Anda di halaman 1dari 15

PEMETAAN TIPE PARTAI POLITIK HASIL PEMILU 2014

MAKALAH

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Wimmy Halim, S.IP., M.Sos

Disusun Oleh:
Andika Prasada Yanuar Sitorus
155120500111045

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Daftar Partai Politik yang ditetapkan KPU sebagai peserta Pemilihan Umum 2014:

1. Partai Golongan Karya

2. Partai Keadilan Sejahtera

3. Partai Kebangkitan Bangsa

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

5. Partai NasDem

6. Partai Gerakan Indonesia Raya

7. Partai Demokrat

8. Partai Amanat Nasional

9. Partai Persatuan Pembangunan

10. Partai Hati Nurani Rakyat

11. Partai Bulan Bintang

12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia


Tipe Partai Politik Peserta Pemilu 2014

CATCH ALL

GOLKAR HANURA
GERINDRA
NASDEM

PKS

PKB PBB

PAN PPP PKPI

MASSA KADER

DEMOKRAT PDIP

DIKTATOR
Penulis menggolongkan Partai Golongan Karya (Partai Golkar) penulis kategorikan dalam
tipe partai catch-all. Di dalam buku The Golkar Way menjelaskan bahwa sejak awal Partai Golkar
memosisikan diri sebagai kekuatan politik yang catch-all dan tidak menganut ideologi politik yang
ekstrem (baik kiri maupun kanan) atau dapat juga disebut sebagai “partai tengah”.1

Dengan adanya sosialaisasi paradigma baru Partai Golkar disampaikan dalam berbagai
forum Partai Golkar maupun dalam kegiatan-kegiatan bersifat konsolidasi. Dalam kegiatan
tersebut dijelaskan tentang progam-progam Partai Golkar dan pemahaman paradigma baru Partai
Golkar kepada kader di berbagai level organisasi. Hal ini dimaksutkan agar kader Partai Golkar
yakin bahwa hanya Partai Golkar yang dapat memberikan perubahan untuk bangsa ini dan agar
kader partai Golkar optimis bahwa partai Golkar dapat memenagkan pemilu 2014.

Sosialisasi paradigma baru partai Golkar disampaikan juga oleh para pengurus pada acara-
acara Musda, Muscam ataupun Musdem.2 Kegiatan–kegiatan tersebut menjadi momen untuk
memberikan informasi kepada kader tentang kondisi dan dinamika Partai Golkar sekarang, yaitu
tentang progam-progam yang akan dilaksanakan, target yang akan dicapai dan bagaimana
langkah-langkah yang harus diambil para kader untuk mencapai tujuan tersebut. Sosialisasi ini
pada dasarnya mengajak para kader Partai Golkar untuk melakukan kerjasama yang solid, supaya
ajakan ini dapat diterima dengan baik, maka perlu penyampaian secara santun dan menaraik,
sehinga dalam performa sosial merupakan sikap santun dan kesoponan untuk mendorong
kerjasama di antara organisasi.3

Berkaitan dengan itu, data Lembaga Survei Indonesia yang diselenggarakan pada bulan
September 2008, menjelaskan bahwa partai Golkar menempati bagan tertinggi dalam hal
kepedulian keinginan rakyat, mewakili rakyat kecil hingga mewakili kelas atas. 4 Dengan program
yang ditawarkan Golkar dalam hal kesejahteraan rakyat.

1
Akbar, Tandjung. 2007. The Golkar Way. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 339
2
Khoirudin, Muchtar. 2013. “Komunikasi Politik Partai Golkar Paradigma Baru Kepimpinan Aburizal Bakrie 2009-
2013” Bangdung: Jurnal Penelitian Komunikasi 16:2. Hal 108
3
Ibid, hal 108.
4
http://www.lsi.or.id/riset/347/kekuatan-electoral-partai-islam. Diakses 14 Oktober 2017.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai yang berbasis agama Islam di Indonesia
tergolong dalam tipe partai kader. PKS merupakan partai yang menjadikan Ikhwanul Muslimin
(IM) sebagai acuan utama dalam gerakan politiknya. Partai ini banyak mengadopsi pemikirn IM
baik dalam ideologi politik, manhaj dakwah, maupun pemahaman keislamannya. Oleh karena itu,
banyak kader PKS yang menyebut partainya sebagai anak ideologis IM. Para aktivis PKS dengan
penuh kesadaran menyebut diri mereka sebagai kader IM.5

Sedangkan seleksi dan pola rekrutmen kader PKS unik dalam perpolitikan Indonesia.
Kader PKS dipilih dan diajukan tidak dengan mengajukan diri tetapi diajukan oleh sekelompok
individu dan atau oleh murabbi (guru pembimbing) menggunakan metode Tarbiyah (pendikan)
berkesinambungan dan terjadwal (halaqah). PKS memakai dua strategi dalam merekrut kader.
Yang pertama adalah pola rekrutmen individual (al-da'wah al-fardhiyyah), atau bentuk pendekatan
orang per orang, meliputi komunikasi personal secara langsung. Calon kader yang akan direkrut
diajak berpartisipasi dalam forum-forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti usrah
(keluarga), halaqah (kelompok studi), liqa (pertemuan mingguan), rihlah (rekreasi), mukhayyam
(perkemahan), daurah (pelatihan intelektual) dan nadwah (seminar).6 Yang kedua adalah pola
rekrutmen institusional (al-da'wah al'amma). PKS berafiliasi dengan berbagai organisasi sayap
yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai dapat mencari individu potensial untuk
dijadikan kader partai. PKS mewajibkan kadernya terlibat aktif dalam pelatihan hierarkis yang
disebut marhalah. Pelatihan ini mencakup proses pembelajaran (ta'lim), pelatihan keorganisasian
(tandzim), pembinaan karakter (taqwin) dan evaluasi (taqwim).7 Dalam sumpahnya sebagai
anggota PKS, kader harus mengucapkan baiat secara lengkap dengan membaca dua kalimat
syahadat. Dengan demikian, sistem sumpah ini tidak memungkinkan non-Muslim menjadi kader
PKS. Namun kader (partisipan) yaitu anggota masih terikat kepada organisasi dan bersifat lebih
umum dan terbuka.

5
M. Rahmat, Imdadun. 2008. Ideologi Politik PKS: dari masjid kampus ke gedung parlemen. Yogyakarta: Pelangi
Aksara. Hal 97.
6
Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
7
Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta:
Teraju.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) penulis kategorikan sebagai partai massa. Sebagai partai
nasionalis dengan basis massa warga Nahdliyyin, ternyata pergerakan PKB bukan berlandaskan
Islam, melainkan atas dasar ikatan jaringan warga Nahdliyin dengan kemasan nasionalisme.
Kelahiran PKB memang sengaja dibentuk oleh para Kiai-Kiai NU untuk mewadahi aspirasi politik
warga Nahdhiyyin yang selama ini dibiarkan disalurkan kemana mana. Kesengajaan ini disadari
membawa konsekuensi, bahwa setelah terbentuk maka akan dilakukan upaya-upaya untuk
mengandangkan aspirasi politik warga pada tempat yang lebih tepat dan lebih bisa menjamin
aspirasi warga NU.8

PKB memiliki sifat keterbukaan meski berbasis massa Nahdliyyin, maka turut diminati
juga oleh golongan selain Nahdliyyin bahkan lintas agama. Untuk sebuah partai yang berbasis
massa Islam, dalam aktifitas politik, PKB terlihat lebih pragmatis dan liberal. Tokoh-tokohnya pun
merupakan warga Nahdliyyin yang giat mempromosikan nilai-nilai liberal seperti pluralisme,
multikulturalisme, sekularisasi negara, feminisme, HAM, dan paham-paham liberal lainnya. Maka
tak heran, meski PKB beranggotakan lintas agama, tetap saja tokoh-tokohnya merupakan tokoh
dari berbagai agama namun berpaham liberalisme. Karena seorang liberal hanya dapat bersinergi
dengan liberal lainnya.

Dalam peta segmentasi politik nasional, posisi PKB masih berada pada ruang ideologis
yang masih sempit, yakni Islam tradisionalis. Tipe Islam tradisional yakni masyarakat Islam di
Indonesia memiliki sistem sosial yang tidak pernah berubah jauh dari bentuk awal mereka sejak
Islam masuk ke Nusantara. Disebut tradisional karena mereka memelihara Islam sebagai tradisi
yang tak pernah berubah sejak jaman islamisasi awal era Wali Songo. Bagi Islib, bentuk
masyarakat seperti ini hanya hidup statis karena menolak perubahan menuju kemajuan. Segala
kemajuan manusia lewat modernisasi selalu ditolak oleh tradisi yang ketinggalan jaman
menggunakan dalil-dalil usang. Masyarakat seperti ini bertahan menggunakan pemikiran Islam
yang telah ada dan enggan melakukan perubahan.9

8
Koirudin. 2005. Menuju Partai Advokasi. Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa. Hal 166.
9
https://jurnalnyala.wordpress.com/2014/03/23/tinjauan-atas-pikiran-islam-liberal. Diakses 14 Oktober 2017.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) penulis kategorikan sebagai tipe partai
kader. Sebagai tipe partai kader pada dasarnya semakin berkualitas dan kuatnya popularitas
seorang kader akan semakin tinggi tingkat dukungan masyarakat terhadap partai yang manaungi
kader tersebut. Tercantum strategi kaderisasi yang diterapkan oleh PDIP untuk menciptakan kader
partai yang paham akan ideologi dan asas perjuangan. Kaderisasi PDIP terdiri dari pertama, model
kaderisasi kelas merupakan model kaderisasi berjenjang berupa pemberian materi kepada para
anggota PDIP. Disetiap jenjang kaderisai mempunyai perbedaan dari materi dan pelatihannya.
Sistematika, metode, jadwal serta materi dalam pelaksanaan kaderisasi disusun oleh Badan
Pendidikan dan Pelatihan Partai yang dibentuk oleh DPP berdasarkan hasil keputusan kongres I
PDIP. Kedua, selain model kaderisasi dengan sistem kelas berupa pemberian materi di kelas, PDIP
juga menerapkan kaderisasi dengan sistem gerakan. Kaderisasi ini lebih terfokus pada kinerja
kader di lapangan dalam menjalankan program partai. Model kaderisasi PDI Perjuangan dengan
sistem gerakan dibagi menjadi tiga yaitu kemampuan kader memperjuangakan kepentingan dan
aspirasi rakyat, pembentukan organisasi sayap, pembentukan jaringan.

Sebagai hasil bentuk kaderisasi PDIP, kader PDIP yang menduduki jabatan sebagai ketua
fraksi PDIP MPR RI dan Wakil Sekretaris Jendral DPP PDIP Ahmad Basarah mampu memberikan
kontribusi dalam ilmu pengetahuan dengan menuntaskan disertasi yang berjudul “Eksistensi
Pancasila sebagai Tolak Ukur Dalam Pengujian Undang-Undang Terhadap Undang-Undang
Dasae Negara Republik Indonesia Tahun 29145 di Mahkamah Konstitusi: Kajian Perspektif
Filsafat Hukum dan Ketatanegaraan”.10 Hasil riset Basarah yang dituangkan dalam disertasinya
itu sejalan dengan prinsip yang selama ini dipegang PDIP, dan sudah diakui negara lewat
penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.

10
http://www.republika.co.id/berita/mpr-ri/berita-mpr/16/12/10/ohye89368-riset-soal-pancasila-jadi-disertasi-
ahmad-basarah. Diakses 14 Oktober 2017.
Partai Nasional Demokrasi (Partai Nasdem) penulis kategorikan dalam tipe partai catch all.
Partai NasDem berawal dari organisasi kemasyarakan tingkat nasional dengan nama Nasioal
Demokrat. Terbentuknya Partai NasDem pun tidak hilang dari aktor Surya Paloh, seorang politisi
dan pemilik media sebagai pemilik modal. Selain itu menurut berita republika online menjelaskan
bahwa Partai NasDem memiliki organisasi sayap seperti Gerakan Massa Buruh (Gemuruh).
Organisasi yang terdiri dari segenap aktivis buruh, serikat buruh, maupun perorangan ini dibentuk
sebagai wujud perjuangan terhadap harkat dan martabat kaum buruh yang sejalan dengan
komitmen Partai Nasdem.11

Partai NasDem mengusung Restorasi Indonesia sebagai visi partai. Restorasi adalah
gerakan untuk mengembalikan Pancasila sebagai jati diri bangsa sebagai dasar kehidupan bersama.
Sebagai partai baru di pemilu 2014, NasDem memeiliki sasaran semua kalngan lintas agama,
profesi dan suku. Dengan dasar partai yang nasionalis, mereka tidak mematok sasaran untuk
menjadi kader.

Berkaitan dengan itu, pendekatan yang digunakan partai NasDem untuk melakukan
pencitraan dengan membuat iklan di media massa, baik media cetak, media elektronik hingga
internet. Dari berdirinya Partai NasDem hingga sekarang, untuk sosialisasi lebih sering
menggunakan media yang dimiliki oleh Surya Paloh yaitu Media Group, MetroTV. Keterlibatan
pemilik media tentunya menjadi faktor yang mempengaruhi dalam proses pembentukan citra.

11
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/12/09/02/m9oo8x-nasdem-gemuruh-bukan-gerakan-
mobilisasi-massa. Diakses 14 Oktober 2017.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) penulis kategorikan dalam tipe partai catch all.
Menilik hubungan Probowo dengan Gerindra, keduanya bersifat simbiosis mutualistik. Prabowo
membutuhkan Gerindra sebagai kendaraan politik karena Golkar tak memungkinkan
mewadahinya. Sebaliknya Prabowo juga dibutuhkan oleh Partai Gerindra sebagai sosok yang
memiliki popularitas.

Partai Gerindra pun memiliki dukungan yang kuat dari beberapa organisasi
kemasyarakatan berbasis massa besar seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI),
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), jaringan kerja
Resimen Mahasiswa dan birokrasi di sejumlah daerah.12

Berbagai upaya yang dilakukan Gerindra untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
seperti upaya langsung mendekati rakyat. Dengan mengunjungi masyarakat petani, nelayan,
pedagang traditional dan lapisan bawah lainnya untukmeraih basis sosial yang kuat. Selain itu
Gerindra dengan langkah kudanya tetap merekrut artis ternama untuk kemudian dijadikan kader
partai.13

12
Femi, Adi. 2009. Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana. Yogyakarta: Galangpress. Hal 196.
13
A, Pamnudi. 2009. Kalau Prabowo Jadi Presiden. Yogyakarta: Narasi. Hal 132.
Partai Demokrat penulis kategorikan dalam tipe partai massa. Salah satu persoalan krusial
yang dihadapi Partai Demokrat, bahkan sejak hari pertama didirikan, adalah rekrutmen yang tidak
jelas. Tapi para pendiri saat itu tidak punya pilihan kecuali menerima siapa saja yang bersedia.14

Basis massa tradisional, baik yang terwadahi secara kultural atau institusional tetap
membutuhkan figur pendukung PKB yang berbondong-bondong pindah ke Partai Demokrat. Figur
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap mampu merepresentasikan kerinduan pada
pemimpin yang bisa memberikan kepastian dan yang paling utama adalah mempunyai klaim
legitimasi sebagai bagian dari kepentingan kelompok tradisional tersebut. Mobilisasi yang tidak
dilakukan melalui saluran kelembagaan menyebabkan pergeseran pada identifikasi kepartaian.
Pragmatisme menjadi alasan yang efektif bagi partai dan juga pemilihnya dalam membentuk
identitas politiknya.15

Contohnya pragmatisme pada pendaftaran pemilu Gubernur DKI Jakarta 2017, pasangan
kandidat Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. Agus tidak memiliki
pengalaman politik dan pengalaman pemerintahan khususnya sebagai kepala daerah. Agus pun
belum sepenuhnya menghasilkan calon legislatif yang sesuai dengan kriteria sebagaimana dapat
mewujudkan visi misi sebagai penentu terwujudnya cita-cita Partai Demokrat. Akan tetapi Agus
tidak pernah hilang dari bayang-bayang seorang ayahnya yaitu (SBY), presiden dua periode. SBY
yang ahli strategi sekaligus menjadi guru politik Agus di lapangan. Keberadaan Partai Demokrat
masih belum menunjukkan sebagai partai kader yang kuat dan mandiri karena secara kelembagaan
partai ini masih sangat tergantung pada sosok SBY.

14
Akbar, Faizal. 2005. Partai Demokrat & SBY. Jakarta: Gramedia.
15
M, Faishal. Match-All Party: Pragmatisme Politik dan Munculnya Spesies Baru Partai Politik di Indonesia Pasca
Pemilu 2009. Malang: Fisip UB.
Partai Amanat Nasional (PAN) penulis kategorikan dalam tipe partai massa. PAN sebagai
partai nasionalis yang berbasis organisasi massa Islam tertua di Indonesia. Massa Islam
Muhammadiyah di Indonesia berjumlah sekitar 30 juta orang yang tidak terlepas dengan ikatan
kultural dengan PAN. PAN memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah karena kesamaan latar
belakang sejarah. Eksistensi PAN tidak terlepas dengan citra Amien Rais sebagai tokoh
Muhammadiyah. Tetapi massa Muhammadiyah yang berjumlah 30 juta itu tidak bisa dikalim
sebagai pendukung PAN.16

Sifat keterbukaan yang dimiliki PAN tidak hanya beranggotakan massa Muhammadiyah
tapi juga diminati oleh mereka yang non-Muslim. Beberapa petinggi dalam PAN juga banyak yang
beraliran liberal, meski masih ada sedikit yang beraliran nasionalis namun keberadaan mereka
masih kalah populer dengan golongan liberalnya. Aktifitas politiknya juga seperti PKB yang
pragmatis dan liberal. Walau tak sekental PKB, PAN juga mempromosikan nilai-nilai liberalisme.

Berkaitan dengan itu, PAN tidak hanya merekrut kader dari basis massa Islam
Muhammadiyah, misalnya di daerah berbasis massa Nahdiyyin, PAN juga merekrut tokoh
Nahdiyyin. Sementara di daerah yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam, parpol ini
juga mengambil caleg unggulan dari kalangan non-Muslim yang populis. Selain itu, PAN sering
merekrut artis untuk kepentingan pemilu dikarenakan tidak adanya elit partai yang memiliki
popularitas guna mendapat dukungan masyarkat. Sehingga PAN membuka wadah bagi artis untuk
mengaktualisasi diri dalam dunia politik.

16
Najib, Muhammad. 1999. Amien Rais: dari Yogya ke Bina Graha. Jakarta. Gema Insani Press.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) penulis kategorikan dalam tipe partai massa. PPP
merupakan hasil gabungan dari empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (PNU),
Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Parmusi pada saat
orde baru. kondisi pada saat itu, membutuhkan kaum Islam untuk menyederhanakan partai dengan
menggabungan keempat partai keagamaan tersebut bertujuan untuk penyederhanaan sistem
kepartaian di Indonesia dalam menghadapi Pemilihan Umum pertama pada masa Orde Baru tahun
1973.

Partai yang sudah merakyat karena memiliki riwayat panjang sebagai fusi dari partai-partai
yang berbasis Islam dizaman orde baru. Kekuatan yang dimiliki PPP adalah tokoh-tokoh ulama
pesantren yang berusia tua yang ternostalgia oleh satu partai Islam di zaman orde baru.
Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura) penulis kategorikan dalam tipe partai catch all.
Menurut Indonesia Coruption Watch (ICW) dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyatakan Partai
Hanura merupakan partai yang bersih dan bebas korupsi. Citra yang dibangun Partai Hanura
dengan menyatakan partai yang bersih dan bebas korupsi karena tidak memiliki kedekatan dengan
organisasi massa yang sudah ada sebelumnya.

Partai Hanura tidak lepas dengan figur Wiranto karena figur Wiranto lebih kuat sebagai
faktor menarik dukungan daripada platform Hanura yang masih mengambang. Proporsi figure
menjadi sangat menentukan dalam memberikan hints bagi perluasan basis konstituen. Sebagai
partai yang memang disediakan bagi pemimpin partai untuk memenangkan pemilu dan
menjalankan kekuasaan, figur, citra, popularitas dan kharisma pemimpin sangat menentukan.17

Selain itu, Partai Hanura dalam rekrutmen anggota cenderung terbuka, keanggotaan yang
beragam dan menyesuaikan dengan kebutuhan struktur masyarakat. Hal ini yang kemudian
menjadi Partai Hanura menjadi pragmatis dalam tiap momen politik.

17
M, Faishal. Op.cit. Hal 48.
Partai Bulan Bintang (PBB) penulis kategorikan dalam tipe partai massa. Basis pemilih
PBB cenderung kalangan muslim yang memiliki historis atau garis keturunan orang tua yang
pernah menjadi dukungan dari puritan atau simpatisan Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi). Maka tidaklah heran kalau PBB ini menganggap dirinya sebagai manifestasi dari
Masyumi pada massa Orde Lama.

Basis massa PBB adalah massa Islam Muhammadiyah yang fundamental. Dikarenakan
secara ideologi lebih jelas, dimana PBB landasan Islam digunakan secara formal menjadi dasar
ideologi partai. Berakaitan dengan itu, PBB berafiliasi dengan kalangan santri modernis.

Sementara hubungan PBB dengan Muhammadiyah tidak banyak persoalan, karena PBB
dalam perolehan suarapun kecil, baik dalam pemilu 1999 maupun 2004. Selain itu tidak ada
aktivitas yang bersinggungan dengan aktivitas yang dilakukan Muhammadiyah.
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) penulis kategorikan dalam tipe partai
massa. Secara historis PKPI merupakan ekponen Partai Golkar dikarenakan kalah dalam pemilihan
ketua umum pada Munaslub Partai Golkar. Tentu saja, gerbong pendukung yang kalah pada
kongres Partai Golkar ikut keluar dan membentuk partai tandingan. Tentu tidak dipungkiri
bahwasannya unsur Partai Golkar yang dilirik oleh pengurus PKPI sebagai basis utama
pendukung.

Untuk basis massa pendukung, PKPI cenderung pada keluarga ABRI meski belum ada
sosok yang mampu memperoleh dukungan. Misalnya sosok Edi Sudrajat yang merupakan sosok
sesepuh Tentara Republik Indonesia Angkatan Darat bisa mempengaruhi keluarga besar ABRI.
Tidak hanya itu, ketua partai PKPI A.M. Hendropriyono yang merupakan tokoh intelijen, militer
Indonesia dan kepala Badan Intelijen Negara pertama.18 Harapannya sosok A.M. Hendropriyono
mampu memperoleh dukungan dari masyarakat.

18
https://id.wikipedia.org/wiki/A.M._Hendropriyono. Diakses 15 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai