PENGERTIAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume
tinja > 159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan
volume orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair
(Suriadi, 1987: 83).
Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat (Mansjoer, 2000: 470).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO,
1980).
Diare adalah defekasi yang kerap dengan tinja
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
o Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis),
adeno-virus, rotavirus, astrovirus.
o Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides);
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas
nominis); jamur (candida albicans).
2. Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
o Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
o Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada
orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi
pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).
4. Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5. Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan
mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.
E. PATWHAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai
lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah
dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
a. Diare dengan dehidrasi ringan
o Kehilangan cairan 5% dari berat badan
o Kesadaran baik (samnolen)
o Mata agak cekungTurgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
o Berak cair 1-2 kali per hari
o Lemah dan haus
o Ubun-ubun besar agak cekung
b. Diare dengan dehidrasi sedang
o Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat bada
o Keadaan umum gelisah
o Rasa haus
o Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
o Mata cekung
o Turgor dan tonus otot agak berkuran
o Ubun-ubun besar cekung
o Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2
detik
c. Diare dengan dehidrasi berat
o Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
o Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
o Denyut nadi cepat nsekali
o Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
o Ubun-ubun besar cekung sekali
o Mata cekung sekali
o Turgor/tonus kurang sekali
o Selaput lendir kurang/asidosis
G. KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
o Diare akut
o Diare kronis
A. Diare Akut
dalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
B. Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
o Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-
obatan dihentikan).
o Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik
utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
o Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
o Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori
protein, bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
o Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat
mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
o Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
o Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
o Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
o Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan
osmotiknya < 20 mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada
bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
a) Watery Stools/tinja besar
1) Gastroenteropati alergi
o Alergi proten susu sapi
o Alergi protein kedelai
2) 1. Defisiensi disakarida
o Defisiensi laktase sering sekunder
o Defisiensi sukares ismaltas
3) Malabsorbsi gluksoa galaktosa
Defek imun primer
4) Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit (Giardk)
5) CSBS (contraminated small bowel syndrome) Obstruksi usus terhadpa
loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan segalanya.\
6) Presistent poslenteng diare dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.
7) Diare sehubungan dengan penyakit endokrin
o Hipoparatiroidisme
o Insufisiensi adrenal
c. Fatty stools/tinja berlemak
1. Insuifisiensi pankreas
o Hipoplasi
o Cystic fibrosis
2. Limfangiektasi
3. Kolestasisi
o Atresia bilians ekstra/intrahepatik
o Hepatitis neonatal
o Sirosis hepatitis
c. Bloody stools/tinja berdarah
o V. campylobacter, salmonella, shygella
o Disentri amuba
o Inflamatory bowel desease
o Diare berhubungan dengan lesi anal
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2) Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-
95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja
( normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa
diduga terjadi intoleransi gula.
o PH normal kurang dari 6
o Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat
dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah
nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih
tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis
respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
o Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
dehidrasi
o Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan
adanya penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.
Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin
dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan
adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.
I. PENULARAN
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
o Menggunakan sumber air yang tercemar
o BAB sembarang tempat
o Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
o Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar
o Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap
viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci
tangannya secara teratur setelah menggunakan kamar mandi.
o Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang
terkontaminasi.
o Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan,
minum bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang
terinfeksi virus diare
J. PENCEGAHAN
a) Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
b) Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
c) Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
d) Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.
K. KOMPLIKAS
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi (
ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan
cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality
cairan ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi
jantung normal kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
Dehidrasi hipotonik
onus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab).
Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam,
terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative
losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya
bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam
serum > 150 mEq/l
b. Berdeasarkan derajatnya
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering,
tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit
cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental normal.
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat,
tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering,
merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan
frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus
mental normal sampai lesu.
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir
kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela
cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada,
nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur
<6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan
atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada
bayi juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah
berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam
umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel
usus. Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat
dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang
cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan
dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan
K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan
aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktase
8. Ileus paratukusKomplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat anti motilitas.
9. Intoleransi laktosaPada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula
pada penderita diare dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak
bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi
dalam jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
Kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti
meningitis, ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
L. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
4) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml =
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/
kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan
DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
Kebutuhan cairan:
125 + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
Saa dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.
Misalnya untuk anakumur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG aa
Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1
bulan – 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.
5) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh).
Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim)
Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak
mengandung laktosa/asam lemak berantai sedang atau jenuh.
6) Obat-obatan
Obat anti – sekresi
Obat spasmolitik
Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu
NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa.
Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90
mEq/L.
Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi
Natrium 50-60 mEq/L.
Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula),
lengkap (oralit).
Cairan parenteral
- monitor
-
kehilangan cairan
Mengetahui
dan elektrolit
nilai elektrolit.
- monitor
- Mengethui
manifestasi
jumlah
neurologi karena kehilangan
ketidakseimbanga cairan.
n elektrolit
- monitor
- Mencegah
rasa mual,
dan mengetahui
muntah dan diare
sedini mungkin
komplikasi diare.
Perawatan -
perineal Mengetahui
asupan oral.
- lakukan
hygiene perineal
- jaga
perineal tetap
- Mencegah
kering
iritasi perineal.
-
Mengurang
i iritasi
v kekebalan tubuh
v perubahan sensasi
v perubahanpigmen
tasi
v perubahan status
metabolic
v perubahan
sirkulasi
v perubahn turgor
kulit
v perubahan status
nutrisi
v psikogenik
- Dilaporkan atau
fakta adanya
kekurangan
makanan
- Dilaporkan
adanya perubahan
sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
- Keengganan
untuk makan
- Kram pada
abdomen
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
- Kehilangan
rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus
hiperaktif
- Kurangnya
informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(misal oralit).
2. Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit tidak
elastis, membran mukosa kering
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar