang normal.

2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Observasi TTV


berhubungan dengan tidakan klien.
terpaparnya luka keperawatan, 2. Lakukan
terbuka. resiko tinggi perawatan
terjadinya luka dengan prinsip
infeksi pada klien aseptic.
berkurang dengan 3. Tutup luka klien
kriteria hasil : dengan kasa
1. Luka klien lembab.
sudah 4. Berikan salep
tertutup dalam livertran, supaya
keadaan luka
bersih. cepat kering dan
2. Luka tidak lagi tidak
terpapar terjadi infeksi.
dengan lingkungan. 5. Observasi ulang
derajat nyeri klien
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 Nyeri . Mengobservasi TTV 1. TTV klien
berhubungan klien. TD : 120/80mmHg
dengan terjadinya 2. Melakukan RR : 20 x/menit
kerusakan kulit pembersihan luka N : 80 x/menit
superficial. dengan prinsip asptik. T : 36,3 oC
3. Mengajarkan klien 2. Luka klien bersih,
tekhnik relaksasi. setelah
4. Memberikan dibersihkan
kenyamanan pada dengan nacl.
klien. 3. Klien bisa
5. Mengobservasi memanfaatkan
ulang teknik relaksasi
derajat nyeri klien 4. Klien nyaman
dengan posisi
telungkup.
5. Setelah di lakukan
perawatan, derajat
nyeri klien
berkurang, yaitu 4-
5 dengan 10 paling
tinggi

2 Resiko Infeksi  Observasi TTV 1. TTV klien


berhubungan klien. - TD :
dengan  Lakukanperawatan 120/80mmHg
terpaparnya luka luka dengan prinsip - RR:20x/menit
terbuka. aseptic. - N : 80 x/menit
 Tutup luka klien - T : 36,3 oC
dengan kasa 2. Klien merasa
lembab. nyaman setelah
 Berikan salep dilakukan
livertran, supaya perawatan luka.
luka cepat kering 3. Luka klien
dan tidak terjadi Tertutup kasa
infeksi. lembab.

 Observasi ulang 4. Luka klien telah

derajat nyeri klie beri salep


livertran
5. Derajat nyeri klien
berkurang menjadi
4-5 dengan 10
paling tingg
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar. faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain: keluasan
luka bakar, kedalaman luka bakar, umur pasien, agen penyebab, fraktur atau luka–
luka lain yang menyertai, penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes,
jantung, ginjal, obesitas dan adanya trauma inhalasi. klasifikasi luka bakar dibagi
menjadi 4 yaitu, superficial (derajat 1), agak superfisial, mengenai sebagian
lapisan kulit (derajat ii), seluruh lapisan kulit (derajat iii) dan derajat 4.
Pasien luka bakar memerlukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga para
perawat perlu memahami konsep dasar penyakit luka bakar agar dapat menangani
pasien dengan tepat sehingga meminimalkan dampak yang bahaya bagi tubuh dan
terhindar dari kecacatan fisik.

B. Saran

Semoga makalah ini berguna bagi semua, baik untuk pihak penulis maupun
pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Al-Waili N S, Salom K, Al-Ghamdi A. 2011. Honey for wound healing, ulcers,


andburns; data supporting its use in clinical practice. The Scientific World
Journal. (11; 766–78

Argamula G. 2008. Aktivitas sediaan salep ekstrak batang pohon pisang ambon
(musaparadisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit
(musmusculus albinus). Bogor: Institut Pertanian Bogor

Isnaini H. 2009. Uji aktivitas salep extract daun binahong (anredera cordifolia
(ten)steenis) sebagai penyembuhan luka bakar pada kulit punggung kelinci.
(Skripsi).Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Moenadjat Y. 2009. Luka bakar masalah dan tata laksana. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.Hlm 90-110

Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan; konsep, proses, dan praktik.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai