TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Brand
brand. Keller (1998) mengatakan bahwa brand adalah nama, istilah, tanda, simbol,
desain, atau kombinasi dari salah satu atau keseluruhan yang digunakan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa oleh penjual atau sekelompok penjual dan untuk
membedakan dari para pesaing. Senada dengan definisi tersebut, Kotler dalam
Haroen (2014) menyipulkan bahwa brand merupakan nama atau simbol yang
keawetan.
yang tinggi.
orang yang gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok dengan citra
merek
Brand adalah sesuatu yang tidak terlihat (intangible), tetapi efeknya sangat
nyata. Supaya brand suatu barang atau jasa dapat melekat pada benak maupun hati
khalayak untuk menciptakan brand yang unggul (brand equity), maka dibutuhkan
upaya dengan proses yang terus menerus untuk menanamkan brand ke hati publik
dengan berbagai cara. Upaya dan proses inilah yang biasa disebut dengan branding.
brand. Dengan kata lain branding adalah harapan, citra dan persepsi yang tercipta
dalam pikiran orang ketika melihat atau mendengar sebuah nama, produk atau logo.
sesuai dengan nilai suatu brand berdasakan kesadaran, loyalitas dan asosiasi suatu
brand. Branding pada dasarnya bukan hanya untuk menampilkan keunggulan suatu
barang atau jasa semata, tetapi juga untuk menanamkan brand dalam benak dan hati
khalayak. Hal ini dilakukan tentunya agar memudahkan khalayak untuk memilih
sebuah produk.
Scammell (2015) branding dapat digunakan sebagai alat yang kuat ketika
pemilih dan menganalisis segala sesuatu mulai dari reputasi politik hingga nada
suara politisi.
Menurut Kartajaya (2005) brand bukanlah hanya produk saja, tetapi orang
barang atau jasa, agar brand dapat terus tertanam dalam benak dan hati masyarakat
terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut.
strategi yang dipilih secara sadar untuk mengidentifikasi dan membedakan serta
fungsional untuk meningkatkan daya tarik dan keterikatan pemilih. Dengan kata
lain branding politik adalah seni untuk menciptakan, membangun dan menjaga
persepsi positif dengan didukung dengan keunggulan pribadi serta ciri khas
elemen penampilan kandidat seperti gaya rambut, pakaian. Hal tersebut dibentuk
akhir dari branding politik kandidat adalah bagaimana menciptakan citra positif
1. Brand personality
menunjukan bahwa citra kepribadian dianggap lebih penting dalam menarik suara.
politik. Ketika pemilih mengenali aspek mereka hidup dalam kandidat politik, maka
lebih disukai dan dapat dipercaya. Kandidat politik mempunyai modal kuat apabila
Pemilih kurang tertarik memilih partai pengusungnya, tetapi karena kandidat politik
yang diusungnya. Inilah momen yang tepat untuk membangun branding politik
dan perasaan saja, namun implikasi (keterlibatan) personal branding sangat positif
personal branding sangat efektif dan positif bagi kandidat politik. Berikut alas an
3. Memperkuat persepsi brand yang tertanam pada publik. Brand bukan saja
utama. Jika orang suka pada anda, ia hanya akan mendekat, namun, jika
5. Menjadi pesan kepada publik bahwa kehadiran anda (brand) adalah solusi
branding politik tidak harus dilakukan oleh kandidat politik yang baru terjun
didunia politik. Tetapi juga digunakan oleh calon presiden yang ingin dipilih
politik dapat terlihat dari kesuksesan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam
2009. Padahal saat pemilu 2009, berbagai iklan politik menyerang SBY secara
bertubi-tubi dan menohok kebijakannya. Namun pada saat pemilu presiden 2009,
SBY tetap memenangkan pemilu. Citra yang telah terbangun dan melekat pada
masyarakat tentang karakter, visi dan misi secara konkeret, kompetensi yang
mengetahui langsung keunggulan dan citra yang selama ini dimiliki. Bahkan
personalisasi kandidat politik telah berkembang lebih jauh dengan media sosial.
Media sosial membuat kandidat politik lebih mudah diakses oleh publik.
merujuk pada kenyataan sosial (the social as social facts) bahwa setiap individu
media dan sosial dapat digabungkan menjadi media sosial. Menurut Nasrullah
(2017) media sosial adalah media yang mewadahi kerjasama di antara pengguna
Kemampuan dan fitur yang disediakan media sosial untuk saling berbagi
tampak tak terbatas. Melalui satu akun sosial media seperti Facebook, mampu
yang kini dapat dibagikan melalui Facebook Story. Media sosial sejatinya memang
sebagai medium untuk sosialisasi dan interaksi, serta menarik orang lain untuk
lainnya. Sehingga menjadi wajar apabila keberadaan media sosial menjadi media
aktivitas manusia tak terkecuali politik. Fungsi media sosial pun menjadi
bertambah, yakni menjadi salah satu alat untuk branding politik yang paling
digemari dengan target pemilih yang spesifik. Alasannya yakni media sosial jauh
komunikasi dua arah. Sifat media sosial yang mampu berkomunikasi secara
2.1.4 Facebook
Facebook merupakan media sosial yang termasuk dalam salah satu jenis
pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard kelahiran
14 Mei 1984 dan mantan murid Ardsley High School. Media sosial Facebook
foto, daftar ketertarikan pribadi, informasi kontak, dan informasi pribadi lain.
Pengguna dapat berkomunikasi dengan teman dan pengguna lain melalui pesan
pribadi atau umum dan fitur obrolan. Pengguna juga dapat membuat dan bergabung
perusahaan maupun tokoh masyarakat ialah fans page. Fans page atau halaman
merek atau produk; artis, grup musik, atau tokoh masyarakat; hiburan; perjuangan
atau komunitas. Facebook (2008) Facebook fans page memiliki misi yaitu
membantu pengguna Facebook untuk berbagi (info, pengalaman, dll) dan membuat
dunia semakin terbuka dan terhubung. Dengan adanya Facebook fans page, orang
Facebook lainnya untuk berbagi informasi. Pada akhirnya, Facebook fans page
Ada dua alasan menurut Facebook (2008) mengapa brand harus memiliki
secara langsung dan cepat kepada anggota (fans) atau customer hanya
dengan satu klik di Wall tab. Anggota (fans) atau customer dapat melihat
yang sebelumnya dialokasikan untuk fungsi website dapat dengan lebih baik
customer dan calon customer. Facebook fans page lebih unggul daripada
Facebook fans page memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan sesuai
1. Wall
Wall adalah papan komen yang bersifat publik dimana pemilik Fans page
beserta anggota atau fans dapat meninggalkan pesan dan komen di tempat
2. Photos
foto yang diupload oleh pemilik fans page maupun anggota atau fans.
Upload foto terbaik yang menggambarkan bisnis dari brand atau organisasi
Anda, dan jadikan sebagai Profile Picture. Profile Picture yang baik sangat
bisnis Anda.
3. Videos
video yang diupload oleh pemilik Fans page maupun anggota atau fans.
Fitur Videos memberikan cara yang sangat baik dan mengikat fans atau
sebagai acuan dan bahan referensi serta perbandingan untuk memudahkan dalam
dilakukan oleh Arin Fatmawati (2018). Judul penelitian “Political Branding “Sobat
Rusmulyadi dan Hanny Hafiar (2018) berjudul “Dekonstruksi Citra Politik Jokowi
dalam Media Sosial”. Jurnal tersebut menggunakan metode analisis isi kualitatif.
Penelitian ini menjelaskan bahwa personal branding Jokowi terus disuarakan telah
mengasumsikan bahwa dalam ruang media sosial citra tokoh politik secara bebas
Penelitian lain yang berkaitan dengan branding yakni Jurnal Lidya Joyce
Pemilu Gubernur DKI Jakarta 2012 di Media Sosial Twitter”. Penelitian tersebut
selama masa kampanye pemilu Gubernur DKI Jakarta 2012 di media sosial Twitter.
Adapun metode yang digunakan adalah analisis isi kualitatif Hsieh & Shannon
penelitian ini menyatakan bahwa political branding Jokowi sebagai politisi yang
terbuka, dekat dengan masyarakat, kredibel dan merakyat (egaliter) yang dibentuk
Hasil dari penelitian ini menemukan jika strategi pemulihan citra yang dilakukan
tim pemenangan berupa klarifikasi disetiap kegiatan kampanye tidak efektif karena
Penelitian terdahulu selanjutnya ditulis oleh Ibnu Aqori Pohan S.Sos, M.A;
Resya Famelasari S.Sos, M.Soc, Sc; Wimmy Halim, S.IP., M.Sos berjudul “Politik
Sumatera Utara Tahun 2018. Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian mix
methode dengan metodologi analisis wacana kritis. Objek yang dikaji adalah
pemberitaan kandidat politik yang berkaitan dengan simbol politik identitas yang
digunakan sebagai upaya branding dan pencitraan publik. Hasil penelitian ini
menunjukan pasangan calon Edy dan Musa secara dominan mewacanakan identitas
Islam dan etnis melayu, aceh, batak, jawa. Sedangkan Djarot dan Sihar Sitorus lebih
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Aspek Penelitian Keterangan
1. Penulis Arin Fatmawati.
Judul Penelitian Political Branding “Sobat Mustafa” Dalam
Pembentukan Citra Mustafa Sebagai Bakal Calon
Gubernur Lampung Periode 2018-2023.
Metode Penelitian Kualitatif.
Hasil Penelitian Dalam penelitian tersebut menjelaskan aktivitas
political branding dilakukan melalui pencitraan
berbasis political advertising dan political publik
relations. Kegiatan political branding mengadopsi
konsep strategi pemasaran politik yakni segmentasi,
targeting dan positioning. Penelitian ini
menitikberatkan pada proses political branding yang
dilakukan oleh “Sobat Mustafa” dengan orientasi
mengenalkan dan membentuk citra Mustafa sebagai
bakal calon Gubernur Lampung.
Perbedaan Penelitian ini menitikberatkan pada branding politik
Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
2. Penulis Rusmulyadi dan Hanny Hafiar
Judul Penelitian Dekonstruksi Citra Politik Jokowi dalam Media Sosial
Metode Penelitian Analisis isi kualitatif
Hasil Penelitian Dalam penelitian ini personal branding Jokowi yang
disuarakan telah mencapai tingkat pengenalan atau
popularitas yang tinggi dengan hastag
#Jokowi2Periode. Kemudian lahir sebagai
perlawanan dengan hastag #2019GantiPresiden pada
platform media sosial Twitter. Penelitian ini
mengasumsikan bahwa dalam ruang media sosial citra
tokoh politik secara bebas dan leluasa mengalami
dekonstruksi maupun dikonstruksi.
Perbedaan Penelitian dilakukan menggunakan branding politik
kandidat. Dengan objek yang diteliti adalah akun
Facebook fans page pribadi Prabowo Subianto.
3. Penulis Lidya Joyce Sandra
Judul Penelitian Political Branding Jokowi Selama Masa Kampanye
(Jurnal) Pemilu Gubernur DKI Jakarta 2012 di Media Sosial
Twitter
Metode Penelitian Analisis isi kualitatif
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini political branding Jokowi sebagai
politisi yang terbuka, dekat dengan masyarakat,
kredibel dan merakyat (egaliter) yang dibentuk
melalui personalitas, penampilan dan pesan-pesan
politis di Twitter Jokowi.
Perbedaan Penelitian branding politik Prabowo Subianto sebagai
calon presiden di Facebook fans page
@prabowosubianto.
4. Penulis Nazula
Judul Penelitian Strategi Pemulihan Personal Branding Aktor Politik
Pasca Penetapan Tersangka Kasus Korupsi
Metode Penelitian Kualitatif studi kasus.
Hasil Penelitian Penelitian ini membahas bagaimana proses personal
branding yang dibangun dan pemulihan personal
branding pasca penetapan Nanda sebagai tersangka
korupsi. Hasil dari penelitian ini menemukan jika
strategi pemulihan citra yang dilakukan tim
pemenangan berupa klarifikasi disetiap kegiatan
kampanye tidak efektif karena kondisi rasionalitas
masyarakat Kota Malang sudah cukup tinggi.
Perbedaan Dalam penenelitian ini menggunakan teori sebagai
pedoman analisis untuk melihat branding politik
Prabowo Subinato di Facebook fans page
@prabowosubianto.
5. Penulis Ibnu Aqori Pohan S.Sos, M.A; Resya Famelasari
S.Sos, M.Soc, Sc; Wimmy Halim, S.IP., M.Sos
Judul Penelitian Politik Identitas Kampanye Kandidat Pada Pemilihan
Kepala Daerah Gubernur (PILGUB) Sumatera Utara
Tahun 2018.
Metode Penelitian Mix Methode Analisis Wacana Kritis
Hasil Penelitian Objek yang dikaji adalah pemberitaan kandidat politik
pada waktu kampanye di media sosial dengan
melakukan screening dan filtering dengan bantuan
intelligence media. Sehingga pemberitaan kandidat
politik yang berkaitan dengan simbol politik identitas
yang digunakan sebagai upaya branding dan
pencitraan publik. Hasil penelitian ini menunjukan
pasangan calon Edy dan Musa secara dominan
mewacanakan identitas islam dan etnis melayu, aceh,
batak, jawa. Sedangkan Djarot dan Sihar Sitorus lebih
menunjukan sebagai tokoh nasionalis yang menjalin
kedekatan dengan semua agama. Selain itu wacana
ideologi Pancasila juga disampaikan untuk menerima
perbedaan agama dan pewacanaan sosok Soekarno.
Perbedaan Penelitian ini menggunakan aspek branding politik
Lindblad sebagai pedoman analisis facebook fans
page @prabowosubianto pada masa kampanye pemilu
presiden 2019.
Sumber: Diolah oleh peneliti, (2019).
Subianto pada Pemilu Presiden 2019. Peneliti mencoba membuat kerangka konsep
penelitian ini adalah untuk memfokuskan penelitian ke dalam objek kajian yang
diteliti sehingga pembahasan tidak melebar. Berikut ini adalah kerangka pemikiran
penelitian:
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Branding Politik
Brand personality
(Kepribadian Personalisasi
Merek)
politik. Dengan menggunakan konsep aspek branding politik yang merupakan buah
pemikiran dari Lindblad, peneliti mencari tahu bagaimana aspek branding politik
yang dilakukan calon Presiden Prabowo Subianto melalui media sosial Facebook
fans page pada masa kampanye untuk menyampaikan brand personality dan
kehidupan seseorang politisi sebagai kehidupan privat dan kehidupan tokoh publik.