Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI RETAK PADA POROS FLEXIBLE

MELALUI PENGUKURAN SINYAL GETARAN

Didik Djoko Susilo1


Purwadi joko Widodo1

Abstract : The aim of this research was to identify crack on the rotating shaft trough
vibration signal measurement. The patern of the signal in the time domain and the
signal spectrum were observed to identify the crack. It was given in the midle of the
shaft by sawing in the lateral direction. Several crack depth were considered in the
experiment, ie: 0.125 D, 0.25 D, 0.375 D, and 0.5 D. The vibration signal was
measured on the shaft speed 1414 rpm and 2160 rpm. The signal that obtained from
the cracked shaft was compared to the signal from the haft with no crack. The result
showed that in the cracked shafts, there were amplitut modulation in the time domain
signal patern. This phenomena indicated that there was nonlinearity in signal that
caused by crack. Meanwhile, spectrum analysis showed f equency coupling as the
effect of the crack on the shafts. The coupling occurred at the frequency 29 Hz, 78 Hz,
and 97 Hz for the shaft speed 1414 rpm, and at frequen Hz, 92 Hz, and 107 Hz
for the shaft speed 2160 rpm.

Keywords : cracked shaft, vibration signal, time domain, signal spectrum .

PENDAHULUAN. patah giginya. Setiap terjadi kerusakan pada


Perawatan merupakan kata kunci pada komponennya maka mesin akan memberikan
produktivitas sebuah industri. Jika mesin- sinyal yang berbeda dari sinyal yang diberikan
mesin yang ada pada sebuah industri terawat pada saat mesin berjalan normal. Sehingga
dengan baik maka tingkat produktivitas dengan memantau sinyal yang dikeluarkan
industri tersebut akan tinggi. Sehingga oleh sebuah mesin dapat diketahui kondisi
kebijakan perawatan mesin menjadi sangat mesin yang bersangkutan.
penting. Saat ini kebijakan perawatan prediktif
Retak pada poros merupakan salah satu cacat
lebih disukai daripada perawatan reaktif
yang dapat mengakibatkan kegagalan poros
karena sangat efektif dalam mengurangi biaya
seperti lendutan yang besar atau patah saat
yang harus dikeluarkan untuk kerusakan yang
poros beroperasi. Retak ini dapat terjadi saat
tiba-tiba dan macetnya sebuah mesin atau
proses pembuatan poros, yakni adanya cacat
peralatan saat produksi sedang berjalan.
dalam pengecoran dan proses permesinan
Di dalam industri banyak dijumpai mesin- maupun saat poros beroperasi akibat adanya
mesin dengan gerakan berputar (rotating pembebanan yang berlebih. Terutama untuk
machinery ) seperti motor listrik, pompa, poros flexible atau poros dengan perbandingan
conveyor, pencampur, pengayak dan lain-lain. panjang ( L ) dan diameter (D) tinggi, retak
Kegagalan mesin-mesin tersebut terjadi karena yang terjadi tentunya lebih berbahaya bila
kerusakan komponennya, antar lain : poros, dibandingkan dengan poros kaku, atau poros
bantalan gelinding, dan roda gigi. Kerusakan pendek. Oleh karena itu identifikasi adanya
poros meliputi misalignment dan retak, retak pada poros sangat penting untuk
sedangkan untuk bantalan gelinding kerusakan mencegah kerusakan yang lebih besar pada
yang dapat terjadi misalkan : komponen mesin secara keseluruhan.
gelindingnya, lintasan cincin dalam dan
Dengan demikian perlu dilakukan penelitian
lintasan cincin luar. Untuk roda gigi kerusakan
untuk mengidentifikasi adanya retak pada
yang banyak dijumpai adalah keausan dan sebuah poros flexible.
1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin – FT Universitas Sebelas Maret Surakarta
Didik Djoko Susilo, dkk., Identifikasi Retak Pada Poros Flexible elalui Pengukuran Sinyal ...

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN statistik untuk memantau kesehatan struktur


Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan (Structural Health Monitoring).
untuk memperoleh sebuah metode yang dapat
Gounaris et. al. (1996) melakukan diagnosis
digunakan untuk mengidentifikasi adanya
retak pada balok didasarkan pada perhitungan
retak pada sebuah poros yang berputar melalui
koefisien modal damping struktur. Dengan
pengukuran sinyal getaran. Akan dianalisis
metode ini dapat ditentukan lokasi dan
juga respon getaran poros yang memiliki retak
kedalaman retakan. Metode ini didasarkan
dengan variasi kedalaman retak yang berbeda.
pada analisis struktur balok Timoshenko
Penelitian ini diharapkan menghasilkan sebuah menggunakan metode Elemen Hingga dan
metode yang dapat digunakan untuk Kondisi Batas. Dalam analisis ini tegangan
mendeteksi secara dini adanya kerusakan lentur balok dihitung kemudian koefisien
mesin, yang dalam hal ini berupa retak poros. modal damping ditentukan melalui teknik
Dengan mengetahui secara dini kerusakan iterasi. Koefisien modal damping merupakan
poros sebuah mesin maka kerusakan yang fungsi dari lokasi dan kedalaman retakan.
lebih besar tentunya dapat dicegah, karena Penerapan metode ini dilakukan dengan cara
biasanya kerusakan sebuah poros akan mengukur tegangan (modal damping ) pada
mengakibatkan kerugian yang lain misalkan sebuah titik secara eksperimental balok yang
kerusakan bantalan, dan gangguan proses bergetar pada tiga frekuensi eigen yang
produksi yang pada gilirannya memerlukan pertama menggunakan sebuah strain gage .
biaya perawatan yang mahal.
Poros dengan retak arah melintang akan
Selain itu hasil penelitian ini dapat memiliki respon getaran untuk berbagai mode
dimanfaatkan untuk mengembangkan sistem getaran, yakni:
perawatan prediktif. Dengan metode ini dapat • getaran longitudinal,
dipantau kondisi operasi sebuah mesin • torsional
khususnya poros mesin tanpa menggangu kerja • lentur vertikal
mesin. • lentur horisontal.
TINJAUAN PUSTAKA ( Papadopaulos et. al., 1992).
Sinyal getaran yang memiliki informasi Sistem koordinat dan gambar model sebuah
perilaku dinamik sering dipakai
untuk mendeteksi kerusakan
komponen mesin. Sinyal ini
biasanya tercampur dengan sinyal
getaran akibat komponen-
kompenen lain sehingga
diperlukan metode yang tepat
untuk memisahkan sinyal
komponen yang diamati dengan
sinyal yang lain. Lin et. al (2000)
mengembangkan teknik denoising
didasarkan pada Morlet wavelet
untuk diagnosis kerusakan mesin.
Penerapannya dilakukan untuk Gambar 1. Model poros dengan retak melintang.
mendiagnosis kerusakan bantalan
gelinding yang meliputi kerusakan lintasan poros dengan retakan melintang yang dapat
cincin dalam dan cincin luar. digunakan untuk analisis retakan poros
disajikan pada gambar 1.
Sohn et. al (2001) menggunakan analisis sinyal
getaran pada domain waktu untuk Pada model tersebut diasumsikan poros
mendiagnosis kerusakan pada struktur melalui sebagai balok Timoshenko dengan salah satu
model sistem massa pegas 8 derajat kebebasan. ujung jepit dan ujung yang lain bebas.
Dalam penelitiannya Sohn menerapkan pola Diameter poros dinotasikan dengan D,

