Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas MID Matakuliah Pendidikan Agama Islam

DISUSUN OLEH :
Zuhal Abdillah. S. Lantong
731A118029

JURUSAN D-III TEKNIK SIPIL

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2018/2019
BAB I
MENGINTEGRASIKAN IMAN, IHSAN, ILMU DAN AMAL
UNTUK BAGAIMANA MANUSIA BERTUHAN

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.

Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam
adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang
dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika
keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri.

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti
orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan
prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan.
Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem
yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Apakah Hakikat, Iman, Ihsan, Ilmu dan amal
b) Bagaimana mengintegrasikan Hakikat, Iman, Ihsan, Ilmu dan amal untuk bagaimana
manusia bertuhan

C. TUJUAN
a) Hakikat, Iman, Ihsan, Ilmu dan amal
b) Mengintegrasikan Hakikat, Iman, Ihsan, Ilmu dan amal untuk bagaimana manusia
bertuhan
PEMBAHASAN

1. Hakikat iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan
tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri
adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya,
hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan,
ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman
bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang
lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba
tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku
keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman
menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap
muslim adalah mukmin

Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan
dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman
dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang


beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan
kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-
Anfal: 2-4)

Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas
ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka
menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi
ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia
merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya
memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara
keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.

Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:

1) Diyakini dalam hati

2) Diucapkan dengan lisan

3) Diamalkan dengan anggota tubuh.


Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas
dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

1) Iman kepada Alloh

2) Iman kepada malaikatNya

3) Iman kepada kitabNya

4) Iman kepada rosulNya

5) Iman kepada Qodho dan Qodar

6) Iman kepada hari akhir

Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah
tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis
tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan
terhadap enam poin di atas.

2. Hakikat Ihsan

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan
prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan.
Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem
yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.

Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat
terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi
ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:

ْ َ‫ّللاَ َكأَنكَ ت ََراهُ ف‬


… َ‫إن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإنهُ َي َراك‬ ‫…أَ ْن ت َ ْعبُدَ ه‬

“…Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya. Tapi


jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu…..

Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya adalah
memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh seakan-akan kita bisa melihatNya,
atau jika belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu
dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak
melakukan tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.
3. Hakikat Ilmu

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak
berguna, hati yang tidak pernah khusyu’ (tenang), do’a yang tidak didengar, dan dari
nafsu yang tidak pernah puas.” Begitulah bunyi salah satu do’a yang diajarkan
Rasulullah ketika kita hendak mencari ilmu. Namun ilmu yang bagaimanakah yang
dimaksud Rasulullah tidak berguna itu?

Mu’adz bin Jabal, salah seorang sahabat, meriwayatkan bahwa Rasulullah


pernah bersabda, “Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan,
menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya tasbih, mengkajinya adalah jihad, dan
mengajarkannya adalah sedekah. Dengan ilmu, seorang hamba sampai pada
kedudukan orang-orang baik dan tingkatan paling tinggi. Memikirkannya setara
dengan berpuasa dan mengkajinya sama dengan menegakkan shalat. Dengannya Allah
ditaati, disembah, diesakan, dan ditakuti. Dengannya pula tali silaturrahim diikatkan.
Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Dengannya, Allah
mengangkat bangsa-bangsa, lalu Dia menjadikan mereka pemimpin, penghulu, dan
pemberi petunjuk pada kebajikan, karena ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan,
cahaya dari kedzaliman, dan kekuatan tubuh dari kelemahan.”

Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah bumi dan sebagai


konsekwensinya ia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya itu kepada
Sang Pemberi Mandat. Dan dengan demikian, manusia juga adalah sekaligus hamba
Allah. Sebagai khalifah bumi, ia diberi kebebasan untuk mengelola dan memanfaatkan
bumi agar hidupnya menjadi mudah dan tenang, dengan syarat tidak merusak
keseimbangan alamnya. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-
Qashash [28] : 77).

Untuk itulah manusia memerlukan ilmu. Hanya dengan akal dan keimanan
sajalah manusia akan berhasil menggali ilmu yang menuju kebenaran. “Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadillah [58] : 11).

Ilmu yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh kekuasaan, harta, dan


pangkat, tidak akan sampai kepada hakekat hidup yang sebenarnya. Islam bukanlah
sekedar agama yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannya sebagaimana
kebanyakan agama, melainkan ia adalah nafas kehidupan yang memperlihatkan segala
yang ada di alam semesta, termasuk hubungan antar manusia dan hubungan antara
manusia dengan alam. Islam adalah juga sains.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya [21] : 30).

“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran


kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah
yang akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiya [21] : 104).
Kedua ayat di atas dalam dunia sains membuktikan akan kebenaran teori “Big
Bang” dan “Big Crunch”, yaitu awal penciptaan alam semesta dan kebalikannya,
yakni akhir dari alam semesta atau kiamat. Itu semua terjadi atas kehendak Allah
SWT, atas izinNya. “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan
awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; Lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya,
maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-
tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum [30] : 48).

4. Hakikat Amal

Ibnu Faris dalam Mu’jamu Maqayisul Lughah berkata, “‘‫ ’ع – م – ل‬Akar suatu
kata yang menunjukkan pada satu makna yang sama, yaitu semua pekerjaan yang
dilakukan” (Mu’jamu Maqayisul Lughah , 1/17, Cet: Darul Kutub ‘Alamiyah).

Raghib al Asfahaniy berkata, “amalan adalah semua pekerjaan yang berasal


dari makhluk hidup dan dilakukan dengan sengaja” (Al Mufradaat Fi Gharibul
Qur’an:351, Cet: Darul Ma’rifat).

Ibnu Faris dalam Mu’jamu Maqayisul Lughah berkata, “’‫ ل – ح‬-‫ ‘ ص‬Akar
suatu kata yang menunjukkan pada satu makna yang sama yaitu lawan dari
kerusakan” (Mu’jamu Maqayisul Lughah, 1/17, Cet: Darul Kutub ‘Alamiyah).

Syaikh Ahmad bin Yusuf Al Halabiy berkata, “‫ الصالح‬maknanya adalah lawan


dari kerusakan, lawan dari keshalihan di dalam al Qur’an adalah kerusakan [‫] الفساد‬dan
kejelakan [‫ ] السيء‬sebagaimana dalam firman Allah (yang artinya), “ Dan apabila
dikatakan kepada mereka “ janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, mereka
mengatakan hanyasaja kami adalah orang-orang yang berbuat perbaikan” (QS. Al
Baqarah:11).

Juga dalam firman Allah (yang artinya), “Mereka mencampur amalan shalih
dan yang lain amalan yang jelek” (Q.S.At Taubah:102) (Lihat Umdatul
Huffadz:2/346, cet:Darul Kutub ilmiyah).

Kesimpulannya, amal shalih adalah perbuatan baik yang dapat membuat


kebaikan dan dilakukan secara sengaja.

Kenapa Perbuatan Baik Dikatakan Sebagai Amal shalih ?

Syaikh Abdurrahman as Sa’diy dalam Taisiru Karimir Rahman mengaatakan,


“Amalan yang baik dinamakan amal shalih karena dengan sebab amal shalih keadaan
urusan dunia dan akhirat seorang hamba Allah akan menjadi baik dan akan hilang
seluruh keadaan- keadaannya yang rusak. Dengan amalan yang baik tersebut
seseorang akan termasuk golongan orang yang shalih yang pantas bersanding dengan
Allah Yang Maha Pengasih di dalam surga-Nya” (Taisiru Karimir Rahman:
1/62,cet:Markaz Shalih bin Shalih ats Tsaqafiy).
B. Mengintegrasikan Iman, Ihsan, Amal, dan Ilmu untuk bagaimana manusia bertuhan

Seseorang yang akan mendirikan sebuah rumah yang pertama dibangun adalah
pondasinya. Begitu juga dengan seseorang yang beragama, dia harus tahu cara untuk
membangunnya. Pondasi dari agama islam merupakan iman. Diibaratkan sebuah
rumah, apabila pondasinya tidak kuat maka bangunannya akan mudah runtuh.

Selanjutnya sebuah rumah yang dibangun adalah dinding dari bangunan


tersebut. Islam merupakan dinding dari berdirinya agama. Terakhir, sebuah rumah
yang didirikan adalah atapnya. Atap dari sebuah agama adalah ihsan.

Kaum muslimin menetapkan adanya unsur penting dalam agama islam yakni,
iman, ihsan, ilmu dan amal sebagai kesatuan yang utuh. Para ulama mengembangkan
ilmu-ilmu Islam guna memahami unsur tersebut.

Iman itu bisa dikatakan sebagai landasan awal. Seperti sebagai pondasi
dalam keberadaan suatu rumah. Sedangkan Islam merupakan entitas yang berdiri
diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong,
lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-
sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan.
Zakat tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman
akan kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi
tebal, kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi
hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun
beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila
seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak
juga pada tipisnya iman.

Ihsan bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari
banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan
perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal
menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana
amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah
disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa
mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan
ridhonya. Disinilah hakikat dari ihsan.

Lalu Iman berkaitan dengan aqidah islam , islam berkaitan dengan syariah,
ihsan berkaitan dengan khuluqiya. Dari tiga hal tersebut dapat kita pahami dalam
perkembangan ilmu keislaman , ilmu terkelompokan menjadi aqidah, fiqih, akhlaq.

Diantara pengelompokan kata dalam agama islam ialah iman, islam dan ihsan.
Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman,
dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dari pengertian tersebut memiliki arti masing-
masing istilah terkait satu denga yang lain. Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari
ketiga istilah tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dari pengertian
inilah kita mengerti bahwa iman,ihsan, ilmu dan amal adalah unsur untuk manusia
bertuhan.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP JENAZAH

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi dalam kehidupan umat
manusia. Kematian merupakan ketentuan Allah atas segala makhluk hidup di
permukaan bumi ini, sehingga manusia perlu membekali, mempersiapkan diri
terutama amalnya di dunia ini. Seiring dengan perkembangan Zaman dan teknologi,
banyak manusia yang tertipu oleh daya tarik dunia ini yang sesungguhnya dunia ini
hanya tempat persinggahan kita yang sementara sedangkan tempat kita yang abadi dan
kekal adalah di akhirat kelak. Banyak orang yang tidak percaya akan adanya akhirat
sehingga menyepelekan masalah yang satu ini, ada pula yang dikarenakan
perkembangan zaman hingga banyak orang melupakan akan akhirat sehingga kondisi
seperti ini akan terjadi terus menerus dan turun menurun yang mengakibatkan
rusaknya akidah-akidah Islam yang tidak lain yang merusaknya adalah orang Islam itu
sendiri. Lain juga akan banyak generasi muda yang sebenarnya orang Islam tetapi
tidak tahu bagaimana caranya mengurus jenazah. Bahkan ada yang tidak tahu
bagaimana caranya sholat dan mengaji. Naudzubillahiminzalik.

Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang bagaimana
kewajiban kita terhadap janazah, yang mencakup di dalamnya tentang cara
memandikan janazah, mengkafani janazah, menshalatkan janazah, dan terakhir
memakamkan janazah.

B. Rumusan Pembahasan

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara memandikan janazah ?


2. Bagaimana cara mengkafani janazah ?
3. Bagaimana cara menshalati janazah ?
4. Bagaimana cara memakamkan janazah ?

C. Tujuan Pembahasan

Dalam makalah ini, terdapat beberapa tujuan, di antaranya :

1. Untuk mengetahui cara memandikan janazah.


2. Untuk mengetahui cara mengkafani janazah.
3. Untuk mengetahui cara menshalati janazah.
4. Untuk mengetahui cara memakamkan janazah.
PEMBAHASAN

A. Memandikan Jenazah

Apabila ada orang Islam meninggal dunia, maka orang-orang Islam wajib ( fardhu
kifayah), artinya sesuatu perbuatan yang cukup dikerjakan oleh beberapa orang saja,
atau apabila sesuatu perbuatan itu telah dilakukan oleh seseorang, maka gugurlah yang
lain dari kewajibannya. Akan tetapi apabila jenazah itu sampai terlantar, tidak ada
yang melaksanakan, maka semua kaum muslimin yang ada berdosa semuanya.
Kewajiban pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah adalah memandikannya.
Salah satu petunjuk dalam memandikan jenazah terdapat dalam hadist berikut ini :

Artinya:

Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara (atau sesuatu yang dapat membersihkan
seperti sabun). ( H.R. Bukhori :1186)

Jenazah dimandikan jika ia memenuhi beberapa syarat, yaitu :

1) Orang Islam,

2) Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian yang ditemukan, misalnya karena
peristiwa kecelakaan,

3) Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).

Artinya:

Saya menjadi saksi atas mereka (yang mati dalam perang Uhud) pada hari kiamat.
Lalu Rasulullah memerintahkan orang-orang yang gugur dalam Perang Uhud,
supaya dikuburkan dengan darah mereka, tidak dimandikan, dan tidak disalatkan.
(H.R al-Bukhari: 3771)

Memandikan jenazah dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

1) Mempersiapkan dahulu segala keperluan untuk mandi.

2) Mempersiapkan air mutlak.

3) Letakkan mayat di tempat yang tinggi, seperti bangku panjang, Mayit dibaringkan
dan diletakkan di tempat yang agak tinggi, seperti di atas dipan atau dipangku oleh
tiga atau empat orang. Hal ini dilakukan guna mencegah mayit supaya tidak terkena
percikan air.

4) Tempat memandikan sebaiknya pada tempat tertutup, atau gunakan tabir untuk
melindungi tempat memandikan dari pandangan umum. Ditaburi wewangian,
semisal dengan membakar dupa, yang berguna untuk mencegah bau yang keluar dari
tubuh mayit, selain juga karena ada Ulama yang berpendapat supaya Malaikat turun
memberikan rahnatnya.[1]
5) Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperti sarung agar lebih mudah
memandikannya.

6) Sewaktu memandikan jenazah, agar badan ditutup terutama auratnya.

7) Menyediakan air secukupnya, sabun, air kapur barus, wangi-wangian. Sarung tangan
1 atau 2 stel, handuk atau kain, kain basahan dan lain-lain yang diperlukan.

8) Waktu memandikan sebaiknya di sekitarnya diberi wangi-wangian yang dibakar


seperti ratus/menyan arab, untuk menghindari bau.

9) Memandikan dengan bilangan ganjil, 3, 5, 7, 9 atau lebih.

10) Pertama-tama bersihkan semua kotoran, najis dari seluruh badan janazah, sebersih-
bersihnya dengan hati-hati dan lembut. Sebaiknya memakai sarung tangan.

11) Memijit/menekan perutnya perlahan-lahan, dengan hati-hati sekali. Bersihkan


mulutnya, sebaiknya memakai lap (sarung tangan) supaya jangan tersentuh auratnya.
Membersihkan kotoran kuku kaki dan kuku tangan dengan memakai tangkai suruh
atau tangkai ketela pohon atau sejenisnya.

12) Menyiram air ke seluruh anggota badan sebelah kanan, kemudian menyiram pada
anggota badan sebelah kiri, bersihkan dengan sabun atau daun bidara. Terakhir,
siram dengan air kapur barus dan wangi-wangian.

13) Apabila janazahnya wanita, supaya rambut dijalin dikepang 3 bagan, waktu
dimandikan. Dan rambut diurai kembali pada waktu dikeramas.

14) Terakhir wudlu’kan. Dengan cara mengucurkan air dari wajah sampai kaki.

15) Setelah selesai memandikan dengan baik, bersihkan/keringkan badannya dengan


haduk.

B. Mengkafani Jenazah

Mengkafankan atau membungkus dengan kain putih merupakan fardlu kifayah.


Kewajiban mengkafankan dan segala penyelenggaraan janazah, diambilkan dari
harta peninggalan mayat. Apabila mayat tidak meninggalkan apa-apa atau harta
khusus untuk keperluan ini, maka yang wajib membiayai adalah orang yang
memikul, yang member nafkah ketika masih hidup.

Apabila yang disebutkan di atas juga tidak ada, maka diambilkan dari harta Baitul-
Mal Umat Islam, atau ditanggung oleh kaum muslimin yang mampu untuk
mengurusi. Utamanya kain kafan adalah : kain putih, bersih, suci, sederhana, kuat.
Cara mempergunakan atau mengkafankan janazah.

Untuk janazah laki-laki

a) 3 lembar kain kafan dibentangkan dengan cara disusun. Kain yang paling lebar
dibentangkan dibawah sendiri. Atau tiga lembar kain kafan dibentangkan, kain
letaknya agak serong, atas melebar bawah mengecil. Lembar demi lembar kain
dilulut dengan wangi-wangian.

b) Sediakan kain/tali pengikat janazah secukupnya diletakkan di bawah kain kafan


yang telah dibentangkan. Terdiri dari 3 ( tiga lapis1lembar) kain kafan putih
dibentangkan dengan cara disusun lembaran paling bawah lebih lebar. Baringkan
mayat di atas kain kafan, selimuti janazah dengan kain kafan, temukan dari yang
paling atas (no. 1-no. 3). Ikat dengan tali tiga atau lima ikatan.

c) Sediakan kapas secukupnya, dengan diberi wangi-wangi kayu cendana, untuk


menutupi antaranya kemaluan, wajah, buah dada dua-duanya, telinga dua-duanya,
siku-siku tangan dan tumit dua-duanya

d) Angkat janazah dengan hati-hati, baringkan di atas kain kafan, dengan diberi wagi-
wagian .

e) Tutup dengan kapas bagian-bagian : wajah, kemaluan, buah dada, telinga, siku-siku
tangan, tumit.

f) Tutup/selimuti janazah dengan kain kafan dari yang paling atas selembar-selembar
ikat dengan tali tiga atau lima ikatan.

Untuk janazah perempuan

a) Susun, bentangkan kain-kain potongan dengan rapi.

b) Angkat janazah dengan hati-hati, baringkan di atas kain kafan, dengan diberi
wangi-wangian.

c) Tutup dengan kapas bagian-bagian : wajah, kemaluan, buah dada, telinga, siku-siku
tangan, tumit.

d) Mengikat pinggul dan kedua pahanya dengan kain. Pasang dan selimutkan kain
dari pinggang sampai kaki. Pasangkan baju kurungnya. Pasangkan kerudung
kepalanya. Sebaiknya rambut yang panjang dikepang menjadi 3. Terakhir
membungkus dengan kain kafan yang paling bawah, paling lebar. Ikat dengan tali
tiga atau lima ikatan. Sebaiknya arah kepala mayat sebelah atas, diberi lampu
penerangan untuk tanda, bahwa itu janazah, arah mayat membujur ke utara ( bagi
orang Indonesia).
Kain kafan terdiri dari 5 lembar :

a) 1 lembar paling lebar ditaruh paling bawah ( untuk pembungkus, seluruh badan
janazah)
b) 1 lembar kain penutup kepala
c) 1 lembar baju kurung setelah dilipat menjadi 2 (Pada tengahnya diberi lubang.
Seukuran leher, sebelah depan dirobek/dipotong sedikit, memanjang. Setelah kain
baju kurung direntangkan.
d) 1 lembar kain basahan untuk penutup pinggul samapi paha atau bisa juga dipakai
model celana dalam.
e) 1 lembar kain penutup untuk penutup pinggang sampai kaki.
f) 1 lembar kain kafan secukupnya, untuk dipakai paling luar sendiri pembungkus
seluruh badan janazah.

C. Mensholati Jenazah

Shalat janazah hukumnya fardlu kifayah.

 Syarat shalat janazah


a) Menutup aurat, suci dari hadas baik kecil maupun besar, suci badan, pakaian, dan
tempat serta menghadap kiblat.
b) Mayit orang Islam yang sudah dimandikan dan dikafani,
c) Mayit diletakkan di depan orang yang mensholatkan, kecuali shalat yang dilakukan
secara ghaib.

 Tata cara shalat janazah


a) Untuk janazah laki-laki posisi berdiri Imam, setentang/searah kepala mayat, atau
searah dada ke atas.
b) Untuk janazah perempuan, posisi Imam setentang/searah lambung atau
pertengahan mayat.
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan
d) Shalat janazah, sebaik-baiknya dilakukan dengan berjama’ah dan dibuat 3 shof.
e) Bagi perempuan diperbolehkan shalat janazah secara bersama-sama kaum lelaki
atau bergantian. Shalat janazah boleh dilakukan di dalam masjid atau di rumah
janazah atau di tempat lainnya.
f) Rukun, cara mengerjakan shalat janazah

Shalat janazah tidak memakai ruku’ dan tidak memakai sujud, serta tidak dengan
adzan dan iqamah, cukup berdiri saja. Yang harus dipersiapkan oleh seseorang
apabila akan melakukan shalat janazah yaitu :

a) Suci dari hadats kecil maupun hadats besar.


b) Suci badan, pakaian dan tempat.
c) Menutup auratnya.
d) Menghadap kiblat.

Sholat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud serta tidak dengan adzan dan iqamat,
adapun caranya sebagai berikut :
1. Niat, menyengaja melakukan shalat atas mayit dengan empat takbir, menghadap kiblat
karena Allah. adapun
Lafadz Niat Shalat Jenazah Untuk Laki-laki :
‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمأ ْ ُم ْو ًما ِهللِ تَعَالَى‬ ٍ ‫ت ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِ َرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ ِ ‫اال َميِه‬ ْ َ ‫ص ِلهى َعلَى َهذ‬َ ُ‫ا‬
USHOLLI ‘ALAA HAADZALMAYYITI ARBA’A TAKBIRAATIN FARDHOL
KIFAAYATI MA’MUUMAN-LILLAAHI TA’AALA.
Artinya :
Saya niat (mengerjakan) shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
Lafadz Niat Shalat Jenazah Untuk Perempuan :
‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمأ ْ ُم ْو ًما ِهللِ تَعَالَى‬ ٍ ‫ص ِلهى َعلَى َه ِذ ِه ْال َميِهت َ ِة ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِ َرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫ا‬
USHOLLI ‘ALAA HAADZIHIL MAYYITATI ARBA’A TAKBIRAATIN
FARDHOL KIFAAYATI MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.
Artinya :
Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
Keterangan : Lafadz niat diatas merupakan bacaan niat ketika kita sholat jenazah
menjadi ma’mum. Namun apabila kita menjadi imam, maka lafadz atau bacaan
“MA’MUUMAN” diganti dengan lafadz “IMAAMAN”.

2. Setelah membaca Niat dilanjutkan dengan Takbiratul Ihram, Yakni setelah


mengucapkan “Allahu Akbar”, sambil meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri
diatas perut (Sedakep/ Sandekep), kemudian membaca surat Al-Fatihah (tidak
membaca surat yang lain). Setelah membaca Fatihah terus takbir membaca “Allahu
Akbar”.

3. Setelah Takbir Kedua, Dilanjutkan membaca Shalawat kepada Baginda Rasulullah


SAW.Sebagai berikut :
‫ص ِهل َعلَى ُم َحمد‬
َ ‫الل ُهم‬
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD
“Ya Allah, berilah Sholawat atas Nabi Muhammad”

Untuk lebih sempurna/ Lengkap bacalah shalawat berikut :


‫ار ْك َعلَى‬
ِ َ‫ َوب‬،‫ إِنكَ َح ِميد َم ِجيد‬،‫ِيم‬ َ ‫صليْتَ َعلَى إِب َْراه‬
َ ‫ِيم َوآ ِل إِب َْراه‬ َ ‫ َك َما‬،ٍ‫ص ِهل َعلَى ُم َحم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬ َ ‫الل ُهم‬
‫ ِإنكَ َح ِميد َم ِجيد‬،‫ِيم‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫ْر‬
‫ب‬ ‫إ‬ ‫ل‬ ‫آ‬
َ َ ِ ِ َ َ َ ِ َ‫و‬ ‫ِيم‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ْر‬
‫ب‬ ‫إ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ َ‫ت‬‫ك‬ْ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
َ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ،ٍ
‫د‬ ‫م‬‫ح‬ ‫م‬ ‫ل‬
َ ُ ِ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ َ ‫ُم َحم ٍد َو‬
‫ع‬
ALLAHUMMA SALLI `ALA MUHAMMADIN WA`ALA ALI MUHAMMAD,
KAMA SALLAYTA `ALA IBRAHIMA WA’ALI IBRAHIM, INNAKA HAMIDUN
MAJID, WABARIK `ALA MUHAMMADIN WA`ALA ALI MUHAMMAD,
KAMA BARAKTA `ALA IBRAHIMA WA’ALI IBRAHIM, INNAKA HAMIDUN
MAJID
“Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia. Dan berilah berkat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha
Mulia.”
4. Setelah Takbir Ke Tiga, Kemudian dilanjutkan membaca Doa berikut ini :
ُ ‫ْف َع ْنه‬ُ ‫ار َح ْمهُ َو َعافِ ِه َواع‬ ْ ‫اَلل ُهم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو‬
ALLAAHUMMAGHFIR LA-HU (HAA) WARHAM-HU (HAA) WA’AFI-HI
(HAA) WA’FU ‘AN-HU (HAA),
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, dan
sejahterakanlah dia, dan maafkanlah dia”
Atau Versi Lengkapnya, berikut :
ْ
(‫ْف َع ْنهُ )هَا( َواَ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ )هَا( َو َو ِس ْهع َمدْ َخََ لهُ )هَا( َواغسِلهُ )هَا‬
ْ َ َ ُ ‫ار َح ْمهُ )هَا( َو َعافِ ْي ِه )هَا( َواع‬ ْ ‫اللهه هم ا ْغ ِف ْر لَهُ )هَا( َو‬
ْ
ً َ‫ض ِمنَ الدهن َِس و ا َ ْبدِلهُ )هَا( د‬
‫ارا َخي ًْرا ِم ْن‬ ُ َ‫الث هَ ْوبُ ْاْلَ ْبي‬
‫طايَا َك َما يُنَقى ه‬ ْ ْ ِ‫آء َوالث ه ْلج‬
َ ‫والبَ َر ِد َونَ ِ هق ِه )هَا( ِمنَ ال َخ‬ ِ ‫ِب ْال َم‬
‫النار‬
ِ ‫اب‬ َ َ‫دَ ِار ِه )هَا( َو ا َ ْهالً َخي ًْرا ِم ْن ا َ ْه ِل ِه )هَا( َوزَ ْو ٍجا َخي ًْرا ِم ْن زَ ْو ِج ِه )هَا( َوقِ ِه فِتْنَةَ القَب ِْر و َعذ‬
ALLAAHUMMAGHFIR LA-HU (HAA) WARHAM-HU (HAA) WA’AFI-HI
(HAA) WA’FU ‘AN-HU (HAA), WA AKRIM NUZUULA-HU (HAA), WAWASSI’
MADKHOLA-HU (HAA), WAGHSIL-HU (HAA) BIL MAA-I WATS TSALJI
WAL-BARADI, WANAQQI-HI (HAA) MINAL KHATHAYAAYAA KAMAA
YUNAQQATS TSAUBUL ABYAD-HU (HAA) MINAL DANASI, WA ABDIL-HU
(HAA) DAARAN KHAIRAN MIN DAARI-HI (HAA), WA AHLAN KHAIRAN
MIN AHLI-HI (HAA), WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAU-JI-HI (HAA), WAQI-
HI-(HAA)FITNATAL QABRI WA’ADZABAN NAARI.
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia
(dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat
yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah
keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri
(atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke
Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”
Keterangan : Jika Mayit Perempuan Lafadz HU/HI menjadi HA dan seterusnya.

5. Selesai Takbir Ke-Empat, maka membaca Doa, Berikut :


ُ‫َحر ْمنا أَجْ َرهُ وْلت َ ْف ِتنها بَعدَه‬
ِ ‫الل ُه هم ْلت‬
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRA-HU (HA), WALAA TAFTINNAA
BA’DA-HU (HA)
“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau
beri fitnah pada kami setelah kematiannya.”

Atau Versi Lengkapnya, berikut :


َ‫ان َو ْل‬ ْ
ِ ‫اِل ْي َم‬ ُ
ِ ِ‫سبَق ْونَ ب‬ َ ‫ه‬
َ َ‫ف َْ ِتنهاَََ بَ ْعدَهُ )هَا( َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَهُ )هَا( َو ِ ِِل ْخوانِناََ ال ِذيْن‬
َ ْ ََ َ‫رر ْمنَا اَجْ َرهُ )هَا( َو ْلَ ت‬ ِ ْ‫الله ُه هم ْلَ تَح‬
‫تَجْ َع ْل فِى قُلُ ْو ِبنا َ ِغالًّ ِلل ِذيْنَ آ َمنُوا َربهنَا ِإنهكَ َر ُء ْوف َر ِحيْم‬
ALLAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRO-HU (HAA) WALAA TAFTINAA
BA’DA-HU (HAA) WAGFIR LANAA WA LA-HU (HAA) WA LI IKHWANINA
LADZINA SABAQUUNA BIL IMAANI WA LA TAJ’AL FI QULUUBINA
GILLAL LILLADZINA AMANUU ROBBANA INNAKA ROUUFUR ROHIIM.
“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau
beri fitnah pada kami setelah kematiannya serta ampunilah kami dan dia, dan juga
bagi saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam
hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang.”
Keterangan : Jika Mayit Perempuan Lafadz HU/HI menjadi HA dan seterusnya.
6. Kemudian (Selesai ) Memberi salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri
dengan ucapan salam, sebagai berikut :
ُ‫السالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH
“Keselamatan dan Rahmat Allah Semoga tetap kepada Kamu sekalian”

D. Memakamkan Jenazah

Mengantarkan/mengiring janazah. Apabila pelaksanaan janazah sudah cukup,


segera membawa janazah ke tempat pemakamannya. Jangan sampai menahan janazah
terlalu lama berada di rumah.

Sebaiknya untuk mengiring janazah, semua pengiring berjalan kaki, pengiring


berada di sekitar janazah, di muka, belakang, kanan, kiri dan sunnah memikulnya
bergantian. Bagi yang memikul bergantian biasannya mempergunakan usungan
(pandosa : bahasa jawa) dalam pembawa janazah kecuali bagi mereka yang jarak
antara rumah dengan tempat pemakaman terlalu jauh, mereka membawa janazah
dengan memakai kereta janazah/mobil (ambulance janazah).

Yang perlu diperhatikan dalam mengiring/mengantarkan janazah.

 Supaya diciptakan suasana tenang


 Sebaiknya membaca-baca /dzikir dalam hati atau bersuara pelan-pelan, berdo’a
untuk janazah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menguburkan janazah, ialah :

a. Liang kubur, sekurang-kurangnya diperkirakan bau mayit tidak akan sampai


tercium keluar, atau jangan sampai dapat dibongkar binatang buas.
b. Dianjurkan dengan memakai liang lahat, yakni digali kira-kira cukup untuk si
mayat.
c. Mayit dimiringkan di atas lambung kanan, tepat di liang lahat menghadap kiblat.
d. Muka dan ujung kaki mayit dikenakan tanah, dan karena itu kain kafan yang
menutup muka dan kakinya supaya sedikit dibuka dan dilepas semua talinya agar
dapat menyentuh tanah.
e. Kemudian liang lahat itu ditutup dengan kayu dan sejenisnya.
f. Selanjutnya liang kubur ditimbun atau diurug dengan tanah dengan dipadatkan,
bagian atas sedikit lebih ditinggikan dari sekitarnya dengan tidak dimujungkan
tetapi didatarkan.

·
Liang kubur

Dalamnya kuburan dari bawah hingga dada kurang lebih 1,5 meter (150 cm) atau 2
meter (200 cm). Dibuat sedemikian rupa, sehingga rapi dan cukup lebarnya. Atau :

1. Panjang : sepanjang janazah ditambah kira-kira 0.5 m.


2. Lebar : kira-kira 1 m
3. Dalam : setinggi postur tubuh manusia ditambah satu hasta ( kira-kira 60 cm).

Liang lahat

1. Yaitu liang khusus, dalam liang kubur, yang dibuat untuk meletakkan mayat
dengan posisi miring menghadap kiblat. Dengan diberi penahan misalnya: papan,
bamboo, tanah, dan sebagainya.
2. Caranya antara lain :
a) Setelah Liang Kubur yang berbentuk persegi panjang sudah jadi, kemudian pada
sisi liang kubur, (samping) yang mengarah kiblat tersebut, dibuat lubang lagi
sehingga cukup untuk meletakkan mayat dengan posisi miring (dibuat-pas)
b) Apabila tanah untuk pemakaman yang sudah digali itu ternyata tanahnya longsor
atau berair,atau dikarenakan janazahnya hancur atau terpotong-potong, bisa kita
buatkan peti dari kayu atau papan biasa. Dalam peti tersebut harus diatur
sedemikian rupa, sehingga mayat posisinya tetap miring menghadap kiblat. Jadi
tidak perlu membuat liang lahat lagi. Di dalam peti, posisi mayat harus miring
diberi bantalan dari tanah.

Menguburkan janazah dan cara memasukkan ke pemakaman.

a) Memasukkan janazah dengan meletakkan dari arah kakinya.


b) Letakkan badan miring sebelah kanan, dan mukanya menghadap kiblat, diganjal
diberi sandaran dengan tanah, supaya tidak terbalik ke belakang (nggoling-bahasa
jawa). Sambil mengucapkan :
“ Dengan nama Allah dan atas Agama Rasulullah”
c) Melepaskan tali ikatan kafan, kemudian ditutup dengan kepingan-kepingan tanah 1
bata, atau bamboo atau papan, baru ditimbuni dengan tanah sampai padat. Telinga
sebelah kanan supaya di tempelkan ke tanah.
d) Terakhir diberi tanda dengan memancapkan batu nisan diatas kuburan tersebut
(maesan:bahasa jawa).
e) Kemudian dibacakan do’a bersama-sama pengiring janazah, agar janazah diampuni
dosanya dan agar diberi ketabahan hati dan kebahagiaan.
f) Perlu diketahui : untuk janazah wanita, waktu memasukkan ke dalam liang kubur
hendaknya ditutup dengan kain.

Bagi mereka yang turut menurunkan janazah masuk ke dalam liang kubur, untuk
menerima mayat, sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang pada malam hari
sebelumnya tidak menggauli istrinya( tidak berkumpul ).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36954359/MAKALAH_AGAMA

http://alazhar58.blogspot.com/2013/12/penerapan-iman-islam-dan-ihsan.html

http://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/01/makalah-akidah-islamiyah-iman-islam-
dan.html

http://tugasnyanaksmabar.blogspot.com/2014/12/makalah-agama-tentang-
penyelenggaraan.html

Anda mungkin juga menyukai