Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL

“GREEN THOUGHT”

Disusun oleh:
KELOMPOK 12
Casa Sulthan Mulya 2016210013
Ryan Bhagaskara P 2016210004
Albertus Novan 2016210006
Tiara Hibatullah 2016210003
Iqmal Sabon Lebu 2016210011

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA
JAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Green Thought (ekologisme) merepresentasikan suatu tentangan
fundamental pada pendekatan ‘isu’ atau ‘penyelesaian masalah’ terhadap
lingkungan hidup. Lebih jauh lagi, dari sebuah perspektik semacam ini, sistem-
negara kontemporer, struktur utama perekonomian glbal, dan bahkan institusi-
institusi global dilihat sebagai bagian dari permasalahan. Selain itu, ilmu dan
teknologi modern yang dimanfaatkan secara ekstensif dalam pendekatan-
pendekatan ‘penyelesaian masalah’ terhadap lingkungan hidup, dalam beberapa
hal, dapat dianggap tidak kurang sebagai penyebab dari degradasi lingkungan hidup
global ketika menawarkan suatu solusi atau krisis.

Politik internasional abad 20 ini berkembang pada isu-isu lingkungan


global karena beberapa alasan, pertama, bahwa manusia dihadapkan pada
masalah lingkungan global yang mempengaruhi setiap orang dan hanya dapat
dikelola secara efektif dengan bekerjasama antara semua, atau sebagian besar
Negara.Kedua, meningkatnya skala permasalahan regional dan lokal, seperti
degradasi urban, penggundulan hutan, desertification, salination, denudation,
atau kelangkaan air.Ketiga, hubungan yang kompleks antara permasalahan
lingkungan dengan perekonomian dunia yang mengglobal.

Dalam studi Hubungan Internasional, beberapa hal menjadi fokus perhatian


yang mungkin dapat mengesampingkan beberapa aspek yang vital yang tentunya
perlu untuk diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa konstelasi global saat ini
hanya terfokus pada isu politik dan hubungan antar negara. Seperti yang kita
ketahui, aspek lingkungan juga merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Hal ini menjadi catatan penting untuk diperhatikan masyarakat global,
pasalnya, lingkungan berperan banyak dalam kehidupan manusia. Namun, di
zaman ini banyak tindakan manusia yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menghancurkan lingkungan yang menjadi tempat tinggal dan telah banyak
memberi manfaat bagi manusia sendiri.

2
Sebenarnya, isu lingkungan bukan merupakan isu yang baru saja terjadi di
dalam dunia internasional, namun munculnya industrialisasi dan pertumbuhan
penduduk yang drastis telah meningkatkan skala dan intensitas eksploitasi secara
berlebihan terhadap sumber daya alam di berbagai penjuru dunia. Perubahan iklim
yang terjadi sangat ekstrem baru-baru ini menjadi peringatan keras bahwa
lingkungan menjadi salah satu yang harus dan paling diperhatikan dan dijaga.

Permasalahan-permasalahan tentang lingkungan ini, kemudian


memunculkan perdebatan-perdebatan diantara kelompok-kelompok masyarakat
tertentu yang kemudian dari perdebatan-perdebatan ini muncul suatu teori untuk
menjelaskan isu tentang lingkungan itu sendiri. Teori yang muncul dalam studi
Hubungan Internasional sebagai akibat dari adanya isu lingkungan ini yaitu Teori
Hijau atau Green Theory. Sama halnya dengan teori-teori lain yang berkembang di
dalam studi Hubungan Internasional, Teori Hijau juga memiliki beberapa asumsi
dasar. Teori Hijau memiliki setidaknya tiga asumsi dasar yang menjadi dasar
terbentuknya pemikiran-pemikiran dalam Teori Hijau yang pertama yaitu, Teori
Hijau lebih menekankan dari sisi global daripada sisi internasional, kemudian
asumsi yang kedua yaitu, pemikiran-pemikiran hijau mulai berkembang dari
pemahaman implisit bahwa praktik manusia saat ini dianggap tidak sinkron dengan
dunia yang bukan merupakan dunia manusia. Kemudian asumsi yang ketiga yaitu
pemikiran-pemikiran dari Teori Hijau menekankan bahwa praktik modern yang
didukung oleh sistem kepercayaan filosofis dari antroposentris telah menyebabkan
permasalahan-permasalahan atau krisis lingkungan (Steans et. al, 2005: 214).

Pada pembahasan kali ini, pemakalah akan menjelaskan beberapa hal lebih
mendalam terkait teori hijau dalam aspek Hubungan Internasional yang juga
menjadi isu global pada saat sekarang ini. Banyak penyebab yang kemudian
memantik permasalahan lingkungan lokal yang kemudian berimbas terhadap
Negara lain yang kemudian menjadikan permasalahan ini sebagai isu global.

3
PEMBAHASAN
Green Thought
Kepedulian kepada lingkungan sudah menjadi cerita lama dan bukanlah hal
yang benar-benar baru. Sejarah bencana lingkungan dan hukum-hukum lingkungan
untuk mencegah bencana-bencana seperti itu kembali lagi sudah sangatlah panjang.
Filsuf Yunani, Plato, pernah mengeluhkan tentang tanah yang menjadi gersang
karena praktik-praktik pertanian. Orang-orang di pulau paskah atau Easter Island
yang mengubah tanah di pulau yang sangat indah tersebut menjadi sangat buruk
dengan ritus penyembahan kanibalistik sementara sejarah Inggris dan AS penuh
dengan contoh kepedulian dan berbagai hukum anti-polusi. Mungkin, dengan
terjadinya revolusi industri abad ke-21 dan konsentrasi penduduk di kota yang
semakin tinggi, mulai terlihat munculnya kesadaran bersama terhadap lingkungan.
Kesadaran ini makin berkembang seiring dengan pencapaian teknologi abad ke-20.

Sejak 1960-an mulai muncul suatu kepedulian yang leibh serius terhadap
lingkungan hidup, setidaknya di antara para akademisi-akademisi di Barat. Inti dari
kepedulian semacam adalah menimbang kembali hubungan ‘manusia-alam’.
Dalam suatu contoh yang paling sederhana, misalnya, para akademisi yang
menaruh simpat terhadap ‘gerakan hijau’ akan terus menantang sebuah pandangan
yang melihat alam sebagai suatu yang eksternal terhadap umat manusia yang kejam
dan berbahaya. Sebuah pandangan yang menyatakan bahwa lingkungan alam kita
harus ditaklukkan dan dijajah daripada dihormati dan hidup didalamnya. Dari gerak
menimbang kembali hubungan manusia-alam ini, suatu perspektif yang lebih kritis
telah muncul. Untuk tujuan-tujuan kita, maka kita akan menggunakan istilah Green
Thought untuk membedakan pendekatan-pendekatan kritis semacam ini terhadap
hubungan manusia-alam, dari berbagai bentuk pendekatan ‘thingking green’ yang
lebih sempit dan reformis.

Green Thought menuntut perubahan-perubahan radikal (mendasar) dalam


hal organisasi sosio-politik dan penghargaan bagi spesies non-manusia. Green

4
Thought tidak perlu menjadi sebuah posisi yang tetap tetapi secara umum terlibat
alam ;
1. Suatu penolakan/penambahan ulang terhadap pandangan-pandangan
antroposentris.
2. Suatu penolakan terhadap strategi-strategi pembangunan yang terlalu
mendorong pertumbuhan ekonomi hingga jauh diatas kualitas kehidupan.
3. Keyakinan bahwa campur tangan manusia dalam hokum alam saat ini
sedang mengancam keberlangsungan hidup umat manusia dan spesies
lainnya.
4. Sebuah desakan atas perlunya perubahan mendasar dalam struktur sosial,
ekonomi dan teknologi dalam sistem ideologi nilai.
5. Suatu pemisahan antara kebutuhan-kebutuhan vital dan non-vital.
6. Suatu etika yang berdasarkan teori tentang nilai yang peduli pada
lingkungan yang menempatkan nilai intrinsik dalam kehidupan non
manusia.
7. Sebuah komitmen aktif terhadap penerapan perubahan yang diperlukan
untuk mencapai masa depan yang hijau yang mencakup promosi gaya-gaya
alternatif, nilai-nilai dan suatu desentralisasi kekuasaan.

Perbedaan antara “thingking green” dengan “green thought” dapat


dijelaskan sebagai berikut : Pertama, Thingking green berkaitan dengan
environmentalisme yaitu mengintegrasikan lingkungan hidup ke dalam ideologi-
ideologi yang berfokus kepada manusia (anthropocentric). Kedua, Green thought
berkaitan dengan ecologisme yaitu sebuah ideologi, ecocentric, tidak terlalu
berfokus pada kepentingan manusia.

Green Thought menjelaskan mengenai tantangan mendasar dan penting


yang ditemui dalam isu lingkungan dan penyelesaian terhadap masalah lingkungan
hidup. Secara mendalam, perspektif ini membahas sampai kepada sistem negara,
struktur utama perekonomian global, institusi-institusi global, dan bahkan teknologi
modern yang dimanfaatkan secara ekstensif dalam penyelesaian masalah

5
lingkungan hidup, dalam beberapa hal dianggap kurang tepat dan dianggap sebagai
penyebab dari degradasi lingkungan hidup secara global, padahal diharapkan
sebagai pemberi solusi atas krisis lingkungan yang sedang dialami. Tak dapat
dipungkiri terkadang solusi-solusi yang digunakan mulanya untuk memperbaiki
ataupun menyelesaikan permasalahan lingkungan, justru menambah permasalahan
lingkungan hidup (andrew, 1996:355). Tanpa harus menghindarkan asal usul
pemikiran lingkungan yang kompleks dan panjang, sebaiknya kita dapat membuat
cara lain untuk benar-benar mendapatkan pemahaman tentang krisis kontemporer
dan upayaupaya apa yang dapat dilakukan untuk membuat perbaikannya

Pentingnya Green Thought sebagai Pemikiran


Menurut pada yang kita istilahkan sebagai ‘thingking green’, mungkin
asumsi-asumsi umum yang muncul adalah dunia menghadapi permasalahan
lingkungan hidup yang sangat serius; lingkungan hidup sangatlah memiliki arti
yang penting karena, dalam beberapa pengertian, terus meipisnya suber daya alam,
pemanasan global, degradasi lingkungan dan polusi, yang semua itu merupakan
ancaman bagi kondisi hidup ras manusia; Setelah mengetahui karakteristik global
beberapa masalah atau isu lingkungan hidup, maka sangatlah tepat permasalahan
ini diperhatikan oleh para sarjana Hubungan Internsional; dan permasalahan
lingkungan global bisa dipecahkan, atau sedikitnya diatur, melalui kerja sama lewat
forum-forum yang sudah ada atau baru termasuk juga institusi- institusi global.

Mereka yang sependapat dengan yang kita sebuh sebagai Green Thought
berpendapat bahwa hubungan anatara manusia dengan alam secara luas
menjelaskan krisis lingkungan hidup yang sedang terjadi saat ini dan berbagai fase
hubungan ini perlu disusun ulang secara mendasar, jikat planet dan semua
penghuninya memang ingin menikmati sebuah masa depan yang aman. Para
pendukung Green Thought mempunyai pemahaman yang sangat khusus tentang
karakteristik dari krisis lingkungan hidup saat ini. Inti dari pemahaman ini adalah
sebuah kepercaaan bahwa dunia itu sendiri dari serangkaian ekosistem yang saling
berkaitan. Untuk itu, tidaklah mungkin untuk membuat suatu pembagian yang nyata

6
antara manusia dan mahkluk hidup lainnya. Green Thought menawarkan suatu cara
pandangan ‘holistik’ yang menyoroti eratnya hubungan antara kehidupan manusia
dan ekosistem global (Steans, 2009:382)

Green Thought dalam HI


Meski pengaruh dari berbagai peristiwa, laporan dan buku-buku lingkungan hidup
terkesan sangat kuat terhadap masyarakat dari tahun 1960-an hingga sekarang,
namn pada saat krisis Perang Dingin semua pengaruh ini tidak lagi memiliki
dampak yang penting terhadap Hubungan Internasional yang kala itu didominasi
oleh suatu perhatian atas politik kekuasaan (realisme) dan yang kemudian oleh
ekonomi internasional (pluralisme liberan dan strukturalisme). Kenyataan yang
menunjukkan bahwa HI sangatlah mulai memikirkan isu-isu lingkungan dan
filsafaat-filsafat mengenai lingkungan hidup secara lebih serius tidaklah muncul
sebelum Perang Dingin berakhir. Meskipun beberapa karya menilai telah
dihasilkan, ketertarikan para sarjana HI pada lingkungan hidup dianggap sebagai
suatu bagian tren 1990-an oleh beberapa kalangan yang diidentikkan dengan akhir
Perang Dingin. Terdapat juga suatu kecenderungan untuk memperlakukan
perhatian terhadap lingkungan sebagai sebuah isu dalam hubungan internasional
atau thingking green daripada menganggap Green Thought sebagai sebuah
pendepatan yang dapat diterapkan di berabagai bidang.

Pengintergrasian isu-isu lingkungan ke dalam ilmu Hubungan Internasional


adalah selayaknya teks-teks pendahulaun yang cenderung akan
menyederhanakannya dalam berbagai kemungkinan yang ada. Sebagai contoh dari
kemungkinan tersebut, misalnya, para kamu realis lebih cenderung mendahulukan
peperangan daripada sumber daya alam. Tidak jarang lingkungan dipandang
sebagai sebuah aspek dari hubungan Utara-Selatan; dalam kerangka pandangan
semacam ini, para sarjana Neo-Marxis mungkin saja memusatkan perhatian pada
hubungan yang dekat antara kemiskinan, kesenjangan, dan kehacunran ekologi,
atau mungkin menyatakan bahwa suatu kepedulian mengenai lingkungan akan
memunculkan masalah-masalah tertentu bagi teori ekonomi liberal ortodoks. Pada

7
pluralis liberal, di sisi lain, memberikan perhatian pada hubungan-hubungan yang
kompleks yang melingkupi sistem enviromental. Masalah-masalah lingkungan
yang perlu diperhatikan, seperti hujan asam, habisnya sumber daya, erosi tanah,
kelangkaaan makanan, dan pemanasan global, bahkan ketika diketahui bahwa hal-
hal tersebut menjadi sebuah ancaman bagi seluruh planet, bisa jadi hanya akan
dilihat sebagai isu-isu yang saat ini sedang giat berusaha untuk masuk ke dalam
agende internasional atau ‘masalah-masalah’ yang harus dipecahkan kerja sama
internasional.

Kini terdapat suatu literatur tentang Teori Politik Hijau yang dikembangkan
dengan baik yang menjadi suatu dasar yang berguna sebagai gagasan Politik Hijau
mengenai HI. Tiga literatur utama mengajukan gagasan yang sedikit berbeda
tentang penjelasan karakteristik Politik Hijau. Eckersley menyatakan, karakteristik
tersebut adalah erkosentrisme sebuah penolakan terhadap pandangan hidup dunia
antroposentris yang hanya menempatkan nilai moral atas manusia menuju sebuah
pandangan yang juga menempatkan nilai independen atas ekosistem dan semua
makhluk hidup (Eckersley, 1992:42). Goodin juga menempatkan etika pada pusat
pemikiran Politik Hijau, yang menyatakan bahwa nilai teori hijau berada pada inti
teori Politik Hijau. Perumusannya mengenai nilai-nilai teori Politik Hijau, bahwa
sumber nilai segala sesuatu adalah fakta bahwa segala sesuatu itu mempunyai
sejarah yang tercipta oleh proses alami, bukan oleh rekayasa manusia (Goodin,
1992:27)

Para pemikir dalam Green Thought ini berasumsi bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara tindakan manusia terhadap lingkungannya dengan terjadinya
kerusakan lingkungan hidup itu sendiri. Green Thought juga menawarkan suatu
cara pandang holistik yang dapat melihat betapa eratnya hubungan antara
kehidupan manusia dengan ekosistem global, pada intinya adalah menekankan
tentang keharusan memelihara lingkungan untuk kelangsungan kehidupan semua
makhluk hidup.

8
Istilah lingkungan hidup sendiri merupakan sebuah penemuan abad ke-19,
yang pertama kali muncul dalam karya Ernst Haeckl. Karya Haeckl itu sangatlah
penting karena dari sinilah kita mendapat gambaran tentang lingkungan hidup
sebagai suatu yang saling berkaitan dan tentang alam sebagai sesuatu yang hidup.
Green Thought memiliki etika seperti halnya politik. Hal yang paling istimewa
dalam Green Thought adalah sikapnya terhadap keadilan, moralitas, dan etika, yang
bagaimanapun juga ternyata memiliki hubungan yang pada akhirnya dapat
memenuhi keseimbangan hidup. Green Thought juga menjelaskan caranya dalam
menentang persepsi mengenai pengertian dari istilah-istilah seperti konflik dan
kekerasan yang kemungkinan ditemui dalam pengaplikasian solusi dari masalah
lingkungan hidup.

Konflik tidak hanya secara langsung mengkonotasikan kekerasan fisik,


namun konflik disini berarti perbedaan-perbedaan sudut pandang yang masing-
masing berkomitmen untuk menyelesaikan suatu perbedaan menurut caranya
sendiri. Dalam hal ini muncul suatu konflik mendasar dalam berbagai kelompok
masyarakat manusia antara pendukung masyarakat industri yang cenderung
menghancurkan lingkungan (sebuah paradigma pertumbuhan) dan mereka yang
menentang cara mengatur masyarakat yang semacam ini (suatu paradigma
pembatasan pertumbuhan). Bagi Green Thought, terdapat suatu kebutuhan untuk
menentang pandangan ini dan memperjuangkan kembali serangkaian keyakinan
tentang karakteristik krisis lingkungan hidup.

Bermula dari pengetahuan (knowledge) dan kesadaran (awareness) akan


sebuah masalah. Scientific origins, dipicu oleh sains dan teknologi. Contoh kasus
dalam buku “Limits to Growth” yang ditulis oleh Club of Rome tahun 1972 bahwa
para peneliti membuat sebuah permodelan komputer untuk membuktikan temuan
mereka yaitu faktor lingkungan hidup akan menjadi penghambat pertumbuhan
manusia dan atau menjadi penyebab kehancuran. Berarti terjadi spekulasi tentang
hubungan manusia dengan alam dan munculnya hubungan yang saling
ketergantungan

9
Asumsi dasarnya adalah Greens lebih menekankan kepada konsep global
daripada internasional. Misalnya komunitas global diperlukan untuk mengawasi
sumber daya alam. Greens menganalisa praktek-prektek kehidupan manusia yang
tidak lagi sinkron dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Greens, krisis
lingkungan hidup disebabkan oleh sistem kepercayaan yang terlalu fokus pada
pemenuhan kebutuhan manusia (anthropocentric).

Adapun Green Thought memiliki lima prinsip, yakni pertama biospherical


egalitarianism-in principle yang berarti pengakuan terhadap semua organisme dan
makhluk hidup memilki kesamaan martabat. Pengakuan ini menunjukkan adanya
sikap hormat terhadap semua cara dan bentuk kehidupan di alam semesta. Kedua,
prinsip nonantroposentrisme, yaitu prinsip yang menyatakan bahwa manusia
merupakan bagian dari alam, bukan diatas atau terpisah dari alam. Manusia tidak
dilahat sebagai penguasa dari alam semesta, tetapi sama dengan status ciptaan tuhan
yang lainnya. Ketiga, prinsip self realization yang menurut Naess, manusia
merealisasikan dirinya dengan mengembangkan potensi dirinya. Keempat, survival
of the fittest yang dipahami sebagai kemampuan untuk hidup bersama dalam relasi
yang erat. Kemudian yang kelima adalah prinsip live and let live, yang menyatakan
pengakuan dan penghargaan terhadap keanekargaman hidup.

Berdasarkan kelima prinsip dalam pengembangan gerakan lingkungan


hidup tersebut, yang perlu dilaksanakan sekarang ini adalah memelihara kesadaran
ekologis mengenai kesatuan tak terpisahkan dari semua bentuk kehidupan di alam
ini. Oleh karena itu menurut Naess, perlu ditinggalkan konsep dan paradigma
pembangunan berkelanjutan dengan konsep dan paradigma berkelanjutan ekologis.
Paradigma ini menurut sikap hormat dan perlindungan atas kekayaan dan
keanekaragaman bentuk kehidupan di bumi. 7 paradigma ini juga menunjukkan
tuntutan dari penghentian kebijakkan ekonomi dan politik yang memiliki tujuan
utama yaitu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta gaya hidup
yang konsumtif. Adapun dalam menanggulangi permasalahan lingkungan hidup,
diperlukan pengembangan potensi daerah disebuah Negara.

10
Sebuah Negara, pembangunan wilayahnya akan sangat dipengaruhi oleh
pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan menata system pengelolaan
tersebut karena berkaitan pula dengan pendekatan manajemen. Pendekatan
manajemen lingkungan sangat mengutamakan kemampuan manusia dalam
mengelola lingkungannya, sehingga pandangan tersebut harus diubah dengan
melakukan sebuah pendekatan yang disebut dengan ramah lingkungan, dimana
ramah lingkungan disini dimaksudkan sebagai tindakan yang mendukung
pembangunan ekonomi. Memang , dalam mengubah sikap dan kelakuan terhadap
lingkungan hidup bukanlah pekerjaan mudah.

Pada dasarnya usaha ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni dengan
instrument dan pengawasan, bertujuan untuk mengurangi pilihan prilaku dalam
usaha pemanfaatan lingkungan hidup, misalnya dengan zonasi, preskripsi teknologi
tertentu, dan pelanggaran kegiatan yang merusak lingkungan hidup. Kemudian
melalui instrumen ekonomi, yang bertujuan untuk mengubah nilai untung relatif
dengan mempertimbangkan pengurangan pajak untuk produksi dan penggunaan
alat yang hemat energi, pemungutan retribusi limbah dan pemberian denda bagi
pelanggar peraturan. Dan terakhir dengan instrumen persuasif, yang bertujuan
mendorong masyarakat secara persuasif untuk mengubah persepsi hubungan
manusia dengan lingkungan hidup kearah prioritas. Tujuan jangka panjang
instrumen persuasif adalah agar nilai-nilai yang diajarkan dapat diinternalkan oleh
para pelaku, sehingga mengakibatkan perubahan permanen pada kelakuan terhadap
lingkungan hidup, kemudian kelakuan itu dapat membudaya.

Studi Kasus

Pencemaran Air yang terjadi di Tiongkok

Permasalahan lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia
internasional dimana suatu permasalahan lingkungan yang terjadi di satu negara
telah menjadi tanggung jawab dunia internasional. Permasalahan lingkungan yang

11
terjadi meliputi pencemaran lingkungan, degradasi sumber daya dan pemanasan
global. Pencemaran lingkungan adalah salah satu bentuk kerusakan lingkungan
yang terjadi akibat kegiatan atau aktifitas manusia yang dilakukan secara sengaja.
Pencemaran air menjadi salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh beberapa
negara di dunia. Pencemaran atau polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi,
unsur atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang
ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Salah satu dampak terjadinya
polusi air adalah kemajuan teknologi, ekonomi ataupun pembangunan yang
mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur
dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak1.

Isu pencemaran lingkungan di Tiongkok, muncul ketika pertumbuhan


ekonomi dan industrialisasi Tiongkok menunjukkan kemajuan yang luar biasa.
Seiring dengan perkembangan positif tersebut. Dimana efek dari kemajuan
ekonomi dan industrialisasi Tiongkok membawa dampak buruk terhadap sektor
lingkungan. Kerusakan lingkungan yang menimpa Tiongkok amat serius.
Bersamaan dengan laju pertumbuhan ekonomi, urbanisasi dan industrialisasi
selama dua dekade, meningkat juga tingkat polusi air yang tinggi. Isu lingkungan
telah menjadi pilar penting dalam warna pembangunan sejak awal tahun 1970-an.
Bahkan semenjak akhir 1980-an soal ini telah menjadi arus utama berbagai
kebijakan pembangunan baik di tingkat global maupun nasional2.

Tiongkok menjadi pusat bagi barang-barang yang kebanyakan digunakan


oleh hampir seluruh penduduk dunia. Aktivitas-aktivitas produksi dalam skala
masif tersebut tentu punya dampak merusak lingkungan. Salah satu indikatornya
ialah pencemaran air sungai yang begitu parah. Tiongkok dikenal sebagai negeri
dengan jumlah sungai yang tidak terhitung. Tiongkok yang hingga kini masih

1
Rambu, Asana. Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Industri (Studi Kasus Pencemaran Air di
Tiongkok). Makalah Environment & International Trade, 2014. Hal 4-5
2
Nanang Indra Kurniawan, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Poliik Pengelolaan Lingkungan
dan Sumber Daya Alam, Universitas Gajah Mada Vol. 16, No.1, Juli 201.,hal 2

12
berada pada peringkat pertama sebagai pelaku pencemaran air terbesar di dunia,
masih tetap dengan alasan yang sama yakni limbah industri.

Limbah industri yang dihasilkan dari kegiatan pabrik-pabrik di Tiongkok,


secara jelas telah mendukung kerusakan lingkungan diingat bahwa Tiongkok
merupakan basis produksi terbesar di dunia. Ditambah lagi dengan pembuangan
sampah dari penduduk sekitar sungai yang semakin memperburuk keadaan sungai-
sungai di Tiongkok. Rusaknya sumber air yang ditandai dengan masuknya racun
serta limbah berbahaya ke sungai-sungai yang sebenarnya menjadi sumber air
minum. Namun, kerusakan lingkungan akibat aktivitas produksi (limbah) ini sering
luput dari perhatian publik. Bukan saja pemerintah Tiongkok yang harus
bertanggung jawab, tetapi juga perusahan-perusahaan yang melakukan aktifitas
produksi di Tiongkok. Perusahaan-perusahaan seperti Apple, Canon, LG, Hewlett-
Packard, Motorola, Shell, Nestle, Levi's, Puma, Next, Adidas, Nike, Zara
merupakan sebagian dari 650 perusahaan yang masuk dalam daftar hitam sebagai
penyumbang pencemaran air di Tiongkok3.

Pencemaran air yang terjadi di Tiongkok sudah menghasilkan dampak yang


tidak sedikit bahkan tergolong berat. Menyerang perairan sungai, danau bahkan
pesisir pantai, limbah hasil kegiatan industri juga mengancam keberlangsungan
makhluk hidup di air maupun manusia sendiri. Pencemaran air di Tiongkok dapat
meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan
ekosistem sungai dan danau. Sekitar 90 % dari kota-kota di Tiongkok telah terkena
dampak dari beberapa tingkt pencermara air dan hamper 500 juta tidak memiliki
akses terhadap air minum yang aman. Kerusakan sumber-sumber air bersih tentu
menjadi masalah serius yang harus diatasi. Namun dengan berkembangnya
kegiatan industri yang semakin meningkat sangat sedikit kemungkina masyarakat
untuk mendapat air bersih4. Sedangkan limbah industri sebagian besar mengandung

3
Opcit, Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Industri
4
Opcit, Rambu, Asana

13
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Zat-zat berbahaya
tersebut dapat menyebabkan pula matinya organisme dalam ekosistem air.

Peran NGO dalam menangani Pencemaran Air di Tiongkok (Greenpeace)

Greenpeace adalah suatu lembaga masyarakat, organisasi lingkungan


global yang bertindak untuk mengubah sikap dan perilaku untuk melindungi dan
melestarikan lingkungan dan mempromosikan perdamaian dengan membuat
sebuah revolusi energi untuk mengatasi ancaman seperti misalnya pencemaran air.
Greenpeace merupakan salah satu New Social Movement (NSM), karena isu utama
yang menjadi perbincangan mereka adalah terkait dengan isu lingkungan5. Tujuan
Greenpeace untuk memperjuangkan kelestarian lingkungan dan perdamaian dunia.
Jika terjadi kerusakan lingkungan, maka Grenpeace akan berperan untuk
menanggulanginya. Greenpeace berhasil mengubah kebijakan pemerintah dunia
dari yang tidak berpihak pada pelestarian lingkungan dan perdamaian menjadi
kebijakan yang pro-lingkungan dan perdamaian

Dalam menanggulangi pencemaran air di Tiongkok, Greenpeace


melakukan serangkaian kegiatan. Pertama advokasi, Dalam usaha ini, Greenpeace
berusaha mengajak masyarakat Tiongkok dalam menangani permasalahan tersebut,
yang mana pencemaran lingkungan yang terjadi di Tiongkok akan dapat merusak
tidak hanya tingkat kesehatan tetapi juga merusak mata pencaharian penduduk
seperti masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai yang memiliki pekerjaan
sebagai nelayan6.

Kedua, monitoring dimana mengawasi kebijakan lingkungan dan aktifitas


perusahaan atau institusi dalam menjaga lingkungan dan pencemaran yang terjadi
sperti contoh Greenpeace melakukan monitoring terhadap pencemaran limbah

5
Deri, Ferdian. Diakses melalui
https://www.academia.edu/9684222/MAKALAH_PERANAN_GREENPEACE_INDONESIA_D
ALAM_MENYELESAIKAN_BEBERAPA_KASUS_PERUSAKAN_LINGKUNGAN_DI_IND
ONESIA, pada tanggal 17 Januari 2015. Pk 07.00 wib
6
Greenpeace Telah Temukan Hormon Pencemaran Lingkungan, diakses melalui
http://www.metrogaya.com/home/greenpeace-temukan-hormon-pencemarlingkungan, diakses
pada 17 Januari 2016. Pk 08.00 wib

14
pabrik jeans yang sempat menghebohkan dunia lewat temuan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) Greenpeace pada tahun 2010. Berdasarkan atas penelitian
tersebut, LSM mengklaim pencemaran di Tiongkok naik 2 kali lipat dari tahun 2007
karena banyaknya industri jeans di Tiongkok7.

. Ketiga, fasilitasi komunikasi dimana Greenpeace sangat berperan besar


dalam membentuk pola komunikasi yang terarah baik antara masyarakat maupun
institusi perusahaan yang seringkali mengalami konflik lingkungan seperti
Komunikasi dari atas ke bawah artinya masyarakat yang mengkomunikasikan
pencemaran yang terjadi di lingkungan mereka kepada pihak lain, dalam hal ini
pihak lain tersebut bisa berupa LSM, Organisasi internasional, atau negara,
sedangkan komunikasi dari bawah ke atas yaitu pihak lain dalam hal ini bukan
masyarakat, bisa berupa LSM, Organisasi Internasional, ataupun negara yang
mengkomunikasikan keadaan tertentu ke masyarakat, contoh dari komunikasi
tersebut dapat berupa aksi kampanye8.

Peran Greenpeace dalam mengatasu pencemaran air di Tiongkok bisa


dikatakan masih kurang berhasil dalam menanggulangi pencemaran air di
Tiongkok. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat kesadaran
lingkunngan di masyarakat Tiongkok yang masih sangat rendah dan juga
kepentingan-kepentingan ekonomi masyarakat yang bekerja di perusahaan-
perusahaan khususnya di pabrik tersebut yang menjadi faktor tingkat kesadaran
ekonomi lebih besar dibadingkan kesadaran lingkungan. Lalu minimnya dukungan
dari pihak lokal dalam mendukung kampaanye yang dilakukan oleh Greenpeace
terutama untuk memperlihatkan bahwa pembuangan limbah ke aliran air dan
sungai-sungai di Tiongkok dapat berakibat negatif pada rakyat Tiongkok.
Selanjutnya Pemerintah Tiongkok mendatangkan investor asing maupun investor
swasta nasional dengan tujuan mendapat keuntungan lebih besar dalam
pengembangan ekonomi negara yang tidak ramah lingkungan meskipun terdapat

7
Pembuatan celana blue jeans banyak menyumbang polusi” terdapat dalam http://www.
detikhealth.com, diakses pada tanggal 17 Januari 2016. Pk. 08.00 wib
8
Dori, Gusman & Tri, J. Waluyo. Peran Greenpeace dalam penanganan Kerusakan Lingkungan di
Tiongkok. Jurnal Transnasional, Vol. 6, No. 2. 2015. Hal 10

15
ketentuan huku yang mengatur masalah lingkungan di Tiongkok. Hal yang
dirasakan sangat sulit dimana sistem negara Tiongkok itu sendiri yng berideologi
Komunis dan monopartai yang mengawasi secara ketat serta melakukan
pembatasan terhadap organisasi asing maupun organisasi local dalam menyuarakan
masalah lingkungan dan sosial9.

Langkah yang diambil Greenpeace merupakan usaha tingkat nasional dalam


menanggulangi pencemaran air di Tiongkok. Hal ini tidak hanya penting bagi
masyarakat Tiongkok namun juga masyarakat di wilayah sekitar negara Tiongkok
yang mulai merasakan dampak akibat pencemaran air ini.

9
Alfiannor, Rozikin. Keterlibatan Greenpeace dalam penanganan kerusakan lingkungan. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 2013. Hal 1

16
PENUTUP
Dari penjelasan panjang diatas dapat disimpulkan bahwa isu-isu lingkungan
telah dibahas oleh para sarjana HI dalam berbagai cara kajian dan demikian pula
‘thingking green’ dan green thought telah memberikan pengaruh terhadap disiplin
ini diberbagai cara. Penambahan isu lingkungan hidup telah berhasil memperkaya
berbagai persfektif teoritis yang ada dalam Hubungan Internasional dan
memperluas cakupan pemahaman atas suatu cakupan wilayah dan pusat perhatian
studi seperti negara, konflik, kesenjangan, kerjasama, lembaga dan pemerintah.

Penambahan merupakan suatu pendekatan problem solving terhadap


permasalahan lingkungan hidup yang berdasarkan suatu pandangan dunia
antroposentris. Berbagai masalah dan bencana lingkungan hidup kontemporer telah
menunjukkan bahaya-bahaya yang ada dalam pengadopsian suatu pandangan
antroposentris seperti itu. Perhatian pada bidang lingkungan hidup telah kemudian
berkembang sebagai hasilnya terutama sejak 1960-an.

Pengidentifikasian Green Thought sebagai suatu tradisi tersendiri juga


merupakan suatu hal yang memungkinkan. Dengan merujuk pada green thought,
pengontruksian suatu posisi green thought atau perspektif hijau yang tentunya
berbeda dari perspektif lainnya dalam HI adalah hal yang sangat memungkinkan.
Inti perspektif hijau adalah suatu perhatian pada hubungan manusia dan alam.
Green thought menekankan perubahan dari pandangan dunia pra modern sebagai
suatu yang penting bagi pemahaman kita tentang permasalahan lingkungan hidup.
Pada masa pra modern orang-orang menghormati atau takut terhadap alam,
sedangkan persepsi modern menekankan kemampuan manusia untuk menaklukkan
alam.

Suatu perspektif hijau menuntut kemudian suatu restrukturalisasi radikal


dari berbagai aspek organisasi manusia, mulia dari kebiasaan sehari-hari seperti
konsumerisme, hingga pada tatanan dunia kontemporer yang dibangun berdasarkan

17
eksploitasi terhadap dunia alam dan penindasan atau menganalisasi terhadap
kelompok-kelompok sosial tertentu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Baylis, John and Steve Smith. (1998). The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations. London: Oxford University.
Press. Hermawan, Yulius P. (2007). Transformasi Dalam Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jackson, Robert & Sorensen, Georg. (2009). Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jemadu, Aleksis, (2008). Politik Global dalam Teori dan Praktek, Bandung: Graha
Ilmu.
Steans, Jill, dan Pettiford, Llyod. (2009). Hubungan Inrtenasional Perspektif dan
Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

19

Anda mungkin juga menyukai