Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR

PADA IBU NIFAS DI BPM BIDAN HEDDI DUREN JAYA , BEKASI


TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :

MELLI FITRIYANI
NPM 16.156.02.11.016

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu investasi yang perlu disiapkan, dalam proses kehamilan, gizi
memiliki peran penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin. Studi
membuktikan bahwa ibu dengan status gizi kurang dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin, melahirkan bayi degan berat badan lahir yang rendah, dan selanjutnya
dapat berdampak pada malnutrisi antargenerasi (fikawati,dkk. 2015). Menurut kurnia, 2013
Status gizi ibu menentukan kualitas outcome yang dihasilkan. Ibu yang mengalami
kekurangan gizi berisiko melahirkan bayi yang kekurangan gizi. Janin yang mengalami
malnutrisi sejak dalam kandungan juga berisiko lebih besar untuk lahir stunting (Ningrum
dan cahyanigrum, 2018).

Menurut Depkes RI,1998 Ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
kesehatan dan gizinya berada dalam kondisi yang baik. Saat ini banyak ibu hamil yang
mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan
anemia gizi. Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai resiko kesakitan yang
lebih besar terutama pada trimester III kehamilan, dibandingkan dengan ibu hamil yang
normal. Akibatnya, mereka mempupunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan BBLR, kematian saat persalinan,perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena
lemah dan mudah mengalami ganguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu merendam tekanan tekanan lingkungan yang baru. Sehingga dapat
berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,bahkan dapat menggangu
kelangsungan hidupnya. (Sutanto dan Fitriana, 2016)

Menurut Ferial,2011 Masih ada ibu yang memiliki status gizi kurang pada saat hamil
dilihat dari ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Seperti yang diungkapkan oleh Satriono
(2010) bahwa antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu
LILA (Lingkar Lengan Atas), pengukuran LILA adalah salah satu cara untuk mengetahui
resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Penilaian yang lebih
baik untuk menilai status gizi ibu hamil yaitu dengan pengukuran LILA, karena pada wanita
hamil dengan malnutrisi (gizi kurang atau lebih) kadang-kadang menunjukkan odem tetapi
ini jarang mengenai lengan atas.( kusparlina,2016)

Menurut kristianasari,2010 Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah
23,5 cm, hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi
BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk
mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus
mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA
ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak
beresiko melahirkan BBLR.( kusparlina,2016)

Menurut Manuaba tahun 2010, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
dengan angka kematian ibu dan bayi tertinggi. Angka kematian ibu sebesar 19.500 sampai
dengan 20.000 orang setiap tahun nya atau terjadi setiap 26–27 menit. Penyebab kematian
ibu adalah pendarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5 dan anestesis 2%. Sedangkan
kematian bayi sebesar 110.000 menjadi 280.000 atau jadi 18-20 menit, dengan penyebab
kematian bayi karena BBLR 15/ 1000%. (kusparlina, 2016)

Berat Badan Lahir Rendah merupakan istilah untuk mengganti bayi prematur karena
terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram,
yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya
sekalipun cukup bulan atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010). Angka kematian
bayi (AKB) adalah salah satu indicator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat karena
dapat menggambarkan kesehatan dan kesejahteraan penduduk secara umum.

BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global
karena efek jangka pendek maupun panjangnya terhadap kesehatan (WHO (2014). Pada
tahun 2011, 15% bayi di seluruh dunia (lebih dari 20 juta jiwa), lahir dengan BBLR
(UNICEF, 2013). Sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan di negara berkembang
termasuk Indonesia, khususnya di daerah yang populasinya rentan (WHO, 2014). BBLR
bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan penyebab kesakitan. Studi terbaru
menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan risiko untuk penyakit tidak menular seperti
diabetes dan kardiovaskuler di kemudian hari (WHO, 2014). Begitu seriusnya perhatian
dunia terhadap permasalahan ini hingga World Health Assembly pada tahun 2012
mengesahkan Comprehensive Implementation Plan on Maternal, Infant and Young Child
Nutrition dengan menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun 2025 (WHO, 2014).

Menurut pantiawati, 2010 BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka target BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari
target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2015 yakni maksimal 7% (kusparlina,2016).

Diwilayah jawa barat jumlah kematian bayi sebesar 4,803 dengan angka kematian bayi

sebanyak 5.2 per 1.000 KH balita di jawa barat sebanyak 5.167 dengan angka kematian

balita (AKBa) 40/100 KH, dan target pada tahun 2030, mengakhiri kematian balita yang

dapat dicegah, dengan menurunkan angka kematian balita sebesar 25 per 1.000 KH.

(Yunita, 2016).

BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pad bayi cukup bulan yang
mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan, sebaran BBLR di Jawa Barat dapat
dilihat dalam gambar ini. Prosentasi BBLR antara 0,1 – 5,7 , dan BBLR Jawa Barat sebesar
2,2% dari jumlah bayi yang ditimbang , jumlah tertinggi Berat Badan lahir Rendah terdapat
di Kab Kuningan (5,7%) , dan terendah di Kota Bogor (03%). Masalah BBLR terutama pada
kelahiran prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi
berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan
mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR pada umumnya sering terjadi akibat
gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro
intestinal, ginjal, dan termoregulasi (profil kesehatan jawa barat, 2016).

