Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PROSEDUR PENANGANAN SNAKE BITE

DI IGD RSUD UNGARAN

Oleh :

YUNI LISTIYANA

P.1337420616033

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
A. Definisi
Penanganan bisa ular adalah tindakan yang dilakukan untuk menghentikan
penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh.

Kasus : Tn. A datang ke RSUD Ungaran tanggal 8 November 2019 pukul 11.10
WIB bersama bersama keluarganya karena digigit ular saat bekerja di sawah. Tn.
A digigit pada jari kakinya, yaitu pada jari tengah. Untuk mengurangi penyebaran
bisa, perawat melakukan tindakan insisi pada daerah gigitan, kemudian bisa
dikeluarkan. Selain itu Tn. A juga diberikan obat anti bisa dan infus RL. Tingkat
kesadran Tn. A composmentis.

B. Tujuan
Menghentikan penyebaran bisa ular

C. Indikasi
Pasien yang terkena pagutan ular atau gigitan ular dan mengalami gejala lokal
maupun sistemik yang disebabkan oleh bisa ular.
Gejala dan tanda-tanda lokal antara lain adalah:
1. Nyeri gigitan taring
2. Nyeri lokal,
3. Perdarahan lokal,
4. Memar
5. Limfangitis,
6. Pembengkakakn kelenjar getah bening,
7. Melepuh, infeksi lokal,
8. Abses, nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).
Gejala edema, kemerahan, nekrosis pada tempat pagutan disebabkan juga oleh
pengaruh enzim proteolitik seperti metalloproteinase, hideolase dan sitotoksin.
Gejala Sistemik
Gejala sistemik yang sering dijumpai adalah mual, muntah, nyeri perut, pusing,
dan lemah badan. Akibat bisa ular viperidae terjadi kelainan yang melibatkan
sistem kardiovaskular seperti gangguan penglihatan, pusing, mengantuk, pingsan,
syok, hipotensi, aritmia jantung, edema paru dan edema konjungtiva. Terjadi pula
gangguan perdarahan berupa perdarahan pada luka pagutan, perdarahan gusi,
epistaksis, peradarahan mata, perdarahan intrkranial, hemoptisis, hematemensis
dan melena, perdarahan mukosa dan kulit, perdarahn vagina, perdarahaan
antepartum pada wanita hamil, dan bentuk perdarhan lainnya.
Trombosis arteri serebral sering ditemukan pada pagutan Dobola russel sehingga
terjadi stroke, aprestesia, gangguan pengecap, ptosis berat. Kelainan neurologi
lain yang dapat dijumpai adalah oftalmoplegi eksternal, paralisis fisialis, afpnia,
kesulitan menelan, paralisis otot pernapasan. Kelainan ginjal dapat berupa
hematuri, hemoglobinuri, mioglobinuri sampai anuri dan gagal ginjal akut.
Kelainan endokrinoun mungkin terjadi, berupa insufi-siensi adrenal, syok,
hipoglikemi. Kelainan endokrin ini dapat berlangsung kronis berupa kelelahan
kronik, kerontokan rambut seksual sekunder, penurunan libido, amenore, atrofi
testis dan hipotiroidisme.

D. Persiapan
1. Persiapan alat dan bahan
a. Spuit 3 cc
b. Tabung sample darah
c. Alat EKG
d. Anti bisa ular
e. Set infus
2. Persiapan perawat dan pasien
a. Perawat mengenakan APD berupa masker dan handscoon
b. Pemberian informasi berupa tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian tindakan

E. Prosedur

1. Identifikasi ular penyebab. Deskripsi yang disampaikan saksi, foto ular, atau
jika memungkinkan ular dapat dibawa ke IGD Rumah Sakit
2. Jika ular yang dimaksud berbisa atau tidak yakin, pasien dapat dirawat inap
untuk observasi ketat
3. Pertolongan pertama: imobilisasi dengan pembidaian dan elastic bandage
(tidak dianjurkan menggunakan tensocrepe).
4. Bebaskan airway dan breathing, terutama pada gigitan ular dengan bisa yang
mengandung neurotoxin penyebab paralisis.
5. Ambil sampel darah pasien untuk

 Pemeriksaan Darah lengkap


 Pemeriksaan Faal hemostasis (aPTT, PPT, INR, 20 min whole blood
clotting time) tiap 6 jam
 Fungsi ginjal
 Elektrolit

6. Periksa EKG untuk mendeteksi kelainan jantung


7. Kasih tanda luas pembengkakan jaringan tiap 2 jam (RPPT)
8. Indikasi pemberian Serum Anti-Bisa Ular (SABU)
o Coagulopathy, trombopeni, INR > 1.2, non-clotting 20 min WBCT.
o Neurotoxin (ptosis, paralysis, dll)
o Hipotensi, syok, aritmia
o AKI
o Hemoglobinuria atau mioglobinuria
o Edema berat (> 1/2 ekstrimitas yg tergigit) atau bengkak yang cepat
membesar
o Limfadenitis di sistem limfatik regional bekas gigitan
9. Terapi suportif lainnya seperti cairan, neostigmin atropin, hingga
ventilator untuk yang gagal nafas.
F. Hasil Pelaksanaan Prosedur
Setelah bisa dikeluarkan Tn. A dipindah ke ruang rawat inap untuk dilakukan
observasi.

G. Hal yang Harus Diperhatikan


Serum Anti-Bisa Ular (SABU) dapat diberikan dengan pedoman sebagai berikut.
1. Untuk bisa ular dengan gejala neurotoxin dan perdarahan spontan masif
diberikan SABU 2 vial didrip dengan larutan PZ tiap 2 jam
2. Untuk bisa ular bukan dengan gejala neurotoxin atau koagulopati parah,
diberikan 2 vial SABU didrip tiap 6 jam.
Pemberian SABU dapat diteruskan sampai tanda dan gejala menghilang, tidak ada
maximum dose.
Indikator pemberian SABU efektif
1. Perdarahan akan berhenti dalam 15 menit
2. Faal Koagulasi akan normal dalam 3-9 jam
3. Hipotensi akan membaik dalam 30-60 menit
4. Gejala paralisis akan membaik dalam 30 menit
5. Warna gelap urin akibat mioglobinuria atau hemoglobinuri menghilang
dalam beberapa jam.
Penting untuk menanyakan riwayat atopi berat (asma, dll). Pada pasien dengan
riwayat atopi berat, boleh diberikan epinephrine injeksi sebagai profilaksis
sebanyak 0,25 mg (dewasa) atau 0,01 mg/kg (anak) secara subkutan sebelum
SABU diberikan.
Perlu diwaspadai bila ditemukan perburukan gejala seperti pembengkakan
tungkai lebih dari setengahnya, pembengkakan yang timbul segera setelah
pagutan pada jari-jari (kaki, terutama tangan), pembengkakan yang progresif, atau
pembengkakan kelenjar getah bening di area ekstremitas tempat pagutan.
Reaksi yang tidak diharapkan yang mungkin terjadi adalah reaksi anafilaksis
cepat, reaksi pirogenikm dan reaksi anflaktik lambat. Anti bisa ular tidak
dianjurkan untuk diberikan sebagai profilaksis.
Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena tergantung dari jumlah bisa ular
yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban sewaktu menerima anti
serum.

Anda mungkin juga menyukai