Anda di halaman 1dari 14

ORGANISASI KURIKULUM

MAKALAH
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Ela Komala S.Ag M.Pd

Disusun oleh:

Azka Ramdlani 17.03.1825

Bunga Islamiyati -

Imas Nursanti Amalia 17.03.1839


Kelas : PAI C
Semester : V (Lima)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS
BANDUNG
2019 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia serta hidayah yang tiada terkira, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan pada nabi
Muhammad saw dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini berjudul “Organisasi Kurikulum”. Makalah ini ditulis guna


memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Pengembangan Kurikulum.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penulisan makalah ini. Oleh karena itu, semua saran dan kritik serta petunjuk dari
dosen atau pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan kepada dosen atau pembaca makalah ini


berupa saran serta kritik yang membangun, semoga karya yang sederhana ini dapat
memberi manfaat terhadap perkembangan pendidikan Islam di masa depan.

Jazaakumullahu khoiran, semoga Allah senantiasa meridhoinya, Aamiin...

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah………………………………………………. 2
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum……………………………… 3


B. Struktur Organisasi Kurikulum………………………………… 4
C. Kegunaan Organisasi Kurikulum…..………………………….... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………... 12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan formal di sekolah merupakan tempat siswa mendapatkan ilmu
pengetahuan melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam proses kependidikan,
kurikulum bukanlah suatu hal yang statis. Konsep kurikulum dapat diubah sesuai
dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta orientasi masyarakat
(Razali M. Thaib & Irman Siswanto, 2015). Dengan perkembangan tersebut, maka
lahirlah organisasi-organisasi kurikulum yang selalu berubah-ubah yang
menerapkan beberapa komponen di dalamnya.
Organisasi kurikulum ini berperan penting dalam menentukan urutan materi
yang diajarkan dan cara menyajikannya. Selanjutnya istilah pengorganisasian
dalam konteks penulisan ini diartikan sebagai pola pengorganisasian dari
komponen kurikulum dalam perspektif penyusunan lingkup isi kurikulum dan
sekuensi materi pendidikan berdasarkan urutan tingkat kesukaran (Mustofa, 2014).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah siswa dalam memperlajari bahan pelajaran dapat
dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi
pola atau desain kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau
kerangka untuk memilih, merencanakan, dan melaksanakan segala pengalaman dan
kegiatan belajar di sekolah (Rusman, 2009). Organisasi kurikulum tertentu sangat
mempengaruhi bentuk-bentuk pengalaman apakah yang akan disajikan kepada
anak-anak, dan tentunya akan mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan.1

1
Asep Sugiana, Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan
di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, No. 02, 2018, hal. 258.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Kurikulum?
2. Apa struktur organisasi kurikulum?
3. Apa kegunaan organisasi kurikulum?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui maksud dari organisasi kurikulum
2. Mengetahui struktur organisasi kurikulum
3. Mengetahui kegunaan organisasi kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Dalam beberapa karangan buku, ditemukan beberapa pengertian organisasi
kurikulum antara lain:
 Muhammad Ali menyatakan bahwa organisasi kurikulum merupakan suatu
cara menyusun bahan-bahan atau pengalaman belajar yang ingin dicapai (Ali
2005, 108).
 Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten
kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata
pelajaran, program, lessons, topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai
efektivitas pendidikan (Ansyar 2015, 371).
 Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang
harus disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan (Zainal Arifin, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas bahwa organisasi kurikulum adalah pola dan
susunan komponen-komponen kurikulum yang diorganisasi menjadi mata
pelajaran, program, lessons, topik, unit yang tujuannya untuk mempermudah siswa
memahami apa yang diajarkan sehingga menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan.
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran,
sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan
pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada
terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi
kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara
tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap
dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi
kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat

3
teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung
kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua
murid.2
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

B. Struktur Program Organisasi Kurikulum


Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur
horizontal dan struktur vertical.
1. Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini
berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi
pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini terdapat tiga
macam bentuk penyusunan kurikulum, yaitu :
a. Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subyek Curiculum)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan
dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis
mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.3 Jumlah mata pelajaran yang
diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang
bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab
terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata
pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat
pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah

2
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, (Yogyakarta:
Teras, 2009), hlm. 61.
3
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 62

4
sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan
pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan
Kelebihan mata pelajaran terpisah, antara lain:4
1) Mata pelajaran dapat disajika secara logis dan sistematis
2) Kurikulum ini mudah di evaluasi dan di tes
3) Organisasi ini sederhana, mudah disusun, ditambah atau dikurangi
jumlah pelajaran yang diperlukan
4) Dapat digunakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
5) Memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat
“subject centered”.

Dilain sisi, banyak juga yang mengkritik bentuk kurikulum ini,


diantaranya Nana Sudjana, menurutnya kurikulum ini terlalu pragmatis dan
dikompertmantalisasi, pengabaian minat dan bakat peserta didik,
penyusunannya tidak efisien, pengabaian persoalan sosial, dan gagal untuk
mengembangkan kebiasaan mengembangkan berfikir kreatif.5

b. Mata Pelajaran Gabungan (Correlated Curriculum)


Correlated curriculum adalah kurikulum yang menekankan perlunya
hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya tetapi tetap
memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut. Pada
kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah-pisah. Akan tetapi
mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau yang sejenis dikelompokkan
sehingga menjadi suatu bidang studi, misalnya mata pelajaran biologi, kimia,
fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Demikian juga dengan mata
pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, dikelompokkan dalam bidang studi IPS.
Kelebihan mata pelajaran gabungan diantaranya:
1) Dengan korelasi pengetahuan, siswa lebih integral tidak terlepas-lepas.
2) Dengan melihat hubungan erat antar mata pelajaran satu dengan yang
lain, minat murid bertambah.

4
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hal. 181-184
5
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1988), hlm. 56-57

5
3) Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena
memandang dari berbagai sudut.
4) Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-
prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih
memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid
Kelemahan mata pelajaran gabungan, yaitu:
1) Kurikulum masih bersifat subject centered.
2) Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam.

c. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)


Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran
secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata
pelajaran dengan yang lainnya. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan
kita membentuk anak-anak menjadi pribadi yang integrated, yakni manusia yang
sesuai atau selaras hidupnya dengan sekitarnya. Orang yang integrated hidup dan
harmoni dengan lingkungannya. Kelakuannya harmonis dan ia tidak senantiasa
terbentur pada situasi-situasi yang dihadapinya dalam hidupnya. Apa yang
diajarkan sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran
membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan di dunia nyata/
di luar sekolah.6
Organisasi kurikulum bentuk ini tidak lagi menampilkan nama-nama mata
pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang
harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan tema atu unit. Belajar
berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, tetapi juga mencari dan
menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dengan belajar
melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya
terjadi pada segi intelektual, tetapi juga seluruh aspek, seperti sikap, emosi, dan
keterampilan. Organisasi kurikulum ini biasanya diterapkan pada jenjang
pendidikan yang lebih rendah.

6
Ibid,. hal. 195-196

6
Kelebihan mata pelajaran terpadu, yaitu:7
1) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat berkaitan erat.
2) Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar.
3) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
4) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana siswa dirangsang untuk berfikir
sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggungjawab bersama dan
bekerja sama dalam kelompok.
5) Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan/ kemampuan
individu, minat dan kematangan siswa baik secara individu maupun
kelompok.
Sedangkan, kelemahan dari mata pelajaran terpadu, yaitu:8
1) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis.
2) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan
siswa maupun kelompok.
3) Masyarakat, guru, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini.
4) Bahan pelajaran tidak tersusun secara logis dan sistematis
5) Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang banyak.
2. Struktur Vertikal
Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan
kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut :
a. Pelaksanaan Kurikulum Dengan / Dan Tanpa Sistem Kelas
1) Sistem Kelas
Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas
(tingkat-tingkat) tertentu. Misalnya SD dari kelas 1-6, SMP/Tsn dari kelas
7-9, dan SMA/SMK/MA dari kelas 10-12. Penentuan cakupan, urutan,
alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan
psikologis anak didik pada setiap kelas dilakukan dengan perhitungan dan
pertimbangan yang cermat dan tepat.

7
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi: Implementasi pada Tingkat
Pendidikan Dasar (SD/MI), hlm. 38-39.
8
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 65-66

7
Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak pada timbulnya efek
psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang
menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi. System ini pun sering tidak
dapat menangkal factor subjektif yang biasa merugikan siswa. Sistem kelas
menuntut penataan materi pembelajaran secara sistematis logis, dan terukur.
Hal ini terkait dengan cakupan materi dan ketersediaan waktu pembelajaran
untuk setiap tingkat kelas.
2) Sistem Tanpa Kelas
pelaksanaan kurikulum dalam “sistem tanpa kelas” tidak mengenal
adanya tingkat kelas-kelas tertentu. bila seorang siswa telah merasa mampu
dan siap diuji tentang penguasaan materi yang harus diselesaikannya dalam
setiap program. Misalnya untuk sampai pada suatu keahlian ukir, anak tidak
dihadapkan pada batasan satuan waktu tertentu, melainkan dihadapkan pada
penguasaan materi. yang harus diselesaikan. Sementara itu, kelemahan
sistem ini menyangkut substansi isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan
pendididkan secara makro di Indonesia.
3) Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran
modul. Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran yang
sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang
mampu mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program
pengayaan. Dengan system modul, siswa yang memang mampu mempunyai
kemungkinan untuk dapat lebih dulu menamatkan sekolah dibanding teman-
temannya.
b. Sistem Unit Waktu
Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian
tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus bersama teman-
temannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya sama sekali.
Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran modul.
Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran yang sama untuk
seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang mampu mengambil

8
bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan system
modul, siswa yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih
dulu menamatkan sekolah dibanding teman-temannya

C. Kegunaan Organisasi Kurikulum


1. Mempermudah dalam membuat struktur pendidik dan bahan yang diajarkan
Salah satu dari tujuan organisasi kurikulum tersebut adalah bagaimana
membuat dan mempermudah dalam struktur terhadap bahan dan pendidik.
2. Mempermudah pencapaian tujuan baik secara jangka pendek maupun jangka
panjang. Tujuan jangka pendek sebenarnya dalam kurikulum tersebut adalah
berupa penilaian yang dilakukan sekolah itu sifatnya berupa kuantitatif
terhadap mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Sedangkan dalam jangka
panjang tujuan tersebut memuat bagaimana daya dan kreasi yang dimiliki
yang pernah diajarkan suatu lembaga pendidikan itu dapat diterapkan dengan
baik dilingkunganya
3. Mempermudah spesialisasi bahan yang diajarkan Pengkhususan bahan ajar
disini diartikan sebagai suatu tindakan dimana bahan yan diajarkan itu lebih
terfokus dalam satu bidang yang menjadi bakat dan minat yang dimiliki oleh
siswa dalam proses KBM.
4. 4Mempermudah dalam penggunaan strategi atau metode yang dilakukan oleh
para pendidik
5. Mempermudah dalam koordinasi dan kerja sama antar bagian baik pendidik
ataupun mata pelajaran yang diajarkan, dan pembuat kebijakan
6. Sebagai jembatan untuk mencapai suatu tujuan dari sebuah sistem pendidikan
yang ditargetkan Sebagai jembatan disini maksudnya bahwa organisasi
kurikulum adalah suatu pedoman dari mata pelajaran yang akan ditempuh
dalam suatu pendidikan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan
pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan
dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui
organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran
yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan
materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran.
Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula
dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan
struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata
pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur
vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sugiana, Asep. 2018. Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam


Meningkatkan Pendidikan di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. 05, No. 02.

Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan


Inovasi. Yogyakarta: Teras.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

S. Nasution. 1984. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 1988. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Maunah, Binti. 2009. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi:


Implementasi pada Tingkat Pendidikan Dasar (SD/MI). Yogyakarta: Teras.

11

Anda mungkin juga menyukai