29
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

sedangkan panjang poros L, mode getaran eigen sistem atau mode getaran sistem yakni
umum : longitudinal U, torsional θ, dan lo ngitudinal, puntir, dan lentur.
bending arah Y serta Z. Kedalaman retak
Getaran dapat terjadi jika salah satu derajat
dinotasikan dengan α, sedangkan lokasinya kebebasan batas sistem bergerak secara
dinyatakan dengan L1. harmonik. Jika tidak ada retakan maka
Persamaan getaran untuk keempat mode getar diperlukan eksitasi untuk menghasilkan respon
di atas diberikan sebagai berikut: getaran, namun jika terdapat retakan, eksitasi
(Papadopoulos et. al., 1992) pada salah satu derajat kebebasan sistem akan
memberikan respon pada semua derajat
kebebasan sistem (Papadopoulos,, 1992).
∂ 2U i 1 ∂ 2U i
= (1) Pada penelitian ini akan diuji respon
∂x 2 cu2 ∂t 2
∂ Θi 1 ∂ Θi
2 2 getaran poros tanpa retakan dan poros
= 2 (2) dengan retakan. Pengukuran getaran yang
∂x 2 cq ∂t 2
dilakukan adalah pada mode getaran
∂ 4Yi ∂ 2Y  E  ∂ 4Yi r 2I ∂ 4Yi
EI + Ar 2i − r I 1 +  2 2+ =0 (3) bending. Data yang diperoleh merupakan
∂x 4
∂t  kG  ∂x ∂t kG ∂t 4 respon getaran pada domain waktu, yang
∂ 4Z i ∂2 Z i  E  ∂4 Z i r 2I ∂4Z i biasanya berupa fungsi sinus dan cosinus.
EI + Ar − r I 1 +  2 2+ =0 ( 4)
∂x 4
∂t 2
 kG  ∂x ∂t kG ∂t 4 Dari data seperti ini
dapat dilakukan analisis spectrum dengan cara
dengan : transformasi Fourier (Kreyszig, 1999). Melalui
i = 1 , untuk 0 ≤ x ≤ L1 , transformasi ini dapat dilihat respon getaran
pada domain frekuensi.
dan i = 2, untuk L1 ≤ x ≤ L ,
METODOLOGI
E
c u2 = , Alat yang digunakan dalam penelitian ini
r terdiri dari:
1. Alat uji poros bantalan yang
G
cq2 = , digerakkan oleh sebuah motor listrik
r melalui mekanisme sabuk.
6(1 + n ) 2. Dua buah akselerometer untuk
k= . mengukur re spon getaran arah vertikal
(7 + 6n ) dan horisontal.
E = modulus elastisitas Young 3. Osiloskop digital untuk merekam data
G = Modulus Geser respon getaran.
? = Berat jenis material 4. Stroboskop untuk mengukur putaran
? = Perbandingan Poisson poros.
5. Komputer PC untuk mengolah data.
Solusi dari persamaan (1) sampai (4) dilakukan
melalui metode pemisahan dan menerapkan Pengukuran sinyal getaran dilakukan terhadap
kondisi awal model poros pada ujung poros poros yang tidak memiliki retakan dan poros
yang difepit, ujung bebas dan pada lokasi dengan retakan melintang. Respon getaran
retakan, sehingga dapat diperoleh persamaan poros tanpa retakan nantinya akan digunakan
karakteristik poros dengan retakan. sebagai sebagai pembanding terhadap respon getaran
berikut: poros dengan retakan.

det [Φ] = 0 (5 ) Retakan poros diberikan pada arah melintang


dengan cara digergaji dengan beberapa variasi
Determinan ini merupakan fungsi kecepatan kedalaman retak dalam prosentase diameter
sudut (ω), dan matrik kekakuan lokal yang poros, yakni : 0,125D, 0,25D, 0,375D, dan
tergantung pada kedalaman retak dan lokasi 0,5D. Selanjutnya masing-masing poros
retakan. Akar dari persamaan (5) dan diputar pada dua kecepatan putar dibawah
kecepatan sudut (ω) akan menghasilkan nilai frekuensi kritisnya .

30
Didik Djoko Susilo, dkk., Identifikasi Retak Pada Poros Flexible elalui Pengukuran Sinyal ...

Respon getaran arah transversal dan lateral


yang direkam oleh osiloskop yang berada pada
domain waktu selanjutnya dilakukan analisis
spektrum melalui transformasi Fourier (Fast
Fourier Transform / FFT) menggunakan
perangkat lunak MATLAB. FFT dilakukan
untuk N = 10100, dan K = 512. Dari hasil
analisis ini dapat dilakukan identifikasi untuk
menentukan ada tidaknya retak pada sebuah
poros.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sinyal getaran poros dengan berbagai variasi
kedalaman retak diukur menggunakan dua
buah akselerometr, selanjutnya sinyal difilter
Gambar 4. Sinyal Getaran Poros dengan
untuk mengurangi noise dan ditampilkan 1000
kedalaman retak 0,375 D pada 1414 rpm
point untuk melihat pola sinyal getaran.
Analisis spektrum dilakukan melalui
transformasi Fourier untuk N = 10100 dan K =
512.

Gambar 5 Spektrum sinyal getaran poros


dengan kedalaman retak 0,375 D pada 1414
rpm.

Gambar 2. Sinyal getaran poros tampa retakan


pada 1414 rpm

Gambar 6. Sinyal getaran poros tanpa retakan


pada n = 2160 rpm

Gambar 3. Spektrum sinyal poros tanpa retakan Hasilnya ditampilkan pada grafik berikut
pada 1414 rpm. untuk poros tanpa retakan dan retakan 0,375

31
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

dapat dianalisis sebagai berikut:


a. Sinyal getaran poros tanpa retakan
ditampilkan pada gambar 2. Pola sinyal
getaran pada domain waktu diperoleh
dengan menampilkan 1000 titik sinyal
yang sudah difilter, hasilnya disajikan
pada gambar 2 dan gambar 6. Berdasarkan
spektrum sinyal yang maka dapat dilihat
bahwa puncak sinyal getaran untuk poros
tanpa retakan terjadi pada dua frekuensi
yakni 29 Hz dan 78 Hz.untuk putaran
poros 1414 rpm. Frekuensi pertama
merupakan frekuensi fundamental poros
Gambar 7. Spektrum sinyal getaran poros tanpa (orde pertama / 1x harmonik), sedangkan
retakan pada n = 2160 rpm frekuensi yang kedua merupakan orde ke 3
(3x harmonik). Sedangkan untuk putaran
poros 2160 terjadi pada frekuensi 43 Hz
dan 92,7 Hz yang merupakan frefuensi
fundamental poros dan 2 x harmonik.
b. Pola sinyal getaran poros dengan
kedalaman retak 0,375 D menunjukkan
adanya modulasi amplitudo (gambar 4 dan
gambar 8). Modulasi amplitudo yang
merupakan hasil multiplikasi sinyal pada
domain waktu ini mengindikasikan adanya
ketidaklinearan proses sebagai akibat
adanya retak pada poros, yang pada saat
poros berputar maka celah akibat retakan
ini akan membuka dan menutup sehingga
Gambar 8. Sinyal getaran poros dengan berpengaruh terhadap sinyal getaran yang
kedalaman retak 0,375 D pada n = 2160 rpm dihasilkan.
c. Spektrum sinyal untuk poros dengan
retakan menunjukkan adanya tambahan
puncak sinyal disekitar frekuensi 3 x
harmonik (gambar 3) untuk putaran poros
1414 rpm dan , dan frekuensi 2 x harmonik
(gambar 9) untuk putaran poros 2160. Hal
ini yang memperlihatkan adanya
ketidaklinear sinyal sebagai akibat adanya
retak.
KESIMPULAN
1. Pengamatan pola sinyal getaran pada
domain waktu dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya retak pada poros
dengan adanya modulasi amplitudo yang
Gambar 9. Spektrum sinyal getaran poros
menunjukkan ketidaklinearan sinyal
dengan kedalaman retak0,375 D pada n =
sebagai akibat adanya retak.
2160 rpm.
pada putaran 1414 rpm dan 2160 rpm. 2. Analisis spektrum sinyal getaran mampu
menunjukkan terjadinya kopling frekuensi
Berdasarkan sinyal getaran yang diperoleh sebagai akibat adanya retak pada poros.

32
Didik Djoko Susilo, dkk., Identifikasi Retak Pada Poros Flexible elalui Pengukuran Sinyal ...

DAFTAR PUSTAKA
Contreras L., R., Modi, C., Pennathur,
A.,2002, “Integrating Simulation modeling
and Equipment Condition Diagnostig for
Preidctive Maintenance ”, Proceedings of
The 2002 Winter Simulation Conference,
hal. 1289 – 1296.
Gounaris, G. D., Papadopoulos C. A., 1996,
“Crack Diagnosis in Beams By Modal
Damping Measurements” , 3rd Biennial
Joint Conference on Engineering System,
Design, and Analysis (ESDA’96), July 1-4,
Monpellier.
Kreyszig, E., 1999, Advanced Engineering
Mathematics, John Wiley and Sons Inc.
New York.
Lin J., Qu, L., 2000, “Future Extraction based
on Morlet Wavelet and Its Application for
Mechanical Fault Diagnosis”, Journal of
Sound and Vibration, Vol 234 (1), hal.
135-148.
Murty, A.S.R., Naikan , V.N.A., 1996,
“Condition Monitoring Strategy- a Risk
Based Interval Selection”, International
Journal of Production Research, Vol. 34
(1), hal. 285-296.
Papadopoulos C. A., Dimarogonas, A. D.,
1992, “Coupled Vibration of Cracked
Shafts”, Journal of Vibration and
Acoustics , Vol. 114, Oktober 1992, hal.
461-467.
Smith, S., W., 1999, “ Digital Signal
Processing”, Calofornia Technical
Publishing, San Diego.

33

Anda mungkin juga menyukai