Anda di halaman 1dari 108

LAPORAN PRAKTIK KERJA NYATA

PERAN BIDANG PENGAWASAN ISI SIARAN KOMISI PENYIARAN


INDONESIA DAERAH (KPID) JAWA TIMUR DALAM MONITORING
SIARAN TELEVISI DAN RADIO LOKAL

OLEH:
ANDIKA PRASADA YANUAR SITORUS
155120500111045

JURUSAN POLITIK, PEMERINTAHAN DAN HUB. INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dinyatakan secara sah Laporan Praktik Kerja Nyata (LPKN) yang dilakukan
mahasiswa:
Nama Instansi : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur
Waktu PKN : 12 Juli-10 Agustus 2018
Mahasiswa Pelaksana : Andika Prasada Yanuar Sitorus

Judul PKN : Peran Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran


Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur dalam Monitoring Siaran
Televisi dan Radio Lokal.
Laporan ini telah diujikan dan dinyatakan lulus mata kuliah Praktik Kerja Nyata
Malang, Januari 2019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Juwita Hayuning Prastiwi, S.IP.,M.IP Dr. Drs. Hilmy Mochtar, MS


NIK: 2012088507072001 NIK: 195201011982031006

Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Siti Kholifah. S.Sos, M.Si, Ph.D


NIP. 197509182005012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja
Nyata (PKN) dan penulisan laporan PKN yang berjudul Peran Bidang Pengawasan
Isi Siaran KPID Jawa Timur dalam Monitoring Siaran Televisi dan Radio Lokal.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan studi Strata satu (S-1) di Program Studi Ilmu Politik, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang. Dalam prosesnya, penulis
melaksanakan kegiatan PKN di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa
Timur di Surabaya.

Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan turut
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
laporan PKN ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu dan Kakak penulis yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan
materi agar tercukupi segala kebutuhan pendidikan penulis.
2. Bapak Dr. Sholih Mu’Adi SH, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
dan ketua jurusan Politik, Pemerintahan dan Hubungan Internasional.
3. Ibu Juwita Hayuning Prastiwi, S.IP., M.IP selaku dosen pembimbing PKN,
yang selalu sepenuh hati memberikan masukan agar penulis dapat
mengerjakan kegiatan ini dengan hasil yang baik.
4. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Brawijaya Malang yang telah banyak membantu
memberikan masukan dan dukungan.
5. Bapak A. Afif Amrullah M.EI selaku ketua KPID Jawa Timur yang telah
memberikan izin, restu dan bimbingannya kepada penulis selama
melakukan kegiatan PKN.

iii
6. Ibu Amalia Rosyadi Putri, S.Kom.I, M.Med.Kom selaku komisioner KPID
Jawa Timur di Bidang Pengawasan Isi Siaran yang tak lelahnya
memberikan bimbingan dan informasi selama melakukan kegiatan PKN.
7. Ibu Sri Wahyuni, Ibu Erna Diah Akriyanti S.Sos, Ibu Nur Chotimah, Bapak
M. Zazuli Yusuf selaku staff KPID Jawa Timur yang memberikan
bimbingan dan juga informasi yang sangat penulis butuhkan selama
kegiatan PKN.
8. Seluruh civitas akademika Universitas Brawijaya Malang khususnya Ilmu
Politik angkatan 2015 yang selalu memberikan dukungan dan dorongan
kepada penulis dengan caranya masing-masing.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih sekali lagi kepada seluruh


semuanya. Penulis menyadari jika masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
PKN ini. Oleh sebab itu penulis bersedia untuk menerima masukan baik kritik dan
saran yang membangun agar dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca kedepannya.

Malang, Januari 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Fokus PKN .......................................................................................................... 8
1.3 Tujuan PKN ......................................................................................................... 8
1.4 Manfaat PKN ....................................................................................................... 9
BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN ........................................................... 11
2.1 Komunikasi Massa ............................................................................................ 11
2.1.1 Televisi........................................................................................................ 19
2.1.2 Radio ........................................................................................................... 22
2.2 Konsep Monitoring............................................................................................ 24
2.3 KPID Sebagai State Auxiliary Institution .......................................................... 29
BAB III HASIL KEGIATAN ..................................................................................... 33
3.1 Gambaran Umum KPID Jawa Timur ................................................................ 33
3.1.1 Profil Lembaga KPID Jawa Timur ............................................................. 33
3.1.2 Kelembagaan KPID Jawa Timur ................................................................ 42
3.1.3 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) .......... 46
3.2 Deskripsi Kegiatan ............................................................................................ 49
3.2.1 Waktu dan Lokasi PKN .............................................................................. 49
3.2.2 Aktivitas Praktik Kerja Nyata ..................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 61
4.1 Peran Bidang Pengawasan Isi Siaran dalam Monitoring Siaran Televisi Lokal61

v
4.2 Peran Bidang Pengawasan Isi Siaran dalam Monitoring Siaran Radio Lokal .. 77
4.3 Menerima Aduan Masyarakat Melalui Literasi Media ..................................... 80
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 85
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 85
5.2 Rekomendasi ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 87
LAMPIRAN ................................................................................................................ 90

vi
DAFTAR TABEL

3.1 Struktur KPID Jawa Timur 2016-2019 ……………………………………… 46


3.2 Agenda Kegiatan PKN di KPID Jawa Timur ….……………………………. 50
3.3 Nama Televisi Lokal yang di Monitoring …………………………………… 54
3.4 Nama Radio Lokal yang di Monitoring ……………………………………… 55
4.1 Jumlah Lembaga Penyiaran Televisi di Jawa Timur 2018 …………………... 62
4.2 Jumlah Pelanggaran Siaran Televisi Lokal …………………………………… 73
4.3 Jumlah Lembaga Penyiaran Radio di Jawa Timur 2018 ……………………... 78
4.4 Pengaduan Masyarakat Bulan Juni 2018 ……………………………………... 83

vii
DAFTAR GAMBAR

1.1 Penetrasi Media ……………………………………………………………… 2


3.1 Pelatihan Sekolah P3SPS ……………………………………………………. 57
4.1 Peraturan KPI tentang SPS Bab XII Pelarangan dan Pembatasan
Seksualitas ………………………………………………………………........ 66
4.2 Peraturan KPI tentang SPS Bab IV Penghormatan Terhadap Nilai-Nila
Kesukuan, Agama, Ras dan Antar Golongan .................................................. 67
4.3 Peraturan KPI tentang SPS Bab XIII Pelarangan Adegan Kekerasan..……… 69
4.4 Peraturan KPI tentang SPS Bab XVI Pelarangan dan Pembatasan Program
Siaran Bermuatan Mistik, Horor dan Supranatural………………………….. 70
4.5 Peraturan KPI tentang SPS Bab XXVIII Siaran Pemilihan Umum dan
Pemilihan Umum Kepala Daerah…………………………………………… 71
4.6 Peraturan KPI tentang P3 Bab XVII Penggolongan Program Siaran ……… 75

viii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterbukaan informasi pada masa milineal bisa dikatakan mudah didapat,

karena sudah banyaknya media seperti media massa dan media elektronik sebagai

sarana penyiaran informasi secara cepat dan luas. “Penyiaran adalah kegiatan

pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat,

dilaut atau di antariksa dengan menggunakan spectrum frekuensi radio melalui udara,

kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh

masyarakat dengan perangkat penerima siaran.”1 Perkembangan globalisasi

memberikan kemudahan untuk melakukan komunikasi secara langsung maupun tidak

langsung. Kemampuan dan kecepatan dalam berkomunikasi dan mengakses informasi

dapat menggunakan berbagai media massa.

“Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan

dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

seperti surat kabar, film, radio, televisi.”2 Media massa dibagi menjadi media massa

cetak dan elektronik. Media massa cetak seperti majalah, koran, surat kabar, sedangkan

1
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pasal 1 Ayat 2.
2
Canggara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 74.

1
media massa elektronik seperti televisi, radio. Dari berbagai macam media massa yang

ada, media yang paling berpengaruh untuk masyarakat adalah media televisi. Televisi

mampu mengubah cara hidup kita. Berikut data dari Nielson tentang penetrasi media

bagi masyarakat.

Gambar 1.1

Penetrasi Media

Sumber: Nielsen Media Consumer View W2 2017.

Hasil survei AC Nielsen pada Juli 2017 menjelaskan bahwa 96 persen media

televisi memiliki pengaruh bagi khalayak karena menjadi medium utama yang

dikonsumsi masyarakat Indonesia.3 Media televisi pada umumnya mempengaruhi

3
https://www.nielsen.com/id/en/press-room/2017/THE-NEW-TRENDS-AMONGST-INDONESIAN-
NETIZEN1.html. Diakses pada selasa 21 Agustus 2018. Pukul 08.36.

2
sikap, pandangan dan perasaan para penonton.4 Televisi menyampaikan pesannya

dengan gambar dan suara yang dapat mengungkap dan memperjelas maksud dari pada

yang sedang ditayangkan sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh

pemirsa masyarakat. Keberadaan televisi hadir dengan menyajikan berbagai siaran

baik berupa informasi, pendidikan dan hiburan. Televisi sudah menarik perhatian

semua kalangan masyarakat baik dari golongan orang dewasa, remaja dan anak-anak.

Televisi merupakan sarana komunikasi utama disebagian besar kita, tidak


terkecuali dimasyarakat barat. Tidak ada media lain yang dapat menandingi
televisi dalam hal volume teks budaya pop yang diproduksinya dan banyaknya
penonton. Peran media massa khususnya televisi sangat mempunyai relevansi
terhadap pengaruh publik atau masyarakat. Seiring perkembangan zaman
televisi yang semula hanya berfungsi sebagai institusi sosial, kini dihadapkan
sebagai institusi bisnis yang harus mulai berpikir bagaimana mendapatkan
keuntungan. Banyak para pemilik modal mulai melirik stasiun televisi sebagai
lahan bisnis cukup menggiurkan, namun dalam konteks ini yang perlu dikaji
dengan seksama adalah bagaimana tayangan televisi bisa memberikan
motivasi dalam perubahan hidup baik sikap maupun perubahan.5
Page menyatakan bahwa “pada prakteknya media tidak hanya mengirimkan

informasi apa adanya, tetapi berpartisipasi secara aktif menyikapi realitas politik

sebagai aktor politik bagi diri mereka sendiri”.6 Lalu, apa yang terjadi jika informasi

yang diterima masyarakat ini mempunyai tujuan terselubung untuk mengangkat

eksistensi atau mengantarkan kepentingan pemilik media tersebut? Media juga tidak

lagi menjadi sarana komunikasi semata, tetapi sekaligus sebagai ruang publik untuk

deliberasi politik di mana warga negara dapat berpartisipasi secara aktif, berkat

4
Onong, Uchjana, Effendy. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal 41.
5
Morrisan dan C, Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 340-341.
6
Lukas. Ispandriarno. 2014. Media & Politik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 5.

3
kemajuan teknologi dan makin independennya ekonomi media, sehingga terbebas dari

intervensi negara.7 Media menjadi alat untuk kepentingan mereka yang berkuasa,

karena pasca orde baru runtuh mulai banyaknya media yang baru bermunculan

terutama media televisi swasta yang anggarannya ditopang oleh aktor politik. Dengan

melihat hal ini tentu pemerintah akan kewalahan dalam mengawasi dunia penyiaran

yang berkembang semakin cepat ini.

Mengingat kepemilikan lembaga penyiaran mengerucut pada beberapa group

besar, yaitu MNC Group, Bakrie Group, Trans Corp, dan EMTEK yang memonopoli

media di Indonesia.8 Untuk itu siaran televisi perlu diawasi karena mempengaruhi

sikap dan perilaku masyarakat khususnya bagi anak-anak dan remaja. Pemerintah

dalam hal ini ikut mengawasi dengan membentuk lembaga negara independen bernama

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

KPI hadir untuk mengatasi permasalahan di dunia penyiaran Indoneisa. KPI

merupakan lembaga negara pemerintah yang lahir atas dasar Undang-Undang No. 32

Tahun 2002 sebagai jawaban guna mengawasi jalannya penyiaran media di Indonesia.

KPI adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah

yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-Undang ini sebagai wujud peran

serta masyarakat di bidang penyiaran.9 Independen dimaksudkan untuk mempertegas

7
Ibid.
8
Syahputra, Iswandi.dkk. 2012. Dinamika Perizinan Penyiaran di Indonesia. Jakarta: KPI. Hal 4.
9
Undang-Undang No.32 Tahun 2002. op. cit., Pasal 1 ayat 13.

4
bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik yang harus dikelola

oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan penguasa.10

“Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi

nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,

mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka

membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta

menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.”11 Segala informasi yang dikeluarkan

oleh media massa ataupun media elektronik wajib meminta izin penyiarannya kepada

KPI terlebih dahulu. KPI berhak memberikan izin tayangan suatu program atau

tidaknya dengan cara obyektif dengan berpedoman dengan peraturan yang dibuat oleh

KPI berupa Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS).

“Pedoman perilaku penyiaran adalah ketentuan-ketentuan bagi lembaga

penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang

batasan perilaku penyelenggaraan penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional.”12

Sedangkan “standar program siaran adalah standar isi siaran yang berisi tentang

batasan-batasan, pelarangan, kewajiban, dan pengaturan penyiaran, serta sanksi

berdasarkan pedoman perilaku penyiaran yang ditetapkan oleh KPI.”13 Secara garis

10
Judhariksawan. 2010. Hukum Penyiaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 9.
11
Undang -Undang No.32 Tahun 2002. Op. cit. Pasal 3.
12
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 1 ayat 1.
13
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tentang Standar Program Siaran Pasal1 ayat 1.

5
besar P3SPS ini haruslah dipatuhi oleh setiap lembaga penyiaran dan program siaran

yang ada di Indonesia.

KPI menjalankan fungsi, tugas wewenang dan kewajibannya sesuai dengan

amanat konstitusi UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran. Dalam hal ini KPI diawasi

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.14 KPI seyoginya memiliki otoritas

mengatur semua proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian,

operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi.

Dalam UU penyiaran dikenal adanya empat jenis lembaga penyiaran yaitu

lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas

dan lembaga penyiaran berlangganan.15 Banyaknya lembaga penyiaran di Indonesia

terdapat asumsi bahwa pemerintah daerah untuk juga terlibat dalam hal penyiaran,

terutama berdasarkan penyiaran tersebut berada pada ranah hukum dan wilayah daerah.

Serta spektrum frekuensi yang telah dialokasikan adalah milik daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan Good Broadcasting

Governance dimana masalah lokal cukup diselesaikan pada tingkat lokal. Proses

monitoring televisi dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). KPID

di Indonesia berjumlah 32 yang ada di tingkat provinsi.

KPID memiliki fokus mengawasi segala bentuk penyiaran televisi dan radio

lokal. Pengawasan dilkukan terhadap siaran televisi dan radio lokal yang

14
UU No. 32 Tahun 2002. Tentang Penyiaran. Pasal 7 (4).
15
Ibid. Pasal 13 (2).

6
diselenggarakan oleh lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga

penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan di Jawa Timur. Ke empat

lembaga penyiaran tersebut menggunakan ruang publik yang memungkinkan

terjadinya pertukaran informasi dan pandangan yang berkaitan dengan kepentingan

orang banyak. Ruang publik akan terjadi ketika warga masyarakat menggunakan

haknya untuk berkumpul atau mengeluarkan pendapatnya yang mereka anggap

penting. Maka sebuah ruang publik semestinya dijaga dari berbagai pengaruh dan

kepentingan.16

Penyalahgunaan frekuensi publik di Jawa Timur dalam praktik penyiaran

terlihat dengan banyaknya permasalahan akan pelanggaran isi siaran. Dalam sistem

penyiaran yang demokratis, isi siaran harus berlandaskan kepentingan publik, bukan

semata kepentingan pribadi dalam urusan bisnis dan politik. Berbagai upaya KPID

Jawa Timur untuk meminimalisir pelanggaran yang dilakukan oleh setiap lembaga

penyiaran. Namun peraturan P3SPS ini hanya sebagai pajangan belaka, karena masih

banyaknya pelanggaran televisi dan radio lokal yang tercatat dari hasil aduan

masyarakat atau temuan dari KPID Jawa Timur sendiri. Jika hal ini terus terjadi, maka

KPID Jawa Timur sebagai pengawas terhadap penyiaran akan terus menerus

mengingatkan dan memberikan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku.

16
Syahputra, Iswandi.dkk. 2012. Op. cit. Hal 13.

7
1.2 Fokus PKN

Terkait dengan program PKN yang telah penulis laksankan di KPID Jawa

Timur pada 12 Juni 2018 hingga 10 Agustus 2018, penulis memfokuskan tema yakni

“Peran bidang pengawasan isi siaran KPID Jawa Timur dalam monitoring siaran

televisi dan radio lokal.” Lokal yang penulis maksud menekankan pada sesuatu yang

berasal dari daerah asal. Siaran televisi dan radio lokal menyampaikan siaran yang

memuat hal-hal yang bersumber dari daerah dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan

budaya. Dengan begitu terdapat ruang bagi masyarakat daerah untuk menciptakan

penyiaran yang berkeadilan ditingkat nasional maupun lokal.

1.3 Tujuan PKN

Tujuan pelaksanaan kegiatan PKN yang kemudian diakhiri dengan penyusunan

laporan adalah untuk mengetahui secara nyata bagaimana sistematika peran bidang

pengawasan isi siaran KPID Jawa Timur dalam monitoring siaran televisi lokal.

Selanjutnya pelaksanaan kegiatan PKN pun memiliki tujuan lain bagi mahsiswa.

1. Untuk melaksanakan peraturan akademik (kurikulum) Universitas Brawijaya

mengenai program KKN serta kurikulum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik untuk mata kuliah PKN.

2. Untuk menerapkan teori dan keterampilan praktis yang diperoleh dari

perkuliahan pada KPID Jawa Timur.

8
3. Untuk membandingkan teori dengan praktik di lapangan, apakah teori yang

diperoleh telah sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan

4. Memperluas pengetahuan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik bagaimana

melakukan monitoring siaran televisi lokal.

5. Untuk memperdalam dan meningkatkan keterampilan serta kreativitas

mahasiswa sebagai bekal untuk memecahkan masalah.

6. Meningkatkan kemandirian dan kedisiplinan mahasiswa melalui pemahaman

akan budaya kerja profesional yang menuntut kerjasama, kualitas kerja,

ketepatan waktu dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.

1.4 Manfaat PKN

Setiap proses pembelajaran yang dijalani oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Politik Universitas Brawijaya tentunya mampu mengamalkan ilmunya dan

berkontribusi bagi pihak yang terlibat. Manfaat kegiatan PKN tentu dirasakan oleh

mahasiswa peserta program PKN yakni:

1. Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru tentang bagaimana proses

monitoring siaran televisi lokal secara langsung dilapangan untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yang akan dijalani kelak.

2. Menyeimbangkan antara hardskill (pengetahuan dan keterampilan yang

berupa teoritis dari mata kuliah) dengan softskill (pengetahuan dan

9
keterampilan yang berupa praktik misal kemampuan leadership, kecakapan

sosial, problem solving).

3. Memperoleh keterampilan dan membuka pola pikir dalam memberikan inovasi

kebijakan kepada pemerintah guna mengatasi permasalahan yang ada.

4. Tumbuhnya rasa kepedulian sosial dan rasa kesejawatan dengan masyarakat di

lapangan.

5. Memperoleh keterampilan dalam menjalin kerjasama dengan instansi

pemerintah maupun non-pemerintah dalam mencapai suatu tujuan.

10
BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN

KERANGKA KONSEP KEGIATAN

2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi dalam KBBI memiliki pengertian pengiriman dan penerima pesan

atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Sedangkan massa adalah kelompok manusia yang bersatu karena pegangan tertentu.

Beberapa pakar menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah pesan-pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.17 Sedangkan

menurut Defleur dan Dennis mengatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses

dimana komunikator menggunakan media dalam menyebarkan pesan-pesan secara luas

dan secara terus menerus agar terciptanya makna-makna yang diharapkan dapat

mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara.18

Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, komunikasi massa memiliki

fungsi diantaranya:19

1. Fungsi surveilance (pengawasan), komunikasi massa dalam hal ini tidak lepas

dari peranan media massa sebagai watch dog atau anjing pengawas dalam

tatanan sosial masyarakat, media massa bisa disebut sebagai alat kontrol sosial.

17
Bittner. 1980. Mass Communication and Introduction Engelwood Cliffs. New Jersey.
18
Everette, E, Dennis. 1981. Understanding Mass Communication. Boston: Houghton Miffiin.
19
Elvinaco, Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media. Hal 14.

11
2. Fungsi interpretation (penafsiran), komunikasi massa memberi fungsi bahwa

media massa sebagai salurannya sedang memasok pesan atau data, fakta, dan

informasi dengan tujuan memberi pengetahuan dan pendidikan b agi khalayak.

3. Fungsi linkage (keterkaitan), komunikasi massa dalam fungsi keterkaitannya

ialah saluran media massa bisa digunakan sebagai alat pemersatu khalayak atau

masyarakat yang notabene tidak sama antara satu dengan yang lain

4. Fungsi transmission of value (penyebaran nilai), komunikasi massa sebagai

fungsi menyebarkan nilai mengacu pada bagaimana individu atau khalayak

dapat mengadopsi sebuah perilaku dan nilai kelompok lain. Itu terjadi karena

media massa sebagai salurannya telah menyajikan pesan atau nilai-nilai yang

berbeda kepada masyarakat yang berbeda pula.

5. Fungsi entertainment (hiburan), dalam fungsi komunikasi massa sebagai sarana

penghibur, media massa sebagai saluran komunikasi massa dapat mengangkat

pesan-pesan yang sifatnya mampu menciptakan rasa senang bagi khalayak.

Kondisi ini sebetulnya menjadi nilai lebih komunikasi massa yang pasti selalu

saja menghibur, sekalipun isi pesan tidak murni menghibur.

Kelima fungsi akan berimplikasi juga pada media massa sebagai saluran

pengirim pesannya, sehingga dewasa ini media massa pun dicirikan sebagai alat

pengontrol sosial. Komunikasi massa menjadikan media massa sebagai alat penyampai

pesan kepada khalayak dan atas pesan yang disampaikanya dipastikan akan memiliki

dampak untuk orang banyak, mengingat isi pesan dalam komunikasi massa tentu

12
memiliki tujuan memengaruhi perasaan, sikap, opini, atau perilaku khalayak maupun

individu. Oleh karena itu, perlunya memahami karakteristik komunikasi massa sebagai

berikut:20

1. Komunikasi massa bersifat umum yaitu, pesan yang disampaikan melalui

media massa adalah terbuka untuk semua orang. Benda-benda tercetak, film,

radio, dan televisi apabila digunakannya untuk keperluan pribadi dalam

lingkungan organisasi yang tertutup, maka tidak dapat dikatakan sebagai

komunikasi massa.

2. Komunikan bersifat heterogen yaitu, perpaduan antara jumlah komunikan yang

besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-

pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.

3. Media massa menimbulkan keserempakan yaitu, keserempakan kontak dengan

sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan

penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan

televisi dalam hal ini melebihi media tercetak, karena terakhir dibaca pada

waktu yang berbeda dan lebih selektif.

4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi, artinya dalam

komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan yang anonim

dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat

20
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hal 81-83.

13
umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi

dan penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi

peranan komunikator yang bersifat umum.

Dalam menyampaikan nilai kepada khalayak, terdapat sistem media massa

yang sesuai dengan tuntutan zaman. Penulis menggunakan pendekatan teori sistem

normatif media massa. Dennis Mc. Quail dalam bukunya Massa Communication

Theory menjelaskan enam ragam teori sistem normatif media massa yang dapat

diterapkan dalam suatu negara yakni:21

1. Teori Sistem Media Otoriter

Teori ini digunakan untuk negara yang menerapkan sistem pra demokrasi dan

dalam masyarakat yang masih didominasi kekuatan otoriter. Prinsip umum yang

digunakan adalah

a. Media massa tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat merusak

wewenang yang berlaku

b. Media harus tunduk pada pemegang otoritas kekuasaan

c. Media harus menghindari perbuatan yang menentang nilai-nilai moral

dan politik dari kalangan dominan atau mayoritas

21
McQuail, Denis. 1987. Teori komunikasi Massa Suatu Pengantar. terj. Agus Dharma dan
Aminuddin Ram. Jakarta: Erlangga.

14
d. Sensorship dibenarkan untuk menegakkan prinsip-prinsip yang dianut;

e. Kecaman terhadap pemegang otoritas tidak dibenarkan

f. Kalangan wartawan dan professional tidak memiliki independensi

dalam organisasi medianya.

2. Teori Sistem Media Massa Bebas

Teori ini muncul pada abad ke 17 sebagai reaksi atas kontrol penguasa terhadap

pers, dan kini diterapkan di berbagai dunia yang menganut sistem demokrasi liberal.

Beberapa prinsip yang digunakan adalah:

a. Tidak ada penyensoran terhadap publikasi

b. Setiap orang bebas memiliki media dan tidak perlu ada izin atau lisensi

c. Kecaman terhadap pemerintah tidak bisa dipidana

d. Wartawan memiliki otonomi professional yang dalam organisasi

medianya.

3. Teori Sistem Media Massa Tanggung Jawab Sosial

Teori ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sistem pada pasar bebas,

kenyataannya, telah gagal untuk memenuhi tujuan kebebasan pers dan tidak mampu

melindungi kepentingan masyarakat banyak. Prinsip-prinsip utamanya adalah:

15
a. Media harus menerima dan memenuhi kewajiban tertentu kepada

masyarakat

b. Kewajiban tersebut menyangkut keinformasian dengan standar

kebenaran, akurasi, objektivitas dan keseimbangan

c. Media bebas dalam melaksanakan tugasnya

d. Media bersifat pluralistik dan merefleksikan kebhinekaan masyarakat,

memberikan kesempatan yang sama untuk mengekspresikan berbagai

sudut pandang, serta memberikan jaminan hak jawab

e. Media harus menghindari diri dari setiap upaya yang menjurus pada

tindakan kejahatan, kekerasan, merusak tatanan sosial atau menyakiti

kelompok minoritas

f. Masyarakat memiliki hak untuk menuntut standar kinerja yang tinggi

dari pers dan karenanya intervensi dibenarkan mengingat media massa

merupakan public good wartawan dan kalangan professional

bertanggungjawab terhadap masyarakat, pihak majikan, serta pasar.

4. Teori Sistem Media Massa Soviet

a. Media merupakan kaki tangan penguasa

b. Kalangan swasta tidak dibenarkan memiliki media

16
c. Media harus memberikan pemikiran yang lengkap dan objektif

mengenai masyarakat dan dunia sesuai dengan ajaran Marxisme dan

Leninisme

d. Masyarakat berhak melakukan sensor dan memberikan hukuman dalam

upaya mencegah publikasi yang sifatnya antisosial.

5. Teori Sistem Media Massa Pembangunan

Teori ini muncul tahun 60-an dan menjadi model dibanyak negara berkembang,

di Asia, Afrika, Amerika Latin. Prinsip utamanya adalah:

a. Media harus menginformasikan tugas-tugas positif pembangunan

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan

b. Kebebasan media dibatasi sesuai dengan prioritas ekonomi dan

kebutuhan masyarakat negara berkembang

c. Isi media memprioritaskan kebudayaan dan bahasa nasional

d. Memprioritaskan isi berita dan informasi tentang negara-negara

tetangga

e. Wartawan mempunyai tanggungjawab dan kebebasan dalam

menjalankan tugasnya

17
f. Demi kepentingan negara dibenarkan untuk ikut campur, memberikan

batasan, dan pengoperasian media, melakukan penyensoran,

memberikan subsidi dan pengendalian secara langsung.

6. Teori Sistem Media Massa Demokratis Partisipan

Teori ini muncul belakangan dan diterapkan di negara-negara berkembang yang

menganut paham liberal. Prinsip utamanya adalah:

a. Setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap media dan berhak

untuk dilayani

b. Media tidak tunduk pada penguasa

c. Eksistensi media ditunjukan untuk kepentingan khalayak bukan untuk

golongan tertentu

d. Setiap orang, kelompok, bebas memilih media

e. Kebutuhan sosial tertentu yang terkait dengan media tidak cukup

dikemukakan melalui tuntutan konsumer secara individu, ataupun

melalui negara dan berbagai sasaran utama kelembagaan.

Kebebasan media massa di Indonesia dijamin oleh pasal 28 UUD 1945, yang

intinya mengemukakan bahwa setiap warga negara Indonesia bebas mengeluarkan

pendapat, baik lisan maupun tertulis. Kebebasan di Indonesia memiliki arti kebebasan

yang bertanggungjawab yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Maka sistem media

18
massa yang digunakan di Indonesia adalah teori sistem media massa tanggungjawab

sosial. Hal ini disesuaikan dengan etika dan moralitas masyarakat Indonesia dan

Pancasila dalam menyampaikan pesan kepada khalayak.

Sedangkan pengertian media massa menurut Hafied Cangara “Media massa

merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada

khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat

kabar, radio, dan televisi.” Jenis-jenis media massa dibedakan menjadi tiga jenis yakni

media cetak, media elektronik dan media internet.22 Media massa cetak seperti majalah,

koran, surat kabar. Sedangkan media massa elektronik seperti televisi, radio.

Sedangkan media massa internet menggunakan jaringan internet melalui website.

2.1.1 Televisi

Salah satu peralatan teknis yang digunakan untuk menyampaikan informasi

kepada masyarakat adalah televisi. Fungsi media massa elektronik merupakan salah

satu bentuk sarana komunikasi yang sering disajikan untuk memberikan informasi

kepada khalayak. Berarti media massa elektronik secara tidak langsung mampu

berkomunikasi dengan massa. Sedangkan fungsi komunikasi massa ada 3 macam yang

meliputi: komunikasi massa berfungsi untuk menyiarkan informasi (to inform);

komunikasi massa berfungsi untuk mendidik (to educate); komunikasi massa berfungsi

untuk menghibur (to entertain), dan berfungsi dalam membimbing dan mengkritik.23

22
Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 74.
23
Onong Uchjana, Effendi. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hal 54.

19
Televisi memiliki unsur-unsur yang menjadi daya tariknya dibandingkan dengan media

massa yang lain. “Televisi adalah medium audiovisual yang hidup, dengan demikian

lebih mengutamakan gerak atau moving/acting bahkan ada yang berpendapat bahwa

gambar yang ditayangkan di televisi haruslah merupakan perpaduan anatar seni, gerak

dan teknik”.24

“Televisi adalah salah satu jenis media massa elektronik yang bersifat audio
visual, direct dan dapat membentuk sikap. Televisi berasal dari kata tele dan
vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dari bahasa Yunani dan
tampak (vision) dari bahasa Latin. Jadi televisi berarti tampak atau dapat
melihat jarak jauh beragam tayangan mulai dari hiburan sampai ilmu
pengetahuan ada dalam televisi, adanya beragam channel televisi membuat
masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menyaksikan tayangan
berkualitas.”25

Televisi menjadi salah satu media massa yang paling komplit karena

mengandung gambar bergerak, suara, simbol dan penuh warna. Sehingga pesan yang

disampaikan melalui televisi bisa membangun peristiwa biasa menjadi sebuah

peristiwa yang dramatik, menyentuh perasaan khalayak. Selain itu televisi mampu

menyebarkan pesan secara luas dan mampu diakses oleh publik.

Tidak hanya kemudahan mengakses televisi, media televisi mampu

menyediakan informasi dan kebutuhan manusia keseluruhan, seperti berita, informasi

finansial, berbagai macam produksi barang, dsb. Khalayak akan selalu terdorong

mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media televisi. Kemampuan televisi

24
Wahyudi. J. B. 1996. Media Komunikasi Massa. Jakarta: Bina Cipta.
25
Elvinaro. Ardianto. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatam Media.
Hal 125.

20
dalam menarik perhatian massa menunjukan bahwa media tersebut telah menguasai

jarak secara geografis dan sosiologis.

Posisi dan peran media massa televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat,

tidak berbeda dengan cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya

“Communication and The Media” dan Sanford B. Weinberg dalam “Messages-A

Rreader in Human Communication”, Random House, New York 1980,

mengungkapkan 3 fungsi media yaitu26:

1. The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan.

2. The correlation of the part of society in responding to the environment, yaitu

mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan

khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi

dan interpretasi.

3. The transmission of the sosial heritage from one generation to the next, yaitu

menyalurkan nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi tersebut pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media

massa sebagai alat atau sarana yang secara politik menjadi perantara untuk

menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu pada masyarakat. Dengan

demikian media massa berperan sebagai sarana informasi, pendidikan, hiburan dan

sarana sosialisasi dengan kata lain sebagai sarana untuk penyebaran ide, kebijakan dan

26
Ibid. Hal 25.

21
aturan-aturan baru yang dikonsumsi masyarakat. Dibandingkan dengan siaran radio,

siaran televisi lebih kompleks dan lebih banyak konten yang disiarkan dalam

menyampaikan suatu nilai.

2.1.2 Radio

Sama halnya dengan televisi, radio termasuk media massa elektronik untuk

menyampaikan pesan kepada khalayak. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk

pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang

elektromagnetik).27 Radio bukan hanya bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik

dengan kegiatan radio adalah saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Karena itu apabila pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun

diperinci secara fisik, maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada

pemancar, studio, dan pesawat penerima sekaligus.

Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan

bahasa lisan kalaupun ada lambang-lambang non verbal, yang dipergunakan jumlahnya

sangat minim, umpamanya tanda pada saat akan memulai acara warta berita dalam

bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Komunikator menyampaikan

pesan kepada komunikan melalui radio siaran harus dapat mengkombinasikan unsur-

unsur penting dalam meningkatkan efektivitas pada siaran radio, yaitu sound effect,

musik, dan kata-kata sehingga dapat diterima dengan baik oleh komunikan yang

27
Rahanatha, Bayu. 2008. Skema Pembentukan Positioning Terhadap Pendengar Dari Sebuah Stasiun
Radio. Jakarta: Visuo. Hal 42.

22
bersifat heterogen aktif, dan selektif, agar komunikasi yang dilakukan oleh

komunikator berjalan efektif dan efisien.28

“Radio, tepatnya radio siaran (broadcasting radio) merupakan salah satu jenis
media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa
(channel of mass communication), seperti halnya suratkabar, majalah, atau
televisi. Ciri khas utama radio adalah Auditif, yakni dikonsumsi telinga atau
pendengaran.”29
Radio memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan media televisi dan

surat kabar, diantaranya:30

1. Modal utama radio adalah suara, tidak ada visualisasi yang tampak nyata.

2. Radio merupakan sarana tercepat penyebaran informasi dan hiburan.

3. Informasinya muncul selintas, sulit diingat dan tidak terdokumentasi.

4. Produksi siaran radio singkat dan berbiaya murah.

5. Radio bersifat merakyat karena harga pesawat radio murah, mudah dibawa

kemana saja, dan buta huruf bukanlah suatu kendala bagi pendengarnya,

6. Produksi radio hanya berbentuk suara, membuat pendengarnya beruasa

memvisualisasikan suara itu dalam benaknya masing-masing.

28
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hal 137-138.
29
Romli, Asep. 2004. Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter, dan Scriptwriter.
Bandung: Penerbit Nuansa. Hal 19.
30
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Jogjakarta: Lkis. Hal 17.

23
2.2 Konsep Monitoring

Monitoring atau pengawasan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

berasal dari kata “awas” yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam artian melihat

sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan

berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi.31 Istilah ini, sekalipun

istilah asing, sudah sering terdengar dalam percakapan publik. Tujuan aktivitas

monitoring adalah mengenali (to detect) dan mengantisipasi atau mencegah (to

deter).32 Pengertian monitoring adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan tujuan dengan merancang sistem informasi yang umpan balik,

membandingan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,

menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan

koreksi yang diperlukan.

Ada beberapa pengertian pengawasan menurut para ahli diantaranya sebagai

berikut:

1. “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang di

jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki,

direncanakan atau diperhatikan.”33

31
http://kbbi.web.id/awas. Diakses 30 September 2018. Pukul 23.35.
32
Michaelson dan Griffin. 2005. A New Model for Media Content Analysis. Institute for Public
Relations.
33
Prayudi. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 80.

24
2. “Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-

pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang

dikehendaki.”34

3. “Pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan

agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan

terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.”35

4. “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud

supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.”36

Pengawasan saat ini telah mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan

penilaian terhadap kegiatan. Oleh karena pengawasan tersebut mempunyai sifat

menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip

pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan. Adapun prinsip-prinsip pengawasan

sebagai berikut:37

1. Objektif dan menghasilkan data, artinya pengawasan harus bersifat objektif dan

harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan

berbagai faktor yang mempengaruhinya.

34
Sujanto. 1986. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia. Hal 13.
35
Anwar. Saiful. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Glora Madani Press. Hal 127.
36
M. Manullang. 1995. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghlmia Indonesia. Hal 18.
37
Siswanto. HB. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 18.

25
2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, artinya untuk dapat mengetahui dan

menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan

harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:

a. Tujuan yang ditetapkan

b. Rencana kerja yang telah ditentukan

c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan

d. Perintah yang telah diberikan

e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3. Preventif, artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka

pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-

kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan.

4. Bukan tujuan tetapi sarana, artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak

dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

5. Efisiensi, artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru

menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.

26
6. Apa yang salah, artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata-mata

mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat

kesalahan itu.

7. Membimbing dan mendidik, artinya pengawasan harus bersifat membimbing

dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk

melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.

Melakukan monitor terhadap pemberitaan dalam media sangat diperlukan

untuk mendapat informasi dasar yang diperlukan sebagai bentuk feedback atas pesan

yang disampaikan oleh lembaga penyiaran. Ada beberapa pendekatan praktis dalam

memonitor media. Salah satu teknik yang paling umum dipakai adalah clip counting

atau klipping.38 Kegiatan monitoring media ini didahului dengan cara melakukan

tracking atau pencarian berita berdasarkan keyword atau topik yang ditetapkan. Selain

itu terdapat beberapa manfaat monitoring media diantaranya:39

1. Memonitor seluruh elemen media massa, baik itu koran, majalah dan internet

sebagai langkah awal untuk menganalisa kondisi terkini dari sebuah

perusahaan, instansi pemerintah, partai politik, perorangan, dll.

2. Mengetahui, mengarahkan dan mengontrol opini masyarakat terhadap isu,

kampanye, promosi, atau sosialisasi yang sedang dilakukan.

38
Ilfandy, Imran, Ayub. 2017. Komunikasi Krisis. Yogyakarta: CV Budi Utama. Hal 136-137
39
Ibid.

27
3. Pengandalian isu yang berkembang seputar perusahaan, institusi atau

perorangan.

4. Sebagai kontrol atas implementasi kebijakan-kebijakan institusi atau

perusahaan.

5. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis.

6. Parameter perusahaan, institusi atau perorangan dalam membentuk citra di

masyarakat.

7. Menghasilkan laporan harian, mingguan, bulanan hingga tahunan, berikut

analisanya.

8. Laporan berbagai berita yang masuk dalam pantauan akan berguna dalam

proses pengambilan keputusan untuk menetapkan langkah-langkah strategis.

9. Untuk mengantisipasi berbagai berita negatif yang menerpa perusahaan.

10. Mengetahui citra perusahaan dari sudut pandang media.

11. Menelusuri tingkat keberhasilan sebuah event perusahaan.

Dari kegiatan PKN bersama tim monitoring, penulis menemukan bahwa dalam

melakukan proses pengawasan isi siaran, KPID Jawa Timur berpedoman dengan

P3SPS dan menggunakan metode clip counting. Metode clip counting adalah proses

merekam siaran televisi dan radio yang disinyalir melakukan pelanggaran. Hasil proses

rekaman yang kemudian akan diseleksi oleh seluruh komisioner KPID Jawa Timur.

Prosedur pengawasan isi siaran dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu mengumpulkan

rekaman yang disinyalir melanggar, mengadakan rapat pleno bersama seluruh

28
komisioner untuk mengklasifikasi bentuk pelanggaran yang terjadi, dan memberikan

sanksi. Pelanggaran yang sering ditemukan berupa pelanggaran mengenai seksualitas

dan kekerasan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan KPI dalam

P3SPS.

2.3 KPID Sebagai State Auxiliary Institution

Salah satu wajah ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan UUD 1945

adalah lahirnya state auxiliary institution. Terdapat beberapa istilah yang berkenaan

dengan state auxiliary institutional. Ada yang menyebutnya sebagai state auxiliary

organs, komisi negara, state auxiliary agencies, state auxiliary bodies, dan ada juga

yang menyebut sebagai lembaga negara independen. Adapun pengertian mengenai

state auxiliary institution dari beberapa pakar adalah sebagai berikut.

Asimow mengemukakan bahwa komisi negara adalah “units of government

created by statute to carry out spesific tasks in implementing the statute. Most

administrative agencies fall in the excecutive branch, but some important agencies are

independent.”40 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Jimly Asshidiqie. Jimly

berpendapat, “komisi negara independen adalah organ negara (state organs) yang

40
Indrayana. Denny. 2008. Negara Antara Ada dan Tiada Reformasi Hukum Ketatanegaraan. Jakarta:
Kompas Media Nusantara. Hal 264.

29
diidealkan independen dan karenanya berada di luar cabang kekuasaan eksekutif,

legislatif, maupun yudikatif, namun justru mempunyai fungsi campur sari ketiganya.”41

Berkaitan dengan konteks tersebut, Jimly Asshidiqie menamakan state

auxiliary institutional sebagai self regulatory agencies atau independent supervisory

bodies, yaitu “lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi campuran (mix function)

antara fungsi-fungsi regulatif, administratif, dan fungsi penghukuman yang biasanya

dipisahkan tetapi justru dilakukan secara bersamaan oleh lembaga-lembaga baru

tersebut.”42 Kedudukan state auxiliary institutional tidak berada dalam ranah cabang

kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Namun, tidak pula lembaga-lembaga

tersebut dapat diperlakukan sebagai organisasi swasta ataupun lembaga non-

pemerintah. Lembaga negara independen ini sekilas memang menyerupai NGO karena

berada di luar struktur pemerintahan. Sebagian ahli mengelompokkan lembaga negara

independen semacam ini ditempatkan lingkup kekuasaan eksekutif mapun legislatif,

namun terdapat pula yang menempatkan secara tersendiri sebagai cabang keempat

dalam kekuasaan pemerintah.

“Regulatory and monitoring bodies are a new type of autonomous


administration which has been most widely developed in the United States
(where it is sometimes referred to as the ‘headless fourth branch’ of the
government). It takes the form ofwhat are generally known as Independent
Regulatory Commissions.”43

41
Ibid 265.
42
Asshidiqie. Jimly. 2006. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.
Jakarta: Konstitusi Press. Hal 8.
43
Yves Meny dan Andrew Knapp. 1998. Government and Politics in Western Europe: Britain,
France, Italy, Germany. Edisi ke 3. Oxford: Oxford University Press. Hal. 281.

30
Secara teoritis, lembaga negara independen bermula dari kehendak negara

untuk membuat lembaga negara baru yang pengisian anggotanya diambil dari unsur

non-negara, diberi otoritas negara, dan dibiayai oleh negara tanpa harus menjadi

pegawai negara. Gagasan lembaga negara independen sebenarnya berawal dari

keinginan negara yang sebelumnya kuat ketika berhadapan dengan masyarakat, rela

untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengawasi. Jadi, meskipun

negara masih tetap kuat, ia diawasi oleh masyarakat sehingga tercipta akuntabilitas

vertikal dan akuntabilitas horizontal. Munculnya lembaga negara independen

dimaksudkan pula untuk menjawab tuntutan masyarakat atas terciptanya prinsip-

prinsip demokrasi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan melalui lembaga yang

akuntabel, independen, serta dapat dipercaya.

Selain itu, faktor lain yang memicu terbentuknya lembaga negara independen

adalah terdapatnya kecenderungan dalam teori administrasi kontemporer untuk

mengalihkan tugas tugas yang bersifat regulatif dan administratif menjadi bagian dari

tugas lembaga negara independen. Berkaitan dengan sifatnya tersebut, John Alder

mengklasifikasikan jenis lembaga ini menjadi dua, yaitu:44

1. Regulatory, yang berfungsi membuat aturan serta melakukan supervisi terhadap

aktivitas hubungan yang bersifat privat; dan

44
Alder. John. 1989. Constitutional and Administrative Law. London: The Macmillan Press LTD. Hal.
232.

31
2. Advisory, yang berfungsi memberikan masukan atau nasihat kepada

pemerintah.

Sejak berlakunya amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang

penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) hadir untuk mengatasi permasalahan di

dunia penyiaran Indoneisa, khususnya guna mengawasi jalannya penyiaran media di

Indonesia. KPI adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan

di daerah dengan tugas dan wewenang telah diatur dalam Undang-Undang ini sebagai

wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran.45 Independen dimaksudkan untuk

mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik yang

harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun

kepentingan penguasa. Hal ini dilakukan bertujuan guna “memperkukuh integrasi

nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,

mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka

membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta

menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.46

45
Undang – undang No.32 Tahun 2002. Tentang Penyiaran. Pasal 1 (13).
46
Ibid. Pasal 3.

32
BAB III HASIL KEGIATAN

HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum KPID Jawa Timur

3.1.1 Profil Lembaga KPID Jawa Timur

Komisi Penyiaran Indonesi dibentuk dengan melaksanakan Undang-undang

Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. KPI sebagai lembaga negara

independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran.47 Secara implisit dapat diartikan

bahwa KPI adalah suatu lembaga negara bersifat independen yang mengatur segala

bentuk penyiaran yang ada di Indonesia seperti televisi dan radio.

Semangat pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus

dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal

maupun kepentingan kekuasaan. Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang

penyiaran sebelumnya, yaitu Undang-undang No.24 Tahun 1997 yang berbunyi

“Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh

pemerintah.”48 Hal tersebut menunjukkan penyiaran pada zaman itu merupakan bagian

dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan

kekuasaan pemerintah.

47
Ibid. Pasal 7 (2).
48
Undang-Undang No. 24 Tahun 1997. Tentang Penyiaran. Pasal 7 (1).

33
Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang

dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content

(prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownwership (prinsip keberagaman

kepemilikan).49 Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang

dirumuskan KPI. Pelayanan yang sehat berdasarkan Diversity of Content adalah

tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program

maupun isi program. Sedangkan Diversity of Ownership adalah jaminan bahwa

kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh

segelintir orang atau lembaga saja, dan menjamin iklim persaingan yang sehat antara

pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.

Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang

penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran

harus bebas dari berbagai kepentingan karena penyiaran merupakan ranah publik dan

digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk

menguatkan entitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan

sistem siaran berjaringan. Maka sejak disahkannya UU No 32 Tahun 2002 terjadi

perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan

paling mendasar dalam semangat UU tersebut adalah adanya limited transfer of

authority dari pengelolaan penyiaran yang selam ini merupakan hak ekslusif

pemerintah kepada sebuah badan pengatur Independen (Independent regulatory body)

49
Syahputra. Iswandi. dkk. 2012. Op. cit. Hal 8.

34
bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Independen dimaksudkan untuk

mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus

dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan

kekuasaan.50

Dalam perkembangannya adalah hal yang lumrah ketika KPID Jawa Timur

dibentuk karena amanah dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 pasal 7 ayat 4

yaitu KPI terdiri dari KPI Pusat dibentuk tingkat Pusat dan KPI Daerah dibentuk

ditingkat provinsi. Anggota KPID Jawa Timur berjumlah 7 orang yang dipilih Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atas usul masyarakat melalui uji kepatutan dan

kelayakan secara terbuka, untuk selanjutnya ditetapkan secara administratif oleh

Gubernur atas usul DPRD Provinsi. Selain itu, anggaran program kerja KPID dibiayai

oleh APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). KPID Jawa Timur merupakan

wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan

masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-program kerja hingga

akhir kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3:

“Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi


nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera,
serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.”

50
Ibid. Hal 5.

35
Untuk mencapai tujuan tersebut KPID dibagi menjadi tiga bidang, yaitu bidang

kelembagaan, struktur penyiaran dan pengawasan isi siaran. Bidang kelembagaan

menangani persoalan hubungan antar kelembagaan KPI, koordinasi KPID serta

pengembangan kelembagaan KPI. Bidang struktur penyiaran bertugas menangani

perizinan, industri dan bisnis penyiaran. Sedangkan bidang pengawasan isi siaran

menangani pemantauan isi siaran, pengaduan masyarakat, advokasi dan literasi media.

3.1.1.1 Sejarah KPID Jawa Timur

1. Periode I (Masa Jabatan Tahun 2003-2007)51

Untuk mengatur penyiaran di Jawa Timur, Gubernur dan DPRD Jawa

Timur menginisiasi kelahiran KPID Jawa Timur. Bermula dari

dikeluarkannya Keputusan Gubernur Jawa Timur No:

118/209/KPTS/013/2003 tanggal 14 Agustus 2003 tentang Pembentukan

Tim Seleksi Persyaratan Administrasi Calon Anggota KPID Jawa Timur.

Kemudian ditetapkan tahapan-tahapan seleksi mulai dari Pengumuman

kepada masyarakat, pendaftaran, tes psikologi, Fit and proper test oleh

DPRD, sampai diterbitkan Surat Keputusan Gubernur, Barulah pada 8 April

2004 KPID Jawa Timur terbentuk dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur

Jawa Timur No 189/90/KPTS/013/2004. Meski sudah mendapat SK sejak

April 2004, namun Gubernur baru melantik pada tanggal 31 Desember

51
Profil KPID Jatim. Dokumen KPID Jawa Timur. Hal 1.

36
2004. KPID Jawa Timur ini terdiri atas 7 anggota. Sedianya, masa jabatan

KPID Jawa Timur ini berakhir pada April 2007. Namun karena terus

dilanda konflik internal yang tak berkesudahan, maka pada Agustus 2006

Gubernur H Imam Utomo memutuskan mencabut SK No

189/90/KPTS/013/2004 tentang Pengangkatan anggota KPID Jawa Timur

masa jabatan 2004-2007. Keputusan pemberhentian anggota KPID ini

sebagai tindak lanjut atas rekomendasi Komisi A DPRD Jawa Timur yang

sejak September 2005 sudah meminta Gubernur membubarkan KPID Jawa

Timur.

2. Periode II (Masa Jabatan Tahun 2007-2010)52

Selama KPID Jawa Timur dalam keadaan vakum, KPI Pusat akhirnya

mengambil alih segala kewenangan KPID Jawa Timur. Hal ini untuk

menghindari kevakuman dan demi kelanjutan pelayanan, segala

kewenangan KPID Jawa Timur akan dipegang KPIP. Setelah sempat

vakum hampir setahun, Gubernur Jawa Timur H Imam Utomo membentuk

lagi KPID Jawa Timur yang beranggotakan 7 orang melalui SK No

188/216/KPTS/013/2007 pada tanggal 5 Juni 2007. Hal ini menindaklanjuti

hasil uji kepatutan dan kelayakan secara terbuka oleh Komisi A DPRD Jawa

Timur sebagaimana Surat Ketua DPRD Jawa Timur Nomor.

160/5355/050/2007 tertanggal 15 Mei 2007 perihal Penetapan dan

52
Ibid. Hal 1.

37
Pengumuman Calon Anggota KPID Provinsi Jawa Timur masa jabatan

2007-2010. KPID Jawa Timur masa bakti 2007-2010 memulai tugas secara

resmi sejak dilantik Gubernur Jawa Timur pada 11 Juni 2007. KPID Jawa

Timur memikul beban tugas yang berat akibat tidak terurusnya berbagai

tugas bidang legislasi penyiaran di daerah kelembagaan, struktur penyiaran,

dan pengawasan isi siaran di tengah kevakuman kelembagaan KPID Jawa

Timur periode masa bakti sebelumnya.

Salah satu kebijakan strategis yang dibuat KPID Jawa Timur pada tahun

pertama adalah kemampuan membuat kerangka fundamental dan regulasi

penyiaran di Jawa Timur yang disusun dengan melakukan berbagai tahapan

termasuk konsultasi publik hingga melahirkan mekanisme dan prosedur

kerja yang menjadi landasan normatif pembukaan loket perizinan. Bidang

tugas KPID sesuai dengan peraturan kelembagaan KPID Nomor 01 Tahun

2007 pasal 11 meliputi struktur penyiaran, pengawasan isi siaran dan

kelembagaan.

3. Periode III (Masa Jabatan Tahun 2010-2013)53

Pada tahun 2010 KPID Jawa Timur tepatnya tanggal 5 Juni 2010

berakhir masa jabatannya, karena KPID Jawa Timur telah mempunyai

Sekretariat KPID Provinsi Jawa Timur yang dibentuk pada tanggal 5 Mei

2009, maka DPRD Provinsi memberi mandat/kewenangan bahwa seleksi

53
Ibid. Hal 2.

38
administratif diserahkan kepada Sekretariat. Sehingga pada bulan Februari

tahun 2010 dimulailah pembahasan mengenai proses rekruitmen calon

anggota KPID Jawa Timur masa jabatan 2010-2013. Setelah mengalami

proses dari Pembentukan panitia, pendaftaran, tes seleksi, tes psikologi, dan

lain sebagainya hingga debat publik. Setelah debat publik nama-nama calon

anggota KPID Jawa Timur 2010-2013 diserahkan ke DPRD Provinsi Jawa

Timur dalam hal ini Komisi A, untuk menjalani fit and proper test. Dan

setelah melakukan fit and proper test yang dilakukan oleh DPRD Provinsi,

maka diumumkan melalui Surat Pengumuman Nomor 160/4964/060/2010

tentang Nama-Nama 7 (tujuh) Anggota KPID Jawa Timur masa jabatan

2010-2013 dan dikukuhkan pada tanggal 13 Agustus 2010 oleh Bapak

Gubernur Jawa Timur.

4. Peridoe IV (Masa Jabatan Tahun 2013-2016)54

Telah berakhirnya masa jabatan tahun 2010-2013 tepat pada tanggal 05

Juli 2013, maka melalui surat yang dikirim oleh DPRD Provinsi Jawa

Timur yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Timur tanggal 14 Maret 2013,

Nomor 065/3050/060/2013 dimulailah Proses Rekruitmen Calon Anggota

KPID Jawa Timur masa jabatan Tahun 2013-2016. Proses Rekruitmen

tahun 2013 ini berlangsung kurang lebih 6 (enam) bulan sehingga ada

perpanjangan Anggota KPID Jawa Timur masa jabatan 2010 – 2013,

54
Ibid.

39
adapun tahapan proses rekruitmen adalah pendaftaran, seleksi adminstratif,

tes tertulis, tes psikologi, debat publik, uji publik dan uji kelayakan dan

kepatutan (fit and proper test). Proses Tahapan Rekruitmen akhirnya dapat

diselesaikan hingga terbitnya surat pengumuman penetapan nama-nama

tujuh komisioner terpilih untuk masa jabatan 2013 – 2016 dari DPRD

Provinsi Jawa Timur dengan nomor 150/8705/060/2013 tanggal 9

September 2013. Berdasarkan surat pengumuman tersebut dikeluarkanlah

Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tanggal 30 September 2013 nomor

188/622/KPTS/013/2013 tentang Pengangkatan Anggota KPID Jawa

Timur masa jabatan tahun 2013-2016, yang kemudian dikukuhkan pada

tanggal 11 Oktober 2013 bertempat di Gedung Grahadi Surabaya.

5. Periode V (Masa Jabatan Tahun 2016-2019)55

Akan berakhirnya jabatan periode ke IV pada tanggal 30 September

2016. Maka pada tanggal 3 Juni 2016 Sekretariat KPID Provinsi Jawa

Timur mengumumkan pendaftaran untuk rekrutmen KPID Jawa Timur

masa jabatan Tahun 2016-2019. Bersamaan dengan hal tersebut, pada tahun

2016 merupakan tahun transisi dimana akan diterapkannya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

55
Ibid. Hal 3.

40
dimana untuk kesekretariatan akan diserahkan sepenuhnya ke Dinas

Komunikasi dan Informatika.

Dengan demikian mulai tahun 2017 Sekretariat KPID Jawa Timur tidak

lagi menjadi perangkat daerah tersendiri. Meskipun dalam masa transisi,

rekrutmen anggota KPID Jawa Timur berjalan dengan baik dan melalui

DPRD Provinsi Jawa Timur, telah ditetapkan 7 anggota KPID Jawa Timur

masa jabatan Tahun 2016-2019 yang diumumkan melalui Surat

Pengumuman Nomor 160/9284/060/2016 tanggal 31 Oktober 2016.

Dengan adanya Surat Pengumuman tersebut, maka dikeluarkanlah Surat

Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/669/KPTS/013/2016 tanggal

16 November 2016 dan oleh Bapak Gubernur dikukuhkan pada tanggal 6

Desember 2016.

3.1.1.2 Visi dan Misi KPID Jawa Timur

Visi KPID Jawa Timur: Terwujudnya Sistem Penyiaran di Jawa Timur yang

Sehat, Inklusif, Berbudaya dan Bermartabat Berbasis Sinergi dan Partisipasi.56

Misi KPID Jawa Timur:57

1. Berperan serta mendorong pembangunan di Jawa Timur melalui industri

penyiaran untuk kemakmuran masyarakat.

2. Memastikan legalitas kegiatan penyiaran bagi setiap lembaga penyiaran.

56
Ibid. Hal 3.
57
Ibid. Hal 3.

41
3. Mendorong lembaga penyiaran mewujudkan siaran yang inklusif, adil,

merata dan mengangkat nilai-nilai budaya lokal secara proporsional serta

mematuhi P3SPS guna mengupayakan isi siaran yang mendidik dan

mencerdaskan kehidupan bangsa..

4. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan

siaran yang sehat dan berkualitas.

5. Menyediakan aplikasi layanan penyiaran berbasis teknologi informasi dan

menguatkan kerjasama dengan stakeholder penyiaran

3.1.2 Kelembagaan KPID Jawa Timur

Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya, KPI Pusat

diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dan KPID

diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi. KPID sebagai wujud

peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan

masyarakat akan penyiaran. KPID Jawa Timur mempunyai wewenang diantaranya:58

1. Menetapkan Standar Program Siaran (SPS).

2. Menyusun peraturan dan menetapkan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3).

3. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta

standar program siaran.

4. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku

penyiaran serta standar program siaran.

58
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002. Tentang Penyiaran. Pasal 8 (2).

42
5. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga

penyiaran, dan masyarakat.

Dalam menjalankan wewenangnya, KPID Jawa Timur memiliki tugas dan

kewajiban yaitu:59

1. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar

sesuai dengan hak asasi manusia.

2. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran.

3. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan

industri terkait.

4. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang.

5. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan

apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaran penyiaran.

6. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin

profesionalitas di bidang penyiaran.

Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran dan P3SPS menjadi

rujukan untuk melihat kualitas penyelenggaraan di Indonesia. Dalam arti, kualitas

tersebut apakah penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan

tercantum di dalamnya. KPID Jawa Timur juga memiliki kewajiban sebagai berikut:

1. KPID wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran.

59
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002. Tentang Penyiaran. Pasal 8 (3).

43
2. KPID wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang mengetahui

adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran.

3. KPID wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat

mendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf e.

4. KPID wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan

dan memberikan kesempatan hak jawab.

5. KPID wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada

pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang terkait.

Dalam menjalankan tugas dan kewajiban tersebut KPID memiliki bidang-

bidang khusus yang menangani dibidang penyiaran tersebut, yaitu:

1. Bidang Struktur Penyiaran60

a) Menuntaskan legalitas radio eks-RKPD dan televisi milik pemda menjadi

LPP lokal.

b) Memetakan pemberian usulan kanal frekuensi untuk Radio Komunitas

c) Penegakan hukum terhadap Lembaga Penyiaran (LP) ilegal dengan terlebih

dulu memetakan derajat legalitas LP yang bersangkutan.

d) Menuntaskan penanganan TV kabel yang kian marak di daerah pinggiran.

60
Profil KPID Jatim. Op. cit. Hal 4.

44
e) Penyusunan database lembaga penyiaran melalui sistem informasi berbasis

web.

2. Bidang Kelembagaan61

a) Melaksanakan penganugerahan tahunan bagi program siaran radio &

televisi terbaik.

b) Membuat regulasi kelembagaan: Peraturan kelembagaan, Kode Etik &

Mekanisme Kerja.

c) Membuat regulasi mengenai penangan pengaduan agar sejalan dengan

keterbukaan informasi.

d) Mensosialisasikan program dan kegiatan KPID melalui media massa

3. Bidang Pengawasan Isi Siaran62

a) Menerapkan ketentuan dalam P3/SPS secara tegas, namun mengedepankan

aspek edukasi.

b) Melakukan literasi media ke publik, termasuk ke sekolah-sekolah.

c) Pengawasan tidak hanya mengandalkan pengaduan masyarakat, tapi

proaktif melakukan monitoring dan recording (perekaman) langsung,

khususnya siaran televisi.

61
Ibid. Hal 5.
62
Ibid. Hal 5.

45
d) Pengaduan masyarakat akan isi siaran dipermudah dengan memanfaatkan

segala media akan dipakai

e) Pelibatan segala komponen: pemerintah, LSM (media watch), PKK, Ormas,

OKP, dan kelompok peduli penyiaran lainnya.

Tabel 3.1
Struktur KPID Jawa Timur 2016-2019

Ketua:
A. Afif Amrullah, M.E.I

Struktur Penyiaran Pengawasan Isi Siaran Kelembagaan

Gandi Wicaksono, S.IP


(koordinator sosialisasi
dan literasi media) Eko Rinda Prasetyadi, SH
Bashlul Hazami, S.E.I.,
M.SEI (Wakil Ketua) Amalia Rosyadi Putri,
S.Kom.I, M.Med.Kom
Nur Elya Anggraini, (koordinator bidang
S.Sos pengawasan isi siaran)
Immanuel Yosua
Tjiptosoewarno, S.Th,
M.A., M.I.Kom, M.H
(koordinator penindakan
pelanggaran isi siaran)

Sumber: Diolah oleh penulis. 2018.

3.1.3 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)

Frekuensi televisi dan radio sebagai ranah publik merupakan sumber daya alam

terbatas yang ditujukan untuk masyarakat bersama. Dalam melindungi hak warga

negara untuk mendapatkan informasi yang tepat, akurat, bertanggungjawab dan sehat,

46
yang kemudian harus mampu memperkokoh integrasi nasional dan mencerdaskan bagi

kehidupan bangsa. Maka dibutuhkan peraturan khusus dalam proses penyiaran.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran KPI

diberikan kewenangan untuk mengatur dan menciptakan regulasi dalam bidang

penyiaran. Melalui kewenangan tersebut KPI mewujudkan regulasi penyiaran dalam

bentuk pedoman perilaku penyiaran (P3) dan menetapkan standar program siaran

(SPS). P3SPS merupakan panduan tentang batasan mengenai program apa yang

diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Melihat pertimbangan penetapan SPS “bahwa

perkembangan industri televisi dan radio diseluruh Indonesia membuat tingkat

kreativitas dan persaingan antar lembaga lembaga penyiaran semakin tinggi, sehingga

program siaran menjadi tolak ukur keberhasilan meraih keuntungan dan tingkat

persaingan antar lembaga penyiaran berpotensi untuk memunculkan program siaran

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini oleh masarakat.”63

P3SPS disusun berdasarkan masukan dari kalangan masyarakat yakni,

akademisi, ormas dan praktisi penyiaran untuk menjadikan dasar bagi lembaga

penyiaran dalam menyajikan program siaran yang berkualitas, sehat dan bermartabat.

P3SPS sebagai pedoman dan standar bagi kegiatan penyelenggaraan penyiaran ketika

memproduksi jenis program siaran baik televisi maupun radio di Indonesia agar

lembaga penyiaran dapat menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan,

63
Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran.

47
hiburan, kontrol sosial dan pemersatu bangsa. P3SPS tidak hanya pedoman untuk

proses produksi siaran, akan tetapi pedoman untuk melakukan monitoring isi siaran

televisi dan radio. KPID Jawa Timur menyederhanakan P3SPS menjadi 5S racun siaran

dalam melakukan monitoring. 5S racun siaran terdiri dari Sara, Saru, Sadis, Sihir, dan

Siaran partisian.

S yang pertama adalah Sara. Siaran televisi maupun radio tidak diperbolehkan
menanyangkan siaran eksploitasi seksual atau tindakan asusila yang tak pantas
ditayangkan. Bentuk eksploitasi berbau pornografi dan pornoaksi seperti
tayangan musik dangdut yang disiarkan secara langsung. S yang kedua adalah
saru. Siaran televisi dan radio tidak diperbolehkan menayangkan pelecehan
terhadap suku, agama dan ras. S yang ketiga adalah sadis. Tayangan televisi
dan radio tidak diperbolehkan menampilkan bentuk kekerasan verbal mapun
fisik yang menakutkan dan memiliki dampak bagi penonton khususnya anak
dibawah umur. S yang keempat adalah sihir. Tayangan televisi dan radio
dilarang menampilkan tayangan mistik, horor, supranatural. Dan S yang
kelima adalah siaran partisan. Tayangan televisi dan radio dilarang
berkampanye terselubung, berafiliasi dengan partai politik dan tidak memiliki
izin siaran.64
Apabila lembaga penyiaran terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar

P3SPS atau 5S racun siaran, akan dijatuhkan sanksi administrasi oleh KPI. Sanksi

administrasi berlaku untuk seluruh jenis program, baik program yang diproduksi

sendiri maupun beli dari pihak lain sebgaai bentuk kerjasama produksi atau disponsori.

“Sanksi administrasi dapat berupa teguran tertulis; penghentian sementara mata acara

yang bermasalah setelah melalui tahap tertentu; pembatasan durasi dan waktu siaran;

denda admnistrasi; pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu; tidak diberi

64
Wawancara dengan Bu Amalia Rosyadi. Koordinator Bidang Pengawasan Isi SIaran. Pada 19 Juli
2018.

48
perpanjangan izin penyelenggara penyiaran; atau pencabutan izin penyelenggaraan

penyiaran.”65

3.2 Deskripsi Kegiatan

3.2.1 Waktu dan Lokasi PKN

Kegiatan PKN dilaksanakan di Kantor KPID Jawa Timur Jalan Ngagel timur

No. 52-54 Surabaya. Penulis melaksanakan kegiatan PKN selama satu bulan dari

tanggal 12 Juli 2018 hingga 10 Agustus 2018. Sedangkan pembimbing lapangan

penulis adalah Ibu Sri Wahyuni selaku anggota bidang pengawasan isi siaran di divisi

pengelola data.

3.2.2 Aktivitas Praktik Kerja Nyata

Kegiatan PKN yang penulis jalani ialah mempelajari, memahami dan

melaksanakan monitoring siaran televisi lokal. Selama melakukan kegiatan PKN

penulis terlibat dalam mengikuti kegiatan pelatihan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3)

dan Standar Program Siaran (SPS), melakukan monitoring siaran televisi lokal dan

berpartisipasi langsung melakukan literasi media kepada organisasi Fatayat NU Desa

Badal, Kediri.

Berikut ini adalah tabel agenda kegiatan harian penulis dalam melaksanakan

kegiatan PKN di KPID Jawa Timur:

65
Peraturan KPI tentang Standar Program SIaran. Bab XXX. Pasal 75 (2).

49
Tabel 3.2

Agenda Kegiatan PKN di KPID Jawa Timur

No. Hari dan Tanggal Aktivitas


1. Senin, 9 Juli 2018 Memberikan surat izin kegiatan PKN dan proposal
kegiatan PKN di kantor KPID Jawa Timur
2. Kamis, 12 Juli 2018 Berkenalan dengan perangkat KPID Jawa Timur
dan pengenalan alat monitoring
3. Jumat, 13 Juli 2018 Pengenalan Pedoman Perilaku Pnyiaran (P3) dan
Standar Program Siaran (SPS)
4. Sabtu, 14 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
5. Senin, 16 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
6. Selasa, 17 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
7. Rabu, 18 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
8. Kamis, 19 Juli 2018 Mengikuti pelatihan sekolah P3SPS yang
diselenggarakan oleh KPI Pusat bekerjasama
dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak di Hotel Crown Prince
Surabaya. Tema yang diangkat “Bimbingan teknis
media ramah anak bagi SDM penyiaran melalui
sekolah P3SPS” yang dihadiri oleh lembaga
penyiaran se Jawa Timur. Setelah kegiatan
pelatihan, penulis berdiskusi dan wawancara
dengan Bu Amalia Rosyadi Putri, S.Kom.I
M.Med.Kom selaku koordinator bidang
pengawasan isi siaran terkait profilKPID Jawa
Timur terutama bidang pengawasan isi siaran.
9. Jumat, 20 Juli 2018 Lanjutan pelatihan sekolah P3SPS

50
10. Sabtu, 21 Juli 2018 Melakukan sosialisasi materi pelatihan sekolah
P3SPS kepada mahasiswa magang lainnya yang
tidak dapat mengikuti pelatihan karena keterbatasan
kuota.
11. Senin, 23 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
12. Selasa, 24 Juli 2018 Berdiskusi dengan Ketua KPID Jawa Timur A. Afif
Amrullah, M.EI tentang profi lembaga penyiaran se
Jawa Timur.
13. Kamis, 26 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
14. Jumat, 27 Juli 2018 Monitoring siaran televisi lokal
15. Minggu, 29 Juli 2018 Melaksanakan acara Literasi Media dengan tema
“Dampingi anak saat menonton TV” kepada
organisasi Fatayat NU Desa Badal, Kediri.
16. Senin, 30 Juli 2018 Monitoring siaran radio lokal
17. Selasa, 31 Juli 2018 Monitoring siaran radio lokal
18. Rabu, 1 Agustus Monitoring siaran radio lokal
2018
19. Kamis, 2 Agustus Monitoring siaran radio lokal
2018
20. Jumat, 3 Agustus Monitoring siaran radio lokal dilanjutkan dengan
2018 pembuatan video kemerdekaan oleh Ketua KPID
Jawa Timur.
21. Sabtu, 4 Agustus Monitoring siaran radio lokal
2018
22. Senin, 6 Agustus Monitoring siaran radio lokal
2018
23. Selasa, 7 Agustus Monitoring siaran radio lokal serta mengumpulkan
2018 hasil laporan mingguan monitoring

51
24. Rabu, 8 Agustus Wawancara dengan Ketua KPID Jawa Timur
2018 tentang monitoring siaran televisi di tahun politik.
25. Kamis, 9 Agustus Monitoring siaran radio lokal
2018
26. Jumat, 10 Agustus Monitoring siaran radio lokal dan mengucapkan
2018 terima kasih atas selesainya kegiatan PKN di KPID
Jawa Timur.
Sumber: Diolah oleh penulis, 2018.

Berikut ini merupakan sedikit penjelasan tentang kegiatan yang dilakukan oleh

penulis dalam melakukan kegiatan PKN di KPID Jawa Timur:

1. Pemberian Berkas Izin Kegiatan PKN

Kegiatan pertama yang dilakukan penulis adalah memberikan surat izin

magang dan proposal kegiatan PKN dari FISIP UB ke kantor KPID Jawa Timur

pada hari senin (9/7). Saya bertemu dengan Bu Sri Wahyuni untuk

menyerahkan berkas-berkas yang telah saya bawa.

2. Perkenalan

Selang beberapa hari, saya mendapatkan jawaban atas proposal kegiatan

PKN bahwa penulis bisa mulai melakukan PKN pada hari kamis (12/7) dan

diberikan waktu PKN dari pukul 12 siang hingga 5 sore selama melakukan

monitoring siaran televisi lokal. Kegiatan pertama yang saya lakukan di kantor

KPID Jawa Timur setelah menyerahkan berkas adalah berkenalan dan

menghaturkan maksud dan tujuan penulis kepada Bu Sri Wahyuni. Beliaulah

pembimbing lapangan penulis selama PKN di Kantor KPID Jawa Timur dalam

52
monitoring siaran televisi lokal. Penulis pun berkenalan dengan Ibu Erna Diah

Akriyanti, S.Sos (administrasi keuangan), Bapak Edy Mulyono, SH

(adiministrasi keuangan), Bapak Pradipta Wira Pradhana, SE (penyusun

program anggaran dan pelaporan), Ibu Anny Farizah (administrasi umum), Ibu

Heny Kusumaningsih, SE (administrasi umum bidang perizinan), Ibu Nur

Chotimah (administrasi umum bidang pengawasan isi siaran), bapak Runa

Ferry Sanjaya (administrasi umum bidang perizinan), Bapak Hari Budiman

(admnistrasi umum bidang perizinan), Bapak Edy Sukarno (admnistrasi umum

bidang kelembagaan), Bapak Arip Yudianto (administrasi umum bidang

pengawasan isi siaran) dan Bapak M. Zazuli Yusuf (administrasi umum bidang

pengawasan isi siaran).

Perkenalan baru bisa dilanjut pada berlangsungnya kegiatan pelatihan

sekolah P3SPS di Hotel Crown Prince, pada saat itu penulis berkenalan dengan

Bu Amalia Rosyadi Putri, S.Kom.I, M.Med.Kom selaku koordinator bidang

pengawasan isi siaran, Pak A. Afif Amrullah, M.EI selaku ketua KPID Jawa

Timur dan Pak Gandi Wicakcono, S.IP selaku koordinator bidang sosialisasi

dan literasi media KPID Jawa Timur. Dan berkenalan dengan Pak Immanuel

Yosua Tjiptosoewarno, S.Th, M.A., M.I.Kom, M.H selaku koordinator bidang

penindakan pelanggaran isi siaran setelah berakirnya kegiatan pelatihan

sekolah P3SPS.

53
3. Monitoring siaran televisi dan radio lokal

Kegiatan penulis dalam melakukan monitoring siaran televisi lokal

dimulai sejak hari kamis (12/7) dengan mengenali alat monitoring. Alat

monitoring yang penulis gunakan berupa perangkat komputer dengan monitor

televisi LED 32 inch. Penulis dikenalkan alat monitoring oleh Pak M. Zazuli

Yusuf tentang penggunaan fasilitas dan alat monitoring. Selain itu penulis

dikenalkan dengan aplikasi Win Fast PVR 2 untuk melakukan monitoring

siaran televisi dan perekaman (recording). Perangkat yang tersedia untuk

monitoring televisi ada 2, sedangkan untuk radio ada 1. Selanjutnya penulis

mendapatkan amanah dari pembimbing lapangan Bu Sri Wahyuni untuk

monitoring siaran televisi selama hari senin hingga jumat, dari pukul 12 siang

sampai 5 sore, sedangkan dihari sabtu penulis masuk pukul 7 pagi sampai 12

siang.

Dalam melakukan monitoring siaran televisi lokal penulis memantau 11

siaran televisi lokal diantaranya:

Tabel 3.3

Nama Televisi Lokal yang di Monitoring

No. Nama Televisi Channel


1. TVRI 26
2. SBO TV 36
3. RTV 38
4. Kompas TV 40
5. TV9 42

54
6. Surabaya TV 44
7. BBS TV 46
8. Arek TV 48
9. Net TV 58
10. JTV 60
11. I News TV 62
Sumber: Diolah oleh penulis, 2018.

Dalam melakukan monitoring siaran televisi lokal, penulis memantau

setiap lembaga penyiaran selama 30 menit dengan berlandaskan Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Selain itu penulis pun

melakukan monitoring siaran radio lokal diantaranya:

Tabel 3.4

Nama Radio Lokal yang di Monitoring

No. Nama Radio Frekuensi


1. Colors Radio FM 87.70
2. Prambors Radio FM 89.30
3. Hard Rock FM 89.70
4. Media FM 90.10
5. Suzana FM 91.30
6. Metro FM 88.50
7. Kosmonita FM 92.50
8. Elvictor FM 93.30
9. Smart FM 88.90
10. Mercury FM 96.00
11. My Radio 94.40
12. Cakrawala FM 101.50

55
13. Elshinta FM 97.60
14. Sonora FM 98.00
15. Urban FM 106.00
16. She Radio FM 99.60
17. Suara Surabaya FM 100.00
18. Delta FM 100.50
19. Istara FM 101.10
20. Starto FM 101.90
21. MTB FM 102.70
22. Gen FM 103.10
23. Widjaja FM 103.50
24. Prima FM 103.80
25. Pas FM 104.30
26. Sindo Radio FM 104.70
27. JJ FM 105.10
28. Sas FM 107.50
29. Merdeka FM 106.70
30. Mentari FM 107.70
31. Suara Giri FM 98.04
Sumber: Diolah oleh penulis, 2018.

4. Pelatihan sekolah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

(P3SPS)

Pelatihan sekolah P3SPS ini merupakan acara yang diselenggarakan

oleh KPI Pusat bekerjasama dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak pada tanggal 19-20 Juli 2018 di Hotel Crown Prince

Surabaya. Penulis mengikuti pelatihan bersama Pak M. Zazuli Yusuf dan Bu

56
Sri Wahyuni. Pelatihan sekolah P3SPS diikuti oleh lembaga penyiaran televisi

maupun radio lokal. Acara yang diselenggarakan selama dua hari ini

mengambil tema “Bimbingan teknis media ramah anak bagi SDM penyiaran

melalui sekolah P3SPS.”


Gambar 3.1

Pelatihan Sekolah P3SPS

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

Kegiatan pelatihan ini didesain dengan adanya kuliah umum, 4 materi

dan ujian akhir yang nantinya digunakan sebagai indikator kelulusan dalam

sekolah P3SPS. Kuliah umum “Peran mdia dalam mencegah kekerasan dan

eksploitasi terhadap anak,” disampaikan oleh Bu Rini Handayani, SE., MM

selaku Kepala Biro Umum dan Sumber Daya Manusia, Kementrian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Selanjutnya materi pertama

“Program jurnalistik dalam kacamata P3SPS,” disampaikan oleh Pak Mayong

Suryo Laksono selaku anggota bidang pengawasan isi siaran. Selanjutnya

disambung dengan materi kedua “Pengaturan pornografi di dunia penyiaran,”

disampaikan oleh Bu Nuning Rodiyah selaku anggota bidang pengawasan isi

57
siaran. Materi ketiga dilanjutkan pada esok harinya dengan materi “Tayangan

kekerasan dalam P3SPS,” oleh Pak Hardly S.F. Pariela selaku koordinator

bidang pengawasan isi siaran. Hingga materi yang terkahir disampiakan oleh

Bu Dewi Setyarini selaku anggota bidang pengawasan isi siaran dengan materi

“Perlindungan anak di dunia penyiaran.”

5. Literasi Media

Kegiatan literasi media yang diadakan di Desa Badal Kediri merupakan

kegiatan kerjasama antara KPID Jawa Timur dengan Fatayat NU Desa Badal

dengan mengangkat tema “Dampingi anak saat menonton TV.” Kegiatan

literasi media diadakan untuk memperingati Hari Anak Nasional. Kegiatan

yang digagas oleh Bu Amalia Rosyadi selaku koordinator bidang pengawasan

isi siaran. Materi disampaikan oleh pak A. Afif Amrullah selaku Ketua KPID

Jawa Timur. Selama acara berlangsung selain mempersiapkan perlengkapan

acara, penulis melakukan dokumentasi yang nanti hasilnya akan dipublikasikan

untuk sosial media KPID Jawa Timur.

6. Berdiskusi dengan perangkat KPID Jawa Timur

Selama penulis melakukan kegiatan PKN, penulis banyak melakukan

diskusi dengan perangkat KPID Jawa Timur. Diskusi pertama penulis lakukan

pada kamis (19/7) dengan Bu Amalia Rosyadi selaku koordinator bidang

pengawasan isi siaran. Beberapa hal yang penulis tangkap dari hasil diskusi

tersebut yang pertama adalah bahwa masih banyak siaran televisi maupun radio

yang menanyangkan eksploitasi seksual atau tindakan asusila yang tak pantas

58
ditayangkan. Bentuk eksploitasi berbau pornografi dan pornoaksi seperti

tayangan musik dangdut yang disiarkan secara langsung. Yang kedua adalah

banyaknya tayangan televisi dan radio yang menanyangkan pelecehan terhadap

suku, agama dan ras. Yang ketiga adalah tayangan televisi dan radio banyak

menampilkan bentuk kekerasan verbal mapun fisik yang menakutkan dan

memiliki dampak bagi penonton khususnya anak dibawah umur. Yang keempat

adalah tayangan televisi dan radio banyak menampilkan tayangan mistik, horor,

supranatural. Dan yang kelima tayangan televisi dan radio yang berkampanye

terselubung, berafiliasi dengan partai politik dan tidak memiliki izin siaran.

Diskusi selanjutnya dilakukan pada hari rabu (8/8) bersama pak A. Afif

Amrullah selaku Ketua KPID Jawa Timur. Menurut penuturan pak Afif adanya

keterbatasan anggaran KPID Jawa Timur menjadi permasalahan dalam

melakukan pengawasan siaran televisi maupun radio. Di kantor KPID Jawa

Timur hanya memiliki 2 perangkat pengawasan televisi dan 1 perangkat

pengawasan radio. Berbeda dengan periode sebelumnya yang memiliki

perwakilan pemantau diberbagai daerah misalnya di Pamekasan, Jember dan

Kediri. Akan tetapi pihak KPID Jawa Timur pun memaksimalkan laporan dari

masyarakat. Misalnya dengan melakukan kegiatan literasi media, pihak KPID

Jawa Timur pun juga mensosialisasikan bagaimana melakukan monitoring

televisi dan radio sesuai dengan P3SPS. Dengan begitu, masyarakat pun bisa

bantu melaporkan jika ada pelanggaran.

59
3. 3 Keahlian yang didapat

Selama proses kegiatan PKN di Kantor KPID Jawa Timur, penulis

mendapatkan ilmu pengetahuan baru, pengalaman baru, soft skill dan pengembangan

diri. Berikut ini uraian yang penulis dapatkan selama kegiatan PKN berlangsung:

1. Menambah kemampuan berkomunikasi dengan tiap orang sesuai dengan

waktu, tempat dan lawan bicara.

2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan monitoring siaran televisi

menggunganakan metode clip counting dan

3. Mengembangkan kemampuan penulis dalam menganalisa tayangan siaran

televisi sesuai P3SPS.

4. Memahami bagaiman acara komunikasi dan kerjasama yang baik dengan

komunitas, LSM, Ormas.

5. Memiliki pengalaman dalam mengurus urusan administrasi.

6. Mengembangkan skill leadership penulis dengan kemampuan bekerja dalam

tim.

60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Peran Bidang Pengawasan Isi Siaran dalam Monitoring Siaran Televisi

Lokal

Televisi sebagai media massa yang mudah diakses khalayak berperan sebagai

sarana informasi, pendidikan, hiburan dan sarana sosialisasi penggiringan opini publik.

Dalam kata lain televisi mampu menjadi sarana media massa untuk menyebar ide,

kebijakan dan aturan baru yang dikonsumsi khalayak setiap harinya. Dalam

menyampaikan nilai kepada khalayak, sistem media massa yang digunakan di

Indonesia adalah teori sistem media massa tanggungjawab sosial. Hal ini dikarenakan

dengan etika dan moralitas masyarakat Indonesia dan Pancasila dalam menyampaikan

pesan kepada khalayak.

Hasil survei Nielsen menjelaskan bahwa 96 persen media televisi memiliki

pengaruh bagi khalayak karena menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat

Indonesia. Selanjutnya mengingat kepemilikan lembaga penyiaran dimonopoli oleh

segelintir media swasta. Maka dari itu siaran televisi perlu diawasi karena mampu

mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak.

61
Tabel 4.1

Jumlah Lembaga Penyiaran Televisi di Jawa Timur 2018

Jumlah Lembaga Penyiaran Televisi di Jawa Timur


2018
1

24 Komunitas

60 Berlangganan
Swasta

0 10 20 30 40 50 60 70
Sumber: Diolah oleh penulis, 2018.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua KPID Jawa Timur, terdapat 75

lembaga penyiaran televisi di Jawa Timur yang meyiarkan siarannya. Diantaranya

dimiliki oleh swasta, komunitas bahkan televisi berlangganan. Pada tabel diatas

menjelaskan bahwa terdapat 1 lembaga penyiaran milik komunitas, 24 lembaga

penyiaran berlangganan dan 60 lembaga penyiaran milik swasta.

Selanjutnya pemerintah dalam hal ini ikut mengawasi dengan membentuk

KPID Jawa Timur dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya

watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan

bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang

mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran yang

ada ditingkat lokal Jawa Timur.66 KPID Jawa Timur dalam kegiatannya memiliki tugas

66
Ibid. Pasal 3.

62
untuk mengawasi atau monitoring siaran televisi lokal melalui bidang pengawasan isi

siaran. Monitoring dilakukan secara langsung oleh tim monitoring KPID Jawa Timur.

Dalam hasil penulis melakukan kegiatan PKN, monitoring siaran televisi

dilakukan selama 24 jam penuh. Akan tetapi pengawasan ini berlaku untuk stasiun

televisi yang ada di Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan fasilitas

KPID Jawa Timur dalam melakukan monitoring.

Dalam melakukan monitoring siaran televisi lokal tentunya tidak semudah dan

secepat seperti yang dipikirkan. Penulis harus memantau televisi selama 5 jam dengan

menggunakan metode clip counting. Yakni dengan merekam siaran televisi dan radio

yang disinyalir melakukan pelanggaran. Dimana pada saat penulis melakukan

monitoring tayangan siaran televisi, penulis diharuskan melihat layar televisi secara

terus menerus dan sebisa mungkin tidak beranjak dari depan layar televisi agar tidak

terlewat jikalau terjadi pelanggaran. Selain itu, penulis juga melakukan pencatatan

jenis program acara, waktu, klasifikasi isi acara dan keterangan pelanggaran siaran.

Untuk mempermudah kegiatan monitoring, penulis melihat siaran televisi dan

melakukan perekaman agar tidak merekam bukti pelanggaran yang dilakukan oleh

lembaga penyiaran. Jikalau dalam proses perekaman siaran televisi tidak didapati

pelanggaran terhadap P3SPS, maka file dapat dihapus. File dihapus untuk

memudahkan dalam proses monitoring agar perangkat komputer CPU tidak berat atau

lemot.

63
Dalam melakukan monitoring, penulis mengawasi 11 lembaga penyiaran di

Kota Surabaya. Siaran yang diawasi diantaranya TVRI, SBO TV, RTV, Kompas TV,

TV9, Surabaya TV, BBS TV, Arek TV, Net TV, JTV dan I News. Monitoring

dilakukan selama 30 menit terhadap lembaga penyiaran tersebut. Jika selama 30 menit

penulis tidak menemukan adanya pelanggaran, maka penulis memindah channel

televisi selanjutnya.

Dalam pelaksaan monitoring siaran televisi lokal, penulis berupaya objektif

untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya pelanggaran dengan pedoman

P3SPS.67 KPID Jawa Timur menyimpulkan P3SPS dengan 5S racun siaran televisi

yang perlu diwaspadai yakni siaran televisi yang menampilakan sesuatu yang berbau

saru, sara, sadis, sihir dan siaran partisan dan illegal.

a) Saru

Siaran televisi tidak boleh menampilkan sesuatu yang dianggap saru

atau eksploitasi seksual maupun tindakan asusila. Misalnya dalam penampilan

siaran televisi dangdut tidak diperbolehkan menampilkan kata-kata cabul dari

seorang penyanyi dangdut maupun mengeksploitasi dan atau menampilkan

bagian tubuh tertentu, seperti paha, bokong, payudara secara close up dan atau

medium shot.68

67
Pedoman tersebut merupakan peraturan KPI Pusat yang senantiasa mengalami penyempurnaan sesuai
dengan dinamika yang ada ada. Di tengah persaingan antar industri lembaga penyiaran yang begitu ketat,
ide-ide kreatif yang muncul tak jarang mengesampingkan norma-norma dan aturan yang berlaku di
dalam masyarakat. Sehingga pada penyuguhan tayangan yang merugikan masyakarat khususnya anak
dan remaja.
68
Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran. 2012. Bab XII Pelarangan dan Pembatasan
Seksualitas.

64
Kata-kata cabul menurut KBBI adalah kata keji dan kotor yang tidak

senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan). Kata-kata cabul mengarah pada

kegiatan asusila atau menyampaikan simbol-simbol seksual yang melanggar

kesopanan dan kesusilaan. “Cabul adalah segala macam wujud perbuatan, baik

yang dilakukan pada diri sendiri maupun dilakukan pada orang lain mengenai

dan yang berhubungan dengan alat kelamin atau bagian tubuh yang dapat

merangsang nasfu seksual. Misalnya mengelus-elus atau menggosok-gosok

penis atau vagina, memegang buah dada, mencium mulut seseorang dab

sebagainya.”69

Sedangkan menampilkan bagian tertentu seperti paha, bokong,

payudara dilarang secara close up dan atau medium shot. Close up menjadikan

titik perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar belakang hanya

terlihat sedikit. Sedangkan medium shot menunjukan beberapa bagian dari

objek secara lebih rinci. Teknik ini akan menampilkan sebatas pinggang sampai

atas kepala.70

69
Adami, Chazwi. 2005. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal
80.
70
Andi, Fachruddin. 2012. Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Pt. Fajar Interratama Mandiri. Hal
148.

65
Gambar 4.1
Peraturan KPI tentang SPS (Standar Program Siaran), Bab XII Pelarangan dan
Pembatasan Seksualitas

Sumber: Buku P3SPS, 2018.

Persoalan pelarangan dan pembatasan seksualitas dalam tayangan

siaran televisi dan radio menurut hemat penulis lebih banyak mengatur tentang

perempuan ketimbang laki-laki. Seperti yang paling banyak dibahas dalam

pasal tersebut adalah soal adegan ciuman bibir, eksploitasi tubuh, aktivitas seks

dan gerakan tubuh erotis yang hanya menyasar pada perempuan. Pada pasal

menampilkan bagian tubuh perempuan yang dimaksud (paha, bokong,

payudara) yang mengukuhkan posisi perempian sebagai objek yang dikontrol,

66
diawasi dan dibatasi penampakan tubuhnya atas nama norma kesopanan dan

kesusilaan.

b) Sara

Siaran televisi tidak boleh menampilkan sesuatu yang melecehkan suku,

agama dan ras. Misalnya dalam penampilan reality show, lembaga penyiaran

tidak diperbolehkan menyajikan perbandingan antaragama dan wajib

menghormati perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang mencakup

keberagaman budaya, usia, gender dan atau kehidupan sosial ekonomi.71

Gambar 4.2
Peraturan KPI tentang SPS (Standar Program Siaran), Bab IV Penghormatan
Terhadap Nilai-Nilai Kesukuan, Agama, Ras dan Antar Golongan

Sumber: Buku P3SPS, 2018.

71
Ibid. Bab IV Penghormatan terhadap Nilai-Nilai Kesukuan, Agama, Ras, Dan Antar Golongan.

67
c) Sadis

Siaran televisi tidak boleh menampilkan tayangan yang sadis,

mengerikan karena kekerasan verbal maupun fisik. Misalnya dalam program

acara sinetron dilarang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik secara

verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan menghina atau

merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok / mesum / cabul / vulgar

atau menghina agama dan tuhan. Dan tidak menampilkan secara detail

peristiwa bagian tubuh yang terpotong-potong secara close up. Selain itu tidak

menampilkan peristiwa dan tindakan sadis terhadap hewan.72

Tindakan kekerasan fisik seperti tindakan kriminal pun termasuk

kategori sadis. Informasi yang diberikan kepada khalayak, disampaikan tidak

secara close up atau tayangan diberi efek hitam putih. Hal ini dilakukan agar

terciptanya unsur proporsional dalam menyampaikan informasi kepada

khalayak.

72
Ibid. Bab XIII Pelarangan dan Pembatasan Kekerasan.

68
Gambar 4.3
Peraturan KPI tentang SPS (Standar Program Siaran), Bab XIII Pelarangan Adegan
Kekerasan

Sumber: Buku P3SPS, 2018.

d) Sihir

Siaran televisi tidak boleh menampilkan sesuatu yang berbau mistik,

horror supranatural. Misalnya tayangan televisi yang menampilkan orang sakti

yang makan sesuatu yang tidak lazim seperti benda tajam, binatang, batu dan

atau tanah. Jika memang hal tersebut bagian dari pertunjukan seni dan budaya

69
asli suku/etnik bangsa Indonesia hanya dapat disiarkan pada pukul 22-.00

hingga 03.00 waktu setempat.73

Gambar 4.4
Peraturan KPI tentang SPS (Standar Program Siaran), Bab XVI Pelarangan dan
Pembatasan Program Siaran Bermuatan Mistik, Horor dan Supranatural

Sumber: Buku P3SPS, 2018.


e) Siaran Partisan

Siaran televisi harus independen karena dimanfaatkan untuk

kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu. Misalnya

dalam menanyangkan kampanye pemilihan umum harus menyampaikan dua

73
Ibid. Bab XVI Pelarangan dan Pembatasan Program Siaran Bermuatan Mistik, Horor dan
Supranatural.

70
belah pihak dan berimbang. Dan program siaran dilarang dibiayai atau

disponsori oleh peserta pemilihan umum, kecuali dalam bentuk iklan.74

Gambar 4.5
Peraturan KPI tentang SPS (Standar Program Siaran), Bab XXVIII Siaran Pemilihan
Umum dan Pemilihan Umum Kepala Daerah

Sumber: Buku P3SPS, 2018.

KPID Jawa Timur sebagai lembaga negara independen yang tergolong dalam

jenis lembaga regulatory, berfungsi membuat aturan, admninistratif serta memberikan

penghukuman. Terbukti KPID Jawa Timur mampu membuat aturan sendiri sebagai

pedoman dalam hal mengatur perusahaan media dan menjadi standar program siaran

74
Ibid. Bab XXVIII Siaran Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Kepala Daerah.

71
atau biasa dikenal Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Hal tersebut dilakukan KPID Jawa Timur diluar cabang kekuasaan eksekutif, legislatif

maupun yudikatif.

Dalam pelaksanaan kegiatan PKN, untuk dapat melihat sesuatu tayangan secara

obyektif sesuai dengan P3SPS adalah hal sulit bagi penulis. Apakah tayangan ini

termasuk pelanggaran, dan apakah tayangan ini semi melanggar. Hal ini sesuai dengan

prinsip monitoring preverentif, yakni pengawasan dilakukan untuk menjamin tujuan

yang ditetapkan agar jangan sampai terjadi kesalahan. Maka dari itu, selama penulis

melaksanakan kegiatan monitoring siaran televisi, penulis setiap hari menulis laporan

monitoring televisi. Laporan tersebut dilaporkan selama 1 bulan dan dikonsultasikan

selama 1 minggu jika terdapat pelanggaran kepada pimbimbing lapangan.

Misalnya pada saat penulis mendapatkan tayangan dangdut pada pukul 12.15

di siaran televisi TVRI yang menunjukan gerakan tubuh layaknya seorang penyanyi

dangdut dengan pakaian yang tidak terlalu terbuka dan tidak menampilkan bagian

tubuh tertentu dan pengambilan gambarnya long. Hal tersebut penulis rasa melanggar

Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran Bab XII Pelarangan dan Pembatasan

Seksualitas. “Program siaran yang memuat adegan seksual dilarang menampilkan

gerakan tubuh dan atau tarian erotis.”75 Kemudian penulis laporkan dan berdiskusi

dengan pembimbing lapangan bahwa penulis mendapatkan tayangan yang melanggar

peraturan tersebut. Setelah berdiskusi dengan pembing lapangan, penulis mendapat

75
Ibid. Bab XII Pelarangan dan Pembatasan Seksualitas. Pasal 18 (i).

72
mencerahan bahwa tayangan dangdut ataupun konser dangdut pada dasarnya akan

menampilkan gerakan tubuh dan atau tarian erotis. Maka hal tersebut tidak melanggar

peraturan KPI karena dalam pengambilan gambar pun tidak mengeksploitasi tubuh

penyanyi dangdut tersebut dan dalam pengambilan gambar tidak close up.

Selanjunya, setelah penulis memberikan laporan bulanan beserta rekaman

monitoring kepada pembimbing lapangan yakni Ibu Sri Wahyuni. Penulis mendapati

siaran televisi yang melanggar P3SPS dan kaidah norma yang berlaku. Berikut penulis

sampaikan dalam bentuk tabel pelanggaran yang penulis temui:


Tabel 4.2

Jumlah Pelanggaran Siaran Televisi Lokal

Jumlah Pelanggaran Siaran Televisi Lokal


Pelanggaran Kekerasan
1
Pelanggaran Busana
1

66 Tidak menampilkan
klasifikasi program siaran

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

Pelanggaran yang penulis temukan terdapat 3 jenis pelanggaran, yakni

pelanggaran penampilan kekerasan, pelanggaran busana dan tidak menampilkan

penggolongan program siaran. Pelanggaran kekerasan yang dimaksud ditayangkan

pada hari rabu 18 Juli 2018 oleh stasiun televisi BBS TV dengan program acara

binatang. Program acara tersebut menampilkan binatang monyet yang berdarah-darah

akibat perburuhan liar, dan penjualan binatang dengan menampilkan binatang yang

73
berdarah-darah. Hal tersebut tidak diindahkan dalam peraturan KPI yakni

“menampilkan peristiwa dan tindakan sadis terhadap hewan.”76

Selanjutnya pelanggaran busana, penulis dapati pada hari selasa 17 Juli 2018

pukul 15.00 oleh stasiun Net TV dengan program acara Good Afternoon. Program

tersebut menampilkan sekelompok orang yang menari dengan mengesankan

ketelanjangan. Hal tersebut tidak sesuai karena “program siaran yang memuat adegan

seksual dilarang mengesankan ketelanjangan.”77 Jika ditelusuri lebih dalam, program

acara tersebut adalah siaran nasional yang disiarkan dari Jakarta. Akan tetapi,

penyiaran yang menggunakan ranah publik, maka perlu diawasi siaran yang disiarkan

meski program acara tersebut adalah siaran nasional.

Kemudian pelanggaran yang tidak menanyangkan penggolongan program

siaran ditemukan 66 program acara. Penggolongan program siaran terdapat pada pojok

layar televisi yang bertuliskan usia dan tingkat kedewasaan di setiap acara.

Penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak agar para orang tua dapat

mengidentifikasi tayangan yang dapat dilihat oleh anak mereka. Semua itu

diberlakukan agar tidak menonton tayangan khusus dewasa. “Lembaga penyiaran

wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan

program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran.”78

76
Ibid. Bab XIII Pelarangan dan Pembatasan Kekerasan. Pasal 23 (d).
77
Ibid. Bab XII. Pelarangan dan Pembatasan Seksualitas. Pasal 18 (j)
78
Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran. Bab X Perlindungan Kepada Anak. Pasal 14
(1).

74
Hal tersebut wajib dilakukan agar khalayak dapat menonton siaran televisi sesuai

dengan usia dan tingkat kedewasaan disetiap program acara.

Gambar 4.6
Peraturan KPI tentang P3 (Pedoman Perilaku Penyiaran), Bab XVII Penggolongan Program
Siaran

Sumber: Buku P3SPS, 2018.

Selanjutnya laporan pelanggaran penulis dijadikan pertimbangan bagi

komisioner dalam memberikan keputusan. Hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip

pengawasan yakni untuk meninjau apa yang salah. Monitoring haruslah dilakukan

bukan semata-mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana

75
timbulnya dan sifat kesalahan tersebut.79 Jika keputusan komisioner pada rapat pleno

memberikan keputusan bahwa rekaman tersebut adalah pelanggaran (sesuai dengan

klasifikasi data). Lembaga penyiaran diminta hadir ke kantor KPID Jawa Timur dengan

membawa bukti rekaman dihari adanya pelanggaran. “Lembaga penyiaran wajib

menyimpan materi rekaman program siaran secara baik dan benar paling sedikit selama

satu tahun setelah disiarkan.”80

Pada kesempatan ini lembaga penyiaran yang diduga melakukan pelanggaran

P3SPS memiliki hak untuk melakukan klarifikasi berupa hak jawab, baik dalam bentuk

tertulis maupun dalam bentuk didengar langsung keterangannya sebelum keputusan

ditetapkan. Kemudian akan diadakan rapat pleno oleh komisioner untuk menentukan

dan penerbitan sanksi administrasi apa yang akan diberikan kepada lembaga penyiaran

jika memang melakukan pelanggaran sesuai dengan P3SPS.

“Data rekaman pelanggaran yang masuk dari monitoring atau pengaduan


akan direkap oleh staff KPID Jawa Timur yang nantinya akan diterima oleh
Komisioner. Kemudian akan ada pembahasan di rapat pleno komioner (sesuai
dengan P3SPS). Jika memang disepakati melakukan pelanggaran, lembaga
penyiaran akan dipanggil ke Kantor KPID Jawa Timur untuk melakukan
klarifikasi data dan membawa bukti rekaman pada hari tersebut. Kemudian
akan dilaksanakan rapat pleno komisioner untuk menentukan sanki
administrasi apa yang akan diberikan.”81
Program siaran yang terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar standar

program siaran dijatuhkan sanksi administratif oleh KPID Jawa Timur. Sanksi dapat

berupa teguran tertulis, penghentian sementara mata acara yang bersalah setelah

79
Siswanto. HB. 2009. Op. Cit.
80
Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran. Bab XXIX Pengawasan, Sosialisasi dan Rekaman.
Pasal 74 (1).
81
Wawancara dengan Ketua KPID Jawa Timur. A. Afif Amrullah. Pada tanggal 8 Agustus 2018.

76
melalui tahap tertentu, pembatasan durasi dan waktu siaran, denda administratif,

pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu, tidak diberi perpanjang izin

penyelenggaraan penyiaran atau pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran.82

Berdasarkan pelanggaran yang penulis temui pada saat monitoring siaran televisi lokal

mendapatkan sanki administratif berupa teguran tertulis.83 Sanksi yang diberikan KPID

Jawa Timur bukan sebagai tujuan, akan tetapi monitoring harus berlandaskan sesuai

tujuan yang telah ditetapkan, pedoman dan peraturan yang telah ditetapkan.

Setiap pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh lembaga penyiaran, akan

diumumkan kepada khalayak. Hal tersebut akan tercatat secara administratif dan akan

mempengaruhi keputusan KPID Jawa Timur berikutnya. Misalnya dalam hal

perpanjangan izin lembaga penyiaran yang bersangkutan. Penetapan sanksi yang

diberikan oleh KPID Jawa Timur sangatlah bermanfaat serta memberikan implikasi

yang baik terhadap dunia penyiaran, hal ini sangat perlu dilakukan mengingat lembaga

penyiaran di Indonesia masih banyak melakukan pelanggaran dalam memberikan

tayangan kepada masyarakat, yakni dengan memberikan tayangan yang berdampak

negatif.

4.2 Peran Bidang Pengawasan Isi Siaran dalam Monitoring Siaran Radio Lokal

Radio sebagai sarana komunikasi massa auditif saat ini masih sangat berperan

aktif dalam menyuarakan informasi-informasi yang berkenaan dengan berbagai

82
Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran. Pasal 75 (1) (2).
83
Ibid. Pasal 79 (1).

77
segmentasi pendengar di masyarakat sehingga hampir setiap rumah, mobil, handphone

sekarang ini dilengkapi dengan radio. Bentuk radio yang sekarang ini telah banyak

perubahan dan sangat beragam sehingga memang masih sangat efektif keberadaan

radio sebagai sarana informasi dan komunikasi.

Radio sebagai media komunikasi dalam perkembangan mengalami

perkembangan dari jumlah penggunaannya, variasi program acara, daya jangkau

siarannya serta jumlah stasiun radio yang ada. Radio sebagai media massa mengalami

perkembangan yang pesat, yakni sejak bergulirnya rezim orde baru hingga sekarang.

Ini tersebuktu dengan banyaknya frekuensi yang telah mengisi gelombang radio, baik

radio komunitas maupun radio swasta.


Tabel 4.3

Jumlah Lembaga Penyiaran Radio di Jawa Timur 2018

Sumber: Diolah penulis, 2018.

Tabel diatas penulis dapatkan dari Ketua KPID Jawa Timur pada saat penulis

mendapatkan amanah tugas untuk melakukan perbaikan data kelembagaan lembaga

penyiaran televisi dan radio di Jawa Timur yang memiliki izin siaran. Terdapat 213

lembaga penyiaran radio yang melakukan siaran di Jawa Timur. Diantaranya dimiliki

78
oleh publik (pemerintah), komunitas maupun swasta. Adapun jumlahnya yakni 11

lembaga penyiaran radio milik pemerintah, 46 milik komunitas dan 156 milik swasta.

Akan tetapi dalam melakukan monitoring siaran radio, penulis mengawasi

siaran radio sejumlah 31 frekuensi. Frekuensi yang diawasi diantaranya Colors Radio

FM, Prambors Radio FM, Hard Rock FM, Media FM, Suzana FM, Metro FM,

Kosmonita FM, Elvictor FM, Smart FM, Mercury FM, My Radio, Cakrawala FM,

Elshinta FM, Sonora FM, Urban FM, She Radio FM, Suara Surabaya FM, Delta FM,

Istara FM, Starto FM, MTB FM, Gen FM, Widjaja FM, Prima FM, Pas FM, Sindo

Radio FM, JJ FM, Sas FM, Merdeka FM, Mentari FM, dan Suara Giri FM. Hal ini

dikarenakan fasilitas KPID Jawa Timur yang kurang memadai dalam hal monitoring

siaran radio.

Tim monitoring radio melakukan pengawasan selama 24 jam, sama halnya

dengan monitoring siaran televisi. Penulis melakukan monitoring se objektif mungkin

dengan P3SPS. Hal ini dilakukan sesuai dengan pedoman dan peraturan yang menjadi

wewenang KPID Jawa Timur.

Dalam pelaksanaan monitoring siaran radio lokal, penulis menggunakan

metode clip counting. Yakni penulis mendengar siaran radio dengan merekam

siarannya menggunakan alat perekam suara handphone. Memang sangat keterbatasan

teknologi sehingga penulis merekam suara radio menggunakan handphone pribadi.

Penulis memantau siaran radio dari satu frekuensi ke frekuensi lainnya. Dengan

durasi 1 frekuensi selama 30 menit. Dalam pelaksanaannya, untuk dapat menilai

sesuatu siaran secara obyektif sesuai dengan P3SPS adalah hal sulit bagi penulis.

79
Apakah siaran ini termasuk pelanggaran, dan apakah siaran ini semi melanggar. Selama

melaksanakan kegiatan monitoring siaran radio, penulis tidak menemukan adanya

dugaan pelanggaran yang disiarkan.

Jika dalam proses monitoring penulis tidak menemukan adanya indikasi

pelanggaran. Maka penulis melanjutkan ke frekuensi selanjutnya. Penulis pun tidak

hanya monitoring dan merekam siaran radio, prinsip preventif dengan pencatatan jenis

program acara, waktu, klasifikasi isi acara dan keterangan pelanggaran siaran. Dalam

rangka efisiensi dan efektifitas kegiatan monitoring, penulis mendengar siaran radio

dan melakukan perekaman agar mampu merekam bukti pelanggaran yang dilakukan

oleh lembaga penyiaran

4.3 Menerima Aduan Masyarakat Melalui Literasi Media

Memelihara tatanan informasi yang adil, merata dan seimbang merupakan

tugas yang cukup sulit bagi penulis. Mengingat lembaga penyiaran wajib menjaga

independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran.84 KPID Jawa Timur

memiliki kewajiban untuk mensosialisasikan kepada lembaga penyiaran terkait P3SPS.

Kemudian lembaga penyiaran wajib mensosialisasikan isi pedoman perilaku penyiaran

kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses produksi, pembelian, penayangan, dan

pendanaan program siaran, baik asing maupun lokal dari lembaga penyiaran yang

bersangkutan. Bila terjadi pelanggaran atas pedoman perilaku penyiaran, maka yang

84
Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran. 2012. Pasal 11 (2).

80
bertanggung jawab adalah lembaga penyiaran yang menyiarkan program yang

mengandung dugaan pelanggaran tersebut.

Kewajiban KPID Jawa Timur dalam mensosialisasikan P3SPS kepada lembaga

penyiaran dan masyarakat umum bertujuan agar lembaga penyiaran dan masyarakat

mengetahui mengenai batasan-batasan yang diberlakukan dalam dunia penyiaran.

Mengingat lembaga penyiaran pada dasarnya menggunakan ranah publik untuk

memberikan informasi, sehingga kegiatannya perlu diberikan regulasi secara ketat.

Dan media massa di Indonesia menggunakan teori sistem media massa tanggungjawab

sosial. Hal ini disesuaikan dengan etika dan moralitas masyarakat Indonesia dan

Pancasila dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Sehingga sebagai warga

negara yang baik, perlunya partisipasi dalam hal mengawasi tayangan televisi yang

menggunakan ranah publik dengan tegas. Dengan mengadukan tayangan-tayangan

yang diduga melakukan tindakan pelanggaran kepada KPID Jawa Timur.

Dengan begitu penulis berpandangan adanya dua keuntungan, selain membantu

tugas KPID Jawa Timur, juga ikut mengurangi tayangan yang kurang bermutu.

Harapannya jika masyarakat paham terhadap media yang menggunakan ranah publik,

maka masyarakat dapat lebih aktif dan kritis untuk dapat memilah atau

mengindikasikan tayangan mana saja yang sehat untuk dikonsumsi dan mana yang

tidak sehat. Sehingga masyarakat juga dapat menjadi kontrol sosial terhadap media.

Dengan begitu masyarakat dapat mengadukan kepada KPID Jawa Timur apabila

lembaga penyiaran tertentu melakukan tindak pelanggaran.

81
Dalam pelaksanannya KPID Jawa timur melaksanakan kegiatan literasi media

melibatkan komponen LSM (lembaga swadaya masyarakat), Ormas (organisasi

masyarakat), OKP (organisasi kepemudaan) dan kelompok peduli penyiaran lainnya.

Pada saat penulis melakukan kegiatan PKN, penulis pun terlibat dalam pelaksaan

literasi media bersama Fatayat NU desa Badal di Desa Badal, Kediri (29/7). Hal ini

dilaksanakan untuk melakukan sosialisasi P3SPS dengan memberikan stimulus akan

pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengawasi siaran televisi.

Berkaitan dengan konteks tersebut, KPID Jawa Timur melakukan prinsip

monitoring preventif dengan menjamin efisiensi dan efektif dalam menerima aduan

dari masyarakat. Jika setiap orang atau kelompok yang mengetahui adanya pelanggaran

terhadap standar program siaran radio di Jawa Timur, dapat mengadukan pelanggaran

tersebut di Jalan Ngagel Timur No. 52-54 Surabaya. KPID Jawa Timur juga menerima

aduan melalui call center di nomor (031) 5024526, 5024528 dan email, maupun kontak

person komisioner. KPID Jawa Timur menampung aduan masyarakat mengingat

masyarakat merupakan kelompok yang sering mengkonsumsi siaran televisi lokal

sehari-harinya. Sehingga masyarakat yang banyak merasakan serta mengetahui

tayangan apa yang memberikan dampak positif maupun negatif maupun melanggar

aturan penyiaran.

82
Tabel 4. 4

Pengaduan Masyarakat Bulan Juni 2018

Pengaduan Masyarakat Bulan Juni 2018

Televisi
3
Radio
84

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2018.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari pihak administrasi umum KPID

Jawa Timur, dibulan Juni 2018 terdapat pengaduan dari masyrakat dengan total 87

pengaduan. Ada 3 pengaduan pelanggaran siaran televisi dan 84 pengaduan

pelanggaran siaran radio. Misalnya pengaduan siaran televisi yang masuk melalui

sosial media whatsapp pada tanggal 29 Juni 2018, mengadukan adanya pelanggaran

siaran televisi yang ditayangkan oleh Bayu TV Nganjuk pada pukul 09.39 WIB yakni

program acara musik tidak mencantumkan klasifikasi penggolongan usia pada televisi.

Adapun bukti yang disertakan adalah foto. Selanjutnya pengaduan televisi yang

ditayangkan oleh KSTV Kediri pada pukul 08.41 WIB, program acraa KSTV tidak

mencantumkan klasifikasi penggolongan usia pada televisi dengan disertakan bukti

foto. Kemudian pengaduan siaran televisi JTV pada pukul 20.08, dengan program

acara solusi bisnis JTV Surabaya yang tidak mencantumkan klasifikasi penggolongan

usia dilayar televisi.

Sedangkan pengaduan siaran radio yang masuk melalui sosial media whatsapp

dapat dikatakan lebih banyak daripada siaran televisi. Terbukti 84 aduan diterima oleh

83
KPID Jawa Timur pada bulan Juni. Aduan yang diterima berdasarkan P3SPS maupun

kode etik jurnalistik. Misalnya pengaduan adanya iklan orang dewasa yang disiarkan

dibawah pukul 22.00 WIB. “Program siaran yang berisikan pembicaraan atau

pembahasan mengenai masalah seks wajib disajikan secara santun, berhati-hati, dan

ilmiah didampingi oleh praktisi kesehatan atau psikolog, dan hanya dapat disiarkan

pada klasifikasi D, pukul 22.00-03.00 waktu setempat.”85 Selanjutnya pengaduan yang

masuk dikarenakan kemampuan si penyiar dalam menyampaikan kata-kata tidak tepat.

Contohnya terdapat aduan yang masuk karena ucapan yang disampaikan penyiar

menyinggung orang, kurang enak didengar. Hal tersebut tidak sesuai dengan etika

penyampaian seorang penyiar radio.

Pengaduan masyarakat yang masuk ke KPID Jawa Timur dengan bukti

rekamannya, akan diklarifikasi terlebih dahulu oleh Komisioner sebelum lembaga

penyiaran dipanggil ke kantor KPID untuk melakukan klarifikasi data. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui secara objektif pelanggaran yang masuk dari masyarakat

sesuai dengan P3SPS. Jika memang data yang diberikan oleh masyarakat memang

melanggar P3SPS dengan persetujuan komisioner, maka akan diberikan surat

pemanggilan kepada lembaga penyiaran. Jika memang pada sidang klarifikasi, terbukti

adanya pelanggaran. Akan ada rapat pleno komisioner untuk memutuskan sanksi

administratif.

85
Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran. Pasal 22 (1).

84
BAB V PENUTUP

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan laporan PKN yang penulis tulis setelah melakukan

kegiatan PKN di Kantor KPID Jawa Timur mengemukakan beberapa kesimpulan:

1. KPID Jawa Timur dalam melakukan monitoring secara langsung siaran televisi

dan radio lokal Kota Surabaya. Sedangkan diluar Kota Surabaya

dimaksimalkan dengan menerima aduan dari masyarakat Jawa Timur. Hal ini

dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki oleh KPID Jawa Timur.

2. Dalam melakukan monitoring secara langsung, KPID Jawa Timur hanya

menggunakan 2 perangkat monitoring televisi dan 1 perangkat monitoring

radio.

3. Dalam melaksanakan monitoring, penerapan P3SPS sangat bergantung pada

kepekaan dan pemahaman yang mendalam oleh pemantau agar terciptanya

monitoring yang objektif dan preventif. Tenaga pemantaulah yang menentukan

ditahapan pada apa yang dianggapnya sebagai wajar dan tidak wajar.

85
5.2 Rekomendasi

Dari hasil temuan dalam melaksanakan kegiatan PKN di KPID Jawa Timur dan

untuk memantapkan peran KPID Jawa Timur dalam monitoring siaran televisi dan

radio lokal, KPID Jawa Timur perlu mengambil langkah perbaikan, yaitu:

1. Tenaga monitoring siaran televisi dan radio di KPID Jawa Timur perlu

ditingkatkan pengetahuan dan perspektif untuk mampu mengidentifikasi

berbagai bentuk objektifitas yang muncul di layar televisi.

2. Perlunya sinergitas antara KPID Jawa Timur dengan lembaga penyiaran untuk

menyampaikan literasi media menggunakan media yang dimiliki oleh lembaga

penyiaran.

86
DAFTAR PUSTAKA

Adami, Chazwi. (2005). Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Alder, John. (1989). Constitutional and Administrative Law. London: The Macmillan
Press LTD.
Andi, Fachruddin. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Pt. Fajar
Interratama Mandiri
Anwar, Saiful. (2004). Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Glora Madani Press.
Asshidiqie, Jimly. (2006). Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi. Jakarta: Konstitusi Press.
Bittner. (1980). Mass Communication and Introduction Engelwood Cliffs. New Jersey.
Canggara, Hafied. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Canggara. Hafied. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Perss
Elvino, Ardianto dan Komala, Lukiati. (2007). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Everette, E, Dennis. (1981). Understanding Mass Communication. Boston: Houghton
Miffiin.
Ilfandy, Imran, Ayub. (2017). Komunikasi Krisis. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Indrayana, Denny. (2008). Negara Antara Ada dan Tiada Reformasi Hukum
Ketatanegaraan. Jakarta: Kompas Media Nusantara
Judhariksawan. (2010). Hukum Penyiaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lukas, Ispandriarno. (2014). Media & Politik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
M, Manullang. (1995). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghlmia Indonesia
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Jogjakarta: Lkis.

87
McQuail, Denis. (1987). Teori komunikasi Massa Suatu Pengantar. terj. Agus Dharma
dan Aminuddin Ram. Jakarta: Erlangga.
Michaelson dan Griffin. (2005). A New Model for Media Content Analysis. Institute
for Public Relations.
Morrisan dan C, Wardhany. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Onong, Uchjana, Effendy. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Prayudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Romli, Asep. 2004. Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter, dan
Scriptwriter. Bandung: Penerbit Nuansa
Siswanto. HB. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Sujanto. (1986). Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia
Sutisno. (1993). Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio. Jakarta:
Grasindo.
Syahputra, Iswandi.dkk. 2012. Dinamika Perizinan Penyiaran di Indonesia. Jakarta:
KPI.
Wahyudi. J. B. (1996). Media Komunikasi Massa. Jakarta: Bina Cipta.
Yves Meny dan Andrew Knapp. (1998). Government and Politics in Western Europe:
Britain, France, Italy, Germany. Edisi ke 3. Oxford: Oxford University Press

Dokumen:
Laporan Harian Mahasiswa Magang bulan Juli 2018. Dokumen KPID Jawa Timur.
Laporan Pengaduan Juli 2018. Dokumen KPID Jawa Timur.
Profil KPID Jatim. Dokumen KPID Jawa Timur.
SIMP3 Kominfo. Dokumen KPID Jawa Timur.
Staff KPID dan Jabatan. Dokumen KPID Jawa Timur.

Undang-Undang:
Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran. (2012).
Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran. (2012).

88
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

Website:
https://www.nielsen.com/id/en/press-room/2017/THE-NEW-TRENDS-AMONGST-
INDONESIAN-NETIZEN1.html. Diakses pada selasa 21 Agustus 2018. Pukul
08.36.
http://kbbi.web.id/awas. Diakses 30 September 2018. Pukul 23.35.

89
LAMPIRAN

REKAP MONITORING PENGAWASAN ISI SIARAN TELEVISI LOKAL SURABAYA BULAN JULI 2018
kata
pornogrfi/ kekerasan perlindungan perlindungan norma klasifikasi kabanci- kesukuan
No. Nama Lembaga kasar/ miras merokok mistik jurnalisme judi pemilu jumlah
sensualitas / sadisme publik mayarakat kesopanan penggolongan bancian agama
jorok
1 TV 9
2 JTV 3 2 3 8
3 NET TV 1 1 5 7
4 SBO TV 1 1 3 5
5 MH TV
6 BBS TV 5 4 9 18
7 AREK TV 1 1
8 KOMPAS TV 1 1 2
9 SURABAYA TV 1 3 7 4 15
10 RTV 1 1 2
11 METRO TV JATIM
12
13
14
15
16
JUMLAH 6 9 4 11 27 1 58

Keterangan: Rekap Monitoring Pengawasan Isi Siaran Televisi Surabaya Bulan Juli 2018
Sumber : KPID Jawa Tmur, 2018.

Keterangan: Berdiskusi Bersama Ibu Amalia Rosyadi Selaku Komisioner KPID Jawa Timur,
Koordinator di Bidang Pengawasan Isi Siran dan mahasiswa magang dari Universitas Negeri Surabaya
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

90
Keterangan: Kegiatan Sekolah P3SPS KPI Pusat
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

Keterangan: Kegiatan Literasi Media di Kediri, Bersama Mahasiswa Magang Unesa dan Ketua
Kominisoner A. Afif Amrullah dan Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran Amalia Rosyadi.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

91
Rekapitulasi Laporan Pengaduan Pelanggaran
Bulan Juli 2018

Nama Lembaga Tanggal Perihal Deskripsi Bukti yang Melalui


No Nama / Lembaga Alamat Kontak Nama Acara Waktu acara
Penyiaran penayangan Pengaduan Pengaduan Disertakan Media
kata - kata
1 Handi ari 085213459746 Brass Kediri Iklan Denyu 3 Juli 2018 22.14 WIB kurang sopan rekaman Wa
pada wanita
tidak cantumkan
Sigi TV klasifikasi D
2 Handi ari 085213459746 12 Juli 2018 16.53 WIB Foto Wa
Tulungagung karena ini
program dewasa

Tidak cantumkan
3 Handi ari 085213459746 Bayu TV Nganjuk 12 Juli 2018 16.53 WIB klasifikasi Foto Wa
klarifikasi R

Madu TV tidak cantumkan


4 Handi ari 085213459746 12 Juli 2018 17.00 WIB Foto Wa
Tulungangung klasifikasi SU

tidak canyumkan
program
5 Handi ari 085213459746 ABTV Blitar 12 Juli 2018 17.00 WIB program Foto Wa
klarifikasi pada
layar televisi
Mengkilan iklan
Sigi TV
6 Handi ari 085213459746 12 Juli 2018 17.06 WIB pengobatan Foto Wa
Tulungagung
ambeyen
tidak cantumkan
7 Handi ari 085213459746 JTV Surabaya Solusi bisnis 12 Juli 2018 20.03 WIB Foto Wa
klasifikasi R

tidak cantumkan
8 Handi ari 085213459746 BBS TV Kediri 12 Juli 2018 20.05 WIB Foto Wa
klasifikasi R

Pengobatan tidak cantumkan


9 Handi ari 085213459746 Bayu TV Nganjuk 12 Juli 2018 20.17 WIB Foto Wa
Nur Salim klasifikasi R
tidak
mencantumkan
klasifikasi D dan
10 Handi ari 085213459746 Bayu TV Nganjuk Mahesa 12 Juli 2018 21.28 WIB Foto Wa
melanggar
tayangan pada
jam Remaja
tidak
mencantumkan
Sigi TV
11 Handi ari 085213459746 13 Juli 2018 16.55 WIB klasifikasi Foto Wa
Tulungagung
program mis R
dilayar TV

tidak
mencantumkan
klarifikasi
12 Handi ari 085213459746 Bayu TV Nganjuk 13 Juli 2018 17.55 WIB Foto Wa
program acara
nur salim mis R
pada layar

melakukan
duplikat
program acara
Madu TV bio has dari
13 Handi ari 085213459746 Bio HAS 13 Juli 2018 17.04 WIB Foto Wa
Tulungangung program jtv
surabaya yang
ditayangkan
Madu TV

tidak
Lintas mencantumkan
14 Handi ari 085213459746 Bayu TV Nganjuk 13 Juli 2018 17.06 WIB Foto Wa
peristiwa klasifikasi pada
layar TV
tolong distop
iklan ini muncul
Iklan terus dan radio
15 Handi ari 085213459746 Bayu TV Nganjuk pengobatan 13 Juli 2018 17.30 WIB sudah distop Foto Wa
ambeyen iklannya dan tv
harus sop juga
iklan ini

Keterangan: Laporan Pengaduan dari Masyakat Bulan Juli 2018.


Sumber: KPID Jawa Timur, 2018.

92
Keterangan: Monitoring Siaran Radio Lokal

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

Keterangan: Monitoring Siaran Televisi Lokal.


Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

93
Keterangan: Surat Jawaban Permohonan Kegiatan Magang

Sumber: Doumen Pribadi, 2018.

94
Keterangan: Form Penilaian PKN

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

95
Keterangan: Kartu Bimbingan Akademik Program Studi Ilmu Politik FISIP UB

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

96
Keterangan: Lembar Monitoring Bimbingan PKN (Pembimbingan Lapangan)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

97
Keterangan: Lembar Monitoring Bimbingan PKN (Pembimbing Lapangan)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

98
Keterangan: Lembar Monitoring Bimbingan PKN (Pembimbing PKN)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018.

99
100

Anda mungkin juga menyukai