Anda di halaman 1dari 152

PEMB

BUATAN SIRUP MARKISA


M A DAN TERONG
T BELANDDA
(MART
TEBE) SE
EBAGAI SUMBER
R VITAM
MIN C BA
AGI TUBU
UH

PR
ROYEK AKHIR
A

Diajjukan Kepaada Fakulttas Teknik Universitaas Negeri Yogyakarta


U
Untuk Mem
menuhi Seba
agian Persyyaratan
Guna Mem
mperoleh Gelar
G Ahli Madya
M

Disusun Oleh
O :
Sri Handa
ayani
N
NIM: 07512
2134020

PRROGRAMM STUDI TEKNIKK BOGA


JURU
USAN PE
ENDIDIK
KAN TEKKNIK BOGGA DAN BUSANA
A
FAK
KULTAS TEKNIK K
UNIVVERSITA
AS NEGERRI YOGY
YAKARTTA
2011
1

i
MOTTO

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan didalamnya, maka apabila telah selesai
dari suatu urusan kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada
Tuhanlah kamu berharap”
(Q.S Al-nsyirah:28)

“Tuhan mengadugrahi ku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak dapat kuubah,
keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, dan kebajikan untuk mengetahui
perbedaannya.”
(Dr. Manmohan Singh)

“Different isn’t always better, but the best is always different”


(John Sifonis)

“Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi, tidak ada langkah yang terlalu
panjang untuk dijalani, dan tidak ada orang yang terlalu sulit untuk dihadapi ketika kita
mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dengan hati yang jernih dan kepada dingin”

“Jangan Memaksa Orang Lain Untuk Memahami Diri Kita, Namun Paksalah Diri Kita
Untuk Memahami Orang Lain”
(Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Karya Sederhana Ini Ku Persembahkan Untuk:


Mamaku tersayang yang slalu mencurahkan doa dan slalu memotivasi ku dan alm.Bapak yang
dah percaya klo atien pasti mampu. Keluarga besar diBalikpapan Atien sayang kalian smua.
Pakle’ Nardi dan Bule’ Enggar yang dah sangat berjasa dlm hidup ku, terima kasih atas kasih
sayang dan kepercayaan kalian.. atien ngga akn bs lupa itu smua.
Sahabat2 Terhebat Ku (Cengcerement: Zha, Iz, Zho, Nha, Wie) terima kasih karena kalian
membuat ku merasa tak sendiri disini.
Mohamad Ibnu_Qu terimakasih atas waktu dan semangatnya yang slalu menemani. –iluimuinu-
Keluarga Besar Menur 77B , Terimaksih atas pengertiannya slama ini.
Buat Semua Yang dah Percaya dan Yakin kLo aku Mampu Menyelesaikannya, terimakasih krn
kalian menambah Semangat dan Motivasiku.
Almemater Ku… Seragam Cook Ku… dan Tak Lupa Semua Sahabat2 D3NR’07 yang aku
sayangi…

vi
PEMBUATAN SIRUP MARKISA DAN TERONG BELANDA (MARTEBE)
SEBAGAI SUMBER VITAMIN C BAGI TUBUH

Sri Handayani
07512134020

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menemukan formula pembuatan sirup martebe
yang tepat, 2) Mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sirup martebe, 3)
Mengetahui kandungan gizi pada sirup martebe dengan metode analisis Proksimat, 4)
Mengetahui perubahan kadar Vitamin C yang terkandung pada sirup martebe selama
pengolahan, 5) Mengetahui porsi sirup martebe untuk memenuhi kecukupan Vitamin C,
6) Menentukan waktu kadaluwarsa pada sirup martebe.
Alur penelitian ini dimulai dari: 1) Penentuan 3 formula yang tepat dengan
perbandingan, yaitu: F1 75% markisa dan 25% terong belanda, F2 50% markisa dan 50%
terong belanda, F3 25% markisa dan 75% terong belanda dan; 2) Uji tingkat kesukaan
menggunakan metode Hedonic test yang dilakukan oleh 30 panelis di Jurusan Pendidikan
Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 3) Analisis
proksimat: kadar air menggunakan metode Thermogravimetri, kadar abu menggunakan
metode pengabuan kering, kadar protein menggunakan metode Kjedahl, kadar lemak
menggunakan metode soxhlet, kadar serat menggunakan metode Crude Fiber dan; 4)
Analisis vitamin C menggunakan metode Iodometri yang dilakukan di Laboratorium
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. 5)
Perubahan kadar vitamin C selama proses pengolahan menggunakan metode analisis
varian. 6) Mengetahui berapa porsi sirup martebe sehingga dapat memenuhi kebutuhan
vitamin C perhari, dilakukan perhitungan % AKG. 7) Menentukan waktu kadaluwarsa
pada sirup martebe dilakukan dengan uji sensoris oleh 2 panelis di Jurusan Pendidikan
Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Formula Produk Sirup Martebe yang
tepat adalah sebagai berikut: sari buah markisa 500 ml, sari buah terong belanda 500 ml,
gula pasir 1000 g, glukosa 300 ml, Na Benzoat 0,5g, dan air 500 ml. 2) Tingkat Kesukaan
Panelis Terhadap Sirup Martebe yang paling disukai adalah sirup martebe Formula 2
dengan perbandingan 50% buah markisa dan 50% buah terong belanda. 3) Kandungan
Gizi pada sirup Martebe melalui analisis prokimat yaitu kadar air 41,793%, kadar abu
0,286%, kadar lemak 0,564%, kadar protein 0,464%, karbohidrat 56,892%, dan serat
kasar 0,018%. 4) Perubahan kadar vitamin C pada sirup martebe selama pengolahan
dapat diketahui melalui perubahan kadar vitamin C dari bahan baku yaitu buah markisa
dan buah terong belanda dengan bahan setengah jadi yaitu, campuran sari buah markisa
dan terong belanda yang mengalami kenaikan sebesar 41,538%. Campuran sari buah
markisa dan terong belanda dengan dan sirup martebe mengalami penurunan sebesar
87,352%, sedangkan sirup martebe dengan sirup markisa acuan mengalami kenaikan
sebesar 77,237%. 5) Porsi sirup Martebe untuk Memenuhi kecukupcn vitamin C adalah
satu sajian sirup martebe sebanyak 50 ml dengan cara penyajian 1:5, yaitu 1 bagian sirup
dicampur dengan 5 bagian air, dapat memenuhi energi total 114 kalori, energi dari lemak
2,5 kalori, lemak total 0,5% dan kadar protein 0,4%; dan kadar KH 9%. sedangkan kadar
vitamin C sebesar 13 mg atau 15% AKG. 6) Waktu kadaluwarsa pada sirup martebe
adalah 9 minggu pada suhu 15˚C-21˚C.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga Proyek Akhir yang berjudul “Pembuatan Sirup Markisa dan Terong Belanda

(Martebe) Sebagai Sumber Vitamin C Bagi Tubuh ” dapat selesai dengan baik dan

lancar. Adapun penulisan laporan Proyek Akhir ini ditujukan untuk memenuhi

persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya Teknik Boga Universitas Negeri

Yogyakarta.

Pembuatan laporan Proyek Akhir telah banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya atas segala kerja sama, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,

dengan ketulusan dan keikhlasan memberi waktu, saran dan sumbangan

pemikiran yang tak ternilai harganya. Atas segala kebaikan tersebut penulis

haturkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Wardan Suyanto, Ed.D, selaku Dekan Fakultas Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Dr. Sri Wening, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Hj. Sri Palupi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknik Boga D3 Fakultas

Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dan selaku sekertaris dewan penguji.

4. Nani Ratnaningsih, M.P. selaku Pembimbing Proyek Akhir yang telah

melimpahkan segenap tenaga, pikiran, dan waktu dalam bimbingan sehingga

laporan Proyek Akhir ini dapat tersusun dengan baik.

viii
5. Ichda Chayati, M.P., selaku penguji proyek akhir yang telah meluangkan

waktu dalam pengujian.

6. Rizqie Auliana, M. Kes dan Mutiara Nugraheni, M.Si selaku Dosen

Pengampu mata kuliah Proyek Akhir

7. Wika Rinawati, S.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah sabar

membimbing hingga saat ini.

Harapan penulis, laporan Proyek Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Tak ada gading yang tak retak begitu pula dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

menyempurnakan laporan ini.

Yogyakarta, Maret 2011

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

HALAMAN PERSETUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

SURAT PERNYATAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi

ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiv

DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

B. Identifikasi Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

C. Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

D. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

E. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

F. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Bahan Pangan Baku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

B. Formula Produk Acuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

x
1. Pengertian, definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

2. Bahan pokok dan bahan tambahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

3. Proses pengolahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

4. Peralatan pengolahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

5. Karakteristik produk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

C. Uji Kesukaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

D. Analisis Proksimat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

E. Vitamin C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

F. Angka Kecukupan Gizi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

G. Pengemasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

H. Penentuan Waktu Kadaluwarsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46

I. Kerangka Berfikir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

1. Tempat penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .51

2. Waktu penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .51

B. Bahan dan Alat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

1. Bahan dan alat pembuatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

2. Bahan dan alat uji kesukaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

3. Bahan dan Alat Analisis Proksimat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

4. Bahan dan Alat Analisis Kadar Vitamin C. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

5. Bahan dan Alat Pembuatan Kemasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

6. Bahan Dan Alat Penentuan Waktu Kadaluwarsa . . . . . . . . . . . . . .55

xi
C. Langkah Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .55

1. Alur penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

2. Tahapan / langkah penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

a. Rancangan formula produk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

b. Proses pembuatan rancangan produk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

c. Uji kesukaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

d. Metode Aanalisis Proksimat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60

e. Metode Analisis Kadar Vitamin C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66

f. Pembuatan Kemasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67

g. Penentuan Waktu Kadaluwarsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67

h. Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

1. Hasil Formula Sirup Martebe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

2. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Sirup Martebe . . . . . . . . . . . . . . . . 74

3. Hasil Kandungan Gizi Sirup Martebe Dengan

Metode Analisis Proksimat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79

4. Hasil Perubahan Kadar Vitamin C Pada Sirup Martebe

Selama Pengolahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79

5. Hasil Perhitungan Porsi Sirup Martebe Untuk

Memenuhi Kecukupan Vitamin C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

6. Hasil penentuan waktu kadaluwarsa pada sirup martebe . . . . . . . 85

B. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86

xii
1. Pembahasan Formula Sirup Martebe. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86

2. Pembahasan Uji Kesukaan Terhadap Sirup Martebe . . . . . . . . . . 87

3. Pembahasan Kandungan Gizi Pada Sirup Martebe

Dengan Metode Analisis Proksima. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91

4. Pembahasan Perubahan Kadar Vitamin C Pada Sirup Martebe

Selama Pengolahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94

5. Pembahasan Perhitungan Porsi Sirup Martebe Untuk

Memenuhi Kecukupan Vitamin C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95

6. Pembahasan Penentuan Waktu Kadaluwarsa Pada Sirup Martebe 96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98

B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 104

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Gizi Buah Markisa Tiap 100 g . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Tabel 2. Komposisi Gizi Buah Terong Belanda Tiap 100 g . . . . . . . . . . . . 15

Tabel 3. Syarat Kandungan Unsur-Unsur dalam Sirup . . . . . . . . . . . . . . . . 24

Tabel 4 Syarat Mutu Sirup SNI 01-3544-1994. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

Tabel 5. Karakteristik Produk Sirup Markisa Yang Telah Ada di Pasaran 31

Tabel 6. Alat Pembuatan Sirup Martebe. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

Tabel 7. Rencana Formula Produk. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

Tabel 8. Karakteristik Produk Sirup Martebe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

Tabel 9. Perbandingan Karakteristik Produk Olahan Markisa . . . . . . . . . . 74

Tabel 10. Hasil perhitungan anava terhadap keseluruhan . . . . . . . . . . . . . . . 75

Tabel 11. Hasil perhitungan anava terhadap warna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76

Tabel 12. Hasil perhitungan anava terhadap aroma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76

Tabel 13. Hasil perhitungan anava terhadap rasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77

Tabel 14. Hasil perhitungan anava terhadap viakositas . . . . . . . . . . . . . . . . . 78

Tabel 15. Hasil Pengujian Gizi pada Sirup Martebe dengan

Metode Analisis Proksimat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79

Tabel 16. Hasil Uji Vitamin C, Proksimat dan Kadar Air . . . . . . . . . . . . . . . 79

Tabel 17. Kadar Vitamin C Sampel Pada Penyetaraan

Kadar Air 85,9151% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80

Tabel 18. Data Analisis Varian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81

xiv
Tabel 19. Hasil Uji Lanjut LSD (Least Significant Difference) . . . . . . . . . . 81

Tabel 20. Nilai Acuan Label Gizi Untuk Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

Tabel 21. Hasil Uji Sensoris Penentu Waktu Kadaluwarsa

Pada Sirup Martebe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Buah Markisa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Gambar 2. Buah Markisa Ungu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

Gambar 3. Buah Markisa Kuning . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

Gambar 4 Buah Markisa Orange. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

Gambar 5. Buah Markisa Erbis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11

Gambar 6. Buah Terong Belanda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Sirup Buah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

Gambar 8. Diagram Alir Kerangka Berfikir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56

Gambar 10. Diagram Alir Pembuatan Sirup Martebe. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58

Gambar 11. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Air. . . . . . . . . . . . . . . . . . 61

Gambar 12. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Abu . . . . . . . . . . . . . . . . . 62

Gambar 13. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Protein . . . . . . . . . . . . . . 63

Gambar 14. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Lemak . . . . . . . . . . . . . . 64

Gambar 15. Diagram Alir Analisis Kadar Vitamin C. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66

Gambar 16. Informasi Nilai Gizi Sirup Martebe. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 84

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang menghasilkan

berbagai produk pertanian diantaranya berupa buah-buahan. Beberapa jenis

buah tersebut antara lain adalah belimbing, jambu, nanas, mangga, sirsak,

nangka, markisa, dan juga terong belanda. Tanaman buah-buahan ada yang

ditanam secara komersial dengan teknik penanaman yang intensif dan ada

pula yang hanya ditanam sebagai tanaman pekarangan biasa. Buah yang

dihasilkan umumnya dijadikan sebagai buah yang dikonsumsi segar. Namun,

dalam keadaan tertentu buah yang dihasilkan cukup banyak jumlahnya,

misalnya pada saat panen raya. Dalam kondisi tersebut, buah tersedia secara

berlebihan, sehingga diperlukan alternatif lain untuk memanfaatkannya. Salah

satu alternatif tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan, misalnya

sari buah. Dengan cara ini, masa simpan buah dapat di perpanjang dan nilai

guna serta ekonominya dapat ditingkatkan. (Lisdiana Fachruddin, 2002:7).

Kerusakan pada buah terjadi disaat dalam masa penanaman (diserang

hama dan karena keadaan cuaca), pada saat panen (terkena benturan atau

gesekan), dan pada saat penyimpanan (terkontaminasi oleh udara dan

mikroorganisme). Buah mengandung banyak air sehingga mikroorganisme

lebih suka tumbuh dan berkembang biak di dalam buah, hal ini menyebabkan

buah lebih mudah rusak / busuk. Dalam buah markisa terkandung 75 g air dari
2

setiap 100 g buah markisa, sehingga buah markisa mudah rusak. Markisa

(Passiflora quadrangularis L., P. Edulis) termasuk buah yang memiliki

banyak biji didalamnya dan rasanya yang sangat masam sehingga jarang

dikonsumsi sebagai buah segar.

Kandungan gizi buah markisa cukup banyak sehingga baik untuk

dikonsumsi setiap hari, antara lain vitamin C, vitamin A, mineral, dan yang

tidak kalah penting adalah fassiflorine yang dapat menghilangkan stress

karena berfungsi sebagai penenang urat saraf (Rahmat Rukmana, 2003:12).

Namun karena buah markisa mudah rusak sehingga buah markisa tidak dapat

disimpan dalam jangka panjang. Pemanfaatan buah markisa secara sederhana

dapat dilakukan dengan cara diseduh dengan air panas dan ditambah gula

pasir. Beberapa produk olahan dari buah markisa yang sudah ada dipasaran

antara lain juice (sari buah segar), selai, dan sirup. Baru-baru ini juga ada

penelitian tentang jeli markisa. Produk-produk olahan tersebut membuktikan

bahwa olahan dari buah markisa cukup banyak disukai masyarakat, sehingga

pada proyek akhir ini dilakukan upaya pengolahan pangan dengan bahan baku

buah markisa.

Sirup markisa sudah cukup terkenal dikalangan masyarakat, dan

peminatnya juga cukup banyak. Salah satu sirup markisa yang sudah terkenal

di pasaran adalah “Super Pohon Pinang Marquisa” yang berbahan baku buah

markisa ungu. Berbagai macam sirup markisa sudah ada di pasaran, sehingga

pada proyek akhir ini dilakukan upaya alternatif rasa sirup yang berbeda.

Bahan yang digunakan adalah buah markisa, karena sirup markisa sudah ada
3

di pasaran maka sirup tersebut dikembangkan dengan cara mencampurkan sari

buah markisa dengan sari buah terong belanda, yang diberi nama menjadi

sirup martebe. Buah terong belanda sendiri tidak kalah banyak manfaatnya

bagi tubuh. Manfaat dan kandungan gizi yang terdapat pada buah terong

belanda adalah vitamin C yang dapat mengobati sariawan dan meningkatkan

daya tahan tubuh. Serat yang tinggi di dalam terong belanda bermanfaat untuk

mencegah kanker dan sembelit / konstipasi. Mineral-mineral yang terkandung

didalamnya dapat bermanfaat untuk menambah selera makan serta

menurunkan tekanan darah (Kumalaningsih, 2006:17). Namun di balik

keunggulannya buah terong belanda sangat mudah sekali rusak sehingga tidak

dapat disimpan dalam jangka panjang.

Di pasaran terdapat berbagai jenis minuman, namun yang dapat

berfungsi sebagai kesehatan sangatlah sedikit. Berdasarkan fungsinya,

minuman yang banyak beredar di pasaran di kelompokkan menjadi 3 (tiga),

yaitu minuman pelepas dahaga, minuman perangsang, dan minuman penyehat.

(Lies Suprapti, 2005:12). Sirup martebe termasuk ke dalam minuman yang

menyegarkan dan juga sebagai minuman yang menyehatkan. Karena

kandungan dan manfaatnya sangat baik bagi tubuh, selain bermanfaat untuk

menghilangkan stres dan menurunkan tekanan darah sirup martebe juga

bermanfaat sebagai peningkat daya tahan tubuh dan penambah nafsu makan,

baik dikonsumsi untuk anak-anak dan juga orang dewasa.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penentuan formula sirup

martebe yang tepat agar dapat diterima oleh masyarakat. Perpaduan antara
4

buah markisa dan terong belanda ini menghasilkan warna yang unik, minuman

ini sangat cocok dengan daerah Indonesia yang tergolong panas. Markisa dan

terong belanda mudah didapat karena kedua buah tersebut bukanlah buah

musiman, jadi dapat diperoleh kapan saja. Karena buah ini cukup bermanfaat

dan menyegarkan maka pembuatan sirup mempermudah konsumen untuk

mengkonsumsinya dan dapat menyimpannya dalam jangka panjang. Jadi

konsumen tidak perlu susah-susah mengupas dan membuang biji-bijinya lagi,

kini konsumen hanya tinggal menyedunya dengan air dan tambahan es batu

bila perlu dan penyimpanannya juga sangat mudah. Sebelum dipasarkan harus

dilakukan beberapa penelitian yaitu uji kesukaan, uji proksimat dan analisis

pada vitamin C yang digunakan sebagai zat gizi unggulan, menentukan nilai

gizi atau angka kecukupan gizi (AKG) dan juga menentukan waktu

kadaluwarsa untuk dicantumkan pada label dikemasan sirup martebe.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahannya

sebagai berikut:

1. Buah mengandung banyak air sehingga lebih cepat rusak, maka perlu

dilakukan penanganan khusus.

2. Buah markisa dan terong belanda memiliki kandungan dan manfaat yang

sangat baik bagi tubuh dan hasilnya melimpah, namun kedua buah tersebut

sangat mudah rusak sehingga perlu dilakukan pengembangan produk yang

mampu disimpan dalam jangka panjang, yaitu sirup.


5

3. Pengembangan produk olahan dengan bahan dasar buah markisa dan

terong belanda masih terbatas.

4. Perlu dilakukan penelitian untuk menentukan formula sirup martebe yang

tepat, menentukan tingkat kesuakaan terhadap sirup martebe, menentukan

kandungan gizi melalui metode analisis proksimat dan vitamin C, dan

menentukan waktu kadaluwarsa pada sirup martebe.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penentuan formula sirup

martebe yang tepat, pengujian tingkat kesukaan panelis terhadap sirup

martebe, pengujian kandungan gizi pada sirup martebe dengan metode

proksimat dan kandungan gizi unggulan yaitu vitamin C dengan metode

Iodometri, dan penentuan waktu kadaluwarsa dilakukan dengan uji sensoris.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian batasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana formula sirup martebe yang sesuai dengan karakteristik

markisa dan terong belanda?

2. Bagaimana tingkat kesukaan panelis terhadap sirup martebe ?

3. Bagaimana kandungan gizi berdasarkan analisis proksimat pada sirup

martebe?

4. Bagaimana perubahan kadar vitamin C sirup martebe selama proses

pengolahan ?
6

5. Berapa porsi sirup martebe agar vitamin C memenuhi kebutuhan tubuh?

6. Berapa waktu kadaluwarsa sirup martebe ?

E. Tujuan Penelitian

Dari uraian rumusan masalah di atas, maka dapat ditujukan tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Menemukan formula pembuatan sirup martebe yang tepat.

2. Mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sirup martebe.

3. Mengetahui kandungan gizi sirup martebe dengan metode analisis

proksimat.

4. Mengetahui perubahan kadar vitamin C yang terkandung pada sirup

martebe selama pengolahan.

5. Mengetahui porsi sirup martebe untuk memenuhi kecukupan vitamin C.

6. Menentukan waktu kadaluwarsa sirup martebe.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari pembuatan sirup martebe ini adalah :

1. Menambah alternatif jenis sirup di pasaran.

2. Mempermudah masyarakat mengkonsumsi sari buah markisa dan terong

belanda.

3. Mampu menciptakan minuman sebagai peningkat daya tahan tubuh,

penambah nafsu makan dan sebagai minuman yang menyegarkan.

4. Dapat menjadikan bahan acuan untuk riset-riset berikutnya.


7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bahan Pangan Baku

1. Markisa (Passiflora ligualaris)

Markisa berasal dari daerah tropis Amerika seperti Brasil, yang

menyebar sampai ke Indonesia. Di Brasil markisa tumbuh di hutan-hutan

basah yang mempunyai ratusan species passiflora. Di Indonesia, markisa

mudah ditemukan di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Sulawesi Selatan.

(Anin, 2004)

Gambar 1. Buah Markisa

Empat macam jenis markisa yang dibudidayakan di Indonesia adalah


markisa ungu (Passiflora Edulis var. Edulis), markisa konyal (Passiflora
Lingularis), markisa kuning (Passiflora edulis var flavicarpa) dan markisa
erbis (Passiflora quadrangularis). Markisa ungu banyak dikembangkan di
Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan. (Anin, 2004).

Markisa dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia, karena Indonesia


termasuk daerah tropis. Markisa bukanlah buah musiman jadi dapat di
peroleh kapan saja, panen dapat dilakukan terus menerus, dengan interval
15 hari dan produksinya semakin meningkat dengan bertambahnya umur
sampai tahun ke-6, dan akan menurun setelah tahun ke-7. Panen tahun ke-
8

2 sebesar 9,6 ton/ha, tahun ke-3 meningkat menjadi 19,7 ton/ha, dan
sampai tahun ke-5 mencapai 22,27 ton/ha. Tahun ke-7 mulai menurun
menjadi 15,6 ton/ha, dan tahun ke-9 turun lagi menjadi 9,2 ton/ha. Namun
demikian tetap tergantung dengan perawatan tanaman, semakin terawat,
umur produksi semakin lama (anonim, 2009).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman

markisa diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)


Definisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berbiji berkeping dua)
Ordo : Passiflorae
Famili : Passifloraceae
Gunus : Passiflora
Spesies : Passiflora quadrangularis L., P. edulis
(Rahmat Rukmana, 2003:15)

Para ahli botani mencatat lebih dari 400 jenis markisa yang tumbuh di
dunia; 40 spesies di antaranya berasal dari Amerika Selatan; 40 spesies
berasal dari Asia, Australia, dan Pasifik Selatan; serta 11 spesies berasal
dari Madagaskar. Saat ini, terdapat 20 spesies markisa yang dapat dimakan
(dikonsumsi), namun hanya 5 spesies yang dibudidayakan secara
komersial. Tanaman markisa merupakan tumbuhan semak atau pohon
yang hidup menaun (perennial) dan bersifat merambat atau menjalar
hingga sepanjang 20 m atau lebih. Batang tanaman berkayu tipis, bersulur,
dan memiliki banyak percabangan yang kadang-kadang tumbuh tumpang
tindih. Pada stadium muda, cabang tanaman berwarna hijau dan setelah tua
berubah menjadi hijau kecoklatan. Daun tanaman sangat rimbun, tumbuh
secara bergantian pada batang atau cabang. Tiap helai daun bercaping tiga
dan bergerigi, daun berwarna hijau (Rahmat Rukmana, 2003:15-16)

Tanaman markisa mulai berbuah pada umur satu tahun; dan masa

produksi dapat berlangsung selama 5-6 tahun (Rahmat Rukmana,

2003:16). Satu pohon dapat menghasilkan ratusan buah. Ukuran buah

bervariasi, mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar mentimun

suri. Bentuk dan warna kulit buah juga bervariasi; oblong (bundar), bulat,

ataupun lonjong panjang; dengan warna kulit hijau, orange, kuning,


9

coklat, atau ungu. Buah muncul dari ketiak daun dan berdompol, setiap

dompol terdiri atas sembilan butir atau lebih.

Biji buah markisa berbentuk gepeng, berukuran kecil, dan berwarna


hitam. Masing-masing biji terbungkus oleh selaput lendir yang
mengandung cairan yang berasa asam. Jaringan biji (pulp) mempunyai
aroma khas markisa, berwarna kuning, dan berlendir. Biji markisa
mengandung 0,3% zat kapur; 0,66% fosfor; 12,7% zat putih telur; 9,33%
lemak; dan 59,2% serat kasar; serta 18,3% pati. Biji markisa dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman. Namun, dalam skala
komersial (perkebunan), perbanyakan tanaman markisa pada umumnya
menggunakan organ vegetatif yang berupa setek batang atau setek cabang.
(Rahmat Rukmana, 2003:16)

Jenis dan spesies markisa yang sudah dikenal oleh para ahli botani,

terdapat empat jenis markisa yang dibudidayakan secara komersial, yaitu:

a. Markisa Ungu (Passiflora edulis var. edulis)

Markisa ungu juga disebut siuh “markisa masam”. Nama

internasional untuk markisa ungu adalah purple passion fruit. Markisa

jenis ini banyak diusahakan di Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan) dan

Kabupaten Karo (Sumatra Utara).

Gambar 2. Buah markisa ungu

Jenis markisa ungu mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:


1) Batang tanaman halus terkulai, agak berkayu, berumur panjang, dan
bersifat marambat atau menjalar.
2) Tanaman mampu berbuah lebat, pembuahan berlangsung dua kali
setahun.
10

3) Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua atau masak


berwarna ungu tua sampai coklat tua.
4) Kulit buah agak tipis, namun cukup kuat sehingga tahan terhadap
kerusakan selama pengangkutan.
5) Buah berbentuk bulat agak lonjong atau oval, berdiameter antara
5,0 cm-5,5 cm, dan berasa asam dengan aroma wangi yang kuat
sehingga cocok dibuat sirup atau jus.
Rahmat Rukmana (2003:16)

b. Markisa Kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener)

Markisa kuning disebut juga rola atau yellow passion fruit.

Markisa jenis ini merupakan hasil mutasi dari bentuk markisa ungu.

Jenis markisa ini banyak dibudidayakan secara komersial di Kuba,

Puertoriko, Suriname, Venezuela, Kolombia, Haiti, dan Brasil (Rahmat

Rukmana, 2003:17). Di Indonesia, markisa kuning banyak ditanam di

Pelabuan Ratu, Suka Bumi, Jawa Barat. Persilangan (hybrid) antara

markisa ungu (yang beraroma kuat) dan markisa kuning (yang

memiliki kadar sari buah tinggi). (anonim, 2005)

Gambar 3. Buah markisa kuning

Adapun karakteristik markisa kuning adalah sebagai berikut:


1) Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua berwarna kuning
berbintik-bintik putih.
2) Buah berukuran sebesar bola tenis, berdiameter 5cm-6cm, dan
beraroma sangat kuat.
3) Rasa buah asam dengan jus berwarna kuning sehingga cocok buat
jus atau sirup.
(Rahmat Rukmana, 2003:17)
11

c. Markisa Orange / Konyal (Passiflora liqularis Juss)

Konyal banyak ditanam didaerah Lembang (Jawa Barat) sehingga

popular disebut markisa konyal Lembang.

Gambar 4. Buah markisa Orange

Varietas ini mempunyai karakteristik morfologi sebagai berikut:


1) Batang tanaman agak halus, sedikit berkayu, berumur panjang, dan
bersifat menjalar.
2) Buah berbentuk oval sampai bulat lonjong, berukuran panjang 5 cm
- 7 cm.
3) Buah muda berwarna ungu, sedangkan buah tua atau masak
berwarna kuning tua.
4) Biji keras, berjumlah banyak, dan berwarna cokelat kekuningan.
Selaput biji mengandung cairan yang manis sehingga dapat
dikonsumsi sebagai buah segar.
(Rahmat Rukmana, 2003:19)

d. Erbis (Passiflora quadranularis Simson)

Markisa erbis mudah dirambatkan pada para-para sehingga banyak

ditanam di pekarangan.

Gambar 5. Buah markisa erbis


12

Ciri khas markisa erbis yang membedakannya dengan jenis markisa


yang lain adalah sebagai berikut:

1) Batang dan cabang tanaman berukuran besar, berbentuk segi


empat, dan bersifat merambat atau menjalar.
2) Bunga berukuran besar dengan bentuk dan warna yang indah serta
beraroma harum.
3) Buah berukuran besar (mencapai 2 ½ kg/buah) dan berbentuk bulat
sampai oblong dengan panjang 20 cm - 25 cm.
4) Kulit buah tipis, berwarna hijau kekuning-kuningan.
5) Daging buah tebal (± 4 cm) dan enak dikonsumsi dengan ditambah
sirup dan es.
6) Biji berbentuk gepeng, diluputi oleh selaput yang mengandung
cairan berasa asam.
(Rahmat Rukmana, 2003:20)

Dari keempat jenis markisa tersebut, hanya dua jenis markisa yang

biasa di budidayakan secara komersial dalam skala perkebunan Indonesia,

yaitu markisa siuh dan markisa konyal.

Buah markisa dilapisi oleh lapisan serupa dengan jeli yang rasanya

manis dan beraroma khas. Dapat dikonsumsi segar bersama bijinya, dan

disamping itu dapat pula diolah menjadi sirup atau selai markisa. Markisa

mengandung nutrisi yang cukup lengkap dan berguna untuk kesehatan

diantaranya passiflorine yang berkhasiat menenangkan urat syaraf. Buah

ini mengandung zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C dan berbagai

mineral lainnya. (Fruit Export Development Center, 2005). Di negara

Amerika Selatan secara tradisonal mengkonsumsi markisa sebelum tidur

bisa membantu tidur (Ipteknet, 2006). Adapun komposisi buah markisa

segar adalah kulit 52%, jus (sari buah) 34%, biji 14%
13

Bagian yang boleh dimakan adalah 48% dari buah. Kandungan gizi

dalam setiap 100 g bagian buah markisa yang boleh dimakan, dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Gizi Buah Markisa Tiap 100 g

Komponen Kadar
Air (g) 75
Unsur Surih (g) 1,5-2,5
Protein (g) 2,2-2,5
Vitamin A (SI) 500
Karbohidrat (g) 15-20
Vitamin B Kompleks (mg) 1,8
Vitamin C (mg) 20-30
Lemak (g) 1,75-1,5
Abu (g) 0,6-0,80
Gula (g) 1,5-3
Sumber: Rut Widya Sari (2010:18)

Selain memiliki kandungan vitamin yang cukup, markisa juga

memiliki rasa yang enak dan aroma yang khas. Selain vitamin markisa

juga mengandung gula, air dan gizi lainnya seperti protein, lemak dan

mineral.

Hasil olahan buah markisa yang sudah ada di pasaran adalah sirup

markisa dengan beraneka jenis, selai markisa, serbuk minuman instant,

sari buah segar (juice), juice markisa dengan campuran terong belanda

juga sudah ada di pasaran, namun pada umumnya markisa yang digunakan

adalah markisa orange atau konyal, juice ini juga dikenal dengan nama

juice martebe.
14

2. Terong belanda (Cyphonmandra betacea Sendt)

Terong belanda (Cyphonmandra betacea Sendt) atau terung kori,

terung madras dikenal juga dengan nama salanun kabiun mulai

dikembangkan di Bogor, Jawa Barat sejak tahun 1941 (Kumalaningsih,

2006:16).

Terong belanda berupa perdu yang rapuh, tingginya 2-3 (-8) m,


pangkal batangnya pendek, percabangannya lebat. Daunnya tunggal,
berselang-seling, bentuknya bundar telur sampai bentuk jantung,
berukuran (10-35) cm x (4-20) cm, berpinggiran rata, berbulu halus,
permukaannya menonjol, berujung lincip dan pendek, biasanya daun-daun
itu berada hampir di ujung pucuk, memiliki bau seperti lembu kutub;
tangkai daun 7-10 cm panjangnya. (http://id.wordpress.com/tag/deskripsi-
terung-belanda 16 Juni 2010).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman terong

belanda diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)


Definisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berbiji berkeping dua)
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Gunus : Solanum
Spesies : S. betaceum
Nama binomial : Solanum betaceum
(Kumalaningsih, 2006:16)

Keterangan:
a. Gambar buah terong belanda
yang masih muda.
b. Gambar terong belanda yang
sudah masak beserta isinya.
c. Gambar hasil panen terong
belanda yang sudah masak dan
melimpah.

Gambar 6. Buah Terong Belanda


15

Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras, kulit buah terong belanda

mengandung suatu zat yang rasanya pahit, tetapi zat ini dapat di buang

dengan cara mengupas kulitnya atau menyeduhnya dengan air panas

selama 4 menit (Suyanti, 2010:56). Mengganti air setelah merebusnya 3-4

menit dan memanaskannya kembali dapat mengurangi rasa pahit dan sepat

buah yang masih muda. Sebagian besar vitamin akan hilang karena proses

pengolahan, seperti perebusan (http://id.wordpress.com/tag/deskripsi-

terung-belanda 16 Juni 2010).

Kandungan gizi dalam setiap setiap 100 g bagian buah terong belanda

yang boleh dimakan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Gizi Terong Belanda Tiap 100 g

Komponen Kadar
Air (g) 85
Protein (g) 1,5
Vitamin A (SI) 150-500
Karbohidrat (g) 10
Serat 1,4-4,2
Vitamin C (mg) 25
Lemak (g) 0,006-1,28
Abu (g) 0,7
Sumber: Kumalaningsih (2006:17)

Terong Belanda mengandung provitamin A yang baik untuk kesehatan

mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan, panas dalam dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral penting seperti potasium, fosfor

dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan. Serat yang

tinggi di dalam terong belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan

sembelit / konstipasi. Terong Belanda mengandung antosianin yang

termasuk ke dalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis


16

antioksidan. Serat yang tinggi di dalam terong belanda bermanfaat untuk

mencegah kanker dan sembelit / konstipasi.

Buah terong belanda dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk. Buah

mentah dapat digunakan untuk masakan acar, kari ataupun sambal.

Buahnya yang matang cocok diolah menjadi sirup, selai, minuman jus,

rujak, sebagai hiasan es krim atau menjadi bahan campuran salad.

(http://id.wordpress.com/tag/deskripsi-terung-belanda 16 Juni 2010).

B. Formula Produk Acuan

1. Pengertian Sirup

Menurut SNI 01-3544-1994, sirup didefinisikan sebagai larutan gula

pekat (sakarosa : High Fructose Syrup dan atau gula inversi lainnya)

dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan.

Definisi sirup yang lain yaitu sejenis minuman ringan berupa larutan

kental dengan cita rasa beraneka ragam, biasanya mempunyai kandungan

gula minimal 65 % (Satuhu, 1994). Sedangkan menurut Lisdiana

Fachruddin (2002:11), Sirup adalah cairan yang kental dan memiliki kadar

gula terlarut yang tinggi, namun hampir tidak memiliki kecenderungan

untuk mengendapkan Kristal. Sirup juga bisa disebut sebagai minuman

manis yang memiliki beraneka macam rasa. Viskositas (kekentalan) sirup

disebabkan oleh banyaknya ikatan hydrogen antara gugus hidroksil (OH)

pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya. Secara

teknik maupun dalam dunia ilmiah, istilah sirup juga sering digunakan

untuk menyebut cairan kental, umumnya residu, yang mengandung zat


17

terlarut selain gula. Untuk meningkatkan kadar gula terlarut, biasanya

sirup dipanaskan, larutan sirup menjadi super jenuh.

Dalam pembuatan sirup ini, sirup yang digunakan sebagai acuan

adalah sirup buah dan menggunakan sirup buah markisa, sehingga lebih

mudah dalam pengembangannya, meskipun markisa yang digunakan

berbeda tapi tetap menggunakan acuan yang sama. Untuk menambah cita

rasa, aroma, dan daya tarik pada umumnya sirup tersebut di campur

dengan bahan-bahan tertentu, seperti asam sitrat, zat pewarna, pengawet,

essence sari buah tertentu. Meskipun sama-sama berupa cairan gula kental,

dan secara sekilas tidak terlihat kekhasannya yang mencolok, namun

sirup-sirup yang di pasaran banyak jenisnya (Lies Suprapti, 2005:12).

Jenis-jenis Sirup dan Sari Buah yang ada dipasaran antara lain:

a. Sari Buah : cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran


buah segar yang telah masak.
b. Sari Buah Encer (dapat langsung diminum) : Cairan buah yang di
peroleh dari pemerasan atau penghancuran buah segar, dilanjutkan
dengan penambahan air dan gula pasir.
c. Sari Buah Pekat / Sirup Buah : Cairan yang dihasilkan dari pemerasan
atau penghancuran buah segar dan di lanjutkan dengan proses
pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara
lain seperti penguapan dengan hampa udara. Sirup ini tidak dapat
langsung diminum, tetapi harus diencerkan dengan air terlebih dahulu,
pada umumnya perbandingan sirup dengan air adalah (1:5).
(Tri Margono, dkk, 2000:16)
d. Sirup Mapel : Sirup yang di dapatkan dari pohon maple yang terdapat
di Amerika Utara. Sirup ini merupakan 70% sakarosa dan glukosa
dalam air. Penyusun utama dalam sirup ini adalah sakarosa.
e. Corn Sirup : Merupakan produk sampingan dalam pengolahan jagung,
rasanya tidak semanis sirup gula. Dibuat dari pati jagung dengan
menambah sejenis enzim sehingga berbentuk sirup kental. Corn sirup
akan memberikan efek moist pada kue. Ada 2 jenis corn sirup yaitu
light corn syrup and dark corn syrup.
18

f. Golden Syrup : Sirup dengan warna kuning keemasan yang dibuat dari
ampas molasses.
g. Simple Syrup : Sirup hasil campuran gula dengan air yang
perbandingannya 1:1 simple syrup biasanya di gunakan untuk olesan
agar memberikan efek lembab pada permukaan cake.
(http://rumahgula.sitego.com/index.htm tanggal akses 04 Februari
2011)

2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pembuatan Sirup Buah

Menurut Lisdiana Fachruddin (2002:9), bahan yang digunakan untuk

membuat sirup buah terdiri atas: buah, gula, asam sitrat, zat penjernih, zat

penstabil, zat pewarna, dan zat pengawet apabila diperlukan. Bahan-bahan

tambahan yang berupa asam sitrat, zat penjernih, zat penstabil, zat

pewarna, dan zat pengawet hendaknya diperoleh dari toko yang menjual

bahan-bahan kimia khusus, sehingga tingkat kemurniannya dapat terjamin.

Berikut uraian dari masing-masing bahan pembuatan sirup buah:

a. Buah

Sirup buah dapat dibuat dari bermacam-macam buah. Keadaan

buah yang digunakan sebagai bahan bakunya, sangat menentukan

pembuatan sirup buah tersebut. Buah yang digunakan dalam

pembuatan sirup buah harus berada dalam keadaan cukup matang dan

segar. Selain itu, harus dipilih buah yang memiliki cita rasa dan flavor

yang menarik, cukup tajam, tidak hambar, dan mengandung cukup

banyak asam. Adapun beberapa jenis buah yang sering diolah menjadi

sirup buah antara lain adalah nanas, mangga, jeruk, jambu biji, tomat,

markisa, nangka, sirsak.


19

Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi sirup buah, erat

hubungannya dengan komposisi buah yang digunakan. Adapun

komposisi buah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor

genetik, tingkat kematangan, cara penanaman, dan faktor lingkungan

pertumbuhan tanaman tersebut. Oleh karena itu, untuk

mempertahankan stabilitas kualitas sari buah yang dihasilkan,

hendaknya digunakan buah-buahan yang berasal dari varietas dan

daerah penanaman yang sama. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh

komposisi sirup buah yang seragam.

b. Gula

Pemanis, memiliki peranan yang besar pada penampakan dan cita

rasa sari buah yang dihasilkan. Di samping itu, pemanis juga bertindak

sebagai pengikat komponen flavor. Pemanis yang paling umum

digunakan dalam pembuatan sari buah ditingkat rumah tangga ialah

sukrosa, yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai gula pasir.

Rasa manis sukrosa bersifat murni, karena tidak ada after taste,

yaitu cita rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama. Sukrosa,

umum digunakan sebagai standar tingkat kemanisan bagi bahan

pemanis lainnya. Adapun konsentrasi gula yang ditambahkan pada

pembuatan sirup buah berkisar antara 11%-15%.

Untuk tingkat industri, selain sukrosa dapat pula digunakan gula

dari jenis fruktosa dan High Fruktosa Syirup (HFS). Fruktosa memiliki

rasa yang lebih manis dari pada sukrosa, yaitu dengan tingkat
20

kemanisan 1,7-1,8 kali lebih manis dibandingkan sukrosa. Fruktosa

juga aman digunakan bagi penderita diabetes, karena hanya memberi

pengaruh yang sangat kecil terhadap tingkat insulin dan gula dalam

plasma. Penggunaan HFS dalam produk minuman sangat

menguntungkan, karena selain bersifat siap pakai sehingga praktis

dalam penggunaannya, HFS juga memiliki harga yang relatif lebih

murah dibandingkan sukrosa. Didalam perdagangan, dikenal adanya

jenis HFS 42% dan HFS 55%. Angka persentase ini berkaitan dengan

kadar fruktosa yang terkandung dalam HFS tersebut.

c. Air

Seluruh air yang digunakan dalam proses pengolahan baik secara

langsung (digunakan sebagai salah satu bahan penyusun produk)

maupun secara tidak langsung (sebagai bahan pembantu, seperti dalam

pencucian, perendaman, seterilisasi, dan sebagainya) harus memenuhi

beberapa persyaratan standar air minum, yang antara lain sebagai

berikut:

1) Tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak berbau

2) Bersih dan jernih

3) Tidak mengandung logam atau bahan kimia berbahaya

4) Derajat kesadahan nol

5) Tidak mengandung mikroorganisme berbahaya (misalnya

Eschericiacoli)
21

d. Asam Sitrat

Asam sitrat termasuk dalam golongan flavorabhancer atau bahan

pemacu rasa. Bahan pemacu rasa merupakan bahan tambahan yang

diberikan pada suatu produk pangan untuk memberikan nilai lebih

pada rasa, sesuai dengan karakteristik produk pangan yang dihasilkan.

Biasanya, bahan pemacu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil.

Asam sitrat sebagai bahan pemacu rasa, banyak digunakan dalam

industri, terutama industri makanan karena memiliki tingkat kelarutan

yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak, dan tidak bersifat

racun.

Didalam pembuatan sirup buah, asam sitrat digunakan untuk


mangatur pH, terutama yang menggunakan buah-buahan dengan
tingkat keasaman yang rendah sehingga tidak cukup untuk
menghasilkan pH seperti yang diinginkan. Penggunaan asam sitrat
juga berfungsi untuk memberikan rasa dan aroma yang khas pada sirup
buah, meningkatkan flavor (mengimbangi rasa manis), serta
memperpanjang umur simpan (mengawetkan) sirup buah tersebut.
Umumnya, penambahan asam sitrat dilakukan hingga pH sirup buah
yang dihasilkan mencapai ± 4,5 yaitu pH yang diinginkan untuk sirup
buah. Namun, sari buah yang telah cukup asam tidak perlu ditambah
asam sitrat. (Lisdiana Fachruddin, 2002:10)

e. Pewarna

Pewarna di tambahkan ke dalam minuman atau sirup buah karena

beberapa alasan, di antaranya adalah untuk memperbaiki warna

aslinya, untuk memperoleh warna standar, dan untuk menarik

konsumen. Pada umumnya, pewarna yang di tambahkan kedalam

minuman adalah berupa pewarna sintetik. Adapun pewarna sintetik

yang banyak di gunakan antara lain adalah tartazine, sunset yellow


22

FCF, carmoisine, indigotion, green S, dan caramel. Beberapa jenis

pewarna sintetik yang diizinkan untuk digunakan adalah Hijau S

(Foodgreen S, CI / Foodgreen 4, CI No. 44090) dengan dosis

maksimal 70 mg/liter produk siap konsumsi, Kuning FCF (Sunset

yellow FCF) dengan dosisi maksimal 70 mg/liter produk siap

konsumsi, Tartrazin (Tatrazine) dengan dosis maksimal 70 mg/liter

produk siap konsumsi. (Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.

722/Menken/Per/IX/88)

f. Bahan pengawet

Fungsi utama dari penggunaan bahan pengawet adalah untuk

mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan

sehingga masa simpan makanan / minuman dapat diperpanjang.

Penggunaan bahan pengawet kimia mempunyai beberapa keuntungan,

antara lain yaitu makanan atau minuman dapat tetap awet meskipun

disimpan pada suhu kamar. Pengawetan dengan cara ini lebih

ekonomis bila di bandingkan dengan pemanasan dan pendinginan.

Namun, apabila sirup buah yang dibuat hanya sedikit dan langsung

dikonsumsi, tidak perlu ditambah dengan bahan pengawet.

Bahan pengawet yang paling umum digunakan untuk sirup buah


ialah natrium benzoat. Natrium benzoat memiliki bentuk kristal putih,
berasa manis dan kadang-kadang sepet. Garam natrium benzoate ini
lebih mudah larut dalam air dari pada asam benzoat. Natrium benzoate
efektif digunakan pada pH 2,5-4,0 (asam). Oleh karena itu, semakin
tinggi tingkat keasaman sirup buah, semakin sedikit natrium benzoat
yang dibutuhkan. Dalam pembuatan sirup buah, natrium benzoate
digunakan dengan dosis antara 0,05%-0,1%. Penggunaan natrium
benzoat pada kadar tersebuat relatif tidak mempengaruhi rasa dan
aroma sirup buah (Lisdiana Fachruddin, 2002:11).
23

g. Bahan Penjernih

Sebagian besar konsumen menyukai sirup buah yang nampak


jernih. Ada dua cara penjernihan yang umum digunakan dalam
pembuatan sirup buah, yaitu penjernihan enzimatis dan non-enzimatis.
Penjernihan enzimatis dilakukan dengan menggunakan enzim
pektinase, sedangkan penjernihan non-enzimatis dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan adsorben misalnya gelatin, bentonit, asam
tanat, kasein, albumin (putih telur), dan madu. Untuk meningkatkan
keefektifan penjernihan, dapat digunakan kombinasi antara dua atau
lebih bahan penjernih. (Lies Suprapti, 2004:9)

Sirup yang jernih didapat dari proses pembuatan yang higienis

dengan perebusan minimal 100°C. Gula yang digunakan juga

mempengaruhi kejernihan sirup, sebaiknya menggunakan gula yang

putih dan bersih. Dalam penggunaan air, sirup yang jerih tanpa

endapan didapat dari air yang bersih dan sehat seperti air dalam

kemasan.

h. Bahan Penstabil

Bahan penstabil merupakan suatu zat yang dapat berfungsi

menstabilkan, mengentalkan, atau memekatkan suatu makanan yang

dicampur dengan air (Lies Suprapti, 2004:9), sehingga dapat

membentuk suatu cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen

pada waktu yang relatif lama. Makanan olahan yang mengandung

bahan penstabil diantaranya adalah susu kental manis, jeli, mentega, es

krim, dan sirup (Lisdiana Fachruddin, 2002:12).

Dalam proses pembuatan sirup buah, pada waktu buah diekstrak /


disaring akan diperoleh cairan yang berisi partikel-partikel yang
berasal dari pulp (bubur) buah, sehingga sari buah tampak keruh.
Sebagian konsumen justru senang dengan keadaan sirup yang keruh
ini. Kondisi yang keruh ini dipertahankan apabila pembentukan
endapan atau gumpalan pada sari buah dapat dicegah. Adapun
24

pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan bahan


penstabil kedalam sirup buah sehingga tidak terjadi pemisahan antara
cairan dengan endapan pada sirup buah tersebut. Zat-zat yang
termasuk dalam bahan penstabil diantaranya adalah gum arab, gelatin,
agar-agar, natrium alginate, pectin, karagenan, dan CMC (Lisdiana
Fachruddin, 2002:12).

3. Standar Kualitas Sirup

Berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) yang dikeluarkan oleh

Departemen Perindustrian, kualitas sirup secara umum ditetapkan sebagai

berikut: (Lies Suprapti, 2005 b)

a. Sirup Kualitas 1 : kadar gula minimal 65 %

b. Sirup Kualitas 2 : kadar gula 60 % - 65 %

c. Sirup Kualitas 3 : kadar gula 55 % - 60 %

Departemen Kesehatan juga mengeluarkan persyaratan tertentu

mengenai kandungan unsur-unsur dalam sirup yang dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Syarat Kandungan Unsur -Unsur dalam Sirup

No. Jenis Unsur Persyaratan


Gula (Sukrosa dan Sakarin
1 Invernt yang dihitung sebagai Minimal 55%
sakarosa)
2 Zat Pewarna Tidak Berbahaya
3 Zat Pemanis Buatan Negatif
Zat Pewangi (Essence),
4 Glukosa, Bahan Pengkilat Boleh ditambahkan
(agar-agar)
Logam berbahaya (Cu, Hg,
5 Negatif
Pb, dan As)
Bahan pengawet (dihitung
6 Maksimal 350 mg / kg
sebagai asam benzoat)
7 Pati, Jamur, dan Ragi Negatif
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 722/Menken/Per/IX/88
25

Tabel 4 Syarat Mutu Sirup SNI 01-3544-1994

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan


1 Keadaan:
1.1 Aroma - Normal
1.2 Rasa - Normal
Gula jumlah (dihitung sebagai
2 % (b/b) Min 65
sakarosa)
3 Bahan Tambahan Makanan:
3.1 Pemanis Buatan - Tidak boleh ada
3.2 Pewarna Tambahan - Sesuai SNI 01-0222-1995
3.3 Pengawet - Sesuai SNI 01-0222-1995
4 Cemaran Logam:
4.1 Timah (Pb) Mg/kg Maks. 1,0
4.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 10
4.3 Seng (Zn) Mg/kg Maks 25
4.4 Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks 0,5
5 Cemaran Mikrobia:
5.1 Angka Lepeng Total Koloni/ml Maks 5x102
5.2 Coliform APM/ml Maks 20
5.3 E.Coli APM/ml <3
5.4 Salmonella Koloni/25n Negatif
5.5 S.aureus Koloni/ml 0
5.6 Vibrio cholera Koloni/ml Negatif
5.7 Kapang Koloni/ml Maks 50
5.8 Khamir Koloni/ml Maks 50
Sumber : Dewan Standarisasi Nasional (1994)

4. Faktor Penentu Kualitas

Beberapa hal yang ikut menentukan kualitas sirup buah antara lain

sebagai berikut :

a. Gula

Kadar gula dalam sirup akan menentukan kualitas sirup tersebut,

penggunaan sakarin atau siklamat akan sangat merugikan (berkaitan

dengan akibat yang ditimbulkannya), (Lisdiana Fachruddin, 2002:14).


26

b. Endapan

Adanya endapan dalam sirup akan menimbulkan kesan negatif.

Misalnya: sirup terkesan kotor (dibuat melalui proses yang kurang

hegienis), atau sirup telah melampaui masa simpannya (Sudah

kadaluwarsa). (Lisdiana Fachruddin, 2002:13)

c. Cita rasa dan aroma

Cita rasa dan aroma sirup akan menunjukkan tingkat kesegaran dan

keasliannya (benar-benar dibuat dari bahan baku asli).

d. Kualitas bahan baku

Kualitas bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sirup akan

sangat menentukan kualitas sirup yang dihasilkan. buah yang dipilih

yang telah benar-benar matang dan tidak rusak (dalam kondisi baik).

(Lisdiana Facrhuddin, 2002:14)

5. Faktor Penentu Daya Tahan

Beberapa faktor yang menentukan daya tahan atau daya simpan sirup

antara lain sebagai berikut :

a. Kadar Gula

Sirup dengan kadar gula yang semakin tinggi akan memiliki daya

tahan yang semakin tahan lama. Gula dalam konsentrasi tinggi, selain

berfungsi sebagai pemanis juga dapat berfungsi sebagai pengawet.

(Lies Suprapti, 2005:12)


27

b. Bahan Pengawet

Meskipun hanya dalam kadar yang minimal, namun keberadaan

pengawet dalam sirup akan memperpanjang daya tahannya (Lisdiana

Facrhuddin, 2002:13)

c. Penerapan sistem pengawetan

Penerapan sistem pengawetan meliputi pengemasan dan

pasteurisasi akan dapat memperpanjang daya tahan produk.

(Lies Suprapti, 2005 b)

6. Proses Pengolahan

Proses pengolahan pada sirup melalui beberapa tahapan proses,

mulai dari pemilihan buah yang berkualitas baik, pencucian, pengupasan,

penghalusan penambahan bahan hingga proses pembotolan dan

pesteurisasi dan kemudian pelabelan pada botol. Adapun proses

pengolahan sirup buah pada umumnya dapat dilihat pada Gambar 7.


28

Buah

Air Pencucian
bersih

Pemisahan isi
Kulit

Penghalusan
dengan blender
Botol

Bahan tambahan: Pemasakan


(Air, Gula, Na Perebusan
Benzoat, Glukosa),
Pengemasan
(Botol steril) Botol Steril

Sirup Buah Dalam Kemasan

Air bersih
mengalir Pendinginan

Pemberian label

Penyimpanan

Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Sirup Buah

(Sumber: Suyanti, 2010:52)


29

7. Peralatan Pengolahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pembuatan sirup adalah:

a. Blender

Terbuat dari bahan eliktrik berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan

buah.

b. Timbangan

Timbangan yang digunakan ada dua yaitu timbangan digital dan

timbangan manual yang berfungsi untuk menimbang berapa banyak

bahan yang akan digunakan.

c. Ballon wisk

Terbuat dari stainless steel yang digunakan untuk tempat buah setelah

dihaluskan.

d. Saringan

Saringan yang digunakan ada tiga yang pertama dari stainless steel

untuk menyaring buah pertama, yang kedua dari plastik yang ukuran

lubangnya lebih kecil, dan yang ketiga dari kain agar kotoran yang

kecil mampu tersaring.

e. Pisau

Terbuat dari bahan stainless steel yang berfungsi untuk mengupas dan

memotong buah.

f. Telenan

Terbuat dari kayu yang digunakan untuk alas memotong.


30

g. Sendok

Terbuat dari bahan stainless steel yang digunakan sebagai alat bantu

untuk mengeluarkan isi buah.

h. Gelas ukur

Terbuat dari plastik yang digunakan untuk mengukur bahan cairan.

i. Panci

Terbuat dari bahan stainless steel yang digunakan untuk mendidihkan

sirup.

j. Sendok sayur

Terbuat dari stainless steel yang digunakan untuk mengaduk sirup

pada saat proses pembuatan.

k. Kompor

Kompor yang digunakan adalah kompor gas, untuk pemasakan sirup

pada proses pembuatan.

8. Karakteristik Produk

Sirup markisa memiliki karakteristik yang kental dan ada juga yang

encer / cair, rasa manis dan sedikit asam, dan menyegarkan, umumnya

berwarna kuning. Sirup markisa dapat diseduh dengan air panas, biasa,

maupun dingin. Baik dikonsumsi setiap hari, karena kandungan yang ada

di dalamnya cukup untuk kebutuahan tubuh. Hasil survey sirup markisa

yang telah ada dipasaran dapat dilihat pada Tabel 5.


31

Tabel 5. Karakteristik Produk Sirup Markisa Yang Telah Ada Dipasaran

Sampel / Produk
Karakteristik Sirup Sirup
Markisa a Markisa b
Warna Kuning jernih Kuning
Aroma Masam Masam
Rasa Manis, agak asam Manis, asam
Kekentalan Cair Kental mengalir
Ket: Tanda a = Sirup Super Pohon Pinang Marquisa
dan Tanda b = Sirup GK Markisa Asli Super Quality

Dari tabel diatas dapat dilihat ada beberapa produk sirup markisa,

perbedaan dapat dihasilkan karena buah markisa yang digunakan berbeda

dan kandungan gulanya juga berbeda.

C. Uji Kesukaan

Uji kesukaan merupakan pengujian dimana panelisnya mengemukakan

respon yang berupa senang dan tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji.

Setelah ditemukan produk yang tepat, kemudian dilanjutkan uji kesukaan

dengan metode hedonic test. Pada dasarnya uji hedonic merupakan pengujian

yang panelisnya mengemukakan responnya yang berupa suka atau tidaknya

terhadap sifat bahan yang diuji. Pada pengujian ini diminta mengemukakan

pendapatnya secara spontan tanpa membandingkan dengan sampel standar

atau sampel-sampel yang diuji sebelumnya, sehingga sebaiknya penyajian

sampel dilakukan secara berurutan dan tidak bersama-sama. Panelis yang

digunakan adalah panelis tidak terlatih atau panelis agak terlatih.


32

Skala nilai yang digunakan hampir sama dengan skala nilai pada uji

scoring tetapi yang di nilai bukan intensitas sifat melainkan derajat kesukaan

terhadap sampel. Biasanya skala nilai yang digunakan berupa numeric dengan

keterangan variabelnya, atau keterangan variabelnya saja dengan kolom-

kolom yang dapat diberi tanda (silang = X atau centang = √) oleh panelis.

Skala nilai dibuat arah vartikal atau horizontal. Contoh borang dapat dilihat

dilampiran.

Kegunaan uji hedonic untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap sesuatu

bahan atau produk, atau memberikan penilaian berupa rangking / urutan suka

tidaknya terhadap sifat suatu bahan atau produk. Panelis yang digunakan

sebaiknya dalam jumlah yang besar yang mewakili populasi masyarakat

tertentu.

Bila menggunakan skala garis atau skala verbal, maka harus dikonversi
menjadi skala numeric untuk selanjutnya ditabulasi. Dari hasil tabulasi dapat
dihitung rata-rata, standar deviasi dan analisis varian. Bila terdapat perbedaan
nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut LSD, DMRT, atau uji lanjut lainnya.
Analisis data uji hedonic dengan cara ranking sama dengan analisis data pada
uji ranking, yaitu trasformasi data lebih dulu untuk selanjutnya dihutung
analisis varian (Nani Ratnaningsih, 2008:1-3).

D. Analisis Proksimat

Analisis prosimat yang dikembangkan oleh Wander Experiment Station di

Jerman oleh Hamberg dan Stocman pada tahun (1985), adalah suatu metode

analisis yang ada pada makanan. Cara ini di pakai hampir diseluruh dunia dan

disebut Analisis Proksimat. Analisis Proksimat ada 5 yaitu kadar air, abu,

lemak, protein, dan karbohidrat. Dari analisis tersebut maka dapat dihitung
33

angka kecukupan gizi dari suatu bahan pangan yang dapat memberikan

informasi gizi kepada masyarakat.

1. Kadar Air

Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting

dalam bahan makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber

nutrein seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial dalam

kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup.

Dalam prosesing bahan makanan, air yang dipergunakan memerlukan


persyaratan kebersihan yang tinggi untuk keperluan pengolahan bahan
makanan ini, persyaratan air sama dengan persyaratan air minum (portable
water) yaitu tidak mengandung mikrobia penyebab sakit perut dan
penyakit lain (pathogen), tanpa rasa atau tanpa bau yang tidak dikehendaki
dan tidak berwarna. ( Slamet Sudarmadji dkk, 1989:64)
Kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan berbagai

cara yaitu, metode pengeringan (Thermograrimetri), metode destilasi

(Thermevolumetri), metode khemis / kimiawi, metode Fasis dan metode

khusus.

2. Kadar Abu

Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu badan organic.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan

pengabuannya.

Penentuan abu total dapat dikerjakan dengan pengabuan secara kering


atau cara langsung dan bisa secara basah atau tidak langsung. Penentuan
kering adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang
tinggi, yaitu sekitar 500-600˚C dan kemudian melakukan penimbangan zat
yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Jajo, 2010:110).
Pengabuan basah terutama digunakan untuk digesti sampel dalam

usaha penentuan trace elemen dan logam beracun. Prinsipnya adalah


34

memberikan reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum dilakukan

pengabuan.

3. Kadar Lemak

Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid,

yaitu senyawa organik yang terdapat didalam pelarut organic non polar.

Minyak atau lemak merupakan komponen bahan makanan yang penting

(Anton Apriyantono, 2009).

Istilah minyak atau lemak sebenarnya tergantung pada suhu kamar,


bahan tersebut dalam keadaan cair atau padat. Bila dalam suhu kamar
dalam keadaan cair, maka disebut minyak. Sebaliknya bila dalam keadaan
padat disebut lemak. Lipid atau Lipida lebih merupakan istilah ilmiah,
yang mencangkup baik minyak maupun lemak. (Anton Apriyantono,
2009)
Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan Lipida adalah daya

larutnya dalam pelarut organik atau sebaliknya ketidak larutnya dalam

pelarut air. Larut dalam pelarut non polar misalnya etanol, eter, klorotom,

dan benzene (Sunita Almatsier, 2003:56). Lemak menggandung lebih

banyak karbon dan lebih sedikit oksigen dari pada karbohidrat, oleh karena

itu lebih banyak mepunyai nilai tenaga. (Suhardjo dkk,1997:43)

Lemak tidak dapat larut dalam bahan pelarut kimia. Bahan-bahan dan

senyawa lain akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya

dengan zat pelarut, tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya

proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam

keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah

larutan serta dapat diekstraksi dengan air. Akstraksi asam lemak yang

terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahakan asam


35

sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali

mudah diekstraksi dengan non-polar.

Dalam teknologi makanan, lemak memegang peran penting karena

lemak memiliki titik didih yang tinggi 200˚C lemak juga memberikan rasa

gurih yang spesifik.

4. Kadar Protein

Protein merupakan senyawa organik kompleks yang terdapat pada

senyawa jenis tanaman, binatang dan mikroorganisme. Protein disusun

oleh asam amino, asam amino memiliki struktur yang berbeda-beda yang

akan mempengaruhi sifat protein. Asam amino akan berkaitan dengan

ikatan peptide kerangka dasar atau struktur dasar tersebut, bahwa terminal

protein adalah gugus amino (terminal N) dan gugus karboksil (terminal C).

protein pada bahan pangan dapat dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif. Analisis protein kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa

metode yaitu metode Kjiedhl, metode Biuret, metode Lowry-Follin,

metode pengecetan, metode Turbidimetri, dan metode Titrasi Farmol.

Metode analisis protein mempunyai karakteristik dan disesuaikan dengan

tujuan analisis protein. Metode titrasi formol ditentukan banyaknya

nitrogen total yang terdapat pada bahan pangan dan berdasarkan gugus

terminal protein.

Kadar protein dapat dicari dengan diketahui faktor konversi. Bahan


mempunyai faktor konversi yang tidak sama, maka digunakan faktor
konversi 6.25. Metode titrasi formol digunakan untuk mengetahui
pemecahan protein, karena pemecahan atau hidrolisis protein dan jumlah
gugus terminal akan bertambah. (Slamet Sudarmadji, 1997:54)
36

5. Kadar Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi yang terdiri dari tiga elemen, yaitu atom

karbon, hidrogen, dan oksigen. Analisis karbohidrat yang biasa dilakukan

antara lain penentuan jumlah karbohidrat secara kuantitatif dalam rangka

menentukan komposisi suatu bahan makanan dan penentu sifat fisis atau

kimiawi dengan pembentukan kekentalan, stabilitas larutan dan tekstur

dari olahan (Slamet Sudamadji dkk, 1989:74). Adapun metode yang

digunakan dalam menganalisis kadar kabohidrat yaitu menggunakan by

difference. Perhitungan yaitu berat sampel (kadar air + kadar abu + kadar

protein + kadar lemak)

E. Vitamin C

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan

memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini

juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat

(Kim Do dkk, 2002:17). Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan

yang mampu menangkal berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya

antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam (Nirmala

Devi, 2010:65).

Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan

pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat

mencegah sariawan (Bednar, C, 1994). Albert Szent-Gyorgyi menerima

penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk
37

penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal peranannya

dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi. Pada beberapa

penelitian lanjutan ternyata vitamin C juga telah terbukti berperan penting

dalam meningkatkan kerja otak (Kim Do dkk, 2002:16). Dua peneliti di Texas

Woman's University menemukan bahwa murid yang tingkat vitamin C-nya

dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik

dibandingkan murid jumlah vitamin C-nya lebih rendah. (Kim Do dkk,

2002:17)

Beberapa hal yang berkaitan dengan vitamin C adalah sebagai berikut:

1. Sifat Vitamin C

a. Tidak tahan panas, alkali dan oksidasi kecuali dalam suasana asam

b. Rusak oleh penyimpanan

c. Berbentuk kristal putih, berasa asam

(Nirmala Devi, 2010:66)

2. Fungsi Vitamin C

Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis

protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang

rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia (Nirmala Devi, 2010:66).

Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar,

pendarahan kecil, dan luka ringan. Vitamin C juga berperan penting dalam

membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran (Nirmala

Devi, 2010:67). Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan

radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin ini


38

juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga

mampu menangkal nitrit penyebab kanker (Nirmala Devi, 2010:66).

Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan

nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung

nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang

sampai 81% (Bednar, 1994:45)

Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat sariawan,

baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi

mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi),

cepat lelah, otot lemah dan depresi (Nirmala Devi, 2010:66). Di samping

itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti

kolestrol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek (Bednar,

1994:45).

3. Sumber Vitamin C

Sumber vitamin C pada hewan terdapat pada ikan, hati dan ginjal.

Vitamin C paling banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, seperti

jambu biji, papaya, jeruk, kiwi, stroberi, markisa, tomat, arberi, terong

belanda, asparagus, kol, susu, mentega, kentang, gandaria, daun katuk,

daun kelor, tangkil (melinjo), daun singkong, daun talas, daun tangkil

(melinjo), dan brokoli (Nirmala Devi, 2010:65-67).

4. Pengaruh Pengolahan Terhadap Vitamin C

Penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering

menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizinya, yang sebagian besar


39

tidak diinginkan. Zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan akan rusak

pada sebagaian besar proses pengolahan karena sensitif terhadap pH,

oksigen, sinar dan panas atau kombinasi diantaranya. Zat gizi mikro

terutama tembaga dan zat besi serta enzim kemungkinan sebagai katalis

dalam proses tersebut (Nurheni Sri Palupi, 2007). Proses pengolahan

terhadap vitamin C akan mudah hilang bila bahan makanan / buah terlalu

banyak terkena cahaya, oksigen, tembaga dan zat besi. Pada proses

pengolahan disarankan jangan memotong bahan makanan terlalu kecil dan

jangan menggunakan suhu api yang tinggi, serta disarankan jangan

menggunakan alat olah yang terbuat dari tembaga dan besi.

Penyimpanan pada buah pada suhu (≤ 0˚C) membuat vitamin C pada

buah stabil namun penyimpanan pada suhu (≤ 7-9˚C) membuat vitamin C

yang ada pada buah hilang 50%, dan pada makanan kaleng / buah kaleng

dengan adanya proses blancing membuat vitamin C lebih banyak hilang

(Nurheni Sri Palupi, 2007).

5. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin C

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin C dapat menyebabkan:

a. Kekurangan (defisiensi) vitamin C dapat menyebabkan scurvy dengan

gejala fatigo, lemah, pernafasan pendek, kram otot, sakit tulang dan

otot, serta hilang nafsu makan. Selain itu, kulit menjadi kering, kasar,

dan bintik biru kemerahan. (Nirmala Devi, 2010:66)


40

b. Kelebihan vitamin C

The Food and Nutrition Board, U.S. National Academy of

Sciences menetapkan bahwa batas maksimum vitamin C yang masih

dapat ditoleransi oleh tubuh dan tidak memberikan efek samping

paling tidak 2000 mg per hari. Namun, lebih aman bagi kesehatan

untuk mengonsumsi vitamin C kurang dari 1000 mg per hari. Untuk

itu, bila asupan vitamin C telah dapat dicukupi oleh konsumsi

makanan sehari-hari, maka suplemen vitamin C berlebihan tidak

diperlukan. Konsumsi vitamin C lebih dari 1000 mg per hari dapat

menyebabkan mual, gangguan sistem pencernaan, kram perut, diare,

dan meskipun mekanismenya belum jelas kemungkinan faktor

terjadinya batu ginjal meningkat. Perlu diingat, bahwa dampak negatif

tersebut banyak ditemukan pada konsumsi suplemen vitamin C bukan

pada konsumsi natural dari bahan makanan.

Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi setiap orang,

tergantung pada kebiasaan hidup masing-masing. Kebiasaan yang

berpengaruh di antaranya adalah merokok, minum kopi, atau minuman

beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang, antibiotik

tetrasiklin, antiartritis, dan obat tidur. Kebiasaan merokok

menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Nikotin yang berdampak

sama buruknya adalah kafein, sedangkan stres, demam, infeksi, dan

berolahraga juga meningkatkan kebutuhan vitamin C (Bednar,

1994:46).
41

F. Angka Kecukupan Gizi

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah jumlah zat-zat gizi yang hendaknya

dikonsumsi tiap hari untuk angka waktu tertentu sebagai bagian dari diet

normal rata-rata orang sehat. Oleh sebab itu, perlu mempertimbangkan setiap

faktor yang berpengaruh terhadap absorpasi zat-zat gizi atau episiensi

penggunaan didalam tubuh. Untuk sebagian zat gizi, sebagian dari kebutuhan

dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu zat yang didalam tubuh kemudian

dapat diubah menjadi zat gizi asensial. Pada kebanyakan zat gizi, pencernaan

dan absorpsinya tidak komplit, sehingga AKG yang dianjurkan harus sudah

memperhitungkan bagian zat gizi yang tidak diabsorpsinya (Sunita Almatsier,

2001:299).

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) oleh Recommended


Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi essensial, yang
berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan
hampir samua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan Angka
Kebutuhan Gizi (dietary requirements). “Angka Kebutuhan Gizi adalah
banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang baik” (Sunita Almatsier, 2006).

Perhitungan AKG berdasarkan acuan label gizi produk pangan yang

ditetapkan oleh keputusan kepala BPOM RI. No. HK. 00.05.52.6291. Th.

2007, sesuai dengan kelompok konsumen. Pangan yang disertai dengan

penyertaan mengandung zat gizi mineral dan vitamin atau zat gizi lainnya

harus mencantumkan tentang kandungan gizi lainnya harus mencantumkan

tentang kandunagan gizi pada pangan dalam ersentase dari angka kecukupan

gizi yang dianjurkan.


42

G. Pengemasan

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada didalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan, dan getaran. Dari
segi promosi kemasan berfungsi sebagai daya tarik pembeli (Suyitno,
1990:16).

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan

barang menjadi siap untuk ditransportasikan, distribusikan, disimpan, dijual,

dan dipakai (Nirmana, 2000). Adanya wadah atau pembungkus dapat

membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang

yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran sarta gangguan

fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu pengemasan berfungsi untuk

menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai

bentuk-bentuk yang memudahkan dalam menyimpan, pengangkutan dan

distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai

perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi

dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaan.

Menurut Nirmana (2000), dalam menentukan fungsi perlindungan dari


pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang
akan dilindungi. Mutu produk ketika sampai kepada konsumen tergantung
pada kondisi bahan mentah, metode pengolahan, dan kondisi penyimpanan.

Dengan demikian fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:
1. Kemampuan / daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam
penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penumpukan.
2. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai resiko dari luar seperti udara,
sinar matahari, bau asing, benturan, dan kontaminasi mikroorganisme.
3. Kemampuan sebagai daya tarik konsumen
Informasi penampilan seperti: bentuk, warna, dan keindahan bahan
kemasan.
43

4. Persyaratan Ekonomi:

a. Mampu memenuhi keinginan pasar.

b. Mempunyai ukuran yang sesuai norma atau standar yang ada.

c. Mudah dibawa

d. Mudah dibentuk kembali.

Selain mempertimbangkan estetika menurut Nirmana (2000), sebuah

desain kemasan yang ditujukan untuk penjualan harus memenuhi beberapa

kriteria, antara lain:

1) Stands out (menonjol)

Kriteria yang paling penting adalah bahwa kemasan harus

menonjol. Kalau kemasan tidak atau kurang menonjol maka ia akan

kehilangan fungsinya, karena suatu produk harus bersaing dengan

berpuluh-puluh produk lainnya dalam kategori yang sama di tempat

penjualan. Salah satu cara adalah dengan penggunaan warna yang

cermat, karena konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada

melihat bentuk atau rupa. Warna yang pertama kali terlihat bila produk

berada di tempat penjualan. Warna yang terang akan lebih terlihat dari

jarak jauh, karena memiliki daya tarik dan dampak yang lebih besar.

2) Contents (Isi)

Kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan dan

apa yang terkandung dalam produk. Misalnya, pada kemasan produk-

produk makanan biasanya dicantumkan kandungan gizi produk tersebut


44

dan berapa kalori yang dihasilkan setelah konsumen mengkonsumsi

produk tersebut.

3) Distinctive (Unik)

Secara keseluruhan desain kemasan harus unik dan berbeda dengan

produk pesaing.

4) Suitable (Sesuai)

Desain kemasan harus sesuai dengan produk yang dikemas. Misalnya,

bentuk kemasan botol untuk produk cair.

Jenis Bahan-Bahan Kemasan Menurut Iyus H (2008):

a) Logam (Besi dan Aluminium)

Digunakan untuk pengalengan makanan dan minuman yang

memiliki kelebihan, yaitu menjaga dari benturan mekanis, kedap

terhadap gas dan uap air, tahan terhadap suhu tinggi (sterilisasi) dan

cocok untuk bahan pangan yang peka terhadap cahaya. Namun bahan

ini juga memiliki kelemahan, yaitu Produk tidak kelihatan, relatif lebih

berat, biaya tinggi dan korosi.

b) Tin Plate

Terdiri atas lembaran baja dengan pelapis timah, digunakan untuk

pengalengan makanan dan minuman yang memiliki kelebihan, yaitu

mengkilap, kuat, tahan karat. Numun bahan ini juga memiliki

kelemahan, yaitu tidak bisa disolder, terjadi perubahan warna akibat

reaksi dengan bahan pangan yang mengandung sulfur.


45

c) Kertas

Terdiri atas kertas kardus, berpelapis, kardus gelombang yang

memiliki kelebihan, yaitu harganya murah, mudah didapat, mudah

diberi label. Namun bahan ini juga memiliki kelemahan, yaitu peka

terhadap kandungan air dan kelembaban lingkungan.

d) Glass

Digunakan untuk minuman (juice, sirup, minuman ringan, minuman

keras atau beverages) yang memiliki kelebihan terlihat ekslusif, tidak

tembus gas, dan uap air, aman, tembus pandang sehingga produk dapat

di lihat. Namun bahan ini juga memiliki kelemahan, yaitu mudah

pecah (fragile), relatif berat, energi pembuatannya besar.

e) Kayu

Penggunaan kayu sebagai bahan kemasan sudah mulai berkurang,

terutama untuk krat minuman telur, buah-buahan, bahan pallet dan

kemasan sekunder atau tersier yang kuat namun mahal dan berat.

f) Plastik

Banyak digunakan untuk produk-produk makanan dan minuman olahan yang

memiliki kelebihan, yaitu murah, fleksibel, mudah didapat. Namun bahan ini

juga memiliki kelemahan bereaksi pada produk, tidak tahan panas, porous.

Jenis-jenis kemasan plastik :


(a) Polyethylen terephalate (PET) : botol minuman berkarbonasi, dll.
(b) High-denasty polyethylene (HDPE) : wadah air.
(c) Polyvinyl Cloride (PVP) : makanan, sampho.
(d) Low-denasty polyethylene (LDPE) : tas, pelapis.
(e) Polyproplyene (PP) : instant mie, youghurt.
(f) Polystyrine : wadah makanan, gelas.
(Iyus, 2008)
46

H. Penentuan Waktu Kadaluwarsa

Setiap makanan mempunyai batas waktu kadaluwarsa yang berbeda-beda.

Namun yang pasti, makanan tersebut akan mencapai batas waktu tertentu

sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Produk pangan atau makanan

akan mengalami penurunan mutu dengan bertambahnya waktu. Faktor yang

mempengaruhi penurunan mutu itu diantaranya adalah suhu, kelembapan,

oksigen dan sinar. Kecepatan penurunan mutu itu tergantung jenis produk,

kemasan dan kondisi lingkungan penyimpanan. Penurunan mutu produk

tersebut bisa dicerminkan oleh ketengikan akibat oksidasi oleh O2, tumbuhnya

mikrobia karena kondisi lingkungan yang memungkinkan, perubahan cita

rasa, perubahan wujud dari cair menjadi kristal akibat penguapan atau bubuk

menjadi gumpalan akibat penyerapan uap air. Sementara itu indicator yang tak

tampak atau dirasakan bisa diperlihatkan dari penurunan kandungan mutu

protein karena proses denaturasi. (F.G. Winarno, 1993:382).

Jenis parameter yang diuji tergantung pada jenis produknya. Untuk produk

berlemak parameternya biasanya adalah ketengikan. Produk yang disimpan

dalam bentuk beku parameternya berupa pertumbuhan mikroba. Produk

berbentuk bubuk, cair, atau kering parameter yang diukur adalah kadar airnya.

(F. G. Winarno, 1993:382)

1. Secara Sensoris

Salah satu penentuan kualitas produk makanan adalah sifat-sifat


yang dimiliki produk makanan yang dapat dilihat atau dirasakan dengan
panca indera manusia. Sifat-sifat ini disebut sifat sensoris, antara lain
penampilan (warna, kilap, bentuk, ukuran, vikositas, konsistensi, cacat,
aroma) yang dapat ditangkap oleh indera peraba dan indera pendengar, bau
47

oleh indera pembau, dan rasa oleh indera perasa (Nani Ratnaningsih,
2008:1)

Pada pengujian sensoris, dinilai seluruh sifat bahan yang diuji

terutama sifat-sifat yang menentukan kualitas bahan tarsebut. Uji sensoris

sirup martebe ini meliputi sifat sensoris pada produk yang dinilai hanya

mengandalkan kekuatan panca inderanya. Aspek yang menjadi penilaian

adalah warna, rasa, tekstur dan aroma.

2. Uji Laboratorium

a. Uji Peroksida

Bahan makanan berlemak merupakan medium yang baik bagi

pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Kerusakan lemak di

dalam pangan dapat terjadi selama proses pengolahan dan selama

penyimpanan. Kerusakan lemak ini, menyebabkan bahan pangan

berlemak mempunyai bau dan rasa yang tidak enak, sehingga dapat

menurunkan mutu gizi bahan pangan berlemak.

Tiga penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas 3 golongan,


yaitu: 1) ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity), 2) ketengikan
oleh enzim (enzymatic rancidity), dan 3) ketengikan oleh proses
hidrolisa (hidrolitic racidity). Berbagai jenis minyak atau lemak akan
mengalami perubahan flavor dan bau sebelum terjadi proses
ketengikan, hal ini dikenal sebagai reversion. Factor yang dapat
mempengaruhi terjadinya ketengikan adalah suhu, cahaya, tersedianya
oksigen, dan adanya logam-logam yang bersifat sebagai katalisator
pada proses oksidasi. Jika suhu penyimpanan minyak atau lemak
dinaikkan, maka untuk menghasilkan flavor reversion akan lebih
singkat. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat menjadi indikasi
ketengikan minyak atau lemak (Ketaren, 1996:183)
48

b. Uji Kadar Air

Air dalam suatu bahan berada dalam tiga keadaan, yaitu bebas, air

terikat lemah dan air terikat kuat. Keberadaan air tersebut berpengaruh

dalam cara analisis kadar air. Air yang dapat diuapkan dan dibekukan

adalah air bebas dan air terikat lemah, sedangkan air terikat kuat tidak

dapat diuapkan dan dibekukan.

Analisis kadar air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu


thermogravimetri (pengeringan), thermovolumetri (destilasi),
fisikokimia dan metode khusus (kromatografi, nuclear magnetic
resonance/NMR). Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan sehingga setiap bahan dapat dianalisis dengan metode
tertentu. (Nani Ratnaningsih, 2008:15)

I. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir berfungsi membentuk bingkai penalaran, asumsi secara

rasional untuk menjelaskan tahapan penelitian terkait dengan judul yang

diangkat oleh peneliti yaitu “Pembuatan Sirup Martebe dari Buah Markisa dan

Terong Belanda Sebagai Sumber Vitamin C Bagi Tubuh”. Sirup Martebe

merupakan pengembangan dari sirup buah, yaitu sirup buah markisa. Dalam

pembuatan sirup martebe ini menggukanan dua macam buah yang sama-sama

memiliki kandungan gizi yang banyak, yaitu buah markisa kuning (Passiflora

edulis var flavicarpa) dan buah terong belanda (Cyphonmandra betacea

Sendt). Buah markisa mengandung fassiflorine yang dapat menenangkan urat

saraf, kaya akan vitamin C, vitamin A, dan juga mineral (Rahmat Rukmana,

2003:12). Buah terong belanda sendiri tidak kalah banyak manfaatnya bagi

tubuh, yaitu vitamin C yang dapat mengobati sariawan dan meningkatkan


49

daya tahan tubuh. Serat yang tinggi di dalam terong belanda bermanfaat untuk

mencegah kanker dan sembelit / konstipasi. Mineral-mineral yang ada didalam

terong belanda bermanfaat untuk menambah selera makan serta menurunkan

tekanan darah (Kumalaningsih, 2006:17).

Namun, dibalik keunggulan kedua buah tersebut termasuk kedalam jenis

buah yang memiliki banyak biji sehingga susah untuk mengkonsumsinya dan

sangat mudah rusak karena memiliki kandungan air yang banyak sehingga

tidak dapat disimpan dalam jangka panjang. Pembuatan sirup martebe ini

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan vitamin C bagi tubuh dan mampu

disimpan dalam jangka panjang.

Setelah diketahui kelebihan dan kelemahan dari kedua buah untuk

mewujudkan pembuatan sirup martebe, maka harus dilakukan beberapa

penelitian yaitu uji kesukaan, uji proksimat dan analisis pada vitamin C yang

digunakan sebagai zat gizi unggulan, menentukan nilai gizi atau angka

kecukupan gizi (AKG) untuk dicantumkan pada label nya dikemasan dan juga

menentukan waktu kadaluwarsa pada sirup martebe.

Menentukan formula sirup martebe yang tepat perlu dilakukan penelitian

tentang kelebihan dan kelemahan dari kedua buah tersebut, kemudian

dilakukan penentuan formula sirup martebe yang tepat agar dapat diterima

oleh konsumen. Dengan cara melakukan beberapa eksperimen dengan

komposisi perbandingan bahan yang dibedakan.

Dari uraian diatas berikut diagram alir kerangka berfikir yang dapat dilihat

pada Gambar 8.
50

Markisa T.Belanda

Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan


- Hasil melimpah - Blm banyak
- Mengandung dikenal
- Mengandung
- Pengembangan vitamin C vitamin A, B
produk olahan blm masyarakat.
banyak
- Mengandung - Buah mudah rusak komleks, dan
- Buah mudah rusak vitamin A - Memiliki banyak vitamin C.
- Mengandung biji sehingga - Mengandung
- Memiliki banyak biji
mineral susah utk fosfor.
sehingga susah utk mengkonsumsinya
mengkonsumsinya. - Mengandung - Pengembangan
- Mengandung
Passiflorance produk olahan protein.
blm banyak

Sari buah markisa & terong belanda

Teknik Olah Pembuatan Sirup

Sirup Martebe

Pembuatan Produk: Bussines Plan


- Formulasi Sirup
- Nilai Gizi Sirup
[Analisis proksimat,
Vitamin C, AKG]
- Waktu Kadaluwarsa. Keterangan:
- Pengemasan Sirup : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 8 : Diagram Alir Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian:

a. Tempat Pembuatan Produk, waktu Kadaluwarsa dan Kemasan

Laboraturium Boga Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana,

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

b. Tempat Uji Kesukaan

Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta.

c. Tempat Analisis Proksimat dan Zat Gizi Unggulan

Laboraturium Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, UGM.

2. Waktu Penelitian

a. Pengambilan mata kuliah : Februari 2010

b. Penentuan formulasi : Maret 2010

c. Pengujian tingkat kesukaan : Juni 2010

d. Pengujian kandungan gizi : Juli 2010

e. Pembuatan label : Agustus 2010

f. Penyusunan Laporan : Agustus 2010 – Maret 2011

51
B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan dan Alat Pembuatan

a. Bahan pembuatan sirup martebe

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sirup martebe

antara lain adalah buah markisa kuning (Passiflora edulis var

flavicarpa), buah terong belanda (Cyphonmandra betacea Sendt),

sedangkan bahan tambahan dalam pembuatan sirup martebe adalah

gula pasir, air, glukosa, dan Na Benzoat.

b. Alat pembuatan sirup martebe

Tabel 6. Alat Pembuatan Sirup Martebe

No. Nama Alat Spesifikasi Fungsi


Memotong dan
1 Pisau Stainless steel
mengupas buah
2 Telenan Kayu Alas memotong
3 Kom adonan Stainless steel Wadah isi buah
Untuk
mengeluarkan isi
4 Sendok Stainless steel
buah dan
mengambil bahan
Menghaluskan
5 Blender Elektrik (Miyako)
buah
Ukuran 1-5 Kg dan
6 Timbangan Menimbang bahan
digital
Plastik (berlubang Manyaring sari
7 Saringan kecil), kain tipis buah sebelum dan
(berlubang kecil) sesudah diolah
Mengukur bahan
8 Gelas Ukur Plastik (1 ltr)
cair
Merebus sirup dan
9 Panci Stainless steel
botol
Sendok
10 Stainless steel Mengaduk sirup
Sayur
Perapian proses
11 Kompor Rinnai
merebus

52
2. Bahan dan Alat Uji Kesukaan

Bahan yang digunakan dalam uji kesukaan adalah 3 formula sirup

martebe dan air minum dalam kemasan. Alat yang digunakan dalam uji

kesukaan adalah borang, pena, nampan, cup.

3. Bahan dan Alat Analisis Proksimat

a. Bahan dan Alat Analisis Kadar Air

Bahan yang digunakan dalam analisis kadar air adalah buah

markisa, buah terong belanda, campuran sari buah markisa dan terong

belanda, sirup markisa, sirup martebe. Untuk bahan kimia

tamabahannya adalah kapur aktif, asam sulfat, silica gel, almunium

oksida, kalium khlorida, kalium hidroksida, kalsium sulfat, barium

oksida. Alat yang digunakan antara lain neraca analitis, botol

timbangan, mortar porselin, penjepit, eksikator, oven.

b. Bahan dan Alat Analisis Kadar Abu

Bahan yang digunakan dalam analisis kadar abu adalah sirup

martebe dan bahan kimianya adalah aquadest, larutan K-oksalat jenuh,

larutan NaOh 0,1 N, Indikator pp 1%, larutan formalidehid 40%. Alat

yang digunakan antara lain oven, alat penggiling, arthor thomasmill,

ayakan 40 mesh, kers porselin, muttb, ekskator

c. Bahan dan Alat Analisis Kadar Lemak

Bahan yang digunakan dalam analisis kadar lemak adalah sirup

martebe dan bahan kimianya adalah petroleum ether, ethsnol,

ammonium hidroksida, ethil, ether, petroleum ether, ammonium

53
hidroksida. Alat yang digunakan antara lain oven, labu lemak,

timbangan analitik, pemanasan listrik, pemanasan uap.

d. Bahan dan Alat Analisis Kadar Protein

Bahan yang digunakan dalam analisis protein adalah sirup martebe

dan bahan kimia seperti H2SO4, aquades, HaOH, metil merah atau

biru, zink, Hcl, asam borat, larutan protein, SO4, Na2S2O3. Alat yang

digunakan antara lain labu takar, labu kjeldhal 500ml, erlanmeyer,

buret, corong.

e. Bahan dan Alat Analisis Kadar Serat Kasar

Bahan yang digunakan dalam analisis serat kasar adalah sirup

martebe, dan bahan kiminya adalah alkali, selulosa, lignin dan

pentosan, antifoam agen, H2SO4, aquades, NaOH, K2SO4. Alat yang

digunakan antara lain ayakan diameter 1 mm, soxhlet, Erlenmeyer 600

ml, tutup pendingin balik, kertas saring, spatula, desikator dan

timbangan.

4. Bahan dan Alat Analisis Vitamin C

Bahan yang digunakan dalam analisis vitamin C adalah buah markisa,

buah terong belanda, sari buah markisa dan terong belanda, sirup markisa,

sirup martebe, sedangkan bahan kimianya adalah aquades, indicator

amilum 1%, larutan iodine 0,01N. Alat yang digunakan dalam analisis

vitamin C adalah Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, pipet ukur 10 ml

dan 5 ml, timbangan elektronik, beaker glass, labu ukur 100 ml, buret,

blender, statif, corong, kertas saring.

54
5. Bahan dan Alat Pembuatan Kemasan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kemasan pada sirup martebe

adalah botol kaca, penutup botol dan kertas stiker untuk mencetak

labelnya. Alat yang digunakan dalam pembuatan sirup martebe adalah

printer, tinta warna, plastik label, gunting.

6. Bahan dan Alat Penentu Kadaluwarsa (sensoris)

Bahan yang digunakan utuk menentukan waktu kadaluwarsa adalah

sirup martebe, air penetral (aqua gelas) dan alat yang digunakan adalah

borang uji sensoris dan bolpoint.

C. Langkah Penelitian

1. Alur Penelitian

Pada penelitian ini memiliki alur yang dimulai dari pembuatan produk

sirup martebe sampai pada analisis data dari sirup ini. Untuk memperjelas

alur penelitian maka dibuatlah diagram alir seperti pada Gambar 9.

55
Analisis
Markisa Terong Belanda Kadar Air &
Vit. C

Pembuatan Sari Buah


Analisis
Kadar Air & Sari Buah Markisa & Terong Belanda
Vit. C
Rancangan Formula

F1 F2 F3

Uji Kesukaan

Sirup Martebe Yang Disukai

Analisis

Kadar Air Proksimat Vitamin C

Perhitungan Proksimat & Perubahan Vit. C Selama Pengolahan

Perhitungan Anava

Perhitungan AKG Untuk Kelompok Umum

Menentukan Waktu Kadaluwarsa

Lebeling

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian

56
2. Tahapan / Langkah Penelitian

a. Rencana Formula Produk

Sebelum dilakukan penentuan formula telah dilakukan

eksperimen terlebih dahulu. Eksperimen dilakukan sebanyak tiga

kali sehingga menemukan tiga formula sirup martebe yang tepat.

Rencana formula pada sirup martebe dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rencana Formula Produk

Resep Rancangan Formula


No Bahan Kontrol F1 F2 F3
1 Markisa 1000 g - - -
2 Markisa - 750 ml 500 ml 250 ml
3 Terong Belanda - 250 ml 500 ml 750 ml
4 Gula Pasir 1000 g 1000 g 1000 g 1000 g
5 Glukosa 300 ml 300 ml 300 ml 300 ml
6 Na Benzoat 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
7 Air 500 ml 500 ml 500 ml 500 ml

b. Proses Pembuatan Rencana Produk Sirup Martebe

Proses pembuatan rencana sirup martebe antara formula 1,

formula 2, dan formula 3 semua sama. Perbedaannya hanya pada

banyaknya bahan yang digunakan. Adapun diagram alir proses

pembuatan sirup martebe dapat dilihat pada Gambar 10.

57
Terong Belanda Buah Markisa

Air Air
bersih Pencucian bersih Pencucian

Pengupasan Kulit Pemisahan isi Kulit

Penghalusan menggunakan blender

Penyaringan 2x
Menggunakan saringan

Penyaringan 2x
Menggunakan kain
Botol
Bahan tambahan: Air, Pemasakan
Gula, Glukosa, Na (110˚-120˚C) Perebusan
Benzoat. (100˚C)

Pengemasan
(Botol steril) Botol Steril

Sirup Martebe Dalam Kemasan

Pesteurisasi

Air dingin
bersih mengalir Pendinginan

Pemberian label

Penyimpanan

Gambar 10. Diagram Alir Pembuatan Sirup Martebe

58
c. Uji Kesukaan

Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap

produk, maka dilakukan uji kesukaan. Metode yang digunakan

adalah dengan uji hedonic yaitu untuk mengetahui suka tidak

sukanya produk yang diujikan (Bambang Kartika dkk, 1998).

Bahan yang digunakan untuk uji kesukaan, yaitu borang uji

kesukaan, tiga sampel produk sirup martebe dari formula 1,

formula 2, formula 3 serta air minum sebagai penetral.

Uji hedonic test adalah menilai atau menghitung reaksi panelis

terhadap sampel yang diajukan. Uji kesukaan dengan metode

hedonic test meliputi tingkat kesukaan keseluruhan, warna, aroma,

warna, dan tekstur. Untuk memperoleh data yang lebih akurat,

maka uji kesukaan ini terdiri dari 25 panelis dari mahasiswa dan 5

panelis dari dosen Teknik Boga Jurusan PTBB FT UNY. Adapun

ketentuan kriteria penilaian sebagai berikut :

1) Sangat suka (nilai 1)

2) Suka (nilai 2)

3) Netral (nilai 3)

4) Tidak suka (nilai 4)

5) Sangat tidak suka (nilai 5)

Data yang diperoleh dari hasil uji kesukaan dianalisis

menggunakan Anava pada taraf signifikansi 5%. Apabila terdapat

59
perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan metode LSD

(Least Significant Difference).

d. Metode Analisis Proksimat

1) Metode Analisis Kadar Air

Prinsip : menggunakan metode Thermogravimetri adalah

menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan cara

pemanasan menggunakan oven pada suhu dan waktu tertentu

(100˚C-105˚C selama 3-5 jam), kemudian menimbang bahan

sampai tercapai berat konstan (selisis antara penimbangan < 0,2

mg) yang berarti semua air sudah diuapkan (Nani Ratnaningsih,

2008:3-4). Berikut cara perhitungan kadar air dalam bahan:

Berat botol timbang kosong =a


Berat botol timbang + sampel =b
Berat konstan =c
Berat bahan basah =d=b–a
Berat bahan kering =e=c–a
Berat air dalam bahan yang diuapkan =f=d–e
Kadar air bahan (wet basis = berat basah) = x 100 %
Kadar air bahan (dry basis = berat kering) = x 100 %
(Nani Ratnaningsih, 2008:9-10)

Adapun diagram alir metode kadar air dapat dilihat pada


Gambar 11.

60
Sampel

dihaluskan

ditimbang

ditempatkan pada botol yang sudah ditimbang

dikeringkan dalam oven dengan suhu 100˚C-150˚C selama 3-5 jam

dikeringkan dalam eksikator

ditimbang

dipanaskan dalam oven selama 30 menit

dinginkan dalam eksikator perlakukan hingga tercapai berat konstan

dihitung

Kadar Air Sampel

Gambar 11. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Air

61
2) Metode Analisis Kadar Abu

Perinsip : metode pengabuan kering dalam tanur dengan

pemanasan pada suhu 400˚C-600˚C (Yongki Kastanya L, 2009)

Cawan

dikeringkan dalam oven 105˚C

Dikeringkan dalam eksikator

ditimbang

Sampel
cawan sebagai berat awal

ditimbang dimasukan pada cawan

dipanaskan pada cawan

Dipanaskan dalam tanur 600˚C

dinginkan dalam eksikator selama 1 jam

ditimbang

dihitung

Kadar Abu Sampel

Gambar 12. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Abu

Kadar abu dihitung dengan rumus:

Kadar abu = X 100 %

62
3) Metode Analisis Kadar Protein

Prinsip : pengukuran kadar nitrogen (N) dari sampel dengan

menggunakan metode Kjedahl dengan 3 tahap analisisa yaitu

tahap destruksi, destilasi, dan titrasi (Yongki Kastanya L, 2009)

Sampel

dihaluskan

ditimbang

dimasukkan dalam labu Kjehdal

didestruksi (pemanasan 1 jam) H2SO4, Na2SO4 - Hgo

didinginkan

Aquades, larutan
didestilasi, diperiksa kandungan nitrogennya NaOH-Nas2o3,
butiran zink.

Larutan jenuh asam


dititrasi hingga berubah warna
boat, indikator metil

dihitung

Kadar Protein Sampel

Gambar 13. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Protein

Perhitungan jumlah total N :

Jumlah N total = X 14,008 X fgm / ml

63
4) Metode Analisis Kadar Lemak

Prinsip : menggunakan metode soxhlet, ekstraksi lemak dengan

menggunakan pelarut organik (Slamet Sudarmadji dkk, 1997)

Sampel

dihaluskan

ditimbang
larutan petroleum ether
dimasukkan dalam tabung mikro soxhlet

distilasi 4 jam ditambahkan

diaduk

diekstraksi 2 jam

larutan petroleum
dipindahkan dalam labu gondok ether

ditimbang

diuapkan diatas water bath sampai agak pekat

dikeringkan dalam oven 100˚C sampai konstan

ditimbang

dihitung

Kadar Lemak Sampel

Gambar 14. Diagram Alir Metode Analisis Kadar Lemak

64
Perhitungan :

Kadar lemak (wb) = X 100 %

Kadar lemak (db) = X 100%

5) Metode Analisis Kadar Serat Kasar

Merupakan sampel yang bebas lemak dan telah disaring


dipakai untuk mendapat serat kasar. Apabila sampel
ditambahkan 1,25% asam sulfat dan dipanaskan selama 30
menit, kemudian residu disaring, endapan yang dapat ditambah
1,25% NaOH dan dipanaskan 30 menit kemudian disaring dan
endapan yang didapat dioven, dikeringkan dan ditimbang lalu
dibakar dan hasilnya berupa abu yang ditimbang (Sukarno,
2008)

Yang disebut serat kasar disini adalah senyawa yang tidak

dicerna dalam organ pencernaan manusia atau binatang. Dalam

analisis penentuan kadar serat kasar diperhitungkan banyaknya

zat-zat yang tidak larut dalam asam encer atau basa encer

dengan kondisi tertentu.

65
e. Metode Analisis Kadar Vitamin C

Prinsip : menggunakan metode iodometri (titrasi iodine)

menggunakan larutan standar iodium 0,01 N. (Nani Ratnaningsih,

2008)
Titrasi Sampel : Sampel

ditimbang

diblender

ditimbang Aquades

dimasukan kedalam labu ukur 100ml


Ditambahkan
digojog sampai tanda
disaring dengan kertas saring

ambil 10 ml filtrate (3x)


+ 2 ml
dimasukkan kedalam erlenmeyer
amilium 1%

digojog

titrasi dengan larutan iodin 0,01N sampai berwarna biru

Titrasi Blanko
20 ml aquades + 2 ml larutan amilum

Masukan kedalam erlenmeyer

gojog

Gambar 15. Diagram Alir Analisis


titrasi dengan larutan iodin 0,01 N Kadar Vitamin C Dengan metode
sampai berwarna biru titrasi iodometri

66
f. Pembuatan Kemasan

Pembuatan kemasan sirup martebe menggunakan botol

berbahan gelas. Sebelum digunakan botol tersebut disterilisasi

dengan cara direbus (100˚C) kemudian baru dapat diisi dengan

sirup martebe.

Kemasan ini sendiri berfungsi untuk melindungi sirup martebe

daripengaruh eksternal yang dapat membahayakan sirup martebe

yang berada didalamnya. Kelebihan kemasan ini yaitu eksklusif,

tidak tembus gas dan uap air, aman tembus pandang sehingga

produk dapat dilihat, sedangkan kelemahannya yaitu mudah pecah

dan relatif berat.

Disain kemasan sirup martebe dibuat dengan kertas stiker

untuk penyampaian informasi tentang sirup martebe seperti

kandungan gizi yang terdapat pada sirup martebe, komposisi

bahan, cara penyajian atau mengkonsumsi, dan memberikan

informasi tentang waktu kadaluwarsa pada sirup martebe.

g. Penentuan Waktu Kadaluwarsa

Penentuan waktu kadaluwarsa dimaksudkan untuk mengetahui

masa atau usia produk layak dikonsumsi. Penentuan waktu

kadaluwarsa pada sirup martebe dilakukan dengan pengujian

sensoris, yang dilakukan oleh dua orang panelis.

Sistem yang digunakan adalah mengamati dengan merasakan

sirup martebe setiap hari selama proses penyimpanan. Sifat

67
sensoris yang diamati adalah apabila telah terjadi perbedaan dari

produk awal. Hal yang ditandai dengan perubahan rasa, perubahan

bau, perubahan warna, dan perubahan viskositas. Hasil pengamatan

dicatat untuk dianalisis waktu kadaluwarsanya.

h. Analisis Data

Dalam analisis data yang dilakukan adalah mengolah data

mentah berupa analisa lima sampel yaitu buah markisa, buah

terong belanda, campuran sari buah markisa dan buah terong

belanda, sirup martebe, dan sirup acuan yaitu sirup markisa.

Langkah-langkah tersebut dijelaskan dibawah ini:

1) Perhitungan penyetaraan kadar air tertentu

Hasil analisa ke lima sampel disetarakan kadar airnya

dengan kadar air pada bahan dasar yaitu buah markisa.

2) Perhitungan peningkatan atau penurunan zat gizi

Setelah diperoleh hasil penyetaraan dari masing-masing

sampel maka dapat diketahui apakah terjadi peningkatan atau

penurunan dari sampel yang dibandingkan. Perbandingan yang

pertama yaitu rerata buah markisa dan buah terong belanda

dengan campuran sari buah markisa dan terong belanda, dan

campuran sari buah markisa dan terong belanda dengan sirup

martebe. Selisih perbandingan disajikan dalam bentuk

prosentase. Apabila prosentase yang dihasilkan menunjukkan

hasil negatif (-) maka bisa dipastikan bahwa produk yang

68
dibandingkan mengalami penurunan kadar gizi. Namun apabila

prosentase yang dihasilkan menunjukkan hasil positif (+) maka

bisa dipastikan bahwa produk yang dibandingkan mengalami

peningkatan kadar gizi pada produk yang dibandingkan.

3) Perhitungan analisis varian (anava) perubahan zat gizi yang

diunggulkan

Analisis statistik dilakukan untuk menganalisis data dan

untuk mengetahui terjadinya perbedaan ataupun tidaknya kadar

vitamin C pada buah markisa, buah terong belanda, campuran

sari buah markisa dan terong belanda, sirup markisa, dan sirup

martebe. Pada penelitian ini digunakan perhitungan anava agar

perbedaan kelima sampel dapat diketahui secara signifikan.

4) Metode perhitungan AKG

Perhitungan AKG berdasarkan acuan label gizi produk

pangan yang ditetapkan oleh keputusan kepala BPOM RI. No.

HK. 00.05.52.6291. Th. 2007, sesuai dengan kelompok

konsumen. Pangan yang disertai dengan penyertaan

mengandung zat gizi mineral dan vitamin atau zat gizi lainnya

harus mencantumkan tentang kandungan gizi lainnya harus

mencantumkan tentang kandunagan gizi pada pangan dalam

persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan

(keputusan kepala BPOM No. HK. 00.05.52.6291. Th. 2007).

Metode perhitungan AKG yaitu sebagai berikut :

69
a) Menentukan jumlah satu sajian

Satu sajian merupakan rata-rata orang mengkonsumsi

produk untuk satu kali makan dan minum. Satuan satu

sajian adalah ml atau gram.

b) Menentukan berat / isi tiap kemasan

c) Menghitung energi total

Energi total = (barat lemak x 9) + (berat protein x 4) +

(berat karbohidrat x 4)

Ket : 1 gram lemak = 9 kal, 1 gram karbohidrat = 4 kal, 1

gram protein = 4 kal

d) Menghitung energi dari lemak

Energi dari lemak = Berat lemak x 9

e) Menghitung lemak total dan persentase (% AKG lemak

total )

Lemak total =

. .

B
% AKG lemak total = 100%
N AKG

f) Menghitung protein dan % protein

Protein Total =

. .

B
% AKG protein total = 100%
N AKG

70
g) Menghitung karbohidrat total % karbohidrat total

Karbohidrat Total =

. .

B KH
% AKG Karbohidrat total = 100%
N AKG KH

h) Menghitung Vitamin C dan % Vitamin C

Vitamin C total =

V .C . V .C .

B V .C
% AKG Vitamin C total = 100%
N AKG V .C

5) Penyajian label gizi

Label gizi dihitung berdasarkan kebutuhan kalori dan zat

gizi seseorang dalam kelompok tertentu. Pedoman penyajian

label gizi tersebut mengacu pada label gizi produk pangan

lampiran keputusan kepala Badan POM RI no.

HK.00.05.52.6291. label gizi dihitung berdasarkan kandungan

gizi pada produk yaitu sirup martebe pada setiap sajinya yaitu

50 ml.

71
72

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Formula Produk Sirup Martebe

Hasil formula adalah menentukan formula yang terbaik pada

pembuatan sirup martebe, formula produk sirup martebe dapat dilihat pada

Tabel 7. Proses untuk mendapatkan suatu formula yang tepat dan

berkualitas, maka terlebih dahulu mencari resep kontrol yang baik. Setelah

mendapat resep produk yang cukup baik, kemudian dilakukan tiga kali

eksperimen formula sirup martebe dengan perbandingan antara buah

markisa dengan terong belanda 75:25, 50:50, 25:75. Proses pembuatan

ketiga formula sirup martebe sama, tetapi karakteristik ketiga formula dan

produk kontrol memiliki kesamaan dan juga perbedaan karakteristik

keseluruhan, warna, aroma, rasa, viskositas. Adapun karakteristik produk

tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Produk Sirup Martebe

Resep Sirup Martebe


Karakteristik
Kontrol Formula 1 Formula 2 Formula 3
Ungu
Merah Ungu tua
Warna Kuning kemerah
kekuningan kemerahan
kuningan
Aroma Asam (++) Asam (+ + + +) Asam (+ + +) Asam (+ +)
Manis (+ + + +) (+ +) (+ + +) (+ + + +)
Rasa
Asam (+ + +) (+ + + +) (++) (+)
Viskositas (+) (+ +) (+ + +) (+ + + +)
Ket: tanda (+) semakin banyak menandakan intensitas semakin kuat.
73

Dari Tabel 8 diatas dapat dijelaskan bahwa setiap formula memiliki

warna yang berbeda hal ini dikarenakan resep kontrol hanya dari buah

markisa, formula 1 dengan kandungan sari buah markisa 75% dan 25%

sari buah terong belanda membuat warnanya menjadi merah kekuningan

karena sari buah markisa berwarna kuning dan sari buah terong belanda

berwarna ungu sehingga warna kuninglah yang lebih mendoninasi,

formula 2 dengan kandungan sari buah markisa 50% dan sari buah terong

belanda 50% sehingga membuat perpaduan warnanya menjadi unik yaitu

ungu kemerah kuningan dan formula 3 yang lebih banyak mengandung

terong belanda yaitu 25% sari buah markisa dan 75% sari buah terong

belanda membuat warnanya lebih terang dari yang lainnya yaitu ungu

kemerahan, hal itu dikarenakan kandungan sari buah terong belanda lebih

banyak.

Dari karakteristik rasa pada Tabel 8 diatas dapat disimpulkan bahwa

formula 2 yang memiliki rasa manis asam, warnanya juga lebih unik dari

formula yang lain, sehingga formula 2 ini lebih banyak disuka oleh

panelis. Untuk mengetahui bahwa sirup martebe mampu bersaing,

dilakukan survey produk olahan dari markisa yang ada di pasaran

kemudian dibandingkan dengan sirup martebe. Hasil survey dapat dilihat

pada Tabel 9.
74

Tabel 9. Perbandingan Karakteristik Produk Olahan Markisa

Sampel / Produk
Karakteristik Sirup Sirup Juice
a b Sirup Martebe
Markisa Markisa Markisa c
Kuning Kuning Kuning Ungu kemerah
Warna
(+ +) (+ + + +) (+) kekuningan
Masam Masam Masam Masam
Aroma
(+) (+ +) (+ + +) (+ + + +)
Manis (+ + +) (+) (+ + + +) (+ +)
Rasa
Asam (+ +) (+ + + +) (+) (+ + +)
Viskositas (+ +) (+ + + +) (+) (+ + +)
Ket: Tanda a = Sirup Super Pohon Pinang Marquisa
Tanda b = Sirup GK Markisa Asli Super Quality
Tanda c = Juice Q-ta Markisa
Tanda (+) semakin banyak menandakan intesitas semakin kuat.

Dari tabel diatas dapat dilihat ada beberapa produk minuman hasil dari

olahan buah markisa yang dibandingkan dengan sirup martebe. Dari

intensitas hasil survey di atas dapat disimpulkan bahwa sirup martebe juga

mempunyai kualitas yang mampu bersaing di pasaran.

2. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Produk Sirup Martebe

a. Hasil uji kesukaan terhadap keseluruhan

Dalam uji kesukaan tersebut, panelis diminta untuk memberikan

penilaian terhadap 3 sampel sirup martebe yang telah diberi kode.

Penilaian sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap keseluruhan

sirup martebe. Setelah dilakukan uji kesukaan pada keseluruhan sirup

martebe dan dilakukan perhitungan, maka dapat diperoleh hasil yang

dapat dilihat pada Tabel 10.


75

Tabel 10. Hasil perhitungan anava terhadap keseluruhan

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 2 2,222 1,11 2,32 3,15 4,98
Ulangan 29 25,660 0,88 1,85
Error 58 24,778 0,48
Total 89 55,656 0,63

Kesimpulan dari Tabel 10 yaitu hasil yang didapat adalah nilai F

Hitung lebih kecil dari pada F Tabel pada tingkat signifikasi 5% dan

1%. Jadi, tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat

kesukaan terhadap keseluruhan dari ketiga sampel sirup martebe yang

diujikan.

b. Hasil uji kesukaan terhadap warna

Dalam uji kesukaan tersebut, panelis diminta untuk memberikan

penilaian terhadap 3 sampel sirup martebe yang telah diberi kode.

Penilaian sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap warna sirup

martebe. Setelah dilakukan uji kesukaan pada warna sirup martebe dan

dilakukan perhitungan, maka dapat diperoleh hasil yang dapat dilihat

pada Tabel 11.


76

Tabel 11 Hasil Perhitungan Anava terhadap Warna

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 2 1,489 0,74 0,553 3,15 4,98
Ulangan 29 21,789 0,75 0,558
Error 58 40,511 0,70
Total 89 63,789 0,72

Kesimpulan dari Tabel 11 diatas yaitu hasil yang didapat adalah

nilai F Hitung lebih kecil dari pada F Tabel pada tingkat signifikasi 5%

dan 1%. Jadi, tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel

pada tingkat kesukaan terhadap warna dari ketiga sampel sirup martebe

yang diujikan.

c. Hasil uji kesukaan terhadap aroma

Dalam uji kesukaan tersebut, panelis diminta untuk memberikan

penilaian terhadap 3 sampel sirup martebe yang telah diberi kode.

Penilaian sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sirup

martebe. Setelah dilakukan uji kesukaan pada aroma sirup martebe dan

dilakukan perhitungan, maka dapat diperoleh hasil yang dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil Perhitungan Anava terhadap Aroma

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 2 1,089 0,55 0,80 3,15 4,98
Ulangan 29 25,790 0,89 1,30
Error 58 39,578 0,68
Total 89 66,456 0,75
77

Kesimpulan dari Tabel 12. diatas yaitu hasil yang didapat adalah

nilai F Hitung lebih kecil dari pada F Tabel pada tingkat signifikasi 5%

dan 1%. Jadi, tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel

pada tingkat kesukaan terhadap aroma dari ketiga sampel sirup

martebe yang diujikan.

d. Hasil uji kesukaan terhadap rasa

Dalam uji kesukaan tersebut, panelis diminta untuk memberikan

penilaian terhadap 3 sampel sirup martebe yang telah diberi kode.

Penilaian sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa sirup

martebe. Setelah dilakukan uji kesukaan pada rasa sirup martebe dan

dilakukan perhitungan, maka dapat diperoleh hasil yang dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13 Hasil Perhitungan Anava terhadap Rasa

Sumber Derajat Jumlah Rerata F F Tabel


Variasi Bebas Kuadrat JK Hitung 5% 1%
Sampel 2 3,356 1,68 2,15 3,15 4,98
Ulangan 29 24,722 0,85 1,09
Error 58 45,311 0,78
Total 89 73,389 0,82

Kesimpulan dari Tabel 13 diatas yaitu hasil yang didapat adalah

nilai F Hitung lebih kecil dari pada F Tabel pada tingkat signifikasi 5%

dan 1%. Jadi, tidak perlu dilakukan uji lanjut hal ini menunjukkan
78

bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat

kesukaan terhadap rasa dari ketiga sampel sirup martebe yang diujikan.

e. Hasil uji kesukaan terhadap viskositas

Dalam uji kesukaan tersebut, panelis diminta untuk memberikan

penilaian terhadap 3 sampel sirup martebe yang telah diberi kode.

Penilaian sesuai dengan tingkat kesukaan panelis terhadap viskositas

sirup martebe. Setelah dilakukan uji kesukaan pada viskositas sirup

martebe dan dilakukan perhitungan, maka dapat diperoleh hasil yang

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil Perhitungan Anava Terhadap Viskositas

Sumber Derajat Jumlah Rerata F F Tabel


Variasi Bebas Kuadrat JK Hitung 5% 1%
Sampel 2 0,27 0,14 0,54 3,15 4,98
Ulangan 29 22,23 0,77 3,09
Error 58 14,40 0,25
Total 89 36,90 0,41

Kesimpulan dari Tabel 14 diatas yaitu hasil yang didapat adalah

nilai F Hitung lebih kecil dari pada F Tabel pada tingkat signifikasi 5%

dan 1%. Jadi, tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel

pada tingkat kesukaan terhadap viskositas dari ketiga sampel sirup

martebe yang diujikan.


79

3. Hasil Kandungan Gizi pada Sirup Martebe dengan Metode Analisis

Proksimat.

Tabel 15. Hasil Pengujian Gizi pada Sirup Martebe dengan Metode Analisis Proksimat

Hasil Analisis (%)


Jenis analisis
Ulangan 1 Ulangan 2
Kadar air (%) 41,7180 41,869
Kadar abu (%) 0,2858 0,286
Kadar Lemak (%) 0,5753 0,553
Protein Total (%) 0,4662 0,463
Karbohidrat (%) 56,955 56,829
Serat Kasar (%) 0,0179 0,018

4. Hasil Perubahan Kadar Vitamin C pada Sirup Martebe Selama Pengolahan

Untuk mengetahui perubahan kadar vitamin C pada sirup martebe

selama pengolahan, kita perlu mengetahui kandungan kadar vitamin C dan

kadar air pada bahan baku, produk antara, dan sirup hasil produk. Hasil

dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 16. Hasil Uji Vitamin C, Proksimat dan Kadar Air

Hasil Analisis (%)


No Sampel Jenis Analisis
Ulangan 1 Ulangan 2
Kadar air (%) 85,915 85,942
1 Buah Markisa (BM)
Vitamin C (mg /100g) 42,123 42,191
Buah Terong Belanda Kadar air (%) 89,255 89,057
2
(BTB) Vitamin C (mg / 100g) 21,780 23,294
Campuran Sari Buah
Kadar air (%) 93,301 93,284
3 markisa dan Terong
Belanda (CSBMTB) Vitamin C (mg / 100g) 24,992 25,555
Kadar air (%) 74,644 74,664
4 Sirup Markisa (SM)
Vitamin C (mg /100g) 6,360 6,629
Kadar air (%) 41,718 41,869
Kadar abu (%) 0,286 0,286
Kadar Lemak (%) 0,575 0,553
5 Sirup Martebe (SMT) Protein Total (%) 0,466 0,463
Karbohidrat (%) 56,955 56,829
Serat Kasar (%) 0,018 0,018
Vitamin C (mg / 100g) 26,628 26,242
80

Hasil penelitian kadar vitamin C pada sampel dengan penyetaraan

kadar air 85,9151 % dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Kadar Vitamin C Sampel Tiap 100 g Pada Penyetaraan Kadar Air
85,9151%

Ulangan
Sampel Rerata
1 2
Buah Markisa 42,123 42,271 42,197
Buah Terong Belanda 28,551 29,983 29,267
Campuran Sari Buah
Markisa dan Terong 47,562 53,587 50,575
Belanda
Sirup Markisa 3,533 3,685 3,609
Sirup Martebe 6,435 6,358 6,396

Dari hasil tabel diatas untuk mengetahui signifikasi atau tidaknya

perubahan kadar vitamin C yang terjadi, maka dilakukan perhitungan

analisis varian (anava). Alasan menggunakan perhitungan anava, karena

sampel yang digunakan dalam penelitian ada 5 sampel yaitu buah markisa

dan buah terong belanda sebagai bahan baku, campuran sari buah markisa

dan terong belanda sebagai produk antara, sirup markisa sebagai produk

acuan, dan sirup martebe sebagai hasil produk. Data yang digunakan untuk

perhitungan anava adalah menggunakan data hasil penelitian kadar

vitamin C sirup martebe, buah markisa, buah terong belanda, campuran

sari buah markisa dan terong belanda, sirup buah acuan setelah
81

penyetaraan kadar air sebesar 85,9151 %. Cara perhitungannya dapat

dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Data Analisis Varian Pada Perhitungan Anava Untuk Mengetahui
Perubahan Kadar Vitamin C Karena Penambahan Bahan

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 4 3523,465 880,8663 264,8027** 6,39 15,98
Ulangan 1 5,895 5,895 1,772133
Error 4 13,306 3,3265
Total 9 3542,666

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan analisis varian hasil

yang didapat adalah nilai F Hitung lebih besar dari pada F Tabel pada

tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan sangat nyata pada kadar vitamin C selama proses pengolahan

sirup martebe. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap sampel maka

diperlukan uji lanjutan yang dapat dilakukan dengan LSD (Least

Significant Difference) dan nilai rerata sampel dibandingkan dengan nilai

pembanding 8,2025 yang dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Uji Lanjut LSD (Least Significant Difference)

Nilai Rerata
No. Sampel
Sampel
Campuran Sari Buah
1 Markisa dan Terong 50,575 a
Belanda
2 Buah Markisa 42,197 a
3 Buah Terong Belanda 29,267 b
4 Sirup Martebe 6,397 c
5 Sirup Markisa 3,609 d
Ket: Huruf yang berbeda pada kolom menunjukan adanya
perbedaan nyata pada taraf signifikasi 5%.
82

Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa campuran sari

buah markisa dan terong belanda (CSBMTB) tidak berbeda nyata dengan

buah markisa (BM), namun berbeda nyata dengan sirup martebe (SMT),

buah terong belanda (BTB), dan sirup markisa (SM). Buah markisa (BM)

berbeda nyata dengan buah terong belanda (BTB), sirup martebe (SMT),

dan juga Sirup markisa (SM). Buah terong belanda (BTB) berbeda nyata

dengan sirup martebe (SMT) dan sirup markisa (SM). Begitu pula dengan

sirup martebe (SMT) yang berbeda nyata dengan sirup markisa (SM). Dari

perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada

sirup martebe mengalami penurunan karena adanya proses prngolahan.

5. Hasil Perhitungan Porsi Sirup Martebe untuk Memenuhi Kecukupan

Vitamin C

Nilai acuan label gizi untuk kelompok umum yang dikeluarkan oleh

Kepala BPOM pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Nilai acuan label gizi untuk umum


Nilai acuan label gizi untuk
No Gizi umum
Satuan Nilai
1 Energi Kal 2000
2 Lemak Total g 62
3 Protein g 60
4 Karbohidrat g 300
5 Serat Makanan g 25
6 Vitamin C mg 90
Sumber: Keputusan Kepala Badan POM Nomer HK.00.05.5.1142, 2007
83

Untuk mengetahui besar porsi Sirup Martebe untuk memenuhi

kecukupan vitamin C maka perlu diketahui terlebih dahulu melalui

perhitungan untuk satu sajian produk dan isi produk pada setiap kemasan.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka diperoleh hasil pada satu sajian

adalah 50 ml dengan cara penyajian 1:5, yaitu 1 bagian sirup dicampur

dengan 5 bagian air. Jumlah sajian pada setiap kemasan adalah 12 porsi

dan volume dalam satu kemasan sebanyak 630 ml. Cara perhitungan dapat

dilihat pada Lampiran.

Setelah melalui perhitungan diatas, maka langkah berikutnya adalah

menghitung energi total, energi dari lemak, lemak total, protein, serat

makanan, dan vitamin C. untuk langkah-langkah perhitungannya dapat

dilihat pada lampiran.

Proses selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mencari %

Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari lemak total, protein, serat makanan,

dan kadar vitamin C. Metode perhitungan % AKG ini dapat dilihat pada

lampiran. Berdasarkan langkah-langkah perhitungan dan hasil yang

diperoleh secara keseluruhan dapat diperoleh penyajian informasi nilai gizi

pada sirup martebe untuk memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG)

vitamin C terhadap kelompok konsumen umum. Adapun data penyajian

info nilai gizi pada sirup martebe untuk memenuhi kecukupan vitamin C

dapat dilihat pada Gambar 16.


84

INFORMASI NILAI GIZI


Takaran saji 50 ml
Jumlah saji perkemasan : 12

JUMLAH PERSAJIAN
Energi total 117 Kal Energi dari lemak 2,5 Kal

% AKG*
Lemak Total 0,3 g 0,5 %
Protein 0,2 g 0,4 %
Karbohidrat 28 g 9%
Vitamin C 13 mg 15 %

*
AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 Kal. Kebutuhan anda mungkin
lebih tinggi atau lebih rendah

Gambar 16. Informasi Nilai Gizi Sirup Martebe

Informasi nilai gizi untuk label kemasan sirup martebe dengan sasaran

konsumen umum. Kebutuhan energi konsumen umum adalah 2000 kalori,

kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda, mungkin lebih tinggi atau

lebih rendah. Sirup martebe memiliki kandungan gizi yang cukup bagi

tubuh baik dikonsumsi setiap hari sebagai sumber vitamin C bagi tubuh.

6. Hasil Penentuan Waktu Kadaluwarsa Pada Sirup Martebe

Hasil uji sensoris penentu waktu kadaluwarsa sirup martebe dapat

dilihat pada Tabel 21.


85

Tabel 21. Hasil Uji Sensoris Penentu Waktu Kadaluwarsa Pada Sirup Martebe

Pengamatan Sifat Sensoris


Minggu Ke Warna Aroma Rasa Viskositas
Ungu kemerah Masam Kental
0 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
1 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
2 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
3 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
4 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
5 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
6 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
7 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
Ungu kemerah Masam Kental
8 Manis, asam
kuningan Markisa mengalir
9 (+ + + +) (+ + + +) (+ + + +) (+ + + +)
10 (+ + +) (+ + +) (+ + +) (+ + +)
11 (+ +) (+ +) (+ +) (+ +)
12 (+) (+) (+) (+)

Penentuan waktu kadaluwarsa dengan pengujian sensoris. Pengamatan

visual dilakukan dengan mengamati dan menganalisis warna, aroma, rasa,

dan viskositas pada sirup martebe. Pengamatan ini dilakukan selama 12

minggu atau 3 bulan, cara yang digunakan adalah dengan mengemas sirup

pada kemasannya yaitu botol yang terbuat dari bahan gelas. Masing-

masing botol diberi label dan tanggal pembuatan, penelitian sensoris ini

dilakukan 12 minggu dan perubahan terjadi pada minggu ke-10,

sedangkan kerusakan keseluruhan terjadi pada minggu ke-12. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa kerusakan pada sirup martebe yang terjadi pada


86

minggu ke-10 dan seterusnya menandakan tingkat kualitasnya menurun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa simpan sirup martebe yang dikemas

dengan botol adalah 9 minggu pada suhu 15˚C-21˚C.

B. Pembahasan

1. Pembahasan Formula Sirup Martebe

Pada pembuatan sirup martebe dilakukan eksperimen untuk

mendapatkan formula sirup martebe yang tepat. Menurut SNI (1994),

sirup didefinisikan sebagai larutan gula pekat (sakarosa : High Fructose

Syrup dan atau gula inversi lainnya) dengan atau tanpa penambahan bahan

tambahan makanan yang diijinkan. Definisi sirup yang lain yaitu sejenis

minuman ringan berupa larutan kental dengan cita rasa beraneka ragam,

biasanya mempunyai kandungan gula minimal 65 % (Satuhu, 1994).

Dalam pembuatan sirup martebe sudah memenuhi Standar Nasional

Indonesia dan kandungan gulanya juga sudah melebihi batas minimal 65%

yaitu 86,67%. Setelah menentukan resep standar maka dilanjutkan dengan

melakukan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan tiga formula.

Tiga formula tersebut adalah formula 1 dengan bahan baku buah markisa

75% dan buah terong belanda 25%. Formula 2 adalah 50% buah markisa

dan 50% buah terong belanda. Dan yang terakhir formula 3 adalah 25%

buah markisa dan 75% buah terong belanda. Dari ketiga formula, formula

yang paling disukai oleh panelis adalah formula 2 yaitu 50% buah markisa

dan 50% buah terong belanda.


87

Formula 2 dipilih karena perbandingan antara sari buah markisa dan

buah terong belanda sama yaitu 50%:50% sehingga menghasilkan

karakteristik seperti, warna sirup ungu yang dihasilkan dari sari buah

terong belanda, warna kuning yang dihasilkan dari sari buah markisa dan

warna kemerahan yang dihasilkan dari pencampuran sari buah markisa dan

terong belanda. Aroma masam segar dari buah asli. Rasa manis yang

diperoleh dari sari buah asli, gula dan juga glukosa, dan rasa masam yang

diperoleh dari kedua buah tersebut. Viskositas yang didapat dari

kandungan gula yang cukup tinggi yaitu 86,67% dan juga dari sari buah

terong belanda yang cukup kental. Viskositas sirup disebabkan oleh

banyaknya ikatan hydrogen antara gugus hidroksil (OH) pada molekul

gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya (Lisdiana

Fachruddin, 2002:11).

2. Pembahasan Hasil Uji Kesukaan Pada Sirup Martebe

Dari hasil uji kesukaan dan perhitungan dari data yang diperoleh, maka

di dapatkan hasil sebagai berikut:

a. Tingkat Kesukaan Terhadap Keseluruhan

Berdasarkan Tabel 10 hasil dari perhitungan anava terhadap

keseluruhan sirup martebe yang telah diuji oleh panelis agak terlatih

menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel. Hal

ini disebabkan karena panelis tidak dapat melihat perbedaan nyata

antar sampel. Adapun karakteristik yang diujikan adalah warna dari

ketiga formula, aroma dari ketiga formula, rasa dari ketiga formula,
88

dan viskositas dari ketiga formula. Setelah dilakukan uji kesukaan

terhadap keseluruhan sirup martebe hasil yang diperoleh adalah sirup

mertebe dengan formula 2.

b. Tingkat Kesukaan Terhadap Warna

Bersasarkan Tabel 11 hasil perhitungan anava terhadap warna dari

ketiga sampel sirup martebe yang telah diuji oleh panelis agak terlatih

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antar sampel. Pada

pembuatan sirup martebe tidak menggunakan pewarna tambahan,

warna yang dihasilkan asli dari kedua buah tersebut, karena menurut

Nusyirwan Hasan (2009), pewarna sintetis dapat menimbulkan batuk,

dan dapat merangsang pertumbuhan kanker. Meskipun tidak

menggunakan pewarna, warna yang dihasilkan dari kedua buah

tersebut sudah menarik. Dari uji kesukaan terhadap warna sirup

martebe, formula 2 yang paling banyak disukai dari formula yang

lainnya.

c. Tingkat Kesukaan Terhadap Aroma

Bersasarkan Tabel 12 hasil perhitungan anava terhadap aroma dari

ketiga sampel sirup martebe yang telah diuji oleh panelis agak terlatih

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antar sampel.

Menurut Lisdiana Facrhuddin (2002:14), Cita rasa dan aroma sirup

akan menunjukkan tingkat kesegaran dan keasliannya (benar-benar

dibuat dari bahan baku asli). Pada pembuatan sirup martebe

menggunakan buah-buah segar pilihan sehingga aromanya begitu segar


89

dan khas dari kedua buah tersebut. Meskipun sirup martebe

mempunyai aroma yang tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan

buah segarnya. Berkurangnya aroma pada sirup martebe ini disebabkan

karena proses pemanasan selama pengolahan. Menurut Davidek,

Velisek dan Pokorni (1990), selama pengolahan dan pengalengan

produk makanan, tidak hanya aroma alami dari produk makanan itu

saja yang hilang tetapi juga terbentuk aroma baru akibat dari degradasi

gula dalam medium asam. Senyawa yang dihasilkan dari reaksi

pencoklatan dalam medium asam dimana senyawa ini menyebabkan

lemahnya aroma alami dari produk tersebut. Dari uji kesukaan

terhadap aroma sirup martebe, formula 2 yang banyak disukai dari

formula yang lainnya.

d. Tingkat Kesukaan Terhadap Rasa

Berdasarkan Tabel 13 hasil dari perhitungan anava terhadap rasa

sirup martebe yang telah diuji oleh panelis agak terlatih menunjukan

bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel. Hal ini

disebabkan karena panelis tidak dapat melihat perbedaan nyata pada

rasa antar sampel. Pada pembuatan sirup martebe tidak menggunakan

perasa buah buatan (essen buah) karena perasa buah buatan dapat

menyebabkan batuk, dan perangsang terjadinya kanker (Nusyirwan

Hasan, 2009). Namun meskipun tidak menggunakan perasa buatan,

rasa yang dihasilkan dari pencampuran kedua sari buah tersebut sangat

segar dan memiliki khas tersendiri. Rasa yang dihasilkan disumbang


90

dari berbagai bahan seperti manis dari gula, glukosa, dan kedua buah

tersebut. Asam segar yang diperoleh dari buah markisa dan terong

belanda. Dari uji kesukaan terhadap rasa sirup martebe, formula 2 yang

banyak disukai dari formula yang lainnya.

e. Tingkat Kesukaan Terhadap Viskositas

Berdasarkan Tabel 14 hasil dari perhitungan anava terhadap

viskositas sirup martebe yang telah diuji oleh panelis agak terlatih

menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel. Hal

ini disebabkan karena panelis tidak dapat melihat perbedaan nyata

pada viskositas antar sampel. Viskositas sirup dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu perbandingan jumlah gula, sari buah, asam dan

air perlu diperhatikan agar memperoleh produk akhir dengan viskositas

yang diinginkan (Bielig dan Werner, 1986). Viskositas sirup

disebabkan oleh banyaknya ikatan hydrogen antara gugus hidroksil

(OH) pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang

melarutkannya (Lisdiana Facrhuddin, 2002:11). Viskositas sirup

martebe didapat dari kandungan gula yang cukup tinggi yaitu 86,67%

dan juga dari sari buah terong belanda yang cukup kental. Dari uji

kesukaan terhadap viskositas sirup martebe, formula 2 cukup disukai

dari formula yang lainnya.


91

3. Pembahasan Kandungan Gizi Pada Sirup Martebe dengan Metode analisis

Proksimat

Berdasarkan hasil pengujian proksimat pada sirup martebe, pengujian

proksimat itu meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar

lemak, kadar serat dan diperoleh hasil analisis yang dapat dilihat pada

Tabel 14. Dari hasil analisis proksimat pada tabel kandungan gizi terbesar

adalah kadar air dan yang paling rendah adalah serat kasar.

Berikut penjelasan dari hasil uji proksimat pada sirup martebe:

a. Kadar Air Sirup Martebe

Air dalam bahan makanan berfungsi untuk menentukan

kenampakan tekstur, cita rasa, kesegaran, dan daya tahan. Selain itu air

juga berfungsi sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa

metabolisme, media reaksi, pencuci bahan pangan serta alat untuk

pengolahan. Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan

pangan. Pengurangan air bertujuan untuk mengawetkan, mengurangi

besar dan berat bahan pangan sehingga memudahkan dan menghemat

pengepakan.

Dalam prosesing bahan makanan, air yang dipergunakan

memerlukan persyaratan kebersihan yang tinggi untuk keperluan

pengolahan bahan makanan ini, persyaratan air sama dengan

persyaratan air minum (portable water) yaitu tidak mengandung

mikrobia penyebab sakit perut dan penyakit lain (pathogen), tanpa rasa
92

atau tanpa bau yang tidak dikehendaki dan tidak berwarna (Slamet

Sudarmadji dkk, 1989:64).

Berdasarkan hasil pengujian, sirup martebe 100 ml mengandung

kadar air sebesar 62,65%. Kadar air sirup martebe didapat dari 139,9%

dari campuran sari buah markisa dan terong belanda, dan konsentrasi

gula dan air sebesar 86.67%. selama proses pengolahan kadar air pada

sirup martebe menurun, sehingga menghasilkan kadar air sebesar

62,65%. Sebagian besar yang dikandung sirup martebe adalah air

karena dalam pengolahan sirup martebe menggunakan air selain kedua

bahan baku memiliki kandungan air yang tinggi.

b. Kadar Abu Sirup Martebe

Yang disebut kadar abu adalah material yang tertinggal bila bahan

makanan dipijarkan dan dibakar pada suhu 500˚C-800˚C. Semua

bahan organik akan terbakar sempurna manjadi air dan CO2 serta NH3,

sedangkan elemen-elemen tertinggal sebagai oksidannya (Achmad

Djaeni Sediaotama, 1987:52).

Berdasarkan hasil uji laboratorium, kadar abu yang terdapat pada

sirup martebe sebesar 0,428%. Kadar abu berasal dari semua bahan

yang digunakan dalam pembuatannya seperti, buah markisa yang

mengandung 0,7% kadar abu menurut Rut Widya Sari (2010:18). Buah

terong belanda yang mengandung 0,7% kadar abu menurut

Kumalaningsih (2006:17). Pembuatan sirup martebe melalui proses

menghancuran buah sehingga mendapat sari buah, menyaringan dan


93

perebusan dengan ditambah bahan tambahan. Hal ini menyebabkan

penyusutan mineral yang terkandung didalamnya.

c. Kadar Lemak Sirup Martebe

Kadar lemak dalam bahan pangan berfungsi sebagai penentu

karakteristik, penentu kelunakan, membantu menguatkan tekstur,

memberi flavor dan media penghantar panas. Jika kadar lemak pada

bahan pangan terlalu tinggi maka akan terjadi ketengikan hodrolitik

yang menghasilkan asam butiran bebas berubah manjadi volatile

sehingga menimbulkan bau tidak enak. Lemak mengandung lebih

banyak karbon dan lebih sedikit oksigen dari pada karbohidrat, oleh

karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga (Suhardjo dkk,

1986:43). Berdasarkan hasil pengujian proksimat, maka diketahui

kadar lemak pada sirup martebe sebesar 0,85% yang didapat dari buah

markisa sebesar 1,5% (Rut Widya Sari, 2010:18) dan buah terong

belanda sebesar 0,006% (Kumalaningsih, 2006:17). Selama

pengolahan sirup martebe kadar lemak yang ada didalamnya menurun

sehingga didapat kadar lemak pada sirup martebe sebesar 0,85%.

d. Kadar Protein Sirup Martebe

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi

tubuh karena zat ini sangat berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur

jaringan tubuh, serta mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh

(Winarno F.G. 1997:50). Berdasarkan pengujian proksimat sirup

martebe diperoleh hasil kadar protein sebesar 0,697%. Kadar protein


94

sirup martebe disumbang dari buah markisa sebesar 2,2% (Rut Widya

Sari, 2010:18) dan buah terong belanda sebesar 1,5%. Selama proses

pengolahan sirup martebe banyak kadar protein yang menghilang.

Menurut F.G Winarno (1997:52), protein pada bahan makanan dapat

mengalami kerusakan karena pengaruh panas, reaksi kimia dengan

asam atau basa dan sentuhan mekanik.

e. Kadar Serat Kasar Sirup Martebe

Berdasarkan hasil uji laboratorium terdahap kadar serat pada sirup

martebe diperoleh hasil sebesar 0,027%. Kadar serat sirup martebe

didapat dari semua bahan seperti buah terong belanda yang memiliki

kadar serat sebesar 1,4% (Kumalaningsih, 2006:17). Dari keseluruhan

hasil uji laboratorium menunjukan hasil dari kadar serat pada sirup

martebe yang paling kecil. Selama proses pengolahan sirup martebe

kadar serat banyak yang menghilang.

4. Pembahasan Perubahan Kadar Vitamin C pada Sirup Martebe Selama

Proses Pengolahan

Berdasarkan Tabel 17 hasil dari perhitungan kadar vitamin C pada

sirup martebe mengalami penurunan. Kadar vitamin C yang tertinggi pada

campuran sari buah markisa dan terong belanda sebesar 50,575 mg. Hal ini

disebabkan buah markisa dan terong belanda memiliki kandungan vitamin

C yang cukup tinggi, yaitu 42,197 mg pada buah markisa dan 29,267 mg

pada buah terong belanda. Namun selama proses pengolahan, vitamin C

yang terdapat pada sirup martebe menjadi banyak yang hilang. Hal ini
95

disebabkan oleh lamanya proses pembuatan karena vitamin C mudah

hilang / rusak oleh beberapa hal yaitu cahaya, oksigen, tembaga dan zat

besi (Nurheni Sri Palupi, 2007). Dari proses pembuatan yang cukup lama,

menyebabkan vitamin C pada sirup martebe banyak yang menghilang.

Perubahan kadar vitamin C pada sirup martebe selama pengolahan

dapat diketahui dari bahan baku yaitu buah markisa dan buah terong

belanda dengan bahan setengah jadi yaitu campuran sari buah markisa dan

terong belanda yang mengalami kenaikan sebesar 41,538%. Campuran sari

buah markisa dan terong belanda dengan sirup martebe mengalami

penurunan sebesar 87,352%, sedangkan sirup martebe dengan sirup

markisa acuan mengalami kenaikan sebesar 77,237%.

5. Pembahasan Perhitungan Porsi Sirup Martebe untuk Memenuhi

Kecukupan Vitamin C.

Porsi sirup martebe untuk memenuhi vitamin C dengan target

konsumen umum dihitung berdasarkan keputusan Kepala BPOM Nomer

HK.00.05.5.1142, 2007 yang dapat dilihat pada Tabel 20.

Sebelum porsi sirup martebe diketahui untuk memenuhi kebutuhan

vitamin C, maka perlu ditentukan berat satu sajian, isi tetap setiap

kemasan, dan jumlah persaji setiap kemasan. Satu sajian sirup martebe

sebanyak 50 ml dengan cara penyajian 1:5, yaitu 1 bagian sirup dicampur

dengan 5 bagian air, dapat memenuhi energi total 117 kalori, energi dari

lemak 2,5 kalori, lemak total 0,3 g dan kadar protein 0,23 g, kadar KH 28

g, kadar vitamin C sebesar 13 mg atau 15% AKG.


96

Informasi nilai gizi untuk label sirup martebe dengan sasaran

konsumen umum yang memiliki kebutuhan energi 2000 kalori. Kebutuhan

energi setiap orang berbeda-beda, mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.

Maka untuk memenuhi kebutuhan vitamin C perhari dapat dipenuhi

dengan mengkonsumsi sirup martebe sebanyak 5 porsi sehari. Karena

menurut keputusan Kepala BPOM Nomer HK.00.05.5.1142 kebutuhan

vitamin C pada tubuh untuk kelompok umum adalah 90 mg sedangkan

sirup martebe setiap satu porsinya 50 ml sama dengan 13 mg vitamin C.

Menurut Nirmala Devi (2010:65-67), Kecukupan vitamin C juga dapat

diperoleh dengan cara mengkonsumsi sumber-sumber vitamin C yang

terdapat pada hewan (ikan, hati dan ginjal), buah (jeruk, jambu biji, kiwi,

stroberi, papaya, dsb), sayur (kol, kentang, daun singkong, brokoli, dsb).

6. Pembahasan Penentuan Waktu Kadaluwarsa pada Sirup Martebe

Tanggal kadaluwarsa adalah tanggal dimana makan atau minuman

sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena telah terjadi penurunan

kualitas (F.G. Winarno, 1993:382). Kerusakan produk tersebut dapat

dilihat dari perubahan warna, rasa, aroma, dan tekstur / kekentalan pada

sirup martebe. Faktor yang mempengaruhi penurunan mutu itu diantaranya

adalah suhu, kelembapan, oksigen dan sinar.

Setelah dilakukan pengujian yang dapat dilihat pada Tabel 21 hasil

kadaluwarsa sirup matebe yaitu 9 minggu dengan penyimpanan pada suhu

15˚C-21˚C. Pengamatan dan pengujian pada minggu ke-0 sampai minggu

ke-9 tidak terjadi perubahan pada sifat sensoris warna, aroma, rasa dan
97

viskositas, tidak terjadinya perubahan sampai minggu ke-9 disebabkan

oleh adanya Na Benzoat sebagai pengawet, kedua buah yang digunakan

masih segar, tidak cacat dan sudah matang, kandungan gula yang

digunakan juga cukup banyak yaitu 86,67% karena semua bahan yang

digunakan dalam pembuatan sirup martebe berkualitas sehingga sirup

martebe mampu bertahan hingga 9 minggu.

Perubahan terjadi pada minggu ke-10 hal ini ditandai dengan

timbulnya ciri-ciri kerusakan pada tekstur sirup martebe yang semula

kental mengalir menjadi lebih mengental sehingga sudah mengalir. Hal ini

disebabkan oleh mikrobia yang telah tumbuh didalam sirup martebe. Pada

minggu ke-11 sifat sensoris warna sudah mulai berubah menjadi lebih

keruh hal ini dikarenakan mikrobia sudah mulai berkembang biak pada

sirup martebe, rasanya juga sudah berubah yang awalnya manis asam

segar dari buah kini menjadi tidak segar, dan viskositas pada minggu ini

pun lebih susah mengalir.

Pada minggu ke-12 semua sifat sensoris berubah / rusak mulai dari

warna menjadi ada bintik-bintik putihnya, aroma menjadi langu, viskositas

pun makin susah mengalir. Kecepatan penurunan mutu itu tergantung jenis

produk, kemasan dan kondisi lingkungan penyimpanan. Penurunan mutu

produk tersebut bisa dicerminkan oleh ketengikan akibat oksidasi oleh O2,

tumbuhnya mikrobia karena kondisi lingkungan yang memungkinkan,

perubahan cita rasa, perubahan wujud dari cair menjadi kristal akibat

penguapan (F.G. Winarno, 1993:382).


98

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan eksperimen yang sudah dilakukan maka

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Formula produk sirup martebe yang tepat adalah sari buah markisa 500 ml,

sari buah terong belanda 500 ml, gula pasir 1000 g, glukosa 300 ml, Na

Benzoat 0,5 g, dan air 500 ml.

2. Tingkat kesukaan panelis terhadap sirup martebe yang paling disukai

adalah sirup martebe Formula 2 dengan perbandingan buah markisa 50%

dan buah terong belanda 50%.

3. Kandungan gizi pada sirup martebe melalui analisis prokimat yaitu kadar

air 41,793%, kadar abu 0,286%, kadar lemak 0,564%, kadar protein

0,464%, kadar KH 56,892% dan serat kasar 0,018%.

4. Perubahan kadar vitamin C pada sirup martebe selama pengolahan dapat

diketahui dari bahan baku yaitu buah markisa dan buah terong belanda

dengan bahan setengah jadi yaitu campuran sari buah markisa dan terong

belanda yang mengalami kenaikan sebesar 41,538%. Campuran sari buah

markisa dan terong belanda dengan sirup martebe mengalami penurunan

sebesar 87,352%, sedangkan sirup martebe dengan sirup markisa acuan

mengalami kenaikan sebesar 77,237%.


99

5. Porsi sirup martebe untuk memenuhi kecukupan vitamin C adalah satu

sajian sirup martebe sebanyak 50 ml dengan cara penyajian 1:5, yaitu 1

bagian sirup dicampur dengan 5 bagian air, dapat memenuhi energi total

114 kalori, energi dari lemak 2,5 kalori, lemak total 0,5%; kadar protein

0,4%; dan 9% pada KH, sedangkan kadar vitamin C sebesar 13 mg atau

15% AKG.

6. Waktu kadaluwarsa pada sirup martebe adalah 9 minggu pada suhu 15˚C-

21˚C.

B. Saran

1. Pemilihan buah markisa dan terong belanda harus teliti, perhatikan kodisi

buah seperti segar, masak yang sempurna, tidak cacat dan berulat.

2. Proses pengolahan sebaiknya jangan terlalu lama (± 30 menit)

penghalusan dan penyaringan buah markisa, (± 30 menit) penghalusan dan

penyaringan buah terong belanda, perebuasan (± 30 menit), dan

pesteurisasi (± 30 menit). Jangan menggunakan alat-alat pengolahan yang

terbuat dari besi, tembaga, dan timah.

3. Sirup martebe dapat menjadi alternatif sirup buah dengan sumber vitamin

C bagi tubuh.
100

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Djaeni, Sediaetama,. (1987). “Ilmu Gizi”. Jakarta: Dian Rakyat

Amaria. (2008). Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda Fermentasi


“Aspergilus Niger” Terhadap Kinerja Reproduksi Burung Puyuh
(Cofornix Japonica). USU Repositiry.

Anin . (2004). Membuat Sari Buah Markisa. http://id.shvoong.com/tags/markisa


[tanggal akses 16 Juni 201]

Anonim. (2005). Markisa. Fruit Export Develoment Center:


http://www.fruitindonesian.com [tanggal akses 16 Juni 2010]

______. Ipteknet, (2006). Khasiat Buah. http://www.ipteknet.com [tanggal akses


16 Juni 2010]

______. http://id.wordpress.com/tag/deskripsi-terung-belanda [tanggal akses 16


Juni 2010]

______. http://rumahgula.sitego.com/index.htm [tanggal akses 04 Februari 2011]

______. (2009). “Sirup Mix Arosuka”. Sinar Tani. (Edisi 25-31 maret 2009).

Anton, Apriyantono,. (2009). “Metode Analisis Kadar Lemak”. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2007). HK.00.05.52.6291: Acuan Label


Produk Pangan. Jakarta: Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.

Bambang, Kartika. (1998). Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan. PAU. Pangan
dan Gizi. Yogyakarta: UGM

Bednar C,Kies C, (1994). Nitrate and Vitamin C From Fruit and Vegetables:
Impact of intake Variations on nirate and nitrite excretions of humas.
Plant Food Hum Nutr 45:71-80.

Belig and Werner,. (1986). “Faktor Kekentalan Sirup”. Jerman

Cahyati, W. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Jakarta: Bumi Aksara.
101

Departemen Kesehatan R.I., (1996). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:


Penerbit Bhratara.

Dewan Standarisasi Nasional. (1998). SNI 01-3544-1994: Sirup. Departemen


Perindustrian. Jakarta.

_______. (1995). Standar Nasional Indonesia : Selai Buah. SNI 01-3746-1995.

Devidek, Velisek, Pokorni,. (1990). “Packaging Evalution”, a Seris Of Articels in


Confectionery Manufacture and Marketing. New York, USA

Djatmiko. (1985). http://budidaya-buah.com/tag/deskripsi-markisa [tanggal akses


16 Juni 2010]

F.G., Winarno, S. Fardiaz & Suhardi. (1981). Pengantar Teknologi Pangan.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

F.G., Winarno. (1993). Teknologi Gizi, Pangan dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

F.G., Winarno. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Gaman, PM & K.B. Sherrington, (1992). Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. (M. Gardjito, S. Naruki, A. Murdiati &
Sardjono. Terjemahan). Yogyakarta: UGM-Press.

Hamberg and Stocman. (1985). “Analysis Proksimat, Wandar Experiment


Station”. Jerman.

Hendro, Sunarjono. (1990). “Ilmu Produk Tanaman Buah-Buahan”. Bogor: Sinar


Baru.

Hendro, Sunarjono. (2004). Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Bogor: Penebar


Swadaya.

Iyus, Hermawan,. (2008). “Workshop: Pengemasan Dan Pemasaran Produk


UMKM Agroindustri”. Kiat-Kiat Merebut Pasar dengan Pengemasan
Yang Menarik. Yogyakarta: PIBI

Jajo,. (2010). Http://scribd.com/scribd/analisis-proksimat.htm. [tanggal akses 21


Oktober 2010]

Ketaren, S. 1996. “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”. UI Press,


Jakarta.
102

Kumalaningsih. S., & Suprayogi. (2006). Tarmillo (Terong Belanda). Terbus


Agrisarana, Surabaya.

Kimdo, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. (2002). Vitamin C Equivalent Antioxidant
Capacity (VCEAC) of Phenolic Phytochemicals. J Agric Food Chem
50(13):3713-17.

Lies, Suprapti. (2004). Keripik, Manisan Kering, dan Sirup Nangka. Yogyakarta:
Kanisisus.

Lisdiana, Fachruddin, (2002). Membuat Aneka Sari Buah. Yogyakarta: Kanisisus.

Nani, Ratnaningsih. (2008). Jobsheet Analisis Gizi dalam Pengolahan.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Nani, Ratnaningsih. (2008). Bahan Ajar Pengendalian Mutu Pangan. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta.

Nirmala, Devi. (2010). Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta: Buku
Kompas.

Nirmana. (2000). “Peranan Desain Dalam dunia Pemasaran”. Abstrak hasil


penelitian. Fakultas Seni dan Desain. Universitas Kristen Petra.

Nurheni, Sri, Palupi,. (2007). “Pengaruh Vitamin C”, Pegaruh Pengolahan


Terhadap Nilai Gizi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Nusyirwan, Hasan. (2009). Sirup Buah. Jakarta: Tabloid Sinar Tani

Nusyirwan, Hasan,. dan Rifda, Roswita,. (2008). Markisa Manis Unggul dari
SUMBAR. Jakarta: Tabloid Sinar Tani

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 722/Menken/pr/IX/88. Jakarta

Rahmat, Rukmana. (2003). Usaha Tani Markisa. Yogyakarta: Kanisius.

Rut, Widya, Sari. (2010). Serba Serbi Buah-Buahan, Khasiat Buah Markisa.
Bogor: Penebar Swadaya.

Satuhu, S. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: PT Penebar


Swadaya.

Slamet, Sudarmadji., B.Haryono & Suhardi. (1989). Prosedur Analisa Untuk


Bahan Pangan. Yogyakarta: Liberty.
103

Slamet, Sudarmadji., B.Haryono & Suhardi. (1997). Prosedur Analisa Untuk


Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Suhardjo,. (1986). “Food Nutrition Agruculture: A Text (Pangan Gizi dan


Pertanian. Terjemahan)”. Universitas Indonesia: UI-Press.

Sukarno,. (2008). Http://www.sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/analisis -


proksimat. [tanggal akses 10 Oktober 2010]

Sunita Almatsier,. (2006). “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

______________,. (2003). “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Suyanti, (2010). Panduan Mengolah 20 Jenis Buah. Bogor: Penebar Swadaya.

Suyitno,. (1990). “Pengertian Kemasan”. Jakarta.

Tim Penyusun. (2003). Pedoman Tugas Akhir. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Tri, Margono, Detty, Suryati, dan Sri, Hartinah,. (2000). Buku PAnduan Teknologi
Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI
Bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation. Jakarta.

Yongki, Kastanya, L,. (2009). “Metode Analisis Kadar Abu”. Jakarta.


LAMPIRAN

104
Data Hasil Pengujian Hedonic Scale Test pada Keseluruhan "Sirup
Martebe"

Kode Sampel
Panelis Jumlah
161 805 615
1 2 1 2 5
2 2 1 3 6
3 2 1 2 5
4 4 4 2 10
5 2 1 2 5
6 3 3 2 8
7 2 1 2 5
8 5 2 4 11
9 3 3 4 10
10 2 2 3 7
11 2 2 3 7
12 2 2 2 6
13 2 3 2 7
14 3 1 2 6
15 2 2 2 6
16 3 3 2 8
17 2 2 2 6
18 3 3 2 8
19 3 2 3 8
20 2 2 1 5
21 2 2 2 6
22 2 2 1 5
23 2 3 3 8
24 2 3 4 9
25 2 2 4 8
26 3 1 2 6
27 2 2 3 7
28 3 2 2 7
29 2 3 3 8
30 2 2 2 6
Jumlah 73 63 73 209
Rerata 2,433333 2,1 2,433333 6,966667
² 43681
a. Faktor Koreksi = = 90
= 485.344
73 2 63 2 73 ²
b. Jumlah Kuadrat Sampel = 30
– FK
5329 3969 5329
= 30
- 485.344
= 487.567 – 485.344
= 2.222
c. Jumlah Kuadrat Panelis
= (((5)2 + (6)2 + (5)2 + (10)2 + (5)2 + (8)2 + (5)2 + (11)2 + (10)2 + (7)2 +
(7)2 + (6)2 + (7)2 + (6)2 + (6)2 + (8)2 + (6)2 + (8)2 + (8)2 + (5)2 + (6)2
+ (5)2 + (8)2 + (9)2 + (8)2 + (6)2 + (7)2 + (7)2 + (8)2 + (6)2) : 3) – FK
= (1533 : 3) – 485.344
= 511 – 485.344
= 25.66
d. Jumlah Kuadrat Total
= ((2)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (4)2 + (4)2
+ (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 +
(5)2 + (2)2 + (4)2 + (3)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2
+ (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 +
(2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2
+ (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 +
(2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2
+ (4)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 +
(2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2) - FK
= 541 – 485.344
= 55.656
e. Jumlah Kuadrat Error = JK Total – JK Sampel – JK panelis
= 55.656 – 2.222 – 25.66
= 27.778
Data Analisis Varian Untuk Pengujian Hedonic Pada Keseluruhan Sirup Martebe

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 2 2.222 1.11 2.32 3.15 4.98
Panelis 29 25.66 0.88 1.85
Error 58 24.778 0.48
Total 89 55.656 0.63

f. Kesimpulan
Hasil yang didapat adalah nilai F Hitung lebih kecil dari pada F
Tabel pada tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat kesukaan
terhadap warna dari ketiga sampel sirup martebe yang diujikan. Jadi, tidak
perlu dilakukan uji lanjut.
Data Hasil Pengujian Hedonic Scale Test pada Warna "Sirup Martebe"

Kode Sampel
Panelis Jumlah
161 805 615
1 4 2 3 9
2 1 2 3 6
3 2 1 4 7
4 3 3 2 8
5 4 2 4 10
6 4 3 1 8
7 2 1 2 5
8 3 2 2 7
9 3 3 3 9
10 2 2 3 7
11 2 3 2 7
12 2 2 2 6
13 2 2 4 8
14 2 2 1 5
15 3 3 2 8
16 3 3 2 8
17 2 1 3 6
18 2 3 2 7
19 3 1 3 7
20 2 2 1 5
21 2 2 2 6
22 2 2 1 5
23 2 3 4 9
24 2 3 4 9
25 2 2 2 6
26 3 2 2 7
27 2 3 4 9
28 4 3 2 9
29 2 3 4 9
30 2 1 2 5
Jumlah 74 67 76 217
Rerata 2,466667 2,233333 2,533333 7,233333

² 47089
a. Faktor Koreksi = = 90
= 523.211
74 2 67 2 76 ²
b. Jumlah Kuadrat Sampel = 30
– FK
5476 4489 5776
= 30
- 523.211
= 524.7 – 523.211
= 1.489
c. Jumlah Kuadrat Panelis
= (((9)2 + (6)2 + (7)2 + (8)2 + (10)2 + (8)2 + (5)2 + (7)2 + (9)2 + (7)2 +
(7)2 + (6)2 + (8)2 + (5)2 + (8)2 + (8)2 + (6)2 + (7)2 + (7)2 + (5)2 + (6)2
+ (5)2 + (9)2 + (9)2 + (6)2 + (7)2 + (9)2 + (9)2 + (9)2 + (5)2) : 3) – FK
= (1635 : 3) – 523.211
= 545 – 523.211
= 21.789
d. Jumlah Kuadrat Total
= ((4)2 + (2)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (4)2 + (3)2 + (3)2
+ (2)2 + (4)2 + (2)2 + (4)2 + (4)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 +
(3)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2
+ (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 +
(3)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2
+ (2)2 + (3)2 + (1)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 +
(2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2
+ (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (4)2 + (3)2 + (2)2 +
(2)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2) - FK
= 587 – 523.211
= 63.789
e. Jumlah Kuadrat Error = JK Total – JK Sampel – JK panelis
= 63.789 – 1.489 – 21.789
= 40.5110
Data Analisis Varian Untuk Pengujian Hedonic Pada Warna Sirup Martebe

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 2 1.489 0.74 0.553 3.15 4.98
Panelis 29 21.789 0.75 0.558
Error 58 40.511 0.70
Total 89 63.789 0.72

f. Kesimpulan
Hasil yang didapat adalah nilai F Hitung lebih kecil dari pada F
Tabel pada tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat kesukaan
terhadap warna dari ketiga sampel sirup martebe yang diujikan. Jadi, tidak
perlu dilakukan uji lanjut.
Data Hasil Pengujian Hedonic Scale Test pada Aroma "Sirup Martebe"

Kode Sampel
Panelis Jumlah
161 805 615
1 2 2 2 6
2 2 1 2 5
3 2 1 5 8
4 4 4 2 10
5 4 2 4 10
6 3 3 2 8
7 2 1 2 5
8 3 2 3 8
9 2 3 2 7
10 2 3 2 7
11 2 3 4 9
12 2 2 2 6
13 2 3 2 7
14 1 3 3 7
15 1 3 3 7
16 3 3 2 8
17 3 2 2 7
18 2 2 2 6
19 3 2 3 8
20 1 2 2 5
21 2 2 2 6
22 2 2 1 5
23 3 3 4 10
24 3 3 4 10
25 2 4 4 10
26 3 2 2 7
27 2 3 4 9
28 3 2 2 7
29 3 2 4 9
30 3 2 1 6
Jumlah 72 72 79 223
Rerata 2,4 2,4 2,633 7,433

² 49729
a. Faktor Koreksi = = 90
= 552.544
72 2 72 2 79 ²
b. Jumlah Kuadrat Sampel = 30
– FK
5184 5184 6241
= 30
– 552.544
= 553.633 – 552.544
= 1.089
c. Jumlah Kuadrat Panelis
= (((6)2 + (5)2 + (8)2 + (10)2 + (10)2 + (8)2 + (5)2 + (8)2 + (7)2 + (7)2 +
(9)2 + (6)2 + (7)2 + (7)2 + (7)2 + (8)2 + (7)2 + (6)2 + (8)2 + (5)2 + (6)2
+ (5)2 + (10)2 + (10)2 + (10)2 + (7)2 + (9)2 + (7)2 + (9)2 + (6)2) : 3) –
FK
= (1654 : 3) – 552.544
= 551.333 – 552.544
= 25.79
d. Jumlah Kuadrat Total
= ((2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (5)2 + (4)2 + (4)2
+ (2)2 + (4)2 + (2)2 + (4)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 +
(3)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2
+ (4)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (3)2 +
(1)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2
+ (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 +
(2)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (3)2 + (4)2 + (3)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (4)2
+ (4)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 +
(3)2 + (2)2 + (4)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2) - FK
= 619 – 552.544
= 66.4556
e. Jumlah Kuadrat Error = JK Total – JK Sampel – JK panelis
= 66.4556 – 1.089 – 25.79
= 39.578
Data Analisis Varian Untuk Pengujian Hedonic Pada Aroma Sirup Martebe

Sumber Derajat Jumlah F Tabel


Rerata JK F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat 5% 1%
Sampel 2 1.089 0.5445 0.80 3.15 4.98
Panelis 29 25.79 0.89 1.30
Error 58 39.578 0.68
Total 89 66.4556 0.75

f. Kesimpulan
Hasil yang didapat adalah nilai F Hitung lebih kecil dari pada F
Tabel pada tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat kesukaan
terhadap aroma dari ketiga sampel sirup martebe yang diujikan. Jadi, tidak
perlu dilakukan uji lanjut.
Data Hasil Pengujian Hedonic Scale Test pada Rasa "Sirup Martebe"

Kode Sampel
Panelis Jumlah
161 805 615
1 2 2 2 6
2 1 2 3 6
3 5 1 2 8
4 4 4 2 10
5 4 2 4 10
6 4 3 2 9
7 2 1 2 5
8 3 2 3 8
9 3 3 3 9
10 3 2 1 6
11 2 3 4 9
12 2 2 2 6
13 2 3 3 8
14 2 1 3 6
15 2 1 2 5
16 3 3 2 8
17 2 1 4 7
18 3 3 2 8
19 2 1 2 5
20 1 2 2 5
21 3 3 3 9
22 2 2 1 5
23 3 3 2 8
24 3 3 2 8
25 2 2 4 8
26 3 1 2 6
27 2 3 3 8
28 4 1 1 6
29 2 3 3 8
30 2 1 2 5
Jumlah 78 64 73 215
Rerata 2,6 2,133 2,433 7,166667

² 46225
a. Faktor Koreksi = = 90
= 513.611
78 2 64 2 73 ²
b. Jumlah Kuadrat Sampel = 30
– FK
6084 4096 5329
= 30
– 513.611
= 516.966 – 513.611
= 3.356
c. Jumlah Kuadrat Panelis
= (((6)2 + (6)2 + (8)2 + (10)2 + (10)2 + (9)2 + (5)2 + (8)2 + (9)2 + (6)2 +
(9)2 + (6)2 + (8)2 + (6)2 + (5)2 + (8)2 + (7)2 + (8)2 + (5)2 + (5)2 + (9)2
+ (5)2 + (8)2 + (8)2 + (8)2 + (6)2 + (8)2 + (6)2 + (8)2 + (5)2) : 3) – FK
= (1615 : 3) – 513.611
= 538.333 – 513.611
= 24.722
d. Jumlah Kuadrat Total
= ((2)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2 + (5)2 + (1)2 + (2)2 + (4)2 + (4)2
+ (2)2 + (4)2 + (2)2 + (4)2 + (4)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 +
(3)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2
+ (4)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 +
(2)2 + (1)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (4)2 + (3)2 + (3)2
+ (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 +
(2)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2
+ (4)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (4)2 + (1)2 + (1)2 +
(3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2) - FK
= 587 – 513.611
= 73.3889
e. Jumlah Kuadrat Error = JK Total – JK Sampel – JK panelis
= 73.3889 – 3.356 – 24.722
= 45.311
Data Analisis Varian Untuk Pengujian Hedonic Pada Rasa Sirup Martebe

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 2 3.356 1.68 2.15 3.15 4.98
Panelis 29 24.722 0.85 1.09
Error 58 45.311 0.78
Total 89 73.3889 0.82

f. Kesimpulan
Hasil yang didapat adalah nilai F Hitung lebih kecil dari pada F
Tabel pada tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat kesukaan
terhadap rasa dari ketiga sampel sirup martebe yang diujikan. Jadi, tidak
perlu dilakukan uji lanjut.
Data Hasil Pengujian Hedonic Scale Test pada Konsistansi "Sirup Martebe"

Kode Sampel
Panelis Jumlah
161 805 615
1 3 3 2 8
2 2 2 2 6
3 2 1 2 5
4 4 4 2 10
5 3 2 3 8
6 3 3 2 8
7 3 2 3 8
8 2 2 3 7
9 2 2 2 6
10 2 3 1 6
11 2 2 2 6
12 2 2 2 6
13 2 2 2 6
14 2 2 2 6
15 1 2 2 5
16 3 3 2 8
17 2 2 2 6
18 2 2 2 6
19 3 3 3 9
20 2 2 1 5
21 3 2 4 9
22 2 2 1 5
23 3 3 3 9
24 3 3 3 9
25 2 2 2 6
26 2 2 2 6
27 2 3 3 8
28 2 2 2 6
29 3 3 3 9
30 2 1 2 5
Jumlah 71 69 67 207
Rerata 2,366 2,3 2,233 6,9
² 42849
a. Faktor Koreksi = = 90
= 476.1
71 2 69 2 67 ²
b. Jumlah Kuadrat Sampel = 30
– FK
5041 4761 4489
= 30
– 476.1
= 476.367 – 476.1
= 0.267
c. Jumlah Kuadrat Panelis
= (((8)2 + (6)2 + (5)2 + (10)2 + (8)2 + (8)2 + (8)2 + (7)2 + (6)2 + (6)2 +
(6)2 + (6)2 + (6)2 + (6)2 + (5)2 + (8)2 + (6)2 + (6)2 + (9)2 + (5)2 + (9)2
+ (5)2 + (9)2 + (9)2 + (6)2 + (6)2 + (8)2 + (6)2 + (9)2 + (5)2) : 3) – FK
= (1495 : 3) – 476.1
= 498.333 – 476.1
= 22.233
d. Jumlah Kuadrat Total
= ((3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2 + (4)2 + (4)2
+ (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (3)2 +
(2)2 + (2)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (1)2 + (2)2 + (2)2
+ (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 +
(1)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2
+ (2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (2)2 + (4)2 +
(2)2 + (2)2 + (1)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2
+ (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 +
(3)2 + (3)2 + (3)2 + (2)2 + (1)2 + (2)2) - FK
= 513 – 476.1
= 36.9
e. Jumlah Kuadrat Error = JK Total – JK Sampel – JK panelis
= 36.9 – 0.267 – 22.233
= 14.4
Data Analisis Varian Untuk Pengujian Hedonic Pada Konsistansi Sirup Martebe

Sumber Derajat Jumlah F Tabel


Rerata JK F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat 5% 1%
Sampel 2 0.267 0.1335 0.54 3.15 4.98
Panelis 29 22.23 0.77 3.09
Error 58 14.4 0.25
Total 89 36.9 0.41

f. Kesimpulan
Hasil yang didapat adalah nilai F Hitung lebih kecil dari pada F
Tabel pada tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata antara sampel pada tingkat kesukaan
terhadap konsistansi dari ketiga sampel sirup martebe yang diujikan. Jadi,
tidak perlu dilakukan uji lanjut.
Sirup Martebe
Dari Sari Buah Markisa dan Terong Belanda

Bahan:
500 ml Sari Buah Markisa
500 ml Sari Buah terong Belanda
1000 g Gula Pasir
300 ml Glukosa
0,5 g Na Benzoat
500 ml Air

Cara Membuat:
1. Cuci bersih buah markisa dan terong belanda, pisahkan dengan kulitnya.
2. Haluskan masing-masing buah menggunakan blender, sisihkan.
3. Saring masing-masing sari buah markisa dan terong belanda menggunakan
saringan sebanyak 2x. sisihkan
4. Saring masing-masing sari buah markisa dan terong belanda menggunakan kain
sebanyak 2x. sisihkan.
5. Campur kedua sari buah, aduk rata. Tambahkan bahan lain (air, gula, glukosa,
dan Na Benzoat) aduk rata.
6. Panaskan dengan suhu 110˚C-120˚C selama ± 30 menit sambil diaduk-aduk.
7. Botol steril : cuci bersih botol, rebus dengan suhu 100˚C selama ± 30 menit,
tiriskan.
8. Masukan sirup yang telah mendidih kedalam botol steril dalam keadaan panas.
9. Pesteurisasi: Rebus sirup dalam kemasan selama ± 30 menit dalam keadaan tutup
botol sedikit terbuka. Setelah mendidih angkat dan rapatkan tutupnya.
10. Pendinginan: aliri dengan air dingin yang bersih sirup martebe yang masih panas
hingga menjadi dingin.
11. Keringkan botol sirup martebe, temple label yang telah disiapkan.
12. Sirup siap dipasarkan / dikonsumsi.
Lampiran Perhitungan Gizi

PERHITUNGAN GIZI

Tabel 1. Hasil pengujian gizi pada semua sempel

Hasil Analisis (%)


No Sampel Jenis Analisis
Ulangan 1 Ulangan 2

Kadar air (%) 85,915 85,942


1 Buah Markisa (BM)
Vitamin C (mg /100g) 42,123 42,191

Buah Terong Belanda Kadar air (%) 89,255 89,057


2
(BTB) Vitamin C (mg / 100g) 21,780 23,294

Campuran Sari Buah Kadar air (%) 93,301 93,284


3 markisa dan Terong
Belanda (CSBMTB) Vitamin C (mg / 100g) 24,992 25,555

Kadar air (%) 74,644 74,664


4 Sirup Markisa (SM)
Vitamin C (mg /100g) 6,360 6,629

Kadar air (%) 41,718 41,869

Kadar abu (%) 0,286 0,286

Kadar Lemak (%) 0,575 0,553


5 Sirup Martebe (SMT)
Protein Total (%) 0,466 0,463

Serat Kasar (%) 0,018 0,018

Vitamin C (mg / 100g) 26,628 26,242

Perhitungan:
1. Perubahan kadar gizi unggulan dari bahan baku, produk antara, sampai produk
jadi. Untuk mengetahui perubahan gizi selama proses pengolahan, maka
dilakukan perhitungan kadar gizi pada kadar air yang sama.
Asumsi : Kadar air disetarakan dengan kadar air BM ulangan 1 (85,9151%),
maka kadar Vit.C total BM ulangan 1 tetap 42,1226 mg/100g
a. Perhitungan kadar Vit. C total BM ulangan 2
Kadar air BM 2 = 85,9416%
Kadar Vit. C total BM 2 = 42,1914 mg
Berat total = 100g
Berat bahan kering = (100 – 85,9416)g
= 14,0584g
Berat total BM 2 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 14,0584g
Kadar air acuan = 85,9151, maka:
.100%
Kadar Air =
.100%
85,9151 = 14,0584

85,9151(x + 14,0584) =x . 100


85,9151x + 1207,828 = 100x
1207,828 = 100x – 85,9151x
1207,828 = 14,0849x
1207,82
x = 14,0849

x = 85,753
Berat Total BM 2 = x + 14,0584
= 85,753 + 14,0584
= 99,812
42,191
Vit. C total BM 2 = 99,812
x 100%

= 42,271 mg / 100g

b. Perhitungan kadar Vit. C total BTB ulangan 1


Kadar air BTB 1 = 89,2554%
Kadar Vit. C total BTB 1 = 21,7797 mg
Berat total = 100g
Berat bahan kering = (100 – 89,2554 )g
= 10,7446g
Berat total BTB 1 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 10,7446g
Kadar air acuan = 85,9151; maka:
.100%
Kadar Air =
.100 %
85,9151 = 10,7446

85,9151(x + 10,7446) = x . 100


85,9151x + 923,123 = 100x
923,123 = 100x – 85,9151x
923,123 = 14,0849x
923,123
x = 14,0849

x = 65,593
Berat Total BTB 1 = x + 10,7446
= 65,593 + 10,7446
= 76.284
21,7797
Vit. C total BTB 1 = 76,284
x 100%

= 28,551 mg / 100g

c. Perhitungan kadar Vit. C total BTB ulangan 2


Kadar air BTB 2 = 89,0571%
Kadar Vit. C total BTB 2 = 23,2942 mg
Berat total = 100g
Berat bahan kering = (100 – 89,0571 )g
= 10,9429g
Berat total BTB 2 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 10,9429g
Kadar air acuan = 85,9151, maka:
.100%
Kadar Air =
.100%
85,9151 = 10,9429

85,9151(x + 10,9429) =x . 100


85,9151x + 940,160 = 100x
940,160 = 100x – 85,9151x
940,160 = 14,0849x
940,160
x = 14,0849

x = 66,749
Berat Total BTB 2 = x + 10,9429
= 66,749 + 10,9429
= 77,692
23,294
Vit. C total BTB 2 = 77,692 x 100%

= 29,983 mg / 100g

d. Perhitungan kadar Vit. C total CSBMTB ulangan 1


Kadar air CSBMTB 1 = 93,3009 %
Kadar Vit. C total CSBMTB 1 = 24,9918 mg
Berat total = 100 g
Berat bahan kering = (100 – 93,3009)g
= 6,6991g
Berat total CSBMTB 1 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 6,6991g
Kadar air acuan = 85,9151, maka:
.100%
Kadar Air =
.100%
85,9151 = 6,6991

85,9151(x + 6,6991) =x . 100


85,9151x + 575,554 = 100x
575,554 = 100x – 85,9151x
575,554 = 14,0849x
575,554
x = 14,0849

x = 40,863
Berat Total CSBMTB 1 = x + 6,6991
= 40,863 + 6,6991
= 47,562
24,9918
Vit. C total CSBMTB 1 = 47,562
x 100%

= 47,562 mg / 100g

e. Perhitungan kadar Vit. C total CSBMTB ulangan 2


Kadar air CSBMTB 2 = 93,2841%
Kadar Vit. C total CSBMTB 2 = 25,553 mg
Berat total = 100g
Berat bahan kering = (100 – 93,2841)g
= 6,7159g
Berat total CSBMTB 2 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 6,7159g
Kadar air acuan = 85,9151; maka:
.100%
Kadar Air =
.100 %
85,9151 = 6,7159

85,9151(x + 6,7159) =x . 100


85,9151x + 576,997 = 100x
576,997 = 100x – 85,9151x
576,997 = 14,0849x
576,997
x = 14,0849

x = 40,965
Berat Total CSBMTB 2 = x + 6,7159
= 40,965 + 6,7159
= 47,686
25,5535
Vit. C total CSBMTB 2 = 47,686
x 100%

= 53,587 mg / 100g

f. Perhitungan kadar Vit. C total SMT ulangan 1


Kadar air SMT 1 = 41,7180%
Kadar Vit. C total SMT 1 = 26,6284 mg
Berat total = 100g
Berat bahan kering = (100 – 41,7180)g
= 58,282g
Berat total SMT 1 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 58,282g
Kadar air acuan = 85,9151; maka:
.100 %
Kadar Air =
.100%
85,9151 = 58,282

85,9151(x + 58,282) =x . 100


85,9151x + 5007,304 = 100x
5007,304 = 100x – 85,9151x
5007,304 = 14,0849x
5007,304
x = 14,0849

x = 355,508
Berat Total SMT 1 = x + 58,282
= 355,508 + 58,282
= 413,791
26,6284
Vit. C total SMT 1 = 413,791 x 100%

= 6,435 mg / 100g

g. Perhitungan kadar Vit. C total SMT ulangan 2


Kadar air SMT 2 = 41,8696%
Kadar Vit. C total SMT 2 = 26,2419 mg
Berat total = 100 g
Berat bahan kering = (100 – 41,8696)g
= 58,1304 g
Berat total SMT 2 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 58,1304g
Kadar air acuan = 85,9151; maka:
.100 %
Kadar Air =
.100%
85,9151 = 58,1304

85,9151(x + 58,1304) =x . 100


85,9151x + 4994,279 = 100x
4994,279 = 100x – 85,9151x
4994,279 = 14,0849x
4994,279
x = 14,0849

x = 354,584
Berat Total SMT 2 = x + 58,1304
= 354,584 + 58,1304
= 412,714
26,2419
Vit. C total SMT 2 = 412,714 x 100%

= 6,358 mg / 100g
Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Vitamin C Buah Markisa, Terong Belanda, Campuran Sari Buah Markisa
dan Terong Belanda, dan Sirup Martebe pada penyetaraan kadar air 85,9151%

Kadar Vitamin C Total (mg/100g)


Sampel
Ulangan 1 Ulangan 2 Rerata
BM 42,123 42,271 42,197
BTB 28,551 29,983 29,267
CSBMTB 47,562 53,587 50,575
SMT 6,435 6,358 6,396

42,197 29,267
35,732
2 2

Perubahan kadar vitamin c total dari (BM + BTB) ke CSBMTB


50,575 35,732
= 35,732
x 100%
14,842
= 35,732
x 100%

= 41,538 %
Ö Karena perubahan kadar vitamin C total dari BM ke CSBMTB berharga
positif (50,575 > 35,732), maka terjadi kenaikan kadar vitamin C dari (BM
+ BTB) ke CSBMTB sebesar 41,538%
Perubahan kadar vitamin c total dari CSBMTB ke STM
6,3965 50,5745
= 50,5745
x 100%
44,178
= 50,5745
x 100%

= - 87,352 %
Ö Karena perubahan kadar vitamin C total dari CSBMTB ke SMT berharga
negatif (6,3965 < 50,5745), maka terjadi penurunan kadar vitamin C dari
CSBMTB ke SMT sebesar – 87,352%
2. Perubahan kadar vitamin C karena penambahan bahan
Untuk mengetahui efek penembahan / substitusi, dll terhadap kadar vitamin C,
maka dilakukan perhitungan kadar gizi unggulan pada kadar air yang sama.
Perhitungan :
a. Perhitungan kadar Vit. C total SM ulangan 1
Kadar air SM 1 = 74,6438%
Kadar Vit. C total SM 1 = 6,3598 mg
Berat total = 100 g
Berat bahan kering = (100 – 74,6438)g
= 25,3562g
Berat total SM 1 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 25,3562g
Kadar air acuan = 85,9151, maka:
.100%
Kadar Air =
.100 %
85,9151 = 25,3562

85,9151(x + 25,3562) =x . 100


85,9151x + 2178,480 = 100x
2178,480 = 100x – 85,9151x
2178,480 = 14,0849x
2178,480
x = 14,0849

x = 154,668
Berat Total SM 1 = x + 25,3562
= 154,668 + 25,3562
= 180,0242
6,3598
Vit. C total SM 1 = 180,0242 x 100%

= 3,533 mg / 100g

b. Perhitungan kadar Vit. C total SM ulangan 2


Kadar air SM 2 = 74,6638%
Kadar Vit. C total SM 2 = 6,6288 mg
Berat total = 100 g
Berat bahan kering = (100 – 74,6638 )g
= 25,3362g
Berat total SM 2 pada penyetaraan kadar air 85,9151
= berat air + berat kering
= x + 25,3362g
Kadar air acuan = 85,9151; maka:
.100 %
Kadar Air =
85,9151(x + 25,3362) =x . 100
85,9151x + 2176,762 = 100x
2176,762 = 100x – 85,9151x
2176,762 = 14,0849x
2176,762
x = 14,0849

x = 154,546
Berat Total SM 2 = x + 25,3362
= 154,546 + 25,3362
= 179,882
6,6288
Vit. C total SM 2 = 179,882 x 100%

= 3,685 mg / 100g
Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat di Tabel 3.

Kadar Vitamin C Total (mg/100g)


Sampel
Ulangan 1 Ulangan 2 Rerata
SM 3,533 3,685 3,609
SMT 6,435 6,358 6,396

6,3965 3,609
Perubahan kadar vitamin C total dari SM ke SMT = 3,609
x 100%
2,787
= 3,609 x 100%

= 77,237 %
Ö Karena perubahan kadar vitamin C total dari SM ke SMT berharga positif
(6,3965 > 3,609), maka terjadi kenaikan kadar vitamin C dari SM ke SMT
sebesar 77,237%

3. Tabel 4 Perhitungan anava untuk mengetahui perubahan kadar vitamin C


karena penambahan bahan

Sampel

Ulangan Buah Buah Sirup Sirup Total Rerata


CSBMTB
Markisa T.Belanda Markisa Martebe

1 42,1226 28,551 47,562 3,533 6,435 128,2036 25,641


2 42,271 29,983 53,587 3,685 6,358 135,884 27,177
Total 84,3936 58,534 101,149 7,218 12,793 264,0876 52,817
Rerata 42,1968 29,267 50,5745 3,609 6,3965 132,0438 26,409

Perhitungan :
N x k = 5 . 2 = 10
264,0876 2 69742,26
a. Faktor Koreksi = 10 10
6974,23
, , , , ,
b. Jumlah Kuadrat Sampel =
, , , , ,
= 6974,23
= 10497,69 – 6974,23
= 3523,465

c. Jumlah Kuadrat Panelis


= (((128,2036)2 + (135,884)2) : 5) – FK
= ( 34900,62: 5) – 6974,23
= 6980,125 – 6974,23
= 5,895
d. Jumlah Kuadrat Total
= ((42,1226)2 + (28,551)2 + (47,562)2 + (3,533)2 + (6,435)2 + (42,271)2
+ (29,983)2 + (53,587)2 + (3,685)2 + (6,358)2) - FK
= 10516,9 – 6974,23
= 3542,666
e. Jumlah Kuadrat Error = JK Total – JK Sampel – JK panelis
= 3542,666 – 3523,465 – 5,895
= 13,306

Data Analisis Varian Pada Perhitungan Anava Untuk Mengetahui Perubahan


Kadar Vitamin.C Karena Penambahan Bahan

Sumber Derajat Jumlah Rerata F Tabel


F Hitung
Variasi Bebas Kuadrat JK 5% 1%
Sampel 4 3523,465 880,8663 264,8027** 6,39 15,98
Panelis 1 5,895 5,895 1,772133
Error 4 13,306 3,3265
Total 9 3542,666

Tabel.4 Data Analisis Varian

Hasil yang didapat adalah nilai F Hitung lebih besar dari pada F Tabel pada
tingkat signifikasi 5% dan 1%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
sangat nyata pada tingkat kadar perubahan vitamin C karena penambahan bahan
pada sirup martebe. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap sampel maka
diperlukan uji lanjutan yang dapat dilakukan dengan LSD (Least Significant
Difference).
Perhitungan uji lanjut LSD adalah sebagai berikut :
a. Menghitung Standar Error

Standar Error =

3,3265
= 2

= 1,663
= 1,2897
b. Mencari nilai LSD pada tingkat signifikasi 5% dengan derajat bebas error
4, Nilai yang diperoleh adalah 6,39
c. Menghitung nilai pembanding antar sampel.
Nilai Pembanding = nilai LSD x Standar error
= 6,36 x 1,2897
= 8,2025
d. Mengurutkan nilai rerata sampel dari terbesar ke terkecil
CSBMTB A BM B BTB C SMT D SM E
50,5745 42,1968 29,267 6,3965 3,609

e. Menghitung selisih nilai rerata dan dibandingkan dengan nilai pembanding


A – B = 50,5745 – 42,1968 = 8,377 > 8,2025 → tidak berbeda nyata
A – C = 50,5745 – 29,267 = 21,307 > 8,2025 → berbeda nyata
A – D = 50,5745 – 6,3965 = 44,178 > 8,2025 → berbeda nyata
A – E = 50,5745 – 3,609 = 46,9655 > 8,2025 → berbeda nyata
B – C = 42,1968 – 29,267 = 12,9298 > 8,2025 → berbeda nyata
B – D = 42,1968 – 6,3965 = 35,8003 > 8,2025 → berbeda nyata
B – E = 42,1968 – 3,609 = 38,5878 > 8,2025 → berbeda nyata
C – D = 29,267 – 6,3965 = 22,8705 > 8,2025 → berbeda nyata
C – E = 29,267 – 3,609 = 25,658 > 8,2025 → berbeda nyata
D – E = 6,3965 – 3,609 = 2,7875 > 8,2025 → berbeda nyata
f. Kesimpulan
Pada perhitungan anava untuk mengetahui perubahan vitamin c karena
penambahan bahan maka dihitung selisih nilai rerata dan dibandingkan
dengan nilai pembanding. Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa campuran sari buah markisa dan terong belanda (CSBMTB) tidak
berbeda nyata dengan buah markisa (BM), namun berbeda nyata dengan
sirup martebe (SMT), buah terong belanda (BTB), dan sirup markisa
(SM). Buah markisa (BM) berbeda nyata dengan buah terong belanda
(BTB), sirup martebe (SMT), dan juga Sirup markisa (SM). Buah terong
belanda (BTB) berbeda nyata dengan sirup martebe (SMT) dan sirup
markisa (SM). Begitu pula dengan sirup martebe (SMT) yang berbeda
nyata dengan sirup markisa (SM).

4. Perhitungan AKG
Tabel.5 Nilai acuan label gizi untuk umum
Nilai acuan label gizi untuk umum
No Gizi
Satuan Nilai
1 Energi Kal 2000
2 Lemak Total g 62
3 Protein g 60
4 Serat Makanan g 25
5 Vitamin C mg 90

Satuan saji = 50 ml
Satu kemasan = 630 ml
630
Jumlah saji perkemasan = 50
= 12 porsi

Energi Total = (berat lemak x 9) + (berat protein x 4) + (berat serat x 4 )


= (0,282 x 9) + (0,23225 x 4) + (0,009 x 4)
= 2,538 + 0,929 + 0,036
= 3,503 Kal
Energi dari Lemak = Berat Lemak x 9
= 0,282 x 9
= 2,538 Kal

Lemak Total = 0,282 g

0,282
% AKG Lemak Total = 62
x 100 %
= 0,455 %

Protein = 0,23225 g

0,23225
% AKG Protein = 60
x 100 %
= 0,387 %

Serat = 0,009 g

0,009
% AKG Serat = 25
x 100 %
= 0,036 %
Vitamin C = 13,2175 mg

13,2175
% AKG Vitamin C = 90
x 100 %
= 14,686 %
Penyajian INFORMASI NILAI GIZI setelah perhitungan dapat dilihat pada
Gambar.1

INFORMASI NILAI GIZI


Takaran saji 50 ml
Jumlah saji perkemasan : 12

JUMLAH PERSAJIAN
Energi total 3,5 Kal Energi dari lemak 2,5 Kal

% AKG*
Lemak Total 0,282 g 0,4 %
Protein 0,2 g 0,4 %
Serat 0 g 0%
Vitamin C 13 mg 15 %

*
AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 Kal. Kebutuhan anda mungkin
lebih tinggi atau lebih rendah

Anda mungkin juga menyukai