Penyebab lain Berat Badan Lahir Rendah bisa terjadi karena faktor genetik, mulai dari
orang tuanya yang memang kecil atau pendek. Dapat juga disebabkan karena masalah
plasenta seperti pre-eklampsia, atau kurangnya aliran darah menuju ke bayi selama
kehamilan. Semua itu dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi terhambat karena tidak
mendapat asupan oksigen dan nutrisi yang cukup. Selain masalah plasenta, aliran darah ke
bayi juga bisa dipengaruhi oleh tekanan darah tinggi yang dimiliki oleh seorang ibu,
beberapa kondisi kesehatan dan masalah emosional yang juga dapat memperlambat
pertumbuhan bayi diantaranya adalah Ibu tidak memakan makanan yang bergizi selama
kehamilan, memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru-paru, ginjal, atau diabetes, stres
berat selama kehamilan, menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain atau heroin,
banyak minum alkohol, merokok selama kehamilan atau Ibu memiliki masalah dengan
kesehatan seperti infeksi saluran kemih atau infeksi rahim yang tidak diobati. Upaya yang
bisa dilakukan untuk mempertahankan kesehatn bayi baru lahir dengan mengupayakan
penanganan komplikasi akibat infeksi ( profil kesehatan jawa barat, 2016).

Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (2005) menunjukkan bahwa KEK
pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko
relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai
resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA
lebih dari 23 cm (Kristiyanasari, 2010). Hal di atas juga didukung oleh pendapat Notobroto
(2004) bahwa kurang gizi pada ibu hamil berisiko terjadinya kelahiran BBLR. Begitu juga
dengan pendapat I Dewa Nyoman S, dkk (2003) bahwa apabila ukuran LILA < 23,5 cm
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). ( kusparlina, 2016).

B. RUMUSAN MASALAH

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya
dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI,
angka target BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan
pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2015 yakni maksimal 7%. Dan
KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko
relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai
resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA
lebih dari 23 cm.

Dari penjelasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara status
gizi ibu hamil terhadap kejadian BBLR pada ibu nifas di Bpm Bidan Heddi Duren Jaya,
Bekasi tahun 2018.

C. Pertanyaaan Penelitian

1. Bagaimna distribusi frekuensi status gizi ibu kehamilan pada ibu nifas di Bpm Bidan
Heddi, Duren Jaya Bekasi tahun 2018?

2. Bagaimana distribusi frekuensi kejadian BBLR pada ibu nifas di Bpm Bidan Heddi, Duren
Jaya Bekasi tahun 2018?

3. Bagaimana pengaruh status gizi kehamilan terhadap kejadian BBLR pada ibu nifas di Bpm
Bidan Heddi, Duren Jaya Bekasi tahun 2018?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status gizi kehamilan terhadap kejadian BBLR pada ibu nifas di
Bpm Bidan Heddi, Duren Jaya Bekasi tahun 2018.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi ibu kehamilan pada ibu nifas di Bpm Bidan
Heddi, Duren Jaya Bekasi tahun 2018.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian BBLR pada ibu nifas di Bpm Bidan Heddi,
Duren Jaya Bekasi tahun 2018.

c. Menganalisis Hubungan status gizi kehamilan terhadap kejadian BBLR pada ibu nifas di
Bpm Bidan Heddi, Duren Jaya Bekasi tahun 2018.

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden Diharapkan dapat memberikan informasi kepada responden dan ibu yang
mempunyai bayi tentang hubungan status gizi kehamilan terhadap kejadian BBLR pada ibu
nifas di Bpm Bidan Heddi, Duren Jaya Bekasi Tahun 2018

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau
pedoman DIII Kebidanan untuk penulisan karya tulis ilmiah berikutnya.

b. Bagi Institusi Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau pedoman DIII
kebidanan untuk penulisan karya tulis ilmiah berikutnya. Dan sebagai bahan tambahan
bacaan di perpustakaan terutama yang berhubungan dengan status gizi kehamilan dan
kejadian BBLR.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian hubungan status gizi kehamilan terhadap kejadian BBLR pada
ibu nifas di Bpm Bidan Heddi Duren Jaya Bekasi tahun 2018,dilihat dari mortalitas dan
morbiditas kejadian BBLR dengan melihat status gizi saat kehamilan.Penelitian ini dilakukan
pada ibu nifas yang melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di BPM Bidan
Heddi Duren Jaya, Bekasi pada bulan agustus tahun 2018 menggunakan desain cross
sectional.

Anda mungkin juga menyukai

  • Nabilla
    Nabilla
    Dokumen96 halaman
    Nabilla
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Judul KTI
    Judul KTI
    Dokumen8 halaman
    Judul KTI
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Format Skpi Susi
    Format Skpi Susi
    Dokumen2 halaman
    Format Skpi Susi
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen40 halaman
    MAKALAH
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan Ke 5
    Pertemuan Ke 5
    Dokumen14 halaman
    Pertemuan Ke 5
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Keluarga Binaan
    Keluarga Binaan
    Dokumen150 halaman
    Keluarga Binaan
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Kohort
    Kohort
    Dokumen8 halaman
    Kohort
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mata Kuliah Kewirausahaan
    Makalah Mata Kuliah Kewirausahaan
    Dokumen27 halaman
    Makalah Mata Kuliah Kewirausahaan
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • 8 Bab Iii
    8 Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    8 Bab Iii
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Afifah Evinda Sari Ipd
    Afifah Evinda Sari Ipd
    Dokumen1 halaman
    Afifah Evinda Sari Ipd
    Yulia Puspitasari
    Belum ada peringkat