Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH LOGIKA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Logika
Dosen Pengampu : Nur Aris, M.Ag.

KELOMPOK : 2
Disusun oleh :
1. MUQIMATUL MILLAH (142022005)
2. EFI SOFYAN (142022006)
3. LENI KURNIAWATI (142022007)
4. ABDUL MUFID (142022008)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH
TAHUN 2014/2015
BAB I

0
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mengetahui mengapa kita perlu untuk mempelajari suatu ilmu,
maka kita harus terlebih dahulu mengenal ilmu tersebut. Supaya kita dapat
mengetahui ilmu tersebut, maka kita harus mencari tahu asal-usul ilmu
tersebut, mulai dari pertama kali ilmu tersebut muncul, sejarah dan
perkembangannya, sampai kita mengetahui mengapa kita harus mempelajari
ilmu tersebut dan kegunaannya dalam kehidupan kita.
Dalam makalah ini, kita akan mencari tahu apa sebenarnya ilmu logika
itu? Darimana awal munculnya? Mengapa kita perlu mempelajari ilmu
logika? Apa saja kegunaan ilmu logika dalam kehidupan sehari-hari?
Pertanyaan-pertanyaan seperti yang disebutkan sebelumnya itu akan dijawab
dalam bab pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Logika?
2. Bagaimana perkembangan logika ketika Masa Yunani Kuno?
3. Bagaimana perkembangan logika ketika Masa Pertengahan dan logika
dunia Modern.
4. Bagaimana logika sebagai cabang filsafat?
5. Apa saja macam-macam Logika, kegunaan logika dan hukum logika?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan sejarah logika.
2. Mendeksripsikan perkembangan logika selama Masa Yunani Kuno.
3. Mendeksripsikan perkembangan logika selama Masa Pertengahan dan
tentang logika dunia Modern
4. Mendeksripsikan perkembangan logika selama logika sebagai cabang
filsafat.
5. Menjelaskan macam-macam, kegunaan dan hukum-hukum dasar logika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Logika

1
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh
para ahli, yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat
tersebut antara lain:
The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika)
menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat
yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang
betul (correct reasoning).
Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos
yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang
diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat
bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai
suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang
berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika
disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang
berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.
Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis
berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan
sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu
karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu,
yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan
yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir
tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah,
artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak
kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk
sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang

2
dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam
bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai
keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam
logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan
pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah
dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang
dihasilkannya, Logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang
dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika
ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut
dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada
kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika
deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja
yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut
pula logika formal.

B. Sejarah logika
Logika ada semenjak manusia ada di dunia, walaupun dalam tingkat yang
sederhana, dalam kehidupan manusia pasti mempraktikkan hukum berpikir,
persoalannya Manusia itu tidak menyadari ia telah melakukan kegiatan
berpikir. Thales mengatakan bahwa air adalah asas utama alam semesta.
Aristoteles kemudian mengenalkan Logica Scientica sebagai ilmu.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles diteruskan oleh Thomas
Hobbes dan John Locke. Serta J.S. Mills, melanjutkan logika yang
menekankan pada pemikiran induksi. Asal usulnya logika yaitu :
1. Logika pada zaman yunani
Sebagaimana ilmu lainnya, pemikiran tentang logikapun berawal dari
Yunani, semenjak zaman Kuno Yunani orangnya pun telah mengusahakan
tentang logika artificialis. Zaman Sophistika (abad ke 5 sm) telah

3
tercatat dan menalarkan hukum berpikir yang bertujuan awalnya hanya
untuk mencari kebenaran, tetapi bergeser diplesetkan dalam pengertian
politis, yaitu ingin mencari kemenangan dalam sebuah perselisihan.
Contoh:
Bentuk pemikiran yang diusahakan masa lalu hanyalah pada
permainan kata-kata demi kemenangan dalam perselisihan
 Barangsiapa yang lupa itu bodoh
 Barangsiapa yang banyak belajar, banyaklah tahunya dan banyaklah
lupanya
 Maka orang yang banyak belajar akan makin bodoh
Permainan kata kaum shopistika menimbulkan reaksi dikalangan
filsuf, dengan diawali Socrates (469 – 399 sm) membangun logika dalam
arti yang benar sebagai kritik terhadap kaum shopistika.
Usaha Socrates dilanjutkan oleh muridnya Plato (427 – 347 sm)
berlanjut ke Aristoteles (624 – 548 sm) dan berhasil menyusun logika
yang hingga saat ini dipakai dalam ilmu pengetahuan. Selanjutnya disebut
Logika Aristoteles yang buah pikirannya disebut Organon yang berarti
alat untuk mencapai pengetahuan yang benar.
 Posisi Aristoteles sebagai guru Alexander (putra raja Macedonia, Philip)
dan guru filsafat di sekolah yang didirikannya di Athena, the Lyceum,
menjadikan pemikirannya banyak dikenal di tengah-tengah masyarakat
Yunani.
 Logika Aristoteles mendapatkan tempat yang sangat prestis khususnya
dalam dunia pengetahuan. Logika Aristoteles telah mampu merapikan
‘muntahan ide’ Plato yang terabadikan dalam “dialog”nya. Pemikirannya
mampu menghegemoni rasionalitas bangsa Yunani, bahkan seolah-olah
menutup bayang-banyang dua filsuf besar sebelumya, Socrates dan Plato.
 Masyarakat Yunani menganggap Aristoteles sebagai Tuhan dan Dewa
rasionalitas. Jargon rasionalitasnya mampu meluluhkan ilmuwan pada
zamannya demi mengungkap hakekat sebuah kebenaran. Rasionalitas

4
dalam ilmu akan selalu diagungkan seperti halnya demokrasi dalam
politik.
Logika Aristoteles
 Perumusan logika oleh Aristoteles sebagai dasar ilmu pengetahuan secara
epistemologi bertujuan untuk mengetahui dan mengenal cara manusia
mencapai pengetahuan tentang kenyataan alam semesta -baik sepenuhnya
atau tidak- serta mengungkap kebenaran. Akal menjadi sebuah neraca,
karena akallah yang paling relevan untuk membedakan antara manusia
dengan segala potensi yang dimilikinya dari makhluk lain.
 Wa Ja’ala Lakum al-Sam’a wa al-Abshâr wa al-Af`idah” ( QS: 67 Ayat
23). Oleh Ibnu Khaldun kata “af`idah” bermakna akal untuk berfikir yang
terbagi dalam tiga tingkatan.
Tingkatan Akal Menurut Ibn Khaldun
a. Pertama, akal yang memahami esensi di luar diri manusia secara alami.
Mayoritas aktifitas akal di sini adalah konsepsi (tashawwur), yaitu yang
membedakan apa yang bermanfaat dan apa yang membawa petaka.
b. Kedua, akal yang menelorkan gagasan dan karya dalam konteks interaksi
sosial. Aktvitas akal di sini adalah sebagai legalitas (tashdiq) yang
dihasilkan dari eksperimen. Sehingga akal di sini disebut sebagai akal
empirik.
c. Ketiga, akal yang menelorkan ilmu dan asumsi di luar indera, lepas dari
eksperimen empirik atau yang biasa disebut “akal nazhari”. Di sini
konsepsi (tashawwur) dan legalitas (tashdiq) berkolaborasi untuk
menghasilkan konklusi.
Dizaman inilah filosofi Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada
akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan
bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam
semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang
kemudian disebut logica scientica.logika disebut analitica, yang meneliti

5
berbagai argumentasi berdasarkan proposisi yang benar sedangkan
dialektika meneliti argumen yang proposisinya masih diragukan
kebenarannya. Inti logika Aristotels adalah silogisme.
Buku Aristotels to Oraganon (alat):
a) Categoriae tentang pengertian.
b) De interpretatiae tentang keputusan.
c) Analytica Posteriora tentang pembuktian
d) Analytica Priora tentang silogisma
e) Topica tentang argumentasi dan metode berdebat
f) De sophisticis elenchis tentang kesesatan
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala
sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut
Aristoteles disimpulkan dari:
 Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
 Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
 Air jugalah uap
 Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam
semesta. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika
telah mulai dikembangkan.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara
khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika
Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi
pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk
pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor
Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M)
dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan

6
logika dengan menerapkan metode geometri.
Terdapat 5 aliran besar dalam logika, yaitu :
1. Aliran Logika Tradisional
Logika ditafsirkan sebagai suatu kumpulan aturan praktis yang
menjadi petunjuk pemikiran.
2. Aliran Logika Metafisis
Susunan pikiran itu dianggap kenyataan, sehingga logika dianggap
seperti metafisika. Tugas pokok logika adalah menafsirkan pikiran
sebagai suatu tahap dari struktur kenyataan. Sebab itu untuk
mengetahui kenyataan, orang harus belajar logika lebih dahulu.
3. Aliran Logika Epistemologis
Dipelopori oleh Francis Herbert Bradley (1846 - 1924) dan
Bernard Bosanquet (1848 - 1923). Untuk dapat mencapai pengetahuan
yang memadai, pikiran logis dan perasaan harus digabung. Demikian
juga untuk mencapai kebenaran, logika harus dihubungkan dengan
seluruh pengetahuan lainnya.
4. Aliran Logika Instrumentalis (Aliran Logika Pragmatis)
Dipelopori oleh John Dewey (1859 - 1952). Logika dianggap
sebagai alat (instrumen) untuk memecahkan masalah.
5. Aliran Logika Simbolis
Dipelopori oleh Leibniz, Boole dan De Morgan. Aliran ini sangat
menekankan penggunaan bahasa simbol untuk mempelajari secara
terinci, bagaimana akal harus bekerja. Metode-metode dalam
mengembangkan matematika banyak digunakan oleh aliran ini,
sehingga aliran ini berkembang sangat teknis dan ilmiah serta
bercorak matematika, yang kemudian disebut Logika Matematika
(Mathematical Logic). G.W. Leibniz (1646 - 1716) dianggap sebagai
matematikawan pertama yang mempelajari Logika Simbolik.
Kemudian muncullah zaman dekadensi logika. Salama ini logika
mmengembang karena menyertai perkembangan pengetahuan dan ilmu yang
menyadari betapa berseluk beluknya kegiatan berpikir yang langkahnya mesti

7
dipertanggungjawabkan. Kini ilmu menjadi dangkal sifatnya dan sangat
sederhana, maka logika juga merosot. Tetapi beberapa karya pantas mendapat
perhatian kita, yakni Eisagogen dari Porphyrios, kemudian komentar-
komentar dari Boethius dan Fons Scientiae (Sumber Ilmu) karya Johannes
Damascenus.
Pelopor Logika pada zaman yunani yaitu:
1) Plato (427SM – 347SM).
2) Theophrastus (370SM – 288SM), mengembangkan logika
Aristoteles
3) Zeno (334SM – 226SM) mengenalkan istilah logika.
4) Galenus (130 – 210) dan Sextus Empiricus (200) dua orang dokter
medis mengembangkan logika menggunakan metode geometri dan
mengenalkan sistematisasi logika.
5) Porohyus (232 – 305) membuat pengantar pada Categoriae.
6) Boethius (480 – 524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius dalam
bahasa Latin dan mengomentari.
7) Johanes Damascenus (674 – 749) menerbitkan Fons Scienteae.
2. Logika abad pertengahan
Pada abad pertengahan ( 600 – 1600 ) Masa ini logika dikembangkan
dan dihargai, orang Erofa belajar dengan orang Islam. Diantaranya dinasti
Abasiyah dikenal Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dengan mengajarkan logika yang
berasal dari Aristoteles, namun karena ajaran mereka sudah tidak murni lagi,
maka orang Erofa pada abad ke 13 mencari sumber aslinya.
Aristoteles dianugrahkan sebagai bapak Logika, di abad pertengahan
dikembangkan logika modern, hingga dewasa ini logika dikembangkan
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang luas.
Perkembangan ilmu berawal dari penerjemahan gede”an masa Al-
Ma’mun (dimulai masa al-Mansur) dari Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, Al-
Ma’mun bermimpi bertemu dengan Aristoteles. Perbincangan mereka
mengarah pada sumber kebenaran adalah akal. Al-Ma’mun mengirim delegasi
ke Roma guna mempelajari bbrp ilmu kemudian diterjemahkan ke dlm bhs

8
Arab. Yahya bin Khalid bin Barmak ‘Sang Hero’ pada masa itu, karena dia
telah berhasil membujuk bahkan membebaskan karya para intelektual Yunani
dari genggaman Romawi. Hal yang ditakutkan oleh Raja Romawi dari karya
para intelektual Yunani adalah ketika buku” tersebut dikonsumsi rakyatnya
dan mulai tersebar maka agama. Nasrani kemungkinan akan ditinggalkan, dan
kembali pada agama Yunani.
Ilmu asing yang diadopsi Arab diklasifikasikan oleh Khawarizmi
berjumlah sembilan cabang ilmu, dan mantik adalah salah satu di antaranya.
Ayyub bin al-Qasim al-Raqi yang menerjemahkan Isagog dari bahasa Suryani
ke Arab yang awalnya telah diadopsi dari Madrasah Iskandariah.
Pindahnya Madrasah Alexandria ke Syria membawa banyak pengaruh
dalam dunia pengetahuan. Penertiban dan penyusunan ketika itu menjadikan
logika sebagai pedoman dan ilmu dasar dalam bidang astronomi, kedokteran
dan kalam yang berkembang pesat di Arab sekitar abad IX-XI M. Sarjana
Islam mulai proaktif dalam mengembangkan ilmu yang bernafaskan sains,
termasuk Ibnu Sina (1037 M.), seorang filsuf muslim yang juga dokter dan
Abu Bakar al-Razi yang mengawali pembukuan ilmu kedokteran dan farmasi.
Ibnu Rusyd (1198 M.) kemudian ikut adil dalam mengkolaborasikan logika
Aristoteles dengan ilmu Islam termasuk filsafat dan nahwu. Al-Ghazali juga
mulai mengkolaborasikan mantik dengan ilmu kalam pada periode
selanjutnya.
Dalam riwayat al-Qadli al-Sha’id al-Andalusi (1070 M./462 H.)
dijelaskan, bahwa Ibnu Muqaffa’ (760 M./142 H.) diyakini sebagai
penerjemah awal ilmu mantik. Ia telah menerjemahkan tiga buku karya
Aristoteles yaitu, Categorias, Pario Hermenais, Analytica, serta Eisagoge
karya Porphyry.
Hunain bin Ishaq, salah satu ahli bahasa, juga berpartisipasi
menerjemahkn berbagai disiplin ilmu Yunani ke dalam bahasa Arab. Bahkan
Ishaq juga ikut menerjemahkan dari bahasa Suryani. Dalam buku Thatawwur
Mantiq al-Araby dijelaskan, sekitar tahun 800 M. adalah awal penerjemahan
buku” Yunani.

9
Organon adalah kitab pertama yang diterjemahkan ke Arab. Orang-
orang Nasrani ketika itu juga banyak membantu dalam proses penerjemahan,
yang secara tidak langsung pemikiran Aristoteles berkembang biak tidak
hanya dalam kedokteran, astronomi dan matematika melainkan mulai
menyentuh wilayah teologi Kristen.
Sejak saat itu, mantik menjadi pemeran utama dalam ilmu kedokteran
dan mulai berkembang dalam bahasa Arab sekitar abad ke-9 hingga abad ke-
11 M. yang diprakarsai oleh Yahya bin Musawiyah, spesialis penerjemah ilmu
kedokteran dari Yunani ke Arab.
Hadirnya madrasah di Jundisapur (Persia) yang mengawali pelatihan
penerjemahan dari teks Yunani pada awal abad pertama yang akhirnya
berpindah ke Bagdad. Dari sinilah lahir sarjana muslim yang berkompetensi
tinggi untuk mengenalkan mantik dalam ilmu keislaman, sebut saja Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Razi, Al-Ghazali dst.
Stoicisme mengklasifikasikan ilmu menjadi 3, yaitu metafisika,
dialektika dan etika. Dialektika adalah logika. Mereka cenderung
memasukkan logika bagian dari Filsafat.
Berbeda dengan Ibnu Sina (1037 M.) dlm bukunya al-Isyârât wa al-
Tanbîhât yang memisahkan logika sbgai ilmu independen sekaligus sebagai
pengantar.
Al-Farabi (950 M.) berpendapat bahwa mantik adalah Ra’îs al-‘Ulum
yg independen. Keterpengaruhan mantik arab dengan neo-platonisme dan
Aristoteles sangat jelas jika dilihat dlm hal ini, krn essensi logika itu sendiri
adlh ketetapan hukum untk mengetahui sst yg belum diketahui.
Pada mulanya hingga tahun 1141, penggarapan logika hanya berkisar
pada karya Aristoteles yang berjudul Kategoriai dan Peri Hermenias. Karya
tersebut ditambah dengan karya Phorphyrios yang bernama Eisagogen dan
traktat Boethius yang mencakup masalah pembagian, masalah metode debat,
silogisme kategoris hipotesis, yang biasa disebut logika lama. Sesudah tahun
1141, keempat karya Aristoteles lainnya dikenal lebih luas dan disebut
sebagai logika baru. Logika lama dan logika baru kemudian disebut logika

10
antik untuk membedakan diri dari logika terministis atau logika modern,
disebut juga logika suposisi yang tumbuh berkat pengaruh para filosof Arab.
Di dalam logika ini di ditunjuk pentingnya pendalaman tentang suposisi
untuk menerangkan kesesatan logis, dan tekanan terletak pada ciri-ciri term
sebagai symbol tata bahasa dari konsep-konsep seperti yang terdapat di dalam
karya Petrus Hispanus, William dari Ockham.
Thomas Aquinas mengusahakan sistimatisasi dan mengajukan
komentar-komentar dalam usaha mengembangkan logika yang telah ada.
Pada abad XIII-XV berkembanglah logika seperti yang sudah disebutkan di
atas, disebut logika modern. Tokohnya adalah Petrus Hispanus, Roger
Bacon, W. Okcham, dan Raimon Lullus yang menemukan metode logika
baru yang disebut Ars Magna, yakni semacam Al-jabar pengertian dengan
tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.
Abad pertengahan mencatat berbagai pemikiran yang sangat penting
bagi perkembangan logika. Karya Boethius yang orisinal dibidang silogisme
hipotesis, berpengaruh bagi perkembangan teori konsekuensi yang
merupakan salah satu hasil terpenting bagi perkembangan logika di abad
pertengahan. Kemudian dapat dicatat juga teori tentang cirri-ciri term, teori
suposisi yang jika diperdalam ternyata lebih kaya dari semiotika matematika
di zaman ini. Selanjutnya diskusi tentang universalia, munculnya logika
hubungan, penyempurnaan teori silogisme, penggarapan logika modal, dan
lain-lain penyempurnaan terknis.

3. Logika Dunia Modern


Logika Aristoteles, selain mengalami perkembangan yang murni, juga
dilanjutkan oleh sebagian pemikir, tetapi dengan tekanan-tekanan yang
berbeda. Thomas Hobbes, (1632-1704) dalam karyanya Leviatham (1651)
dan John Locke (1632-1704) dalam karyanya yang bernama Essay
Concerning Human Understanding (1690). Meskipun mengikuti tradisi
Aristoteles, tetapi dokrin-dokrinya sangat dikuasai paham nominalisme.
Pemikiran dipandang sebagai suatu proses manipulasi tanda-tanda verbal dan

11
mirip operasi-operasi dalam matematika. Kedua tokoh ini memberikan suatu
interpretasi tentang kedudukan di dalam pengalaman.
Tokoh-tokoh Logika Modern:
a) Petrus Hispanus (1210 - 1278)
b) Roger Bacon (1214-1292)
c) Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru
yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
d) William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni
diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan
dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human
Understanding Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan Logika
Induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang
menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Pelopor-pelopor Logika Simbolik:
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun Logika Aljabar
berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan
menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
e) George Boole (1815-1864)
f) John Venn (1834-1923)
g) Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika
Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi
logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan Dalil
Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan Logika sebagai Teori Umum
Mengenai Tanda (General Theory of Signs) puncak kejayaan logika
simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North
Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 -

12
1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-
1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Logika Aristoteles yang rancangan utamanya bersifat deduktif silogistik
dan menunjukkan tanda-tanda induktif berhadapan dengan dua bentuk metode
pemikiran lainnya, yakni logika fisika induktif murni sebagaimana terpapar
dalam karya Francis Bacon, Novum Organum (London, 1620) serta
matematika deduktif murni sebagaimana terurai di dalam karya Rene
Descartes, Discors The La Methode (1637).
Metode induktif untuk menemukan kebenaran, yang direncanakan Francis
Bacon, didasarkan pada pengamatan empiris, analisis data yang diamati,
penyimpulan yang terwujud dalam hipotesis (kesimpulan sementara), dan
verifikasi hipotesis melalui pengamatan dan eksperimen lebih lanjut.
Zaman Renaissance adalah yang menjembatani perkembangan rasionalitas
dari abad pertengahan ke era modern sekitar tahun 1400-1600 M. dengan
tokoh utama Francis Bacon (1562-1626 M.), Nicollo Machiavelli (1469-1527
M.). Mereka mulai menguak kebudayaan klasik Yunani-Romawi kuno yang
dihidupkan kembali dalam kesusastraan, seni dan filsafat. Jargon utamanya
adalah “Antroposentris” ala mereka, pusat perhatian pemikiran tidak lagi
wilayah kosmos, melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang
dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.

C. Logika Sebagai Cabang Filsafat


Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti
logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-
sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesata
penalarannya. Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika
mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara
tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika.

13
