Anda di halaman 1dari 18

Jaras persarafan pendengaran

Jaras ini menunjukkan bahwa serabut saraf dari ganglion spiralis Corti memasuki nucleus
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medulla. Pada titik ini semua serabut
sinaps, dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan
berakhir di nucleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat dua lainnya juga berjalan ke
nucleus olive superior pada sisi yang sama. Dari nucleus olivarius superior, jaras pendengaran
kemudian berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Beberapa serabut berakhir di lemniskus
lateralis, tetapi sebagian besar melewati nucleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat
hampir semua serabut saraf bersinaps. Dari sini, jaras berjalan ke nucleus genikulatum medial,
tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks
auditorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporal.

Beberapa titik penting yang harus diperhatikan. Pertama, sinyal dari kedua telinga
dijalarkan melalui jaras kedua sisi otak, dengan penjalaran yang sedikit lebih besar pada jaras
kontralateral. Pada sekurang-kurangnya di tiga tempat dalam batang otak, terjadi persilangan
antara kedua jaras ini: dalam korpus trapezoid, dalam komisura di antara dua inti lemniskus
lateralis, dan dalam komisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior.

Kedua, banyak serabut kolateral dari traktus auditorius berjalan langsung ke dalam
system aktivasi reticular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difusi ke atas dalam batang
otak dan ke bawah ke dalam medulla spinalis dan mengaktivasi seluruh system saraf yntuk
memberi respon terhadap suara yang keras. Kolateral lain menuju ke vermis serebelum, yang
juga diaktivasi seketika itu juga jika ada suara keras timbul mendadak.

Ketiga, orientasi spasial dengan derajat tinggi dipertahankan dalam traktus serabut yang
berasal dari koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, ada tiga pola spasial untuk
menghentikan berbagai frekuensi suara di inti koklea, dua pola di kolikulus inferior, satu pola
yang tepat untuk frekuensi suara yang berlainan di korteks auditorik, dan sekurang-kurangnya
lima pola lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area lain yang berhubungan.
Tipe- tipe pendengaran

Tuli biasanya dibagi menjadi dua tipe : 1. Disebabkan oleh kerusakan koklea atau nervus
auditoris, yang biasa digolongkan dalam “tuli saraf” dan (2) disebabkan oleh kerusakan struktur
fisik telinga yeng menjalarkan suara ke dalam koklea, yang biasa disebut tuli konduksi. Jika
koklea atau nervus auditorik dirusak, orang tersebut akan mengalami tuli permanen. Tetapi, jika
koklea dan nervus tetap utuh tetapi system tulang pendengaran timpani telah hancur atau
mengalami ankilosis (“membeku” di tempat akibat fibrosis atau kalsifikasi), gelombang suara
masih dapat dikonduksikan ke dalam koklea melalui konduksi tulang dari pembangkit suara yang
diletakkan pada kepala di atas telinga.

TES RINNE: Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pad
telinga yang diperiksa.

Langkah Kerja:

 Penala digetarkan
 Tangkai di letakkan di processus Mastoideus
 Setelah tidak terdengar oleh o.p. penala diletakkan di depan telinga kira-kira 2,5cm
 Bila masih terdengar : rinne positif (+)
 Bila tidak terdengar : rinne negatif (-)
 Tuli konduktif jika tes Rinne negatif.
 Tuli sensorineural jika tes Rinne positif.

Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo negatif. Hal ini
dapat terjadi manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi garpu tala karena
telinga tersebut pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien yang kita periksa.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus,
tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien.
Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum mastoid pasien.
Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di
depan meatus akustikus eksterna.

TES WEBER: Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga
kanan

Langkah Kerja:

 Penala digetarkan
 Tangkai penala disimpan di garis tengah kepala (vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah-
tengah gigi seri, dagu)
 Tanyakan: terdengar lebih keras pada telinga mana ?
 Bila tidak dapat membedakan ke arah telinga mana yang lebih keras atau dijawab sama
keras artinya tidak ada lateralisasi
 Bila terdapat penjalaran lebih ke salah satu telinga : terdapat lateralisasi

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :

 Normal. Jika tidak ada lateralisasi.


 Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.

 Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.
Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa terjadi pada
telinga pasien, yaitu : Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri
normal. Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih
parah. Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal. Telinga
kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih parah. Telinga
kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli sensorineural.
TES SCHWABACH: Tes untuk membandingkan hantaran tulang orang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal

Langkah Kerja:

 Penala digetarkan, tangkai penala diletakan pada processus mastoideus o.p. sampai
tidak terdengar bunyi
 Tangkai penala segera pindahkan pada proc.mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal
 Bila pemeriksa masih dapat mendengar : Schwabah memendek
 Bila pemeriksa tidak mendengar : pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya
 Penala digetarkan, diletakkan pada processus mastoideus pemeriksa lebih dulu sampai
tidak terdengar bunyi tangkai penala segera pindahkan pada proc.mastoideus telinga
o.p.
 Bila o.p. masih dapat mendengar bunyi, maka o.p. schwabach memanjang
 Bila pasien dan pemeriksa sama-sama pendengarannya schwabach sama dengan
pemeriksa
 Keadaan terebut Normal jika Schwabch normal.
 Tuli konduktif: Schwabach memanjang.
 Tuli sensorineural: Schwabach memendek.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu
tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat
tentang hilangnya bunyi.

Hasil Percobaan Sikap dan Keseimbangan Badan :

Percobaan I - Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan

Percobaan Kepala Tegak Kepala Miring ke Kiri Kepala Miring ke


kanan
Mata Terbuka Berjalan lurus Berjalan lurus Berjalan lurus
Mata Tertutup Berjalan miring ke Berjalan miring ke Berjalan miring ke
kanan kiri kanan

Percobaan II - Percobaan dengan Kursi Barany (Putaran ke Kanan)

Posisi Jenis dan Arah Gerakan Sensasi Sensasi


kepala arah penyimpangan kompensasi yang
nistagmus penunjukan (arah jatuh) dirasa
Mata Tidak terjadi Kecepatan
a. 30 o ke
bergerak ke penyimpangan - putar masih Kanan
depan
kiri penunjukan bertambah
o
b. 60 ke Kecepatan
belakan - - kiri putar Kiri
g menetap
Kecepatan
c. 120 o ke
- - kanan putar Kiri
depan
dikurangi
d. Miring Segera
90 o ke setelah Masih
- - kanan
bahu kursi berputar
kanan dihentikan

Percobaan III - Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal

Arah Putaran Hasil Percobaan


Searah Jarum Jam Berjalan Lurus
Berlawanan Arah Jarum Jam Berjalan Miring ke Kanan

Hasil Percobaan Pemeriksaan Pendengaran :

Rinne Weber Schwabach Hasil


Lateralisasi pada Sama dengan
Positif telinga yang disumbat pemeriksa Normal
kapas (NORMAL)

Landasan Teori
Teori telinga pada manusia :
Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri
atas tiga bagian, yaitu:
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah; dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke
telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui
nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus
eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk
menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan
bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai
membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit
dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan
sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah
rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi
menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang
menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen
( minyak telinga ) bersama dengan sekresi kelenjar sebasea. Serumen berfungsi menangkap
debu dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi
oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis
kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-
serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani
tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.

Telinga Tengah (kavum tympanikus)


Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang
berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan),
dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai
maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya
berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan
dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut
fenestra ovalis (tingkap jorong/fenestra vestibule). Di bawah fenestra ovalis terdapat tingkap
bundar atau fenestra kokhlea atau yang disebut juga round window, yang tertutup oleh
membran yang disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang
tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua
otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara .
maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka
dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan
yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

Telinga Dalam (labirin)


Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga- rongga
tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk
labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe , sedangkan rongga-rongga tulang yang di
dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang
berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga
subarachnoid selaput otak, sehingga susunan perilimfe mirip dengan cairan serebrospinal.
Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis
yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis
epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran yang
kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran
setengah lingkaran). Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea
dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui
fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil,
yaitu sakulus dan utrikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut
makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi).
Sel - sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel - sel
penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran
kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan
tarikan gravitasi, akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf
vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan
impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.
Kanalis semisirkularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang
vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut
ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat krista
akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh
dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista
akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak
terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala bergerak
akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel
rambut menerima rangsangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai
responnya, otot-otot berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi
yang baru.
Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti
rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan
kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea
terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:

1.Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir pada
tingkap jorong.
2.Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir
pada tingkap bulat.
3.Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani,
mengandung endolimfe.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran reissner),
dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.
Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor
bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didampingi oleh sel penunjang. Akson-akson dari
sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf
kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran atau keseimbangan di
otak.
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran
suara memasuki liang telinga → menekan membran tympani → melintas melalui tulang-tulang
pendengaran → menekan tingkap jorong → menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe →
menekan membran vestibularis dan membran basilaris → merangsang sel-sel rambut pada
organ corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.

Teori Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika
di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.
Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu
(base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan
di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk
menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk
beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis yang merupakan
kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan
satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); serta keseimbangan dinamis adalah kemampuan
untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi / interaksi sistem
sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal
(otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi / diatur dalam otak (kontrol motorik,
sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,
lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh
aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang
berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi
bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
I. Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969)
menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu
agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor
tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama
informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis
untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui
refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang
bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi,
dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui
medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan
otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat
cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-
otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian
besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-
ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari
reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta otot, diproses di korteks menjadi kesadaran akan
posisi tubuh dalam ruang.

II. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas
kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.
Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam
berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan
jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi,
titik tumpu, gaya gravitasi, dan alignment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya
respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.

III. Kekuatan otot (Muscle Strength)


Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang
dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban
eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskular yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari
kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat
adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot
untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus
mempengaruhi posisi tubuh.
IV. Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output)
ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan. Lingkup gerak sendi
(Joint range of motion) adalah suatu kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan,
yaitu :
1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di
tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka
tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah
atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang
tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.
2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi
dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu
adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.
Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas
yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin
tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan
satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin
tinggi.

Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa
tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah
kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol
keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi
sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol
keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular
berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk
respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang
sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak
kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun
dinamik.
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,
serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai
perangkat biomekanik untuk merealisasikan respon yang telah terprogram di pusat, yang terdiri
dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan
tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan
yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).
Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari
bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi
pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan
sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan
segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

Analisis Hasil Percobaan

1. Cara Rinne
Hasil percobaan : positif
Teori tes Rinne :
Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)
Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang
mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun
pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai
garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa
karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien.

2. Cara Weber
Hasil percobaan :
Telinga yang diberi kapas lebih terdengar dari pada yang tidak diberi kapas
Teori tes Weber :
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan
terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan patologis pada MAE atau cavum timpani
missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam
cavum timpani ini akan bergetar, bila ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah
kanan.

Interpretasi:
Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisasi ke
kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. Pada lateralisasi ke
kanan terdapat kemungkinannya:
Tuli konduksi sebelah kanan, misalnya adanya ototis media disebelah kanan.
Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih hebat.
Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah
kanan.
Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan.
Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

3. Cara schwabach
Hasil percobaan :
Dengungan yang didengar berhenti oleh orang percobaan dengan pemeriksa sama,
Schwabach normal
Teori tes schwabach :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya
osteo temporal

4. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan
Pada percobaan ini, ketika visual input ada, gerakan orang percobaan selalu lurus, inilah
kekuatan utama dari visual input, bias menjadikan suatu titik sebagai patokan sehingga
gerakan akan selalu lurus.
Ketika mata tertutup (no visual input), arah jalan orang percobaan seharusnya
berlawanan dengan kepala yang ditekuk. Ini terjadi akrena adanya gerakan keseimbangan
statis yang diberikan oleh potensial aksi dari otolit untuk melawan gravitasi bumi agar tubuh
tidak jatuh. Namun, pada orang percobaan (sudah diujikan dengan 10 orang percobaan),
arah gerak jalan mengikuti arah kepala yang ditekuk. Hal ini bias saja disebabkan oleh karena
berat kepala, sehingga orang percobaan mengikuti arah dimana berat kepala berada.

5. Kursi Barany
Nystagmus terjadi pada seluruh percobaan dengan membuat gerakan rotasi pada orang
percobaan.
Pada percobaan menggunakan kursi Barany, putaran dengan leher dilekukkan 300, orang
percobaan tidak terjatuh ke kiri atau kanan karena putaran terlalu lambat, hanya 10 kali
dalam 20 detik. Yang terjadi hanyalah nystagmus.
Pada putaran 10 kali dalam 10 detik (putaran cepat), orang percobaan terjatuh ke kanan.
Dengan putaran kursi yang berarah ke kanan, cairan endolimf di kanalis semisirkularis yang
bersifat lembam tertinggal sehingga arah gerak putarannya seolah – olah terbalik dari arah
putaran kursi. Arah gerakan yang terbalik itu (cairan endolimf ke kiri) membuat tubuh harus
menyeimbangkannya (terjatuh ke kanan). Begitu saat dihentikan, cairan tetap berputar
(sesuai gerakan aslinya, yaitu ke kanan)  tubuh melakukan keseimbangan kedua
(menjatuhkan tubuh ke kiri). Hal inilah yang membuat orang percobaan merasa akan
terjatuh ke kiri (arah berlawanan) ketika mata orang percobaan langsung dibuka saat
putaran kursi dihentikan. Tetapi kebanyakan orang percobaan tidak membuka matanya,
sehingga perasaan akan terjatuh ke arah yang berlawanan tidak terlalu terasa. Dengan
adanya input dari mata (membuka mata), orang percobaan akan merasakannya lebih. Pada
putaran dengan kepala menelungkup ke belakang, arah jatuh dan perasaan akan jatuh
berlawanan dengan kepala ditekuk ke depan atau kanan, karena dengan menelungkupkan
kepala orang percobaan ke belakang, gerakan cairan pada endolimf juga berlawanan
(dengan putaran kursi ke kanan, maka dengan menelungkupkan kepala ke belakang, putaran
kursi yang terasa di cairan endolimf menjadi berlawanan jarum jam, yaitu ke kiri), dengan
demikian cairan endolimf bergerak seolah – olah ke kanan, dan memberikan instruksi pada
tubuh untuk jatuh ke kiri.
Selama orang percobaan masih di dalam putaran, pada saat kecepatan stabil atau
melambat perlahan – lahan, kecepatan putaran kursi dan cairan endolimf seimbang. Putaran
endolimf berlawanan dengan putaran kursi, dan ketika menutup mata, tubuh orang
percobaan merasakan arah gerakan sesuai dengan gerakan pada endolimf, dalam kasus ini
adalah ke kiri. Dan ketika dihentikan putaran kursinya, cairan masih ada gerakan memutar
akibat gaya rotasi pada kursi, hal inilah yang menyebabkan orang percobaan masih
merasakan sensasi putaran.

6. Simpel Kanalis Semisirkularis Horizontal


Pada percobaan ini, prinsipnya sama dengan percobaan dengan menggunakan kursi
Barany. Dengan arah putaran berlawanan arah jarum jam, orang percobaan memang
seharusnya berjalan menyimpang ke kiri (arah keseimbangan awal yang diberikan cairan
endolimf pada duktus semisirkularis), dan orang percobaan akan merasakan ingin ke kanan
untuk menyeimbangkan tubuhnya, namun tidak dapat dilakukannya. Pada putaran searah
jarum jam, prang percobaan masih dapat bergerak lurus, karena putaran yang dilakukan
kurang cepat, sehingga tidak membuat cairan endolimf tertinggal dalam putarannya.

Kesimpulan
1. Bone conductive dan aero conductive berperan dalam kenormalan pendengaran seseorang
selain perlunya system saraf pendengaran pada tubuh.
2. Tubuh memerlukan banyak sensoris input yang kemudian berakumulasi untuk membuat
tubuh dapat bergerak seimbang dalam berbagai posisi dan pergerakan.
3. Sistem keseimbangan pada telinga dalam, yaitu sistem endolimf, terutama yang
keseimbangan dinamis memegang peranan penting dalam menjaga tubuh untuk
kesetimbangannya.

Anda mungkin juga menyukai