oleh
Susiana Prasetyo S.,ST
NIK: 21878
2. Staf perpustakaan UNPAR, ITB, LIPI yang telah banyak membantu penuJis
dalam pencarian Jiteratur yang dibutuhkan oleh penuJis, serta
Memahami sepenuhnya arti kata dari pepatah "Tiada gading yang tak
retak", maka penuJis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyajian laporan peneJitian ini. Oleh sebab itu, penuJis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna mencapai penyusunan laporan peneJitian
yang lebih baik.
ii
DAFTARISI
HALAMAN SAMPUL
KATAPENGANTAR ii
DAFTARISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
INTI SARI vii
BABI PENDAHULUAN
1.I Latar Belakang I
1.2 Kunyit I
1.2.1 Susunan Kimiawi Kunyit 2
1.2.2 Zat Warna Alami Kurkumin 3
1.3 Isolasi Zat Warna Kurkumin 4
1.3.1 DAUBE5
1.3.2 RAO DAN SHINTRE 5
1.3.3 Dr.H.J.V. GRIFFITH 5
1.3.4 JACKSON 6
1.3.5 KACHLER 6
1.3.6 IWANOFF DAN CAJEWSKY 6
1.3.7 FARMAKOLOGIS 6
1.3.8 JNAKI DAN BOSE 6
1.3.9 SASTRY 7
iii
2.3.2 Ekstraksi Kurkumin 9
2.3.3 Pemisahan Kurkumin 10
DAFTAR PUSTAKA 16
IV
DAFTAR GAMBAR
y
DAFTAR TABEL
VI
INTISARI
Bahan baku yang digunakan berupa rimpang kunyit kering yang telah
mengalami penghilangan minyak atsiri. Ekstraksi dilakukan dalam perangkat
soxhlet selama waktu kesetimbangan. Ekstrak yang didaptkan difiltrasi dan
mengalami pemisahan dengan pelarutnya melalui distilasi bias. Hasil
kurkumin yang telah didapatkan dianalsis rendemen, Kadar kurkumin, dan uji
kelarutannya dalarn pelarut untuk memastikan kurkumin yang terbentuk sesuai
dengan standar.
Vll
BAB!
PENDAHULUAN
1.2 Kunyit
Kunyit merupakan tanaman daerah tropis yang banyak ditemukan di lndia,
RRC, Indonesia, Kepulauan Salomon (Lautan Teduh),Haiti dan Jamaika.
Tanaman kunyit (Curcuma domesticaVal.) semula dikenal sebagai Curcuma
longa Linn., tetapi karena nama tersebut sudah digunakan untuk jenis rempah lain,
maka pada 1918 Valenton memberikan nama bam kunyit yaitu Curcuma
domestica.
Klasifikasi kunyit sebagai berikut :
Kelas Monocothyledonae
Ordo Scitamineae
Famili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Jenis Curcuma domestica
2
Tbel12K
a . .. K"lima
ompOslsl . per 100I g K unYlt
Komponen Jumlah
Energi (kal) 349
Air (g) 13,1
Protein (g) 6,3
Lemak (g) 5,1
Karbohidrat (g) 69,4
Serat Kasar (g) 2,6
Abu (g) -
Kalsium (g) 0,15
Posfor (g) 0,28
Natrium (g) 0,03
Kalium (g) 3,3
Besi (mg) 18,6
Thiamin (mg) 0,03
Riboflavin (mg) -
Niasin (mg) -
Asam Nikotinat (mg) 2,3
Asam Askorbat (mg) -
Vitamin A (lU) 50
rSumber : Rismunandar. 19881
larut di dalarn air adalah dengan mengubahnya menjadi natrium kurkuminat atau
dilarutkan dalarn pelarut. Kurkumin stabil terhadap panas tetapi menjadi pucat
dengan cepat akibat pengaruh cahaya.
Kunyit yang akan digunakan sebagai zat warna harus memiliki kandungan
pigmen yang tinggi tetapi kandungan minyak volatile-nya tidak boleh terlalu
tinggi karena dapat menimbulkan bau yang tidak diinginkan.
Dalam rimpang kunyit segar, zat wama terdapat dalam sel oleoresin
bersama minyak atsiri. Perebusan menyebabkan terpecahnya sel oleoresin dan zat
warna menjadi lebih tersebar secara merata ke dalarn patio
1.3.1 DAUBE
Daube mengisolasi kurkumin dari bubuk kering kunyit dengan
membebaskan minyak atsirinya terlebib edabulu dengan distilasi uap. Bubuk
sisanya dikeringkan dan diekstraksi dengan benzoL Kurkumin yang telab
dipisahkan ditarik dengan alkhol kemudian diencerkan dengan larutan Pb(Ach
dalam alkhohoL
Kurkumin dipisabkan dengan mengalirkan H2S dan disaring. Filtratnya
diuapkan perlahan-Iahan. Kurkumin yang didapatkan memiliki titik leleh 165u C.
1.3.4 JACKSON
Jackson menarik rimpang kunyit dengan CS2 , kemudian menggunakan
eter. Residu dibebaskan dari minyak atsiri dan sebagian dari harsanya dengan
alkhohol. Kurkumin dimumikan dengan rekristalisasi menggunakan alkhohol.
Kurkumin yang dihasilkan memiliki titik leleh 177-178°C.
1.3.5 KACHLER
Kaehler mengekstraksi kunyit dengan alkhohol dan ditarik dengan eter. Eter
diuapkan dan larutan pekat ini ditarik amoniak, kemudian diendapkan dengan
CaCho endapan dibebaskan dengan HCI encer.
1.3.7 FARMAKOLOGIS
Isolasi untuk farmakologis ini dilakukan dengan mendistilasi uap kunyit
untuk membebaskasn minyak atsiri. Sisanya dikeringkan, kemudian diekstraksi
menggunakan eter. Ekstrak diuapkan untuk memisahkan eter. Residu ditarik
dengan alkhohol 96%, dipanaskan kemudian disaring.
Filtrat yang masih panas diendapkan kurkuminnya dengan larutan Pb(Aeh
dalam alkhohol. Endapan diuraikan dalam air dengan S02 kemudian diuapkan dan
ditarik dengan alkhohol panas dimana larutan alkhohol diuapkan dan membentuk
kurkumin dengan titik leleh III ° C.
1.3.9 SASTRY
Sastry mengekstraksi kunyit dengan pelarut aseton dan dilanjutkan dengan
pelarut petroleum eter pada temperatur 40-50"C. kurkumin yang dihasilkan
memiliki titk lebur 178-179°C.
BABII
METODA PENELITIAN
8
9
2. Tabung soxhlet dihubungkan dengan labu leher tiga yang telah diisi
dengan pelarut. Rasio pelarut terhadap rirnpang kunyit adalah 1:9.
3. Kondensor dipasang pada tudung soxhlet.
4. Ekstraksi dilakukan pada titik didih pelarutnya hingga tidak teIjadi
perubahan konsentasri ekstrak yang didapatkan
5. Didinginkan hingga semua pelarut turun ke dalam tudung soxhlet
6. Ekstrak kurkumin siap untuk dipisahkan
1
Pengupasan kulit
rimpang kunyit
1
Pengukusan rifPang kunyit - minyak atsiri
kunyit
Pengeringan
1
Ekstraksi
1
Filtrasi _________~~ AJnpas
1 ---------.~ Pelarut
Distilasi
1
Kurkumin mumi
1
Analisis
a e .
TbI31Anr'K a ISIS omposlsl Impang KunYlt
Komponen Kadar (%berat)
Air 8,00
Abu 10,25
Lemak 6,25
Protein 10,08
3.2.1 Rendemen
Hasil anal isis rendemen (dalam %-berat) untuk setiap variasi jenis pelarut
dan bentuk irisan rimpang kunyit disajikan pada Tabel3.1.
Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa rendemen terkecil didapatkan pada bentuk
irisan rimpang kunyit blender dengan pelarut n-heksana sedangkan rendemen
terbesar didapatkan pada bentuk irisan rirnpang kunyit bulat memanjang dengan
12
13
pelarut etanol 70%. Namun seeara umum dapat disimpulkan bahwa pelarut etanol
95% memberikan rendemen terbesar, disusul pelarut etanol 70%, aseton dan n-
heksana.
Semakin besar luas permukaan kontak padatan dengan pelarut seharusnya
akan meningkatkan rendemen yang diperoleh, artinya rimpang kunyit yang
diblender seharusnya memberikan rendemen yang tertinggi tetapi dalam
penelitian ini justru teljadi penyimpangan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
rimpang kunyit yang eukup halus menyebabkan rimpang kunyit memadat di
dalam tudung soxhlet akibat desakan pelarut yang berlangsung seeara terus-
menerus. Akibatnya, luas permukaan kontak efektif yang dapat teIjadi dengan
pelarut saat ekstraksi menjadi lebih keeil sehingga pelarut tidak dapat
mengekstrak dengan efektif.
Hasil analisis seeara statistik menunjukkan bahwa jenis pelarut
memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen hingga tingkat kepereayaan
99%. Sedangkan bentuk irisan kunyit tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap rendemen hingga tingkat kepereayaan 99%.
.
Tabel3 2 Hasil Analisis Kadar Kurkumin
Bentuk Irisan Rimpang Kunyit
Pelarut Bulat Bulat Persegi
Blender
Melintang Meman,jang Paniang
Etano170% 71,47 86,37 87,86 86,36
Etano190% 94,77 95,66 96,86 95,44
Aseton 92,97 92,86 92,96 92,68
n-heksana 28,21 28,27 28,57 28,32
Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa kadar kurkumin terkeeil didapatkan pada
rirnpang kunyit blender dengan pelarut n-heksana, sedangkan kadar kurkumin
tertinggi didapatkan pada bentuk irisan kunyit bulat memanjangh dengan pelarut
etanoI95%.
-----~~-
14
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
I. Pelarut etanol 95% merupakan pelarut yang baik untuk mengekstrak
kurkumin dalam rimpang kunyit dengan metoda soxhlet
2. Jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap rendemen dan kadar kurkumin
hasil ekstraksi dengan metoda soxhlet
3. Bentuk irisan rimpang kunyit tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen
dan kadar kurkumin hasil ekstraksi dengan metoda soxhlet
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian mendatang adalah:
l. Metoda analisis kimia yang Iebih akurat sangat diperlikan untuk
menganalisis komposisi kurkumin yang dihasilkan, misalnya kronatografi
gas.
2. Variabellain yang dimungkinkan mempengaruhi hasil ekstraksi kurkumin
perlu diteliti lebih lanjut, misalnya rasio pelarut terhadap umpan,
temperatur ekstraksi, dan waktu ekstraksi.
3. Proses penganagan kurkumin hasil ekstraksi agar tidak rusak perlu
dipertimbangkan dan diteliti, misalnya temperatur penyimpanan, kemasan
penyimpanan, dan cara pengemasan.
15
.," "
_- .;t'·' . '" ," ,~~~
DAFTAR PUSTAKA
~~
I. AOAC, "Official Methods ofAnalysis of the Association of Official
Analytical Chemist", AOAC Inc., Virginia, USA, (1984)
2. Darwis, A.B.D., Madjo Indo, dan S. Hasityah, "Tumbuhan Obat Famili
Zingiberaceae ", Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,
Bogor, (1991)
3. Departemen Kesehatan, "Kodeks Makanan Indonesia tentang Bahan
Tambahan Makanan", Departemen Kesehatan RI, Jakarta, (1979)
4. Departemen Pertanian, "Tanaman Empon-empon ", Balai Informasi
Pertanian, Surabaya, (1990)
5. Enie A. Basrah, "Zat Pewrna Makanan dan Peraturan Pemakaiaannya",
Media Teknologi Pangan, BBIHP, Bogor, vol.2, No.2, (1986), ha1.44-49
6. "Food Chemical Codex", National Academy os Science, New York,
(1979)
7. Krishnamurthy, N., A.G.Mathew,E.S. Nambudiri, S., Shivashankar, Y.S.
Lewis, dan C.p. Natarajan, "Oil and Oleoresin ojTurmeric "Central
Plantation Corps Research Inst., Mysore, (1976)
8. Liang, O.B., Y.Absarton, T.Widjaja, dan S. Puspa, "Beberapa Aspek
Isolasi, Identifikasi, dan Penggunaan Komponen-komponen Curcuma
xanthorrhiza dan Curcuma domestica Val., Proseding Simposium
Nasional Temulawak, Lembaga PEnelitian UNPAD, Bandung, (1985)
9. Matoni, Georg. P, "Aspect of the Processing of Curcuma domestica
Valenton into Pharmaceutical Raw Material
10. Moesdarsono dan Suhirman, "Sumber-sumber Kurkumin Asal Tumbuhan
di Jabar".
I I. Narayanan, C.S., K.Najaraman, B. Sankharikuthy, dan A.A. Mathew,
"The Colouring Principle of Turmeric ", Proceeding of the National
Seminar on Ginger and Turmeric Cilicuta, Central Plantation Corps
Research Inst., Kerala, (1980)
16
17
12. Natarajan, C.P. dan Y.S. Lewis, "Technology ojGinger and Turmeric",
Proceeding of the National Seminar on Ginger and Turmeric Cilicut:a,
Central Plantation Corps Research Inst., Kerala, (1980)
13. Puseglove, J.W., Brown, E.G., Green, C.L., Robbins, S.RJ., Spices 2nd ed,
Longman Inc., New York, (1981)
14. Rismunandar, "Rempah-rempah Komoditi Ekspor Indonesia" Sinar Baru,
Bandung, (1988)
15. Sabel and Warren, "Theory and Practice of Oleoresin Extraction",
Proceeding of Conference of Spice, Tropical Product Instrument, London,
(1973)
16. Sthal, W.H., "Oleoresin Quality Analysis Fact or Fancy", Proceeding of
Conference of Spice, Tropical Product Instrument, London, (1973)
17. Sthecher, "The Merck Index and Encyclopedia of Chemical and Drug ",
Merc and Co., New York, (1968)
18. Sumangat, Djajeng, Anggraeni, dan M.P. Laksmanahardja, "Kunyit
Perkemban Penelitian Pasca Panen Tanaman Remah dan Oba", Balai
Penelitian Tanaman Industri, Bogor, vol. X, No.2, (1994), hal. 34-42
19. Widyastuti, "Pengaruh Perbandingan Serbuk Kunyit dengan Pelarut dan
Lama Ekstraksi Terhadap Produk Kurkumin ",IPB, Bogor, (1989)