Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
bimbingan-Nya sehingga makalah Kajian Kebahasaan “Proses Artikulasi Pembentukan Suku
Kata dalam Bahasa Indonesia” tingkat perguruan tinggi ini dapat terselesaikan. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa tanpa taufik, hidayah, serta bimbingan-Nya penyusunan
makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mempelajari tentang “Proses Artikulasi
Pembentukan Suku Kata dalam Bahasa Indonesia” serta mempermudah dalam cara
penyampaian diskusi mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
berharap kepada semua pihak untuk memberi saran demi perbaikan makalah ini. Penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bukittinggi, 10 September 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4

C. Tujuan...............................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kata-Kata Bahasa Indonesia......................................................................5


B. Proses Artikulasi................................................................................................................6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................................11

B. Kritik dan Saran .............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu
beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk
mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang
tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak
mungkin.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan kali ini kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pembentukan kata-kata bahasa indonesia?
2. Bagaimana proses artikulasi?

C. Tujuan
Dengan merumuskan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembentukan kata-kata bahasa indonesia
2. Untuk dapat mengetahui proses artikulasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kata-Kata Bahasa Indonesia


Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami
cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa
konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan
memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal
atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin.
Definisi Istilah
 Kata Dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan,
juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar
(kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.
 Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila
ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks
tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar.
Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.
 Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
 Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
 Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di
depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama
mendukung satu fungsi.
 Kata Turunan (Kata Jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang
mendapat imbuhan.
 Keluarga Kata Dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata
dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

5
Afiks Bahasa Indonesia yang Umum
 Prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-,
ter-
 Sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
 Konfiks: ke – an, ber – an, pe – an, peng – an, peny – an, pem – an, per – an, se – nya

B. Proses artikulasi
- Labialisasi : dilakukan dengan membulatkan bentuk mulut.
- Palatilisasi : dilakukan dengan menaikkan bagian depan lidah.
- Velarisasi : dilakukan dengan cara menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak.
Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator aktif. Artikulator pasif
adalah organ-organ yang tak bergerak sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi
atas dan alveolum.
Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif untuk menghasilkan berbagai bunyi bahasa
dengan berbagai cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang bawah
(termasuk gigi bawah dan bibir bawah).
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat
dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-
ujaran, yaitu:
Udara : yang dialirkan keluar dari paru-paru.
Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk
menimbulkan suatu bunyi.

1. Titik artikulasi
Titik artikulasi ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator
dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama antara ketiga
faktor tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu
bagian belakang lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya
udara terhalang. Dalam hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya, karena belakang lidah
merupakan alat-ucap yang bergerak atau digerakkan, sedangkan langit-langit lembut menjadi
titik artikulasinya, karena dia tidak bergerak, dia menjadi tempat tujuan atau tempat sentuh
belakang lidah.

6
Yang termasuk alat ucap adalah: paru-paru (tempat asal aliran udara), tenggorokan, di
ujung atas tenggorokan ( laring ) terdapat pita suara. Ruang di atas pita suara hingga ke
perbatasan rongga hidung disebut faring . Alat-alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut
adalah: bibir ( labium ), gigi ( dens ), lengkung kaki gigi ( alveolum ), langit-langit keras (
palatum ), langit-langit lembut ( velum ), anak tekak ( uvula) , lidah, yang terbagi lagi atas
beberapa bagian yaitu: ujung lidah ( apex ), lidah bagian depan, lidah bagian belakang dan
akar lidah.
Di samping rongga-rongga laring, faring dan rongga mulut sebagaimana telah
disebutkan di atas, rongga hidung juga memainkan peranan yang penting dalam
menghasilkan bunyi.
Dalam bidang fonetik artikulasi, daerah artikulasi ialah titik penyentuhan di mana berlakunya
halangan dalam saluran vokal antara artikulator aktif (bergerak, biasanya sebahagian lidah)
dan artikulator pasif (pegun, biasanya sebahagian lelangit mulut) untuk menghasilkan
konsonan. Bersama cara artikulasi dan pembunyian, inilah yang menentukan bunyi tersendiri
sesebuah konsonan. Contohnya, bibir bawah yang aktif boleh menyentuh bibir atas yang
pasih (dibibir, seperti [m]) atau gigi atas (bibir-gigi, seperti [f]). Lelangit keras boleh disentuh
oleh bahagian depan atau belakang lidah. Jika depan lidah digunakan, maka daerahnya
dipanggil gelungan; juga belakang lidah (”dorsum”) pula, maka lelangit (palatal) namanya.

Daerah artikulasi (pasif dan aktif):


1. Ekso-labial; 2. Endo-labial; 3. Gigi (Dental); 4. Gusi (Alveolar); 5. Belakang gusi
(Postalveolar); 6. Pra-lelangit (Pre-palatal); 7. Lelangit (Palatal); 8. Velar; 9. Uvular; 10.
Farinks; 11. Glotis; 12. Epiglotis; 13. Akar (Radikal); 14. Postero-dorsal; 15. Antero-dorsal;
16. Laminal; 17. Hujung lidah (Apikal); 18. Sub-apikal
Terdapat lima artikulator aktif yang asas, iaitu: bibir (”labial“), depan lidah yang lentur
(”koronal“), bahagian tengah/belakang lidah (”dorsal“), akar lidah bersama epiglotis
(”radikal“), dan larinks (”glotis“). Artikulator-artikulator ini boleh bertindak sendirian, atau
dua daripadanya boleh bertindak serentak.
Artikulasi pasif pula tidak jelas sempadan daerahnya, iaitu berlakunya pertindanan
antara daerah lidah-bibir dan antargigi, antargigi dan gigi, gigi dan gusi, gusi dan lelangit,
lelangit dan velar, dan velar dan uvular, yang boleh disentuh oleh mana-mana konsonan.
Selain itu, apabila bagian depan lidah digunakan, itupun sama ada permukaan atas atau daun
lidah (”laminal“), ataupun hujung lidah (”apikal“), atau permukaan bawahnya (”sub-apikal“),
yang melakukan sentuhannya; ketiga-tiganya bertindak menjadi satu tanpa aturan yang jelas.

7
2. Jenis-jenis Artikulasi
Pada bahasan sebelumnya telah dipelajari alat-alat ucap dengan baik. berbagai bunyi
yang kta dengar dari alat bunyi merupakan hasil macam-macam penyekatan atau rintangan
terhadap udara yang ditiupkan ke dalamnya. Paru-paru dapat menghembuskan udara ke
tempat alat ucap yang ada di atasnya melalui tenggorokan dan kerongkongan dapat
mengalami macam-macam penyekatan dan rintangan. Rongga yang dilalui aliran udara itu
dapat berubah-ubah bentuknya disebabkan oleh jenis-jenis gerakan artikulator.
Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak dan menyentuh daerah artikulasi.
Daerah artikulasi atau titik artikulasi selalu berada pada posisi tetap, tidak dapat bergerak.
Sebagai akibat dari gerakan artikulator-artikulator yang menyentuh titik artikulasi terjadilah
jenis-jenis artikulasi.
Jenis-jenis artikulasi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Hentian (stop), terjadi karena aliran udara terhenti sepenuhnya pada suatu tempat oleh alat
ucap yang menutup rapat, sehingga terbentuklah bunyi-bunyi seperti p, b, t, d, k, g.
2) Spiran, terjadi bila rongga tempat udara lewat menyempit sehingga terbentuklah bunyi-
bunyi berdesis seperti s,sy,z.
3) Getar atau trill, terjadi bila salah satu alat ucap bergetar sehingga terbentuk bunyi r.
4) Vokal, terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru boleh dikatakan tidak mendapat
rintangan, sedangkan rongga mulut berubah-ubah bentuknya karena gerakan lidah dan bibir,
sehingga terbentuklahh bunyi-bunyi seperti a, i, u, e, o.
5) Frikatif, pada dasarnya jenis artikulasi ini termasuk ke dalam spiran. Bunyi f, v, dan
sebagainya menjadi bunyi yang dihasilkan jenis bunyi ini.

3. Klasikfikasi Bunyi Bahasa


Akhir-akhir ini, pada umumnya orang lebih suka mengklasifikasikan bunyi bahasa
menjadi dua kelas yaitu vokal dan konsonan. Di bawah ini terlebih dahulu akan diuraikan
kelas bunyi vokal (vokoid).Vokal merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan
melibatkan pita siara tanpa penyempitan dan penutupan pada daerah artikulasi. Yang
dimaksud vokoid ialah bunyi-bunyi bahasa yang terjadi karena udara dari paru-paru ke luar
dengan bebas tidak mengalami rintangan sesuuatu apa pun. Celah pita suara yang dilalui
udara tidak ter lalu longgar, akan tetapi agak menyempit saja. Vokoid semacam ini pada
dasarnya termasuk bunyi yang bersuara, artinya selaput suara ikut bergetar sewaktu ada
hembusan udara dari laring.

8
Yang mempengaruhi bunyi vokoid selain jalan udara yang ditempuh juga lidah dan
bibir. Vokoid mungkin merupakan bunyi oral, karena aliran udara seluruhnya mengalir lewat
mulut atau sebaliknya termasuk bunyi nasal karena aliran udara seluruhnya lewat rongga
hidung. Sehubungan dengan terjadinya vokoid, maka bagian-bagian lidah yang berfungsi
sebagai artikulator memegang peranan penting sebagai pembentuk bunyi tersebut, misalnya
depan lidah (pembentuk vokoid depan), tengah lidah (pembentuk vokoid pusat/tengah), dan
belakang lidah (pembentuk belakang).
Secara artikulatoris, vokal dapat diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelas
tertentu. Pengklasifikasian ini dapat dilihat dari posisi lidah dan bentuk bibir ketika bunyi
bahasa itu diproduksi. Agar lebih spesifik, berikut ini adalah klasifikasi vokal menurut posisi
lidah, bentuk bibir, artikilator yang bergerak maupun dari jumlah vokal.
1) Dilihat dari Posisi Lidah
Posisi lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan mempengaruhi terhadap bunyi
yang dihasilkan. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis vokal apabila dilihat dari posisi lidah
ketikan memroduksi bunyi. Jenis vokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) vokal tinggi.
b) vokal tengah; dan
c) vokal rendah.
2) Dilihat dari bagian lidah yang bergerak
Bergerak atau tidaknya lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan menghasilkan
bunyi bahasa yang berbeda, untuk itu ada pengklasifikasian jenis vokal menurut bagian lidah
yang bergerak. Adapun pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) vokal depan/datar;
b) vokal belakang; dan
c) vokal tengah.
3) Dilihat dari bentuk bibir
Bentuk bibir yang dimaksud dalam pengklasifikasian jenis vokal berikut adalah
bentuk bibir ketika proses produksi bunyi bahasa. Bentuk bibir ketika memroduksi bahasa
terbagi atas dua jenis vokal yakni
a) vokal bundar; dan
b) vokal tak bundar
4) Dilihat dari jumlah vokal
Jumlah vokal ketika ujaran atau bunyi bahasa itu terdiri atas dua jenis vokal. Kedua jenis
vokal tersebut adalah:

9
a) vokal tunggal (dasar); dan
b) vokal rangkap (diftong), dalam bahasa Indonesia hanya ada difong naik.
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah
satu bagian alat bicara. Berlainan dengan pembentukkan vokal, pembentukan konsonan
dilakukan dengan jalan merintangi aliran udara yang keluar dari paru-paru. Rintangan bisa
dilakukan dalam rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga bibir. Semua bunyi
konsonan adalah bunyi kontoid. Udara yang dihembuskan dari paru-paru bisa lewat rongga
mulut sehingga bunyi yang terjadi disebut bunyi oral; dapat juga lewat hidung sehingga bunyi
yang dihasilkan disebut bunyi nasal.
Bunyi kontoid ialah bunyi yang terjadi jika aliran udara yang dihembuskan dari paru-
paru mendapat rintangan atau halangan baik penuh maupun sebagian. Klasifikasi vokoid
dapat dilakukan dengan dasar-dasar sebagai berikut.
1) Menurut dasar ucapannya (artikulator dan titik artikulasi), kontoid dapat dibedakan
menjadi enam yakni: labial, dental, palatal, trill, dan semi vokal.
2) Menurut cara pengucapannya atau ada tidak adanya halangan, kontoid dapat dibedakan
menjadi lima yakni hambat, spiran, lateral, trill dan semi vokal.
3) Didasarkan pada getar atau tidaknya selaput suara, kontoid dapat dibedakan menjadi dua
yakni, bersuara dan tidak bersuara.
4) Didasarkan pada jalan keluarnya udara dari paru-paru, kontoid dapat dibedakan menjadi
dua yakni, oral dan nasal.
5) Kombinasi dari berbagai kriteria di atas sehingga akan menghasilkan nama bunyi yang
kombinasi juga.
Biasanya konsonan diklasifikasikan berdasarkan tiga hal yang ikut menentukannya
yaitu dasar ucapan, cara melisankan, dan getaran pita suara. Bunyi yang dibentuk dengan
getaran pita suara adalah bunyi bersuara.
Artikulator adalah alat ucap yang dapat bergerak, sedangkan daerah artikulasi
merupakan alat ucap yang tidak dapat bergerak. Artikulator tertentu biasanya menghampiri
atau merapat pada daerah artikulasi tertentu secara tetap. Post dorsum, misalnya, selalu
mengartikulasi ke arah velum, tidak pernah mengartikulasi ke arah prae-palatum. Aspek tidak
pernah berartikulasi ke arah velum. Titik artikulasi yang merupakan titik pertemuan antara
artikulator dan daerah artikulasi ialah bilabial, labiodental, apikodental, apikoalveolar,
apikopalatal, dorsovelar, dan glotal. Nama konsonan disesuaikan dengan titik artikulasi pada
pembentukan konsonan yang bersangkutan. Pertemuan antara bibir bawah dan bibir atas
disebut bilabial (dua bibir), bunyi yang terjadi disebut bunyi bilabial seperti [p], [b], dan [m].

10
Labiodental ialah pertemuan antara bibir dan gigi. Bunyi laiodental ialah [f]. Bunyi
apikoalveolar terjadi karena ujung lidah (apeks) menyentuh alveolar. Konsonan [d] adalah
bunyi apikoalveolar. Bunyi dorsoveolar ialah [k], [g], [nj]. Bunyi glotal terjadi di
tenggorokan [?] terjadi bila glotis menutup, [h] terjadi bila glotis tetap terbuka. Bunyi [h]
sering kali juga dianggap bunyi faringgal. Memang ada dua macam desah, ada yang faringgal
ada yang laringgal. Dengan demikian lambang fonetiknya haruslah dibedakan.
Di samping dasar ucapan, klasifikasi konsonan harus dilakukan pula berdasarkan jenis
ucapan (cara ucapan). Terdapat lima jenis artikulasi yaitu hentian (stop), spiran, sengau,
lateral, getar. Yang termasuk konsonan hentian ialah [p], [b], [t], [d], [c], [j], [k], dan [g].
Bunyi-bunyi itu disebut plosif atau eksplosif sebab dibentuk dengan jalan menutup jalan
udara secara sementara saja kemudian dibuka sehingga terjadi letupan. Penutupan jalan udara
itu biasa terjadi karena bibir atas dan bawah dirapatkan (bilabial); bisa juga terjadi karena
bibir disentuhkan dengan gigi, atau alveolo (apikodental atau apiko alveolar) kalau penutupan
itu terjadi karena dorsum dilekatkan pada velum maka akan terjadi bunyi-bunyi dorsovelar.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka dapat diklasifikasikan jenis-jenis konsonan
menurut proses memroduksi bunyi bahasa. Adapun jenis-jenis konsonan yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1) Konsonan Letupan, dihasilkan dengan cara udara dihambat kemudian diletupkan oleh
artikulator. Konsonan letupan dibagi atas lima jenis yaitu:
a) yang dihasilkan di antata bibir [p], [b];
b) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit keras;
c) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi [t], [d];
d) yang dihasilkan oleh tengah lidah dan langit-langit keras [c], [j];
e) yang dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit tekak [k], [g].
2) Gugus/Klaster, konsonan rangkap atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang
sama
3) Konsonan Sengau, dihasilkan dengan menutup arus udara keluar dari rongga mulut dengan
membuka agar dapat keluar melalui hidung. Konsonan sengau dibagi atas empat jenis yaitu:
a) dihasilkan antara bibir [m]
b) dihasilkan ujung lidah dan lengkung gigi atas/gusi [n]
c) dihasilkan tengah lidah dan langit-langit keras [ny]
d) dihasilkan pangkal lidah dan langit-langit lunak [ng]

11
4) Konsonan Samping, konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara sedemikian
rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah/kedua belah sisi lidah. Tempat
artikulasinya adalah ujung lidah dengan lengkung kaki gigi [l]
5) Konsonan Geseran/Frikatif, konsonan yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit
sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Penghambatan terjadi pada:
a) penyempitan dinding varing dan pangkal lidah [h];
b) penyempitan pangkal lidah dan anak tekak [r];
c) penyempitan daun lidah dan lengkung kaki gigi [s], [z]; dan
d) penyempitan bibir bawah dan gigi atas [f], [v].
6) Konsonan Paduan/Afrikat, dihasilkan dengan menghambat arus udara pada salah satu
tempat artikulasi secara implosif lalu dilepaskan secara penyempitan
7) Konsonan Getaran [r]
8) Konsonan Kembar, yang diperpanjang pelafalannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses Artikulasi Pembentukan Suku Kata dalam Bahasa Indonesia
- Labialisasi : dilakukan dengan membulatkan bentuk mulut.
- Palatilisasi : dilakukan dengan menaikkan bagian depan lidah.
- Velarisasi : dilakukan dengan cara menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak.
Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator aktif. Artikulator pasif
adalah organ-organ yang tak bergerak sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi
atas dan alveolum.
Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif untuk menghasilkan berbagai bunyi bahasa
dengan berbagai cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang bawah
(termasuk gigi bawah dan bibir bawah).
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat
dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-
ujaran, yaitu:
Udara : yang dialirkan keluar dari paru-paru.
Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk
menimbulkan suatu bunyi.

B. SARAN
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kebahasaan
tentang ”Proses Artikulasi Pembentukan Suku Kata”. Di dalamnya membahas tentang
pembentukan suku kata dan proses artikulasi.
Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan isi
makalah masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata bahasa dan
kalimat, untuk itu kritik dan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.


Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Muslich, Masnur. 2010. Fonologi Bahasa Indonesia (Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia). Jakarta: PT Bumi Aksara.
https://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/kajian-linguistik

14

Anda mungkin juga menyukai