Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

KONSEP NIKAH MUDA MENURUT PANDANGAN AL-QUR’AN

MENURUT TAFSIR IBNU KATHSIR

Di SusunOleh:

Muhammad Riza Fachruddin


NIM: 3119097

JURUSAN USHULUDDIN PRODI: ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PEKALONGAN

2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjalan kan pernikahan berarti melaksanakan ajaran agama. Pernikahan dinilai


tidak hanya sekedar jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan menuju pintu
perkenalan, akan tetapi menjadi jalan untuk memeliharanya dari perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh agama. Sehingga Rasulullah memerintahkan bagi orang-orang yang
memiliki kesanggupan agar hidup berumah tangga yang ditandai dengan pernikahan.
Beberapa hal yang berpengaruh dalam memberikan arti dari nikah diantaranya : Sistem
hukum, keyakinan atau bisa juga karena unsur-unsur yang hendak digunakan dalam
perumusan tentang nikah. Misalnya perbedaan konsep nikah dalam hukum perdata,
agama non Islam dengan konsep nikah menurut hukum Islam. Dalam bahasa Indonesia,
perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk
keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Perkawinan disebut juga “pernikahan”, berasal dari kata nikah yang menurut bahasa
artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi). Kata “nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga
untuk arti akad nikah.1

Didalam kitab Bulughul Maram di katakan “Wahai anak Muda, barang siapa yang
mampu menikah maka menikah lah, maka sesungguh nya menikah itu mencegah kita
dari pandangan yang tidak baik dan membentengi alat kelamin kita, barang siapa yang
tidak mampu melaksanakan itu maka berpuasalah, maka sesungguhnya dia telah
menjaga nya”.2 Sudah jelas sesungguh nya seseorang yang sudah siap di sini di boleh
kan untuk menikah, bagi yang sudah mampu tidak harus menunggu di waktu tua untuk
menikah. Rukun nikah hanya ada lima :

1. Calon Pengantin Laki laki

1
Abdul rahman Ghozali, 2003, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana), hal.8

2
Imam hafidzh bin ali ma’ruf bin hajar al atsqolani, 1449 Bulughul maram , Jakarta : Dar Al-kutub Al
islamiyah,hal.186.
2. Calon Pengantin Putri
3. Wali Nikah
4. Dua orang saksi
5. Ijab dan Qobul
Jadi kenapa kita di wajibkan untuk nikah muda, karena untuk mencegah dari hal hal
yang tidak di ingin kan, rukun dari nikah sendiri ada lima seperti yang di atas. Tentu
nya sangat mudah, namun kebanyakan masyarakat Indonesia khusus nya di jawa selalu
mengikuti adat istiadat yang di lakukan oleh Daerah masing masing sehingga
melaksanakan pernikahan harus sudah sesuai dengan adat nya, selain itu juga harus
nunggu waktu tua, banyak uang nya, sudah bekerja, dan lain sebagai nya.
Allah Ta'ala berfirman "Apakah manusia mengira bahwa dia akan dibíar kan begitu
saja?" Yaitu, dia tidak akan dibiarkan hidup di dunia ini begitu saja, tanpa perintah dan
larangan. Mereka tidak akan dibiarkan dalam kuburnya begitu saja sehingga tidak akan
dibangkitkan lagi. Bahkan, selama hidup di dunia ia akan menerima perintah dan
larangan, dan akan dikumpulkan kepada Allah Ta'ala di akhirat nanti. Yang dituju dari
ayat ini adalah penegasan tentang adanya hari berbangkit dan bantahan terhadap orang-
orang yang menyimpang, bodoh dan membangkang. Itulah sebabnya Allah
berargumentasi mengenai hari berbangkit dengan penciptaan pertama. Allah Ta'ala
berfirman "Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan." Bukankah manusia
itu pada asalnya adalah setetes air hina yang dipancarkan. Yang dipancarkan dari
tulang-tulang sulbi kemudian menembus ke dalam rahim. "Kemudian mani itu menjadi
segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya." Kemudian dari
air mani itu jadilah segumpal darah, kemudian menjadi sepotong daging, kemudian
dibentuk dan ditiupkan ruh. Jadilah dia makhluk yang lain, dengan tubuh yang
sempurna dan normal, laki-laki ataupun wanita, dengan izin dan kuasa Allah. Itulah
sebabnya Allah Ta'ala berfirman, "Lalu Allah menjadikan darinya sepasang; laki-laki
dan wanita.”3 Tidak diragukan lagi, bahwasannya kita sebagai manusia mempunyai
aturan aturan dari Allah Ta’ala yang harus kita patuhi. Banyak sekali perintah perintah
dan larangan larangan Allah Ta’ala yang harus kita jalani seperti dalam surat
Al Qiyamah ayat ke 39, memerintahkan kita untuk saling berpasang pasangan maka di
dalam ilmu Fiqih di sebut dengan pernikahan (kawin).

3
Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah ringkasan Ibnu Katshir jilid 3, Jakarta : Gema
Insani, 2006, hal.872.
Di antara tanda tanda kekuasaan Allah Ta’ala adalah menunjukan kebesaran dan
kesempurnaan nya ialah dia yang menciptakan bapak kamu Adam, kemudian tiba tiba
kamu menjadi manusia yang berkembang biak. Selain itu juga ada firman Allah Ta’ala
“Dan di antara tanda tanda kekuasaan nya ialah Dia yang menciptakan istri istri dari
jenis mu sendiri,” yakni menciptakan wanita dari jenis mu sebagai pasangan hidup.”
Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepada nya”. Yakni, agar terciptalah
keserasian diantara mereka, karena kaulah pasangan itu bukan dari jenis mu, niscaya
timbullah keganjilan. Maka di antar rahmat nya ialah Dia menjadikan kamu semua laki
laki dan perempuan, dari jenis yang satu sehingga timbullah rasa kasih sayang, cinta dan
senang. Karena itu, Dia berfirman, “Dan dijadikan nya di antara kamu rasa kasih dan
sayang” agar sarana sarana keterkaitan tetap terpelihara dan proses keturunan pun
berkesinambungan. “ Sesungguh nya pada yang demikian benar benar terdapat tanda
tanda bagi kaum yang berfikir.”4 Kita harus memahami ayat di atas, bahwasan nya
nikah itu menjadi pondasi bagi sesorang, tidak bisa di bayang kan kalau dulu ada yang
nama nya pernikahan pasti kita tidak akan terlahir di dunia ini. Laki laki mencari cari si
perempuan sampai dapat dan si perempuan pun menunggu sampai laki laki datang,
maka hidup itu harus di padukan jadi satu dengan hasil kita mempunyai keturunan
manusia. Cinta dan kasih sayang tumbuh dengan sendiri nya.
Tentang Mawwadan Wa Rahmatan, bisa di tafsirkan bahwa Mawaddatan yang kita
artikan cinta adalah kerinduan seorang laki laki kepada seorang perempuan dan seorang
perempuan kepada seorang laki laki yang di jadikan Allah thabi’at atau kewajiban dari
hidup itu sendiri. Senantiasa mencari teman hidup yang di sertai menumpahkan kasih
yang di sertai kepuasan bersetubuh, oleh sebab itu maka tidak ada salah nya dalam
pandangan ajaran agama islam jika kedua belah pihak suami istri membersihkan badan,
bersolek, berharum haruman, wangi wangian, hingga kasih mesra mawaddatan itu
bertambah mendalam.5
Al-Qur’an sudah menjelaskan berbagai macam cara kehidupan di dunia ini, yang
salah satu nya adalah pernikahan. Konsep nikah muda inilah yang sejak zaman nya
Rasulullah hingga saat ini masih di pakai masyarakat Indonesia. Rasulullah menikah
umur 25, batas usia yang cocok buat seorang laki laki untuk menikah karena di masa itu
seorang laki laki sudah mempunyai jiwa yang besar dan potensi yang sangat tinggi.

4
Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, 2006, Kemudahan dari Allah ringkasan Ibnu Katshir jilid 4, Jakarta : Gema
Insani, hal.759.

5
Hamka, 2002, Tafsir Al Azhar juz xxi , Jakarta : Panjimas, hal.65
Adapaun di zaman sekarang umur 19 tahun pun ada yang sudah menikah, karena
kemampuan nya bagi orang tersebut dalam memenuhi kehidupan keluarga nya, selain
itu juga bisa buat contoh bagi masyarakat Indonesia yang takut untuk menikah karena
faktor usia. Allah Ta’ala berfirman“Sesungguh nya pada yang demikian adalah tanda
tanda bagi kaum yang berfikir.”6 Kita memahami bahwasan nya ayar di atas memberi
peringatan kepda manusia agar mereka berfikir kembali, Cobalah fikirkan bagaiman
jadi nya di dunia ini, laki laki dan perempuan seuka hati nya saja. Tidak ada peraturan
yang bernama nikah dan tidak ada peraturan talak. Akan seperti binatang, sampai
perempuan itu hamil, lalu laki laki itu pergi dan mencari perempuan yang lain.
Perempuan juga menyerahkan dirri nya kepada semua laki laki yang di sukai atau
menyukai dia. Kalau terjadi demikian, tdiak lah begini dunia sekarang, dan tidak lah ada
nya kebudayaan, tidak lah ada rasa cemburu.
Menikah tidak boleh sembarangan memilih calon istri/suami, kita harus tau apakah
orang tersebut termasuk orang yang boleh di nikahi atau bukan, berikut penjelasan
tentang kriteria sesorang yang tidak boleh di nikahi:

1. Ibu ibu mu ( semua yang mencangkup nenek dari jalur ayah atau pun ibu)
2. Anak anak mu yang perempuan ( mencangkup anak anak perempuan dari anak anak
(cucu perempuan) dan seterus nya hingga ke bawah )
3. Saudara saudara mu yang perempuan ( saudara saudara perempuan ayah, ibu, nenek
dan kakek kalian )
4. Saudara saudara mu yang sesusuan ( sebelum genap berusia dua tahun sebanyak
lima kali susuan )
5. Istri istri anak kandung mu ( berbeda dengan anak angkat mu, maka kamu boleh
menikahi janda janda mereka )
6. Mengumpulkan dua perempuan yang bersaudara ( dua perempuan yang bersaudara
krena nasab maupun karena susuan )7
Kita harus memahami lebih dalam sebelum kita melakukan ibadah ini, terkait dengan
syarat dan rukun di dalam melaksanakan tersebut.
Pada hakikatnya perintah itu memiliki tujuan yang mulia dan penuh barakah. Allah
swt. mensyari’atkan untuk kemaslahatan hamba-Nya dan kemanfaatan bagi manusia,
agar tercapai maksud-maksud yang baik dan tujuan-tujuan yang mulia itu. Sesuai
fitrahnya, manusia dilengkapi Tuhan dengan kecenderungan seks. Oleh karena itu,

6
Ibid, hal.66
7
Al khumayyis Muhammad, 2008, Tafsir jalalain, Jakarta Timur : Ummul Qura.
Tuhan menyediakan wadah yang legal untuk terselenggaranya 29 penyaluran tersebut
yang sesuai dengan derajat kemanusiaan. Firman Allah swt. Q.S Ali- Imran/03:14 yang
Terjemahnya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Nikah Muda di dalam Al-Qur’an ?
2. Apa hukum nya nikah muda ?

C. Daftar Pustaka

1. Abdul rahman Ghozali, 2003, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana), hal.8

2. Imam hafidzh bin ali ma’ruf bin hajar al atsqolani, 1449 Bulughul maram , Jakarta : Dar
Al-kutub Al islamiyah,hal.186.

3. Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, 2006, Kemudahan dari Allah ringkasan Ibnu Katshir jilid
3, Jakarta : Gema Insani, hal.872.

4. Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, 2006, Kemudahan dari Allah ringkasan Ibnu Katshir jilid
4, Jakarta : Gema Insani, hal.759.

5. Hamka, 2002, Tafsir Al Azhar juz xxi , Jakarta : Panjimas, hal.65

6. Al khumayyis Muhammad, 2008, Tafsir jalalain, Jakarta Timur : Ummul Qura.

Anda mungkin juga menyukai