PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana cara membandingkan nilai kebisingan yang di peroleh
dengan baku mutu kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. 48 Tahun
1996 tentang baku mutu kebisingan ?
3. Bagaimana cara mengendalikan kebisingan yang sudah melewati
ambang batas yang telah di tetapkan ?
2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Pengaruh Kebisingan dari Aktivitas Bandara Internasional Juanda
Surabaya.(2011)
Penelitian ini dilakukan oleh Ninda Ramita dan Rudy Laksmono dari prodi
Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.Lokasi penelitiannya berlangsung di
area Bandara Internasional Juanda,Surabaya dengan Pemilihan beberapa Lokasi
penelitian adalah
1. Parkiran Pesawat (A1).
2. Jalan Raya Sedati Gede (A2).
3. Jalan H.A.Rahman Sedati Gede(A3).
4. Jalan Bypass Juanda(A4)
5. Perumahan Menanggal (A5) control
4
khususnya daerah sebagai jalur lepas landas dan pendaratan tidak memenuhi
syarat pemukiman, tingkat kebisingan diatas ambang batas baku mutu
kebisingan untuk pemukiman 55 dBA sesuai Keputusan Mentri Negara
Lingkungan Hidup Kep 48/MENLH/11/1996. 25 November 1996.
5. Hasil responden masyarakat sekitar dan karyawan oprasional Bandar Udara
Internasional Juanda :
a. Gangguan terhadap pembicaraan atau komunikasi.
b. Gangguan terhadap waktu istirahat.
c. Gangguan tidur dan aktifitas kerja.
d. Berpengaruh tidak baik terhadap bayi dalam kandungan.
e. Menyebabkan menurunnya ambang pendengaran manusia.
f. Menyebabkan menurunya kualitas lingkungan hidup.
5
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya peningkatan tekanan darah
pekerja pada intensitas kebisingan >NAB (>85 dB) dibandingkan pada intensitas
kebisingan <NAB (<85 dB) di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti
Banjarmasin.
2.1.4 Pengaruh Kebisingan Mesin Las Disel Listrik Terhadap Fungsi Pendengaran
Pada Pekerja Bengkel Las di Kecamatan Mapanget Kota Manado.(2013)
Penelitian ini dilakukan oleh Ivana Anggelia Koagouw merupakan kandidat
skripsi Fakultas Kedokteran,Universitas Sam Ratulangi,Wenny Supit dari bagian
Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dan Jimmy F. Rumampuk
dari Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.Lokasi Penelitiannya
berlangsung di Bengkel Las di Kecamatan Mapanget Kota Manado untuk mengukur
pengaruh kebisingan dari mesin las disel listrik.
6
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tetentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan kenyamanan lingkungan”. Kebisingan juga didefinisikan sebagai
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan (dB). Menurut Davis
Cornwell (1998) bahwasanya kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak di
inginkan yang dapat menyebabkan polusi lingkungan. Bunyi yang menimbulkan
kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini
mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul
udara ikut bergetar. Getaran
Secara garis besar strategi pengendalian bising dibagi menjadi tiga elemen
yaitu pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian terhadap jalur bising dan
pengendalian terhadap penerima bising. Getaran yang diakibatkan oleh transportasi
darat antara lain sebagai berikut. Presentase getaran yang di akibatkan oleh
kendaraan berat adalah 73%, untuk bis kota dan bis antar kota adalah 42% dan 51%.
Sedangkan untuk sepeda motor dan mobil masing-masing 21% dan 12%.
7
Dalam kegiatan Industri sumber kebisingan daoat diklasifikasikan menjadi
tiga macam :
Mesin
Yakni kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin
Vibrasi
Yakni kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan.benturan ketidak seimbangan, getaran bagian mesin, terjadi
pada roda gigi.
Pergerakan udara gas dan cairan
8
Seusai dengan terjemahanya, intermittent noise adalah kebisingan yang
terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalin
c) Impulsive noise
Kebisigan impulsive dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (
memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalkan suara ledakan senjata api
dan alat sejenisnya. Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi
dapat dibagi menjadi :
- Bising terus-menerus (continuous noise)
Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa
henti.Misalnya blower, pompa, kipas angin, geregaji dan peralatan pemprosesan.
Bising terus menerus adalah bising dimana fluktuasi dan intensitasnya tidak lebih
dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising continue dibagi menjadi dua yaitu:
a) Wide spektrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-
turut, seperti suara kipas angin, mesin tenun.
b) Norrow spektrum adalah bising ini relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi, 500, 1000, 4000) misalnya
geregaji sirkuler , maupun katup gas.
- Bising tiba-tiba (impulsive noise)
Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba, effek
awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar. Seperti akibat ledakan, misalnya
dari mesin pemancang. Bising jenis ini memiliki perubahan intenstitas suara melebihi
40 dB dalam waktu yang sangat cepat dan biasnya mengejutkan pendengarnya
misalnya suara meriam
- Bising impulsive berulang
Sama dengan bising impulsiv, hanya bising ini terjadi berulangulang,
misalnya mesin tempa.
- Bising berpola
Merupakan bising yang disebabkan oleh ketidak seimbangan atau
pengulangan yang ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola gangguan
misalnya diesbabkan oleh putaran bagian mesin seperti motor, kipas dan pompa. Pola
9
dapat di identifikasikan secara subjektif dengan mendengarkan atau secara objektif
dengan analisa frekuensi.
- Bising frekuensi rendah ( low frequency noise )
Mudah ke segala arah dan dapat didengar sejauh bermil-mil
10
gangguan sensoris. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam lokasi dan
waktu yang lama dapat menyebabkann penyakit psikosomatik berupa grastritis,
stress, kelelahan dan lain-lain
b) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai padakemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak
mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak
lamgsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.
c) Gangguan keseimbangan
Berada pada lokasi dengan kebisingan yang sangat tinggi dapat menyebabkan
seakan berjalan di ruang angkasa atau melayang. Yang dapa menyebabkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
11
1996. Tentang kriteria batas tingkat kebisingan maximum untuk outdoor adalah
sebesar 55 dBA
Tabel 2.1 Pembagian zona tingkat kebisingan
tingkat kebisingan
No zona
min. yang di anjurkan max yang dianjurkan
1 A 35 45
2 B 45 55
3 C 50 60
4 D 60 70
Sumber : Permenkes No 718
Zona A.
Zona A adalah zona yang diperuntukkan bagi tempat penilitian, RS, tempat
parawisata, kesehatan sosial, dan sejenisnya.
Zona B
Zona yang diperuntukan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan
Sejenisnya.
Zona C
Zona yang diperuntukan bagi perkantoran perdagangan pasar dan sejenisnya.
Zona D
Zona yang diperuntukkan untuk aktifitas stasiun, terminal bus dan
Sejenisnya
Tabel 2.2 Kriteria Pendengaran Manusia
kriteria pendengaran Tingkat kebisingan Ilustrasi
12
Tabel 2.2 Kriteria Pendengaran Manusia (Lanjutan)
Pekerja yang bekerja di daerah atau zona kebisingan yang tinggi harus
menggunakan alat pelindung telinga dan pengaturan jadwal kerja dengan
memperhatikan lama paparan pendengaran terhadap kebisingan. Berikut kami
paparkan tabel lama mendengarkan yang dianjurkan
13
Tabel 2.3 tingkat kebisingan per hari
No Tingkat kebisingan(L) dBA Lama mendengar/ hari
1 90 8
2 92 6
3 95 4
4 97 3
5 100 2
6 102 1,5
7 105 1
8 110 0,5
14
Tabel 2.4 Nilai ambang batas (NAB) (lanjutan)
2.2.4 Bunyi
Bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda
yangmenghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan
menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Dengan demikian,
syarat terjadinya bunyi adalah adanya benda yang bergetar. Perambatan bunyi
memerlukan medium. Kita dapat mendengar bunyi jika ada medium yang dapat
merambatkan bunyi. Ada beberapa syarat yang harusdipenuhi agar bunyi dapat
terdengar. Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah:
a. ada benda yang bergetar (sumber bunyi)
b. ada medium yang merambatkan bunyi, dan
c. ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi
15
Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan waktu untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat bunyi sebenarnya tidak
terlampau besar. Cepat rambat bunyi jauh lebih kecil dibandingkan denga cepat
rambat cahaya. Bahkan sekarang orang telah mampu membuat pesawat yang dapat
terbang beberapa kali daripada cepat rambat bunyi.Bunyi memiliki sifat-sifat
tertentu. Sifat-sifat gelombang bunyi tersebut, antara lain:
a. Merupakan gelombang longitudinal
b. Tidak bisa merambat pada ruang hampa
c. Kecepatan rambatnya dipengaruhi oleh kerapatan medium perambatannya
(padat, cair, gas). Paling cepat pada medium yang kerapatannya tinggi.
d. Dapat mengalami resonansi dan pemantulan.
16
preamp mic, jaringan pembobotan frekuensi, rangkaian detektor RMS, layar
pengukuran, AC dan DC output yang digunakan untuk merekam. Banyak SLM
memiliki set yang sama dari
17
Tabel 2.5 Baku Mutu Kebisingan
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Praktikum kebisingan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Mei 2017 dengan
rincian waktu pengukuran sebagai berikut :
LOKASI PENGUKURAN
19
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kebisingan ini adalah sebagai
berikut :
a. Sound Level Meter
Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur tingkat kebisingan
4
1
3 5
6 8
9 10
7 11
Keterangan :
20
7. Tombol BA MODE – mengaktifkan penyerap kebisingan latar
8. Tombol F/S – memilih respon alat
9. Tombol DOWN – menyesuaikan rentang pengukuran
10. Tombol UPPER – menyesuaikan rentang pengukuran
11. BACKLIT – menyalakan atau mematikan lampu latar
b. GPS
21
d. Tripod
22
2. Mengatur nivo dengan menyetel gagang pemutar
3. Memasang alat Sound Level Meter pada tripod
4. Mengarahkan alat tegak lurus dengan sumber bunyi atau suara
5. Setelah itu melakukan pengukuran dengan menekan tombol power pada
Sound Level Meter, kemudian menunggu beberapa menit.
6. Mengatur SLM sesuai standar pengukuran yang ditentukan yaitu BA MODE,
A, dan respon slow
7. Menekan tombol rec pada alat bersamaan dengan stopwatch untuk percobaan
kebisingan
8. Mencatat hasil pembacaan setiap 5 detik selama 10 menit, untuk pembacaan
pertama
9. Setiap 10 menit, mencatat kebisingan minimum dan maksimum dengan
menekan tombol rec, kemudian menekan tombol rec lagi untuk pembacaan
tingkat kebisingan maksimum.
23
24
BAB IV
4.1 Hasil
Cuaca : Berawan
24
24
Hari / Tanggal : Selasa, 16 Mei 2017
Cuaca : Berawan
25
Hari / Tanggal : Selasa, 16 Mei 2017
Cuaca : Berawan
26
Hari / Tanggal : Selasa,16 Mei 2017
Cuaca : Berawan
27
Hari / Tanggal : Selasa,16 Mei 2017
Cuaca : Berawan
28
Hari / Tanggal : Selasa,16 Mei 2017
Cuaca : Berawan
29
Hari / Tanggal : Selasa,16 Mei 2017
Cuaca : Berawan
30
31
4.2.1 Analisa Data
1
Leq (1 menit) = 10 log 60(100,1 x L1 + 100,1 x L2 +…+ 100,1 x L12) x 5 dB
1
Leq 1 = 10 log 60 [ (100,1 x 60,2 + 100,1 x 62,6 + 100,1 x 61 + 10 0,1 x 59,7 + 100,1 x 65,1
= 63,78 dB
1
Leq 2 = 10 log 60 [ (100,1 x 65,4 + 100,1 x 69,3 + 100,1 x 67,1 + 10 0,1 x 63,8 + 100,1 x 61,4
+ 10 0,1 x 69,9 + 10 0,1 x 72,7 + 10 0,1 x 61,9 + 100,1 x 69,7 + 100,1 x 76,1 +
= 70,81 dB
1
Leq 3 = 10 log 60 [ (100,1 x 61,1+ 100,1 x 65,6 + 100,1 x 62,8+ 10 0,1 x 64 + 100,1 x 62,6
+ 10 0,1 x 63,1 + 10 0,1 x 63,1 + 10 0,1 x 59,2 + 100,1 x 59,4 + 100,1 x 64,2 +
= 63,40 dB
31
1
Leq 4 = 10 log 60 [ (100,1 x 62 + 100,1 x 63,9 + 100,1 x 73,5 + 10 0,1 x 63,7 + 100,1 x 62,1
+ 10 0,1 x 62,4 + 10 0,1 x 60,3 + 10 0,1 x 66,5 + 100,1 x 58,7 + 100,1 x 56,6 +
= 65,35 dB
1
Leq 5 = 10 log 60 [ (100,1 x 71+ 100,1 x 58,5 + 100,1 x 57,2+ 10 0,1 x 61,7+ 100,1 x 61,6
+ 10 0,1 x 58,1 + 10 0,1 x 64,2 + 10 0,1 x 67,2 + 100,1 x 69,3 + 100,1 x 65,9 +
= 66,03 dB
1
Leq 6 = 10 log 60 [ (100,1 x 68,9 + 100,1 x 63,9 + 100,1 x 64,9 + 10 0,1 x 65,7 + 100,1 x 62
= 65,87 dB
1
Leq 7 = 10 log 60 [ (100,1 x 65,7+ 100,1 x 65,8 + 100,1 x 62,3+ 10 0,1 x 64 + 100,1 x 55,8
+ 10 0,1 x 62,9 + 10 0,1 x 68,8 + 10 0,1 x 71,1 + 100,1 x 65,1 + 100,1 x 65,3 +
= 66,60 dB
1
Leq 8 = 10 log 60 [ (100,1 x 64,5 + 100,1 x 59,5 + 100,1 x 70,5 + 10 0,1 x 65,5 + 100,1 x 63,7
32
+ 10 0,1 x 65,7 + 10 0, 1x 68+ 10 0,1 x 65,6 + 100,1 x 68,2 + 100,1 x 66,1 +
= 68,45 dB
1
Leq 9 = 10 log [ (100,1 x 68,9 + 100,1 x 69,6 + 100,1 x 68,4 + 10 0,1 x 63,4 + 100,1 x 68,4
60
+ 10 0,1 x 71,1 + 10 0,1 x 67,8 + 10 0,1 x 65,1 + 100,1 x 65,9 + 100,1 x 70,4 +
= 67,86 dB
1
Leq 10 = 10 log 60 [ (100,1 x 63,6 + 100,1 x 64,2 + 100,1 x 68,9 + 10 0,1 x 66,6 + 100,1 x 64,3
+ 10 0,1 x 69,5 + 10 0,1x 76,7 + 10 0,1 x 65,8 + 100,1 x 64,3 + 100,1 x 68,3 +
= 68,86 dB
1
Leq = 10 log 10 [ (100,1 x 63,78+ 100,1 x 70,81 + 100,1 x 63,40+ 10 0,1 x 65,35+
100,1 x 66,03 + 10 0,1 x 65,87 + 10 0,1 x 66,60 + 10 0,1 x 68,45+ 100,1 x 67,86 +
100,1 x 68,86) x 1]
= 67,27 dB
33
4.2.3 Perhitungan Leq Siang (Ls)
1
Ls = 10 log 16 (Ta 100,1 x La + Tb 100,1 x Lb + Tc 100,1 x Lc + Td 100,1 x Ld ) dB
1
Ls = 10 Log 16 [(3 x 100,1 𝑥 67,27 + 2 x 100,1 𝑥 73,32 + 6 x 100,1 𝑥 73,78 + 5 x
100,1 𝑥 70,57)]
= 72,10 dB
1
Lm = 10 Log [(2 x 100,1 𝑥 71,57 + 3 x 100,1 𝑥 68,99 + 3 x 100,1 𝑥 67,92)]
8
= 69,49 dB
= 73,05 dB
34
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran La
35
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran Lb
36
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran Lc
37
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran Ld
38
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran Le
39
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran Lf
40
Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Analisa Untuk Pengukuran Lg
41
42
4.3 Hasil Perhitungan Kelompok Lain
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kelompok 2
Leq Waktu dB
La 06.00 - 09.00 69,240
Lb 09.00 - 11.00 69,071
Lc 11.00 - 17.00 71,40
Ld 11.00 - 17.00 73,710
LS Siang Hari 72,001
Le 22.00 - 24.00 68,845
Lf 24.00 - 03.00 69,191
Lg 03.00 - 06.00 66,204
LM Malam Hari 67,360
LSM 24 Jam 72,124
Sumber: Hasil analisa perhitungan kelompok 2,2017
42
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kelompok 4
Leq Waktu dB
La 06.00 - 09.00 71,74
Lb 09.00 - 11.00 89,63
Lc 11.00 - 17.00 71,54
Leq Waktu dB
43
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kelompok 6
Leq Waktu dB
La 06.00 - 09.00 73,7
Lb 09.00 - 11.00 75,30
Lc 11.00 - 17.00 72,51
Ld 11.00 - 17.00 74,31
Leq Waktu dB
44
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kelompok 8
Leq Waktu dB
La 06.00 - 09.00 81,13
Lb 09.00 - 11.00 76,18
Lc 11.00 - 17.00 73,99
Ld 11.00 - 17.00 78,73
45
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kelompok 10
Leq Waktu dB
46
4.4 Pembahasan
Praktikum analisa kebisingan dengan menggunakan alat Sound Level
Meter (SLM) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di lokasi
praktikum dan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang cara
mengoperasikan alat Sound Level Meter dengan baik dan benar. Pada praktikum
ini analisa kebisingan, kami lakukan di Jalan Pembangunan tepatnya di depan
Pasar Sentral,Kota Lama Kendari, Sulawesi Tenggara. Pengukuran tingkat
kebisingan yang dilakukanya itu dengan cara langsung, dengan menggunakan alat
Sound Level Meter (SLM) dimana Leq dengan waktu pengukuran dilakukan
setiap 5 detik selama 10 menit.
47
Kelompok yang melakukan pengukuran di sekitar ruas jalan pembangunan
dan sekitarnya berturut-turut adalah kelompok 2, 3, 4,dan 5. Dari hasil
perhitungan tiap-tiap kelompok maka dapat diperoleh perbandingan nilai LSM
yaitu untuk Kelompok 2 nilai LSM = 72,124 dB ; Kelompok 3 LSM = 67,89 dB ;
Kelompok 4 LSM = 70,18 dB ; dan Kelompok 5 LSM = 74,76 dB
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan, sebaiknya alat yang digunakan pada
praktikum ini lebih dari satu agar waktu selama pengukuran praktikum bisa sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan.2005.Kesehatan Telinga.Erlangga.Semarang
50
51
52
53