“GREEN THOUGHT”
Disusun oleh:
KELOMPOK 12
Casa Sulthan Mulya 2016210013
Ryan Bhagaskara P 2016210004
Albertus Novan 2016210006
Tiara Hibatullah 2016210003
Iqmal Sabon Lebu 2016210011
2
Sebenarnya, isu lingkungan bukan merupakan isu yang baru saja terjadi di
dalam dunia internasional, namun munculnya industrialisasi dan pertumbuhan
penduduk yang drastis telah meningkatkan skala dan intensitas eksploitasi secara
berlebihan terhadap sumber daya alam di berbagai penjuru dunia. Perubahan iklim
yang terjadi sangat ekstrem baru-baru ini menjadi peringatan keras bahwa
lingkungan menjadi salah satu yang harus dan paling diperhatikan dan dijaga.
Pada pembahasan kali ini, pemakalah akan menjelaskan beberapa hal lebih
mendalam terkait teori hijau dalam aspek Hubungan Internasional yang juga
menjadi isu global pada saat sekarang ini. Banyak penyebab yang kemudian
memantik permasalahan lingkungan lokal yang kemudian berimbas terhadap
Negara lain yang kemudian menjadikan permasalahan ini sebagai isu global.
3
PEMBAHASAN
Green Thought
Kepedulian kepada lingkungan sudah menjadi cerita lama dan bukanlah hal
yang benar-benar baru. Sejarah bencana lingkungan dan hukum-hukum lingkungan
untuk mencegah bencana-bencana seperti itu kembali lagi sudah sangatlah panjang.
Filsuf Yunani, Plato, pernah mengeluhkan tentang tanah yang menjadi gersang
karena praktik-praktik pertanian. Orang-orang di pulau paskah atau Easter Island
yang mengubah tanah di pulau yang sangat indah tersebut menjadi sangat buruk
dengan ritus penyembahan kanibalistik sementara sejarah Inggris dan AS penuh
dengan contoh kepedulian dan berbagai hukum anti-polusi. Mungkin, dengan
terjadinya revolusi industri abad ke-21 dan konsentrasi penduduk di kota yang
semakin tinggi, mulai terlihat munculnya kesadaran bersama terhadap lingkungan.
Kesadaran ini makin berkembang seiring dengan pencapaian teknologi abad ke-20.
Sejak 1960-an mulai muncul suatu kepedulian yang leibh serius terhadap
lingkungan hidup, setidaknya di antara para akademisi-akademisi di Barat. Inti dari
kepedulian semacam adalah menimbang kembali hubungan ‘manusia-alam’.
Dalam suatu contoh yang paling sederhana, misalnya, para akademisi yang
menaruh simpat terhadap ‘gerakan hijau’ akan terus menantang sebuah pandangan
yang melihat alam sebagai suatu yang eksternal terhadap umat manusia yang kejam
dan berbahaya. Sebuah pandangan yang menyatakan bahwa lingkungan alam kita
harus ditaklukkan dan dijajah daripada dihormati dan hidup didalamnya. Dari gerak
menimbang kembali hubungan manusia-alam ini, suatu perspektif yang lebih kritis
telah muncul. Untuk tujuan-tujuan kita, maka kita akan menggunakan istilah Green
Thought untuk membedakan pendekatan-pendekatan kritis semacam ini terhadap
hubungan manusia-alam, dari berbagai bentuk pendekatan ‘thingking green’ yang
lebih sempit dan reformis.
4
Thought tidak perlu menjadi sebuah posisi yang tetap tetapi secara umum terlibat
alam ;
1. Suatu penolakan/penambahan ulang terhadap pandangan-pandangan
antroposentris.
2. Suatu penolakan terhadap strategi-strategi pembangunan yang terlalu
mendorong pertumbuhan ekonomi hingga jauh diatas kualitas kehidupan.
3. Keyakinan bahwa campur tangan manusia dalam hokum alam saat ini
sedang mengancam keberlangsungan hidup umat manusia dan spesies
lainnya.
4. Sebuah desakan atas perlunya perubahan mendasar dalam struktur sosial,
ekonomi dan teknologi dalam sistem ideologi nilai.
5. Suatu pemisahan antara kebutuhan-kebutuhan vital dan non-vital.
6. Suatu etika yang berdasarkan teori tentang nilai yang peduli pada
lingkungan yang menempatkan nilai intrinsik dalam kehidupan non
manusia.
7. Sebuah komitmen aktif terhadap penerapan perubahan yang diperlukan
untuk mencapai masa depan yang hijau yang mencakup promosi gaya-gaya
alternatif, nilai-nilai dan suatu desentralisasi kekuasaan.
5
lingkungan hidup, dalam beberapa hal dianggap kurang tepat dan dianggap sebagai
penyebab dari degradasi lingkungan hidup secara global, padahal diharapkan
sebagai pemberi solusi atas krisis lingkungan yang sedang dialami. Tak dapat
dipungkiri terkadang solusi-solusi yang digunakan mulanya untuk memperbaiki
ataupun menyelesaikan permasalahan lingkungan, justru menambah permasalahan
lingkungan hidup (andrew, 1996:355). Tanpa harus menghindarkan asal usul
pemikiran lingkungan yang kompleks dan panjang, sebaiknya kita dapat membuat
cara lain untuk benar-benar mendapatkan pemahaman tentang krisis kontemporer
dan upayaupaya apa yang dapat dilakukan untuk membuat perbaikannya
Mereka yang sependapat dengan yang kita sebuh sebagai Green Thought
berpendapat bahwa hubungan anatara manusia dengan alam secara luas
menjelaskan krisis lingkungan hidup yang sedang terjadi saat ini dan berbagai fase
hubungan ini perlu disusun ulang secara mendasar, jikat planet dan semua
penghuninya memang ingin menikmati sebuah masa depan yang aman. Para
pendukung Green Thought mempunyai pemahaman yang sangat khusus tentang
karakteristik dari krisis lingkungan hidup saat ini. Inti dari pemahaman ini adalah
sebuah kepercaaan bahwa dunia itu sendiri dari serangkaian ekosistem yang saling
berkaitan. Untuk itu, tidaklah mungkin untuk membuat suatu pembagian yang nyata
6
antara manusia dan mahkluk hidup lainnya. Green Thought menawarkan suatu cara
pandangan ‘holistik’ yang menyoroti eratnya hubungan antara kehidupan manusia
dan ekosistem global (Steans, 2009:382)
7
pluralis liberal, di sisi lain, memberikan perhatian pada hubungan-hubungan yang
kompleks yang melingkupi sistem enviromental. Masalah-masalah lingkungan
yang perlu diperhatikan, seperti hujan asam, habisnya sumber daya, erosi tanah,
kelangkaaan makanan, dan pemanasan global, bahkan ketika diketahui bahwa hal-
hal tersebut menjadi sebuah ancaman bagi seluruh planet, bisa jadi hanya akan
dilihat sebagai isu-isu yang saat ini sedang giat berusaha untuk masuk ke dalam
agende internasional atau ‘masalah-masalah’ yang harus dipecahkan kerja sama
internasional.
Kini terdapat suatu literatur tentang Teori Politik Hijau yang dikembangkan
dengan baik yang menjadi suatu dasar yang berguna sebagai gagasan Politik Hijau
mengenai HI. Tiga literatur utama mengajukan gagasan yang sedikit berbeda
tentang penjelasan karakteristik Politik Hijau. Eckersley menyatakan, karakteristik
tersebut adalah erkosentrisme sebuah penolakan terhadap pandangan hidup dunia
antroposentris yang hanya menempatkan nilai moral atas manusia menuju sebuah
pandangan yang juga menempatkan nilai independen atas ekosistem dan semua
makhluk hidup (Eckersley, 1992:42). Goodin juga menempatkan etika pada pusat
pemikiran Politik Hijau, yang menyatakan bahwa nilai teori hijau berada pada inti
teori Politik Hijau. Perumusannya mengenai nilai-nilai teori Politik Hijau, bahwa
sumber nilai segala sesuatu adalah fakta bahwa segala sesuatu itu mempunyai
sejarah yang tercipta oleh proses alami, bukan oleh rekayasa manusia (Goodin,
1992:27)
Para pemikir dalam Green Thought ini berasumsi bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara tindakan manusia terhadap lingkungannya dengan terjadinya
kerusakan lingkungan hidup itu sendiri. Green Thought juga menawarkan suatu
cara pandang holistik yang dapat melihat betapa eratnya hubungan antara
kehidupan manusia dengan ekosistem global, pada intinya adalah menekankan
tentang keharusan memelihara lingkungan untuk kelangsungan kehidupan semua
makhluk hidup.
8
Istilah lingkungan hidup sendiri merupakan sebuah penemuan abad ke-19,
yang pertama kali muncul dalam karya Ernst Haeckl. Karya Haeckl itu sangatlah
penting karena dari sinilah kita mendapat gambaran tentang lingkungan hidup
sebagai suatu yang saling berkaitan dan tentang alam sebagai sesuatu yang hidup.
Green Thought memiliki etika seperti halnya politik. Hal yang paling istimewa
dalam Green Thought adalah sikapnya terhadap keadilan, moralitas, dan etika, yang
bagaimanapun juga ternyata memiliki hubungan yang pada akhirnya dapat
memenuhi keseimbangan hidup. Green Thought juga menjelaskan caranya dalam
menentang persepsi mengenai pengertian dari istilah-istilah seperti konflik dan
kekerasan yang kemungkinan ditemui dalam pengaplikasian solusi dari masalah
lingkungan hidup.
9
Asumsi dasarnya adalah Greens lebih menekankan kepada konsep global
daripada internasional. Misalnya komunitas global diperlukan untuk mengawasi
sumber daya alam. Greens menganalisa praktek-prektek kehidupan manusia yang
tidak lagi sinkron dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Greens, krisis
lingkungan hidup disebabkan oleh sistem kepercayaan yang terlalu fokus pada
pemenuhan kebutuhan manusia (anthropocentric).
10
Sebuah Negara, pembangunan wilayahnya akan sangat dipengaruhi oleh
pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan menata system pengelolaan
tersebut karena berkaitan pula dengan pendekatan manajemen. Pendekatan
manajemen lingkungan sangat mengutamakan kemampuan manusia dalam
mengelola lingkungannya, sehingga pandangan tersebut harus diubah dengan
melakukan sebuah pendekatan yang disebut dengan ramah lingkungan, dimana
ramah lingkungan disini dimaksudkan sebagai tindakan yang mendukung
pembangunan ekonomi. Memang , dalam mengubah sikap dan kelakuan terhadap
lingkungan hidup bukanlah pekerjaan mudah.
Pada dasarnya usaha ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni dengan
instrument dan pengawasan, bertujuan untuk mengurangi pilihan prilaku dalam
usaha pemanfaatan lingkungan hidup, misalnya dengan zonasi, preskripsi teknologi
tertentu, dan pelanggaran kegiatan yang merusak lingkungan hidup. Kemudian
melalui instrumen ekonomi, yang bertujuan untuk mengubah nilai untung relatif
dengan mempertimbangkan pengurangan pajak untuk produksi dan penggunaan
alat yang hemat energi, pemungutan retribusi limbah dan pemberian denda bagi
pelanggar peraturan. Dan terakhir dengan instrumen persuasif, yang bertujuan
mendorong masyarakat secara persuasif untuk mengubah persepsi hubungan
manusia dengan lingkungan hidup kearah prioritas. Tujuan jangka panjang
instrumen persuasif adalah agar nilai-nilai yang diajarkan dapat diinternalkan oleh
para pelaku, sehingga mengakibatkan perubahan permanen pada kelakuan terhadap
lingkungan hidup, kemudian kelakuan itu dapat membudaya.
Studi Kasus
Permasalahan lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia
internasional dimana suatu permasalahan lingkungan yang terjadi di satu negara
telah menjadi tanggung jawab dunia internasional. Permasalahan lingkungan yang
11
terjadi meliputi pencemaran lingkungan, degradasi sumber daya dan pemanasan
global. Pencemaran lingkungan adalah salah satu bentuk kerusakan lingkungan
yang terjadi akibat kegiatan atau aktifitas manusia yang dilakukan secara sengaja.
Pencemaran air menjadi salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh beberapa
negara di dunia. Pencemaran atau polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi,
unsur atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang
ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. Salah satu dampak terjadinya
polusi air adalah kemajuan teknologi, ekonomi ataupun pembangunan yang
mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur
dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak1.
1
Rambu, Asana. Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Industri (Studi Kasus Pencemaran Air di
Tiongkok). Makalah Environment & International Trade, 2014. Hal 4-5
2
Nanang Indra Kurniawan, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Poliik Pengelolaan Lingkungan
dan Sumber Daya Alam, Universitas Gajah Mada Vol. 16, No.1, Juli 201.,hal 2
12
berada pada peringkat pertama sebagai pelaku pencemaran air terbesar di dunia,
masih tetap dengan alasan yang sama yakni limbah industri.
3
Opcit, Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Industri
4
Opcit, Rambu, Asana
13
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Zat-zat berbahaya
tersebut dapat menyebabkan pula matinya organisme dalam ekosistem air.
5
Deri, Ferdian. Diakses melalui
https://www.academia.edu/9684222/MAKALAH_PERANAN_GREENPEACE_INDONESIA_D
ALAM_MENYELESAIKAN_BEBERAPA_KASUS_PERUSAKAN_LINGKUNGAN_DI_IND
ONESIA, pada tanggal 17 Januari 2015. Pk 07.00 wib
6
Greenpeace Telah Temukan Hormon Pencemaran Lingkungan, diakses melalui
http://www.metrogaya.com/home/greenpeace-temukan-hormon-pencemarlingkungan, diakses
pada 17 Januari 2016. Pk 08.00 wib
14
pabrik jeans yang sempat menghebohkan dunia lewat temuan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) Greenpeace pada tahun 2010. Berdasarkan atas penelitian
tersebut, LSM mengklaim pencemaran di Tiongkok naik 2 kali lipat dari tahun 2007
karena banyaknya industri jeans di Tiongkok7.
7
Pembuatan celana blue jeans banyak menyumbang polusi” terdapat dalam http://www.
detikhealth.com, diakses pada tanggal 17 Januari 2016. Pk. 08.00 wib
8
Dori, Gusman & Tri, J. Waluyo. Peran Greenpeace dalam penanganan Kerusakan Lingkungan di
Tiongkok. Jurnal Transnasional, Vol. 6, No. 2. 2015. Hal 10
15
ketentuan huku yang mengatur masalah lingkungan di Tiongkok. Hal yang
dirasakan sangat sulit dimana sistem negara Tiongkok itu sendiri yng berideologi
Komunis dan monopartai yang mengawasi secara ketat serta melakukan
pembatasan terhadap organisasi asing maupun organisasi local dalam menyuarakan
masalah lingkungan dan sosial9.
9
Alfiannor, Rozikin. Keterlibatan Greenpeace dalam penanganan kerusakan lingkungan. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 2013. Hal 1
16
PENUTUP
Dari penjelasan panjang diatas dapat disimpulkan bahwa isu-isu lingkungan
telah dibahas oleh para sarjana HI dalam berbagai cara kajian dan demikian pula
‘thingking green’ dan green thought telah memberikan pengaruh terhadap disiplin
ini diberbagai cara. Penambahan isu lingkungan hidup telah berhasil memperkaya
berbagai persfektif teoritis yang ada dalam Hubungan Internasional dan
memperluas cakupan pemahaman atas suatu cakupan wilayah dan pusat perhatian
studi seperti negara, konflik, kesenjangan, kerjasama, lembaga dan pemerintah.
17
eksploitasi terhadap dunia alam dan penindasan atau menganalisasi terhadap
kelompok-kelompok sosial tertentu.
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Baylis, John and Steve Smith. (1998). The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations. London: Oxford University.
Press. Hermawan, Yulius P. (2007). Transformasi Dalam Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jackson, Robert & Sorensen, Georg. (2009). Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jemadu, Aleksis, (2008). Politik Global dalam Teori dan Praktek, Bandung: Graha
Ilmu.
Steans, Jill, dan Pettiford, Llyod. (2009). Hubungan Inrtenasional Perspektif dan
Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
19