Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Air
Lindih” tepat pada waktunya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena hanya berdasarkan
informasi yang saya dapatkan dari sumber yang relevan. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
laporan ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Kendari, 2 desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan Kunjungan Lapangan ................................................................................. 2
C. Manfaat Kunjungan Lapangan ............................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3
A. Profil TPA Puuwatu................................................................................................. 3
1. Gambaran Umum Lokasi TPA Puuwatu ................................................................... 3
2. Pelayanan Pengangkutan dan Volume Sampah..................................................... 4
3. Aspek/Jenis Persampahan di Kota Kendari ............................................................ 6
B. Kajian Teori Tentang Lindi ..................................................................................... 9
1. Pengertian Lindi .................................................................................................. 9
2. Komposisi Lindi ................................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................ 11
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................. 11
A. Mekanisme terjadinya Lindi ................................................................................. 11
B. Pengelolaan Cairan Air Lindi di TPA Puuwatu ..................................................... 14
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Air Lindi masuk kedalam Air Tanah .............. 15
D. Dampak Cairan Air Lindi terhadap Lingkungan Hidup di sekitar TPA .................. 16
BAB IV................................................................................................................................ 18
PENUTUP ........................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup sampai


saat ini bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik.
Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola. Manusia
memang dianugerahi panca indera yang membantunya mendeteksi berbagai hal
yang mengancam hidupnya. Namun di dalam dunia modern ini muncul berbagai
bentuk ancaman yang tidak terdeteksi oleh panca indera kita yaitu berbagai jenis
racun yang dibuat oleh manusia sendiri.
Lebih dari 75.000 bahan kimia sintesis telah dihasilkan manusia dalam
beberapa puluh tahun terakhir. Banyak darinya yang tidak berwarna, berasa dan
berbau, namun potensial menimbulkan bahaya kesehatan. Sebagian besar dampak
yang diakibatkannya memang berdampak jangka panjang seperti kanker,
kerusakan saraf, ganggguan reproduksi, dan lain-lain.
Sifat racun sintetis yang tidak berbau dan berwarna, dan dampak
kesehatnnya yang berjangka panjang, membuatnya lepas dari perhatian kita. Kita
lebih risau dengan gangguan yang langsung bisa dirasakan oleh panca indera kita,
misalnya saja adalah lindi yaitu air hasil timbunan sampah.
Hampir setiap kota besar di Indonesia telah menyediakan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Namun kebanyakan dari TPA-TPA ini hanya
berfokus pada pengolahan sampah saja. Padahal timbunan sampah juga
menimbulkan aliran air lindi (leachate) yang dapat mencemari lingkungan.
Seandainya sudah ada unit pengolahannya pun unit pengolahan tersebut masih
bersifat apa adanya. Bahkan efluen dari unit pengolahan tersebut masih berada di
atas baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.
Masalah utama yang dijumpai dalam aplikasi penimbunan/pengurugan
sampah atau limbah padat lainnya ke dalam tanah adalah kemungkinan
pencemaran air tanah oleh lindi, terutama di daerah yang curah hujan dan muka
air tanahnya tinggi. Timbulan (debit) lindi serta kualitasnya yang keluar dari
timbunan sampah sangat berfluktuasi karena bergantung pada curah hujan serta
karakter sampah yang ditimbun. Kaitan antara banyaknya hujan dan timbulan

1
lindi perlu ditentukan bila hendak merancang kapasitas penanganan lindi,
demikian juga beban cemaran lindi yang akan digunakan dalam perancangan.
Berangkat dari hal-hal tersebut, maka kami hendak mengetahui pengertian
lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi tersebut di TPA Puuwatu.

B. Tujuan Kunjungan Lapangan

Tujuan kunjungan lapangan di TPA Puuwatu yaitu untuk mengetahui


pengertian lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi yang baik.

C. Manfaat Kunjungan Lapangan

Adapun manfaat dari kunjungan lapangan di TPA Puuwatu yaitu :


1. Sebagai informasi mengenai lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi yang
baik di TPA Puuwatu.
2. Sebagai tambahan ilmu khususnya pada mata kuliah Pengelolaan Sampah Padat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil TPA Puuwatu

1. Gambaran Umum Lokasi TPA Puuwatu

TPA Puuwatu terletak di Kelurahan Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota


Kendari yang mempunyai ketinggian 30 m di atas permukaan laut dengan
topoggrafi lembah – datar – berbukit. Perbedaan tinggi antara lembah dan bukit ±
20 m dengan suhu rata-rata 26,4 ºC. Jalan masuk menuju TPA beraspal dengan
lebar jalan 5 m dan panjang ± 1,5 km yang merupakan jalan penghubung dengan
jalan umum, di dalam areal TPA terdapat juga bangunan kantor ukuran 4x5 m,
bangunan rumah pengomposan, dan bangunan rumah jaga.
Sampah yang diangkut dari TPS kemudian di buang di TPA yang berada di
Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu. Lahan TPA yang dimiliki seluas ±
13 Ha, yang mulai beroperasi pada tahun 2002 dengan umur pakai TPA sekitar 15
tahun. Sampai saat ini total luasan TPA yang sudah terpakai seluas  5,2 ha.
Metode yang digunakan di TPA adalah Controlled Land Fill, dimana sampah
ditimbun di area terbuka lalu ditutup tanah kemudian dilakukan pemadatan
dengan bulldozer. Untuk membantu proses tersebut TPAS Puuwatu memiliki 1
unit bulldozer.
TPA Puuwatu juga dilengkapi dengan sarana pengolahan air lindi serta
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) serta instalasi gas metan yang telah
termanfaatkan sebagai sumber listrik dan dimanfaatkan juga untuk memasak.
Cakupan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Kendari hampir mencakup
keseluruhan Kota Kendari yakni sebanyak 10 Kecamatan dan 53 Kelurahan
sekitar 67% dengan setimasi jumlah penduduk terlayani sebanyak  179.778
jiwa. Volume sampah yang dihasilkan di Kota Kendari pada tahun 2011 sebanyak
± 703,39 m3/hari. Dari volume sampah sebanyak itu, sekitar 50 - 55% atau sekitar
± 300 m3/hari diangkut ke TPA yang berada di Kecamatan Puuwatu.

3
Luas lokasi TPA Puuwatu ± 12,4269 ha dan dibagi pada beberapa bagian
yaitu:
1. Zona A : Merupakan lokasi penghijauan seluas ± 1 ha dan seluas ± 5 ha belum di
gunakan, saat ini digunakan sebagai tanah penutup.
2. Zona B : lokasi bekas pembuangan sampah dan tidak aktif lagi seluas ± 1,5 ha.
3. Zona C : Lokasi bekas pembuangan sampah, dan sudah tidak aktif lagi seluas ± 3
ha.
4. Areal landfill yang baru seluas ± 1,5 ha.
5. Areal bangunan kolam pengelolaan lindi ± 0,5 ha.

2. Pelayanan Pengangkutan dan Volume Sampah

Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan mulai jam 06.00 Wita oleh


petugas Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari.
Pengangkutan dilakukan dari berbagai sumber yaitu dari tempat pembuangan
sementara, lokasi Pemukiman, Pertokoan, Pasar, Taman, Pinggir Jalan, lahan
kosong masyarakat, dan lain-lain. Pelayanan pengumpulan dan pengangkutan
sampah menggunakan sarana yang berbeda sesuai dengan lokasi tempat
pengumpulan sampah, yang berada di lorong-lorong atau di gang-gang
menggunakan sarana angkutan motor sampah atau gerobak sampah ke TPS,
selanjutnya dari TPS-TPS di angkut ke TPA dengan menggunakan Dump Truk.
Pembuangan sampah di TPA langsung ke alam atau ke tanah pada zona
yang sudah di siapkan, 5 sampai 6 hari kemudian dipadatkan dengan alat berat
lalu di tutup dengan tanah (diurug) setebal 30 cm sampai 40 cm selanjutnya
pembuangan sampah dilakukan berlapis ke atas. Perhitungan volume sampah
yang terangkut ke TPA oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
tahun 2009 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1

4
Tabel 1 Perhitungan Volume Sampah yang dihasilkan dan yang Terangkut
ke TPA Tahun 2009-2012

Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak semua sampah yang ada di TPS dan
yang teronggok di berbagai tempat dapat diangkut ke TPA. Terlihat pada Tabel
bahwa pada tahun 2009 hanya 75% sampah yang terangkut dan meningkat pada
tahun 2010 menjadi 85%, hal ini karena pada tahun tersebut ada penambahan
sarana angkutan sampah yaitu Dump truk sebanyak 6 unit. Sedang pada tahun
2011 dan 2012 turun lagi menjadi 80%. Hal ini karena volume sampah
meningkat terus dan tidak diikuti dengan penambahan sarana angkutan sampah
yang memadai
Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Kendari Tahun 2009 sampai 2011

Meningkatnya volume sampah ini seiring pula dengan meningkatnya


jumlah penduduk Kota Kendari yang dimana jumlah penduduk meningkat dari
tahun 2009 sejumlah 260.867 jiwa menjadi 295.737 jiwa pada tahun 2011.

5
3. Aspek/Jenis Persampahan di Kota Kendari

Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh


Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman untuk melayani pengakutan
sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk di teruskan
ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kota Kendari
terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengakutan yaitu :
a. Pelayanan Langsung
Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang
dilaksanakan secara dor to door oleh truk sampah milik Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman dan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Puwatu. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup permukiman penduduk
yang berada di jalur pelayanan langsung itu sendiri maupun kawasan-kawasan
perdagangan seperti pasar, ruko dan lainnya.
b. Pelayanan Tidak Langsung
Pelayanan tidak langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah
yang dilaksanakan dari tempat penumpukan/pembuangan sementara (TPS)
kemudian diangkut ke tempat penumpukan akhir (TPA). Pelayanan tidak
langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman
penduduk yang memiliki TPS-TPS.
c. Pelayanan Umum
Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang
menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan,
kebanyakan dilaksanakan di tempat fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, pasar,
dan lain-lain.
Penanganan limbah padat/persampahan di Kota Kendari sudah menjangkau
hampir keseluruhan wilayah di sekitar Kota Kendari. Volume sampah yang
dihasilkan di Kota Kendari pada tahun 2011 sebanyak ± 703,39 m3/hari. Dari
volume sampah sebanyak itu, sekitar 55% diangkut ke TPA yang berada di
Kecamatan Puuwatu. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 20% di kelola sendiri oleh
masyarakat dengan dipilah untuk dimanfaatkan kembali, sedangkan 25% lainnya
dibakar maupun ada juga yang dibuang di sungai.

6
Tabel 3 Pelayanan Persampahan Kota Kendari

No Uraian Teknik Operasional Volume Keterangan


A Jumlah Timbunan
- Standar Timbulan Sampah/Org/Hr 2,5 L/Org/Hr
- Perkiraan Jumlah Timbunan
703,39 m3/hari
Sampah (m3)

B Pelayanan Sampah
Cakupan Pelayanan (Jml Sampah
1
Terangkut + diolah / Jml Timbulan)
Perkiraan Jumlah KK yang
2
Dilayani
3 Perkiraan Sampah Terangkut
- Permukiman 275.73 m3/hari
- Pasar 90.03 m3/hari
- Pelayanan Umum 53.46 m3/hari
- Penyapuan Jalan 19.69 m3/hari
- Industri 39.39 m3/hari
- Niaga 50.64 m3/hari
- Kerja Bakti 5.63 m3/hari
- Pelabuhan 8.44 m3/hari
- Kaki Lima 19.69 m3/hari
Total 562,71 m3/hari
4 Kapasitas Pelayanan TPS 903,2 m3
5 Kapasitas Pelayanan TPA
6 Kapasitas Pelayanan Pengumpulan

Pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa diantara jenis sampah yang ada yang
paling besar memberikan kontribusi persampahan adalah sampah pemukiman
yaitu sebesar 275,73 m³/hari dan yang paling rendah adalah sampah kerja bakti
5,63 m³/hari.

7
Di dalam pengangkutan sampah, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman mempergunakan 20 unit gerobak sampah, 14 unit motor sampah, 6
unit mini truck, 32 unit dump truk, serta 4 unit armada roll truk.
a. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Jumlah TPS yang ada di wilayah pelayanan persampahan Kota Kendari di 64
Kelurahan sebanyak 1.129 unit yang tersebar di sepanjang jalan arteri, arteri
sekunder, pemukiman, pasar dan perkantoran.
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Jumlah TPST yang ada di Kota Kendari sebanyak 11 TPST, dimana tiap
TPST melayani pengolahan sampah organik menjadi kompos untuk skala
pemukiman (kompleks perumahan).
c. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah yang diangkut dari TPS kemudian di buang di TPA yang berada di
Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu. Lahan TPA yang dimiliki seluas ±
13 Ha, yang mulai beroperasi pada tahun 2002 dengan umur pakai TPA sekitar 15
tahun.
Menurut informasi yang didapatkan bahwa jenis sampah yang masuk dalam
area TPA sampah Puuwatu Kota Kendari adalah non B3. Sehingga untuk
Kawasan Kota Kendari jenis sampah yang dihasilkan hanya berupa:
1) Permukiman
2) Pasar
3) Pelayanan umum
4) Penyapuan Jalan
5) Induatri (Ikan)
6) Niaga
7) Kerja Bakti
8) Pelabuhan
9) Kaki Lima

8
B. Kajian Teori Tentang Lindi

1. Pengertian Lindi

Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi
biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat
masuknya air eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah. Air lindi
disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan
maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena
adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah
industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah tangga yang
berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada sampah. Apabila tidak
segera diatasi, landfill yang dipenuhi air lindi dapat mencemari lingkungan,
terutama air tanah dan air permukaan. Hampir di semua TPA, air lindi terdiri dari
cairan yang terdapat di TPA dari sumber eksternal, seperti permukaan drainase,
air hujan, air tanah, dan air dari bawah tanah dan cairan yang diproduksi dari
dekomposisi sampah (Tchobanoglous et al., 1993).
Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan limbah atau sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang
ada pada timbunan tersebut, sisa dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam
timbunan sampah. (Hanafiah, 2003).

Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi
yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam
landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain
kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn,
Hg). Jika tidak ditangani dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah
sekitar landfill kemudian dapat mencemari air tanah sekitar landfill. (Hanafiah,
2003).
Sampah pada timbunannya akan mengalami proses dekomposisi yang
ditandai dengan perubahan fisis, biologis, dan kimiawi. Dekomposisi yang terjadi
pada landfill dipengaruhi oleh pemadatan, kelembapan, kehadiran materi
penghambat, laju pengaliran air, temperatur, tersedianya O2, populasi
mikrobiologis yang dipengaruhi keadaan tanah penutup dan tipe dari sintesa yang
terjadi, sifat-sifat heterogenisasi sampah, sifat-sifat fisik, kimiawi dan biologis
(Peavy dkk, 1986). Variasi didalam komposisi lindi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: komposisi dan umur sampah, lokasi dan pengoperasian serta

9
kondisi landfill, iklim dan kondisi hidrogeologi, kelembaban, temperatur, pH, dan
tingkat stabilisasi (Tchobanoglous et al., 1993).

2. Komposisi Lindi

Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada


aktivitas secara fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah. Sangat sulit
untuk menyimpulkan atau mendefinisikan karakteristik lindi di TPA. Rentang
jumlah kontaminan yang cukup jauh menunjukkan sulitnya mendefinisikan atau
memprediksikan komposisi tipikal dari berbagai macam kontaminan yang ada
dalam lindi.
Variasi komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam sebab antara
lain interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi
dari lahan, iklim, musim, dan air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan
tinggi setiap sel, kedalaman keseluruhan timbunan, tanah penutup dan kompaksi
sampah juga turut berpengaruh. Setelah lindi keluar diri timbunan sampah,
komposisi lindi dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah.
(Purwoko, 2009).

10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme terjadinya Lindi

Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke
dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut,
termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dapat dikatakan
bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak tergantung pada masuknya air
dari luar, sebagian besar dari air hujan, disamping dipengaruhi oleh aspek
operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan
permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Kemampuan tanah dan sampah untuk
menahan uap air dan kemudian menguapkannya bila memungkinkan,
menyebabkan perhitungan timbulan lindi agak rumit untuk diperkirakan.
Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling
tidak terdapat dua besaran debit lindi yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug,
yaitu:
1. Guna perancangan saluran penangkap dan pengumpul lindi, yang mempunyai
skala waktu dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut
hendaknya mampu menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu tersebut.
2. Guna perancangan pengolahan lindi, yang biasanya mempunyai orde dalam skala
hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian.

11
Proses terjadinya Lindi

Rancangan praktis yang sering digunakan di Indonesia untuk perancangan antara


lain adalah :
 Debit pengumpul lindi:
 Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa tahun
 Assumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90 %.
 Debit pengolah lindi:
 dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa tahun, atau
 dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan yang
maksimum.
Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi tahapan pengoperasian landfill,
yaitu:
 Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian): dalam tahapan ini, bagian-bagian
yang belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan
maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan
sejumlah air hujan yang lebih besar.
 Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya): dalam kondisi ini sampah
telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk
mengurangi infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang.
 Pendekatan yang biasa digunakan dalam memprediksi banyaknyanya lindi dari
sebuah landfill adalah dengan metode neraca air dengan:
 Metode Thorntwaite.

12
Data Klimatologi yang digunakan sebagai input pada Neraca Air
Thorntwaite: data presipitasi (rata-rata bulanan tahunan), data temperatur udara
(rata-rata bulanan tahunan) serta posisi geografis stasiun meteorologi setempat.
 Metode HELP (Model Hydrologic Evaluation of Landfill Performance), yang
dikembangkan oleh USEPA.
HELP merupakan program simulasi yang paling banyak digunakan dalam
merancang, mengevaluasi dan mengoptimasi kondisi hidrologi dari sebuah
landfill serta laju timbulan lindi yang dilepas ke alam.
Model HELP merupakan sebuah model quasi-two-dimensional serta model
hidrologi multi-layer, yang membutuhkan input data sebagai berikut:
a. Data cuaca: parameter-parameter presipitasi, radiasi matahari, temperatur dan
evapotranspirasi.
b. Sifat-sifat tanah: porositas, field capacity, wilting point, dan hydraulic conductivity.
Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak karena
adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah yang
terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai air tanah.
Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi didukung oleh
kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir, kerikil dan batu
pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi sehingga air lindi dapat
dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di TPA, dan
kondisi spesifik tempat.
Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa
pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah terbentuk
dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke lapisan air
tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut :
1. Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai Open Dumping,
yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah,
2. Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera
permukaan tanah dijenuhi air,
3. Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan
tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah
permukaan tanah,
4. Akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke
lapisan air tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh,
5. Pada lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi
dimana air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal.

13
Potensi gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Hal ini
diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada
umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Biasanya air tanah yang
diperhatikan mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada sumber air bersih
tertentu. Potensi gravitasi menggambarkan banyaknya tenaga yang harus
dikeluarkan untuk menggerakkan air dari sumber tertentu pada elevasi rendah ke
suatu tempat pada elevasi yang lebih tinggi dalam tanah.
Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang
merupakan gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase ( dari tanah
basah ke tanah kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman. Gerakan air
lindi dalam tanah terjadi seperti suatu cairan mengalir di dalam tanah-tanah jenuh
air. Pada semua kasus gerakan air dikendalikan oleh laju aliran air yang diketahui
sebagai konduktivitas hidrolik tanah dan juga oleh gaya-gaya yang
mengendalikannya.
Pada aliran jenuh, semua ruang pori terisi penuh oleh air, air tersebut
bergerak dengan cepat melalui pori yang lebih besar. Potensi gravitasi merupakan
gaya utama yang besar yang mengakibatka aliran. Aliran jenuh selalu berada
dalam tanah yang jenuh dan semua pori terisi penuh air.

B. Pengelolaan Cairan Air Lindi di TPA Puuwatu

Pengelolaan cairan air lindi merupakan sebagian dari pengelolaan lahan-


urug secara keseluruhan. Pada dasarnya keberhasilan penanganan lindi dimulai
sejak suatu lahan dipilih, dan menerus sampai lahan itu ditutup karena penuh.
Pengelolaan cairan air lindi di TPA Puuwatu dapat dilakukan dengan berbagai
alternative, seperti:
1. Resirkulasi air lindi kembali ke dalam landfill. Hal ini dapat meningkatkan laju
dekomposisi kandungan organik menjadi biogas hingga 70%. Resirkulasi air lindi
dapat dilakukan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan, air lindi
harus diolah untuk mengurangi volumenya.
2. Pengolahan air lindi dengan menggunakan pengolahan limbah secara biologis.
Pengolahan ini biasa dilakukan dengan menggunakan lumpur aktif yang berfungsi
mendegradasi kandungan organik yang terdapat dalam air lindi. Setelah
kandungan organik dalam air lindi turun drastis, kemudian dapat dilakukan
pemurnian kembali dengan menggunakan alat filtrasi. Air keluaran yang
diharapkan dari pengolahan semacam ini dapat langsung dibuang ke lingkungan
karena tidak berbahaya bagi lingkungan.

14
3. Pengolahan air lindi dengan menggunakan membran. Selain untuk mengurangi
kekeruhan atau turbiditas, pengolahan dengan membran dimaksudkan untuk
mengurangi kadar COD, BOD serta kandungan logam pada air lindi. Umumnya
diperlukan pengolahan bertahap untuk menghasilkan limbah yang memenuhi
syarat baku mutu limbah seperti bioreaktor dengan membran (membrane
bioreactor) atau integrasi antara ultrafiltrasi dan karbon aktif.
4. Metode landfill, relatif mudah dilakukan dan bisa menampung sampah dalam
jumlah besar. Akan tetapi, anggapan ini kurang tepat karena jika tidak dilakukan
secara benar, landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan dan lingkungan. Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan
pencemaran air lindi yang dihasilkan. Selain itu, gas metana yang dihasilkan oleh
landfill dan tidak dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global. Jika
termanpatkan di dalam tanah, gas metana bisa meledak. Oleh sebab itu, dalam
sistem landfill yang baik diperlukan adanya unit pengolahan air lindi dan unit
pengolahan biogas. (Suriawiria, 2005)
Di negara maju biasanya masalah lindi ini ditangani dengan diolah seperti
halnya air limbah biasa. Beberapa jenis pengolahan yang biasa digunakan adalah:
1. Pengolahan kimia fisika, biasanya koagulasi-flokulasi-pengendapan.
2. Pengolahan secara aerobik: proses lumpur aktif, kolam stabilisasi atau kolam aerasi.
3. Pengolahan secara anaerobik, biasanya kolam stabilisasi.
4. Pemanfaatan sifat-sifat sorpsi seperti karbon aktif.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Air Lindi masuk kedalam Air Tanah

Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke air tanah adalah kondisi
curah hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona
aerasi dari sumur. Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan
pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan
lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan sampah
maupun karena pengaruh luar. Kedua hal itu akan memengaruhi kuantitas dan
kualitas lindi. TPA yang terletak di daerah yang curah hujan tinggi akan
menghasilkan kandungan lindi tinggi. Tetapi kualitas lindi itu masih dipengaruhi
komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan, dan pola
operasional TPA. Semakin banyaknya lindi, maka semakin berpotensi untuk
masuk ke dalam air tanah dan mencemari sumur.
Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewanya
tekstur merupakan perbandingan relatif pasir,debu,dan liat. Tanah dikatakan baik

15
apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti
ini disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat
tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya
terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan
menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga apabila
tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan
tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat lindi untuk meresap ke dalam tanah,
sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi lindi. Tanah dengan butir-
butir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara.
Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara.
Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur juga berpengaruh.
Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil terjadinya
pencemaran terhadap sumur. Kalaupun terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh
lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang relatif lama.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan
cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka
potensi semakin tercemarnya dengan lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya.
Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah.

D. Dampak Cairan Air Lindi terhadap Lingkungan Hidup di sekitar TPA

Lindi sangat berpotensial menjadi masalah, karena aliran lindi bergerak


secara lateral maupan vertical bergantang pada karakteristik dari material yang
berada di sekitarnya. (Suriawiria, 2005)
Air permukaan yang telah tercemar oleh lindi dapat menyebabkan hilangnya
nilai estetik dan perubahan keseimbangan hidup flora dan fauna di dalam air. Pada
kasus pencemaran air tanah, kontaminasi akan berjalan terus menerus dalam
periode yang lama. Untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran ini tentunya
akan menghabiskan dana yang sangat besar dan khusus untuk kasus pencemaran
air tanah, untuk mengembalikan kondisi air ke keadaan semula (tidak tercemar)
dibutuhkan waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun. (Suriawiria, 2005)
Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain
dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan
kekeruhan. Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat

16
reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat
pengaruh rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang
terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium,
magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya
sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan dan binatang
lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air
bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan
penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang
semakin lama semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah
yang nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan yang
pada akhirnya akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang
dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum.

17
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Lingkungan pemukiman sekitar TPA Puuwatu terletak disekitaran area TPA


Puuwatu. Bangunan rumah umumnya berupa rumah papan. Masyarakat sekitar
sebagian besar bekerja sebagai pemulung di TPA Puuwatu.
b. Pengelolaan cairan air lindi di TPA Puuwatu dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain: resirkulasi air lindi kembali ke dalam landfill, pengolahan limbah
secara biologis, pengolahan air lindi dengan menggunakan membran serta
penggunaan metode landfill.
c. Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain
dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan
kekeruhan.

3.2 Saran

Sampah sebaiknya dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi hasil


lindi yang dapat merugikan lingkungan di sekitar TPA Puuwatu, selain itu
pembungan sampah sebaiknya tidak dengan open dumping karena selain
menimbulkan bau yang tidak sedap cara ini dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Untuk meminimalisir pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA
Puuwatu diharapkan Pemerintah dan Instansi sudah seharusnya memberikan
perhatian yang lebih dan melakukan langkah-langkah terpadu untuk pengurangan
pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dengan menerapkan Reduce, Reuse
dan Recycle (3R).

18
DAFTAR PUSTAKA

· Hanafiah, Kemas Ali dkk. 2003. Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Jakarta :
Rajawali Perss.
· Purwoko, T. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.
· Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

19

Anda mungkin juga menyukai