Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Air
Lindih” tepat pada waktunya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena hanya berdasarkan
informasi yang saya dapatkan dari sumber yang relevan. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
laporan ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan Kunjungan Lapangan ................................................................................. 2
C. Manfaat Kunjungan Lapangan ............................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3
A. Profil TPA Puuwatu................................................................................................. 3
1. Gambaran Umum Lokasi TPA Puuwatu ................................................................... 3
2. Pelayanan Pengangkutan dan Volume Sampah..................................................... 4
3. Aspek/Jenis Persampahan di Kota Kendari ............................................................ 6
B. Kajian Teori Tentang Lindi ..................................................................................... 9
1. Pengertian Lindi .................................................................................................. 9
2. Komposisi Lindi ................................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................ 11
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................. 11
A. Mekanisme terjadinya Lindi ................................................................................. 11
B. Pengelolaan Cairan Air Lindi di TPA Puuwatu ..................................................... 14
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Air Lindi masuk kedalam Air Tanah .............. 15
D. Dampak Cairan Air Lindi terhadap Lingkungan Hidup di sekitar TPA .................. 16
BAB IV................................................................................................................................ 18
PENUTUP ........................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
lindi perlu ditentukan bila hendak merancang kapasitas penanganan lindi,
demikian juga beban cemaran lindi yang akan digunakan dalam perancangan.
Berangkat dari hal-hal tersebut, maka kami hendak mengetahui pengertian
lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi tersebut di TPA Puuwatu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Luas lokasi TPA Puuwatu ± 12,4269 ha dan dibagi pada beberapa bagian
yaitu:
1. Zona A : Merupakan lokasi penghijauan seluas ± 1 ha dan seluas ± 5 ha belum di
gunakan, saat ini digunakan sebagai tanah penutup.
2. Zona B : lokasi bekas pembuangan sampah dan tidak aktif lagi seluas ± 1,5 ha.
3. Zona C : Lokasi bekas pembuangan sampah, dan sudah tidak aktif lagi seluas ± 3
ha.
4. Areal landfill yang baru seluas ± 1,5 ha.
5. Areal bangunan kolam pengelolaan lindi ± 0,5 ha.
4
Tabel 1 Perhitungan Volume Sampah yang dihasilkan dan yang Terangkut
ke TPA Tahun 2009-2012
Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak semua sampah yang ada di TPS dan
yang teronggok di berbagai tempat dapat diangkut ke TPA. Terlihat pada Tabel
bahwa pada tahun 2009 hanya 75% sampah yang terangkut dan meningkat pada
tahun 2010 menjadi 85%, hal ini karena pada tahun tersebut ada penambahan
sarana angkutan sampah yaitu Dump truk sebanyak 6 unit. Sedang pada tahun
2011 dan 2012 turun lagi menjadi 80%. Hal ini karena volume sampah
meningkat terus dan tidak diikuti dengan penambahan sarana angkutan sampah
yang memadai
Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Kendari Tahun 2009 sampai 2011
5
3. Aspek/Jenis Persampahan di Kota Kendari
6
Tabel 3 Pelayanan Persampahan Kota Kendari
B Pelayanan Sampah
Cakupan Pelayanan (Jml Sampah
1
Terangkut + diolah / Jml Timbulan)
Perkiraan Jumlah KK yang
2
Dilayani
3 Perkiraan Sampah Terangkut
- Permukiman 275.73 m3/hari
- Pasar 90.03 m3/hari
- Pelayanan Umum 53.46 m3/hari
- Penyapuan Jalan 19.69 m3/hari
- Industri 39.39 m3/hari
- Niaga 50.64 m3/hari
- Kerja Bakti 5.63 m3/hari
- Pelabuhan 8.44 m3/hari
- Kaki Lima 19.69 m3/hari
Total 562,71 m3/hari
4 Kapasitas Pelayanan TPS 903,2 m3
5 Kapasitas Pelayanan TPA
6 Kapasitas Pelayanan Pengumpulan
Pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa diantara jenis sampah yang ada yang
paling besar memberikan kontribusi persampahan adalah sampah pemukiman
yaitu sebesar 275,73 m³/hari dan yang paling rendah adalah sampah kerja bakti
5,63 m³/hari.
7
Di dalam pengangkutan sampah, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman mempergunakan 20 unit gerobak sampah, 14 unit motor sampah, 6
unit mini truck, 32 unit dump truk, serta 4 unit armada roll truk.
a. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Jumlah TPS yang ada di wilayah pelayanan persampahan Kota Kendari di 64
Kelurahan sebanyak 1.129 unit yang tersebar di sepanjang jalan arteri, arteri
sekunder, pemukiman, pasar dan perkantoran.
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Jumlah TPST yang ada di Kota Kendari sebanyak 11 TPST, dimana tiap
TPST melayani pengolahan sampah organik menjadi kompos untuk skala
pemukiman (kompleks perumahan).
c. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah yang diangkut dari TPS kemudian di buang di TPA yang berada di
Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu. Lahan TPA yang dimiliki seluas ±
13 Ha, yang mulai beroperasi pada tahun 2002 dengan umur pakai TPA sekitar 15
tahun.
Menurut informasi yang didapatkan bahwa jenis sampah yang masuk dalam
area TPA sampah Puuwatu Kota Kendari adalah non B3. Sehingga untuk
Kawasan Kota Kendari jenis sampah yang dihasilkan hanya berupa:
1) Permukiman
2) Pasar
3) Pelayanan umum
4) Penyapuan Jalan
5) Induatri (Ikan)
6) Niaga
7) Kerja Bakti
8) Pelabuhan
9) Kaki Lima
8
B. Kajian Teori Tentang Lindi
1. Pengertian Lindi
Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi
biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat
masuknya air eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah. Air lindi
disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan
maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena
adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah
industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah tangga yang
berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada sampah. Apabila tidak
segera diatasi, landfill yang dipenuhi air lindi dapat mencemari lingkungan,
terutama air tanah dan air permukaan. Hampir di semua TPA, air lindi terdiri dari
cairan yang terdapat di TPA dari sumber eksternal, seperti permukaan drainase,
air hujan, air tanah, dan air dari bawah tanah dan cairan yang diproduksi dari
dekomposisi sampah (Tchobanoglous et al., 1993).
Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan limbah atau sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang
ada pada timbunan tersebut, sisa dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam
timbunan sampah. (Hanafiah, 2003).
Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi
yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam
landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain
kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn,
Hg). Jika tidak ditangani dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah
sekitar landfill kemudian dapat mencemari air tanah sekitar landfill. (Hanafiah,
2003).
Sampah pada timbunannya akan mengalami proses dekomposisi yang
ditandai dengan perubahan fisis, biologis, dan kimiawi. Dekomposisi yang terjadi
pada landfill dipengaruhi oleh pemadatan, kelembapan, kehadiran materi
penghambat, laju pengaliran air, temperatur, tersedianya O2, populasi
mikrobiologis yang dipengaruhi keadaan tanah penutup dan tipe dari sintesa yang
terjadi, sifat-sifat heterogenisasi sampah, sifat-sifat fisik, kimiawi dan biologis
(Peavy dkk, 1986). Variasi didalam komposisi lindi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: komposisi dan umur sampah, lokasi dan pengoperasian serta
9
kondisi landfill, iklim dan kondisi hidrogeologi, kelembaban, temperatur, pH, dan
tingkat stabilisasi (Tchobanoglous et al., 1993).
2. Komposisi Lindi
10
BAB III
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke
dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut,
termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dapat dikatakan
bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak tergantung pada masuknya air
dari luar, sebagian besar dari air hujan, disamping dipengaruhi oleh aspek
operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan
permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Kemampuan tanah dan sampah untuk
menahan uap air dan kemudian menguapkannya bila memungkinkan,
menyebabkan perhitungan timbulan lindi agak rumit untuk diperkirakan.
Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling
tidak terdapat dua besaran debit lindi yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug,
yaitu:
1. Guna perancangan saluran penangkap dan pengumpul lindi, yang mempunyai
skala waktu dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut
hendaknya mampu menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu tersebut.
2. Guna perancangan pengolahan lindi, yang biasanya mempunyai orde dalam skala
hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian.
11
Proses terjadinya Lindi
12
Data Klimatologi yang digunakan sebagai input pada Neraca Air
Thorntwaite: data presipitasi (rata-rata bulanan tahunan), data temperatur udara
(rata-rata bulanan tahunan) serta posisi geografis stasiun meteorologi setempat.
Metode HELP (Model Hydrologic Evaluation of Landfill Performance), yang
dikembangkan oleh USEPA.
HELP merupakan program simulasi yang paling banyak digunakan dalam
merancang, mengevaluasi dan mengoptimasi kondisi hidrologi dari sebuah
landfill serta laju timbulan lindi yang dilepas ke alam.
Model HELP merupakan sebuah model quasi-two-dimensional serta model
hidrologi multi-layer, yang membutuhkan input data sebagai berikut:
a. Data cuaca: parameter-parameter presipitasi, radiasi matahari, temperatur dan
evapotranspirasi.
b. Sifat-sifat tanah: porositas, field capacity, wilting point, dan hydraulic conductivity.
Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak karena
adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah yang
terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai air tanah.
Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi didukung oleh
kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir, kerikil dan batu
pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi sehingga air lindi dapat
dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di TPA, dan
kondisi spesifik tempat.
Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa
pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah terbentuk
dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke lapisan air
tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut :
1. Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai Open Dumping,
yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah,
2. Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera
permukaan tanah dijenuhi air,
3. Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan
tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah
permukaan tanah,
4. Akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke
lapisan air tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh,
5. Pada lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi
dimana air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal.
13
Potensi gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Hal ini
diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada
umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Biasanya air tanah yang
diperhatikan mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada sumber air bersih
tertentu. Potensi gravitasi menggambarkan banyaknya tenaga yang harus
dikeluarkan untuk menggerakkan air dari sumber tertentu pada elevasi rendah ke
suatu tempat pada elevasi yang lebih tinggi dalam tanah.
Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang
merupakan gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase ( dari tanah
basah ke tanah kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman. Gerakan air
lindi dalam tanah terjadi seperti suatu cairan mengalir di dalam tanah-tanah jenuh
air. Pada semua kasus gerakan air dikendalikan oleh laju aliran air yang diketahui
sebagai konduktivitas hidrolik tanah dan juga oleh gaya-gaya yang
mengendalikannya.
Pada aliran jenuh, semua ruang pori terisi penuh oleh air, air tersebut
bergerak dengan cepat melalui pori yang lebih besar. Potensi gravitasi merupakan
gaya utama yang besar yang mengakibatka aliran. Aliran jenuh selalu berada
dalam tanah yang jenuh dan semua pori terisi penuh air.
14
3. Pengolahan air lindi dengan menggunakan membran. Selain untuk mengurangi
kekeruhan atau turbiditas, pengolahan dengan membran dimaksudkan untuk
mengurangi kadar COD, BOD serta kandungan logam pada air lindi. Umumnya
diperlukan pengolahan bertahap untuk menghasilkan limbah yang memenuhi
syarat baku mutu limbah seperti bioreaktor dengan membran (membrane
bioreactor) atau integrasi antara ultrafiltrasi dan karbon aktif.
4. Metode landfill, relatif mudah dilakukan dan bisa menampung sampah dalam
jumlah besar. Akan tetapi, anggapan ini kurang tepat karena jika tidak dilakukan
secara benar, landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan dan lingkungan. Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan
pencemaran air lindi yang dihasilkan. Selain itu, gas metana yang dihasilkan oleh
landfill dan tidak dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global. Jika
termanpatkan di dalam tanah, gas metana bisa meledak. Oleh sebab itu, dalam
sistem landfill yang baik diperlukan adanya unit pengolahan air lindi dan unit
pengolahan biogas. (Suriawiria, 2005)
Di negara maju biasanya masalah lindi ini ditangani dengan diolah seperti
halnya air limbah biasa. Beberapa jenis pengolahan yang biasa digunakan adalah:
1. Pengolahan kimia fisika, biasanya koagulasi-flokulasi-pengendapan.
2. Pengolahan secara aerobik: proses lumpur aktif, kolam stabilisasi atau kolam aerasi.
3. Pengolahan secara anaerobik, biasanya kolam stabilisasi.
4. Pemanfaatan sifat-sifat sorpsi seperti karbon aktif.
Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke air tanah adalah kondisi
curah hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona
aerasi dari sumur. Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan
pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan
lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan sampah
maupun karena pengaruh luar. Kedua hal itu akan memengaruhi kuantitas dan
kualitas lindi. TPA yang terletak di daerah yang curah hujan tinggi akan
menghasilkan kandungan lindi tinggi. Tetapi kualitas lindi itu masih dipengaruhi
komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan, dan pola
operasional TPA. Semakin banyaknya lindi, maka semakin berpotensi untuk
masuk ke dalam air tanah dan mencemari sumur.
Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewanya
tekstur merupakan perbandingan relatif pasir,debu,dan liat. Tanah dikatakan baik
15
apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti
ini disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat
tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya
terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan
menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga apabila
tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan
tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat lindi untuk meresap ke dalam tanah,
sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi lindi. Tanah dengan butir-
butir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara.
Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara.
Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur juga berpengaruh.
Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil terjadinya
pencemaran terhadap sumur. Kalaupun terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh
lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang relatif lama.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan
cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka
potensi semakin tercemarnya dengan lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya.
Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah.
16
reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat
pengaruh rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang
terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium,
magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya
sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan dan binatang
lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air
bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan
penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang
semakin lama semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah
yang nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan yang
pada akhirnya akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang
dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum.
17
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
· Hanafiah, Kemas Ali dkk. 2003. Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Jakarta :
Rajawali Perss.
· Purwoko, T. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.
· Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
19