MAKALAH
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Ela Komala S.Ag M.Pd
Disusun oleh:
Bunga Islamiyati -
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia serta hidayah yang tiada terkira, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan pada nabi
Muhammad saw dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Asep Sugiana, Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan
di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, No. 02, 2018, hal. 258.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Kurikulum?
2. Apa struktur organisasi kurikulum?
3. Apa kegunaan organisasi kurikulum?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui maksud dari organisasi kurikulum
2. Mengetahui struktur organisasi kurikulum
3. Mengetahui kegunaan organisasi kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung
kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua
murid.2
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
2
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, (Yogyakarta:
Teras, 2009), hlm. 61.
3
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 62
4
sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan
pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan
Kelebihan mata pelajaran terpisah, antara lain:4
1) Mata pelajaran dapat disajika secara logis dan sistematis
2) Kurikulum ini mudah di evaluasi dan di tes
3) Organisasi ini sederhana, mudah disusun, ditambah atau dikurangi
jumlah pelajaran yang diperlukan
4) Dapat digunakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
5) Memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat
“subject centered”.
4
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hal. 181-184
5
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1988), hlm. 56-57
5
3) Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena
memandang dari berbagai sudut.
4) Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-
prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih
memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid
Kelemahan mata pelajaran gabungan, yaitu:
1) Kurikulum masih bersifat subject centered.
2) Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam.
6
Ibid,. hal. 195-196
6
Kelebihan mata pelajaran terpadu, yaitu:7
1) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat berkaitan erat.
2) Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar.
3) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
4) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana siswa dirangsang untuk berfikir
sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggungjawab bersama dan
bekerja sama dalam kelompok.
5) Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan/ kemampuan
individu, minat dan kematangan siswa baik secara individu maupun
kelompok.
Sedangkan, kelemahan dari mata pelajaran terpadu, yaitu:8
1) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis.
2) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan
siswa maupun kelompok.
3) Masyarakat, guru, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini.
4) Bahan pelajaran tidak tersusun secara logis dan sistematis
5) Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang banyak.
2. Struktur Vertikal
Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan
kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut :
a. Pelaksanaan Kurikulum Dengan / Dan Tanpa Sistem Kelas
1) Sistem Kelas
Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas
(tingkat-tingkat) tertentu. Misalnya SD dari kelas 1-6, SMP/Tsn dari kelas
7-9, dan SMA/SMK/MA dari kelas 10-12. Penentuan cakupan, urutan,
alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan
psikologis anak didik pada setiap kelas dilakukan dengan perhitungan dan
pertimbangan yang cermat dan tepat.
7
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi: Implementasi pada Tingkat
Pendidikan Dasar (SD/MI), hlm. 38-39.
8
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 65-66
7
Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak pada timbulnya efek
psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang
menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi. System ini pun sering tidak
dapat menangkal factor subjektif yang biasa merugikan siswa. Sistem kelas
menuntut penataan materi pembelajaran secara sistematis logis, dan terukur.
Hal ini terkait dengan cakupan materi dan ketersediaan waktu pembelajaran
untuk setiap tingkat kelas.
2) Sistem Tanpa Kelas
pelaksanaan kurikulum dalam “sistem tanpa kelas” tidak mengenal
adanya tingkat kelas-kelas tertentu. bila seorang siswa telah merasa mampu
dan siap diuji tentang penguasaan materi yang harus diselesaikannya dalam
setiap program. Misalnya untuk sampai pada suatu keahlian ukir, anak tidak
dihadapkan pada batasan satuan waktu tertentu, melainkan dihadapkan pada
penguasaan materi. yang harus diselesaikan. Sementara itu, kelemahan
sistem ini menyangkut substansi isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan
pendididkan secara makro di Indonesia.
3) Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran
modul. Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran yang
sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang
mampu mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program
pengayaan. Dengan system modul, siswa yang memang mampu mempunyai
kemungkinan untuk dapat lebih dulu menamatkan sekolah dibanding teman-
temannya.
b. Sistem Unit Waktu
Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian
tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus bersama teman-
temannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya sama sekali.
Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran modul.
Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran yang sama untuk
seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang mampu mengambil
8
bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan system
modul, siswa yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih
dulu menamatkan sekolah dibanding teman-temannya
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan
pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan
dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui
organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran
yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan
materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran.
Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula
dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan
struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata
pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur
vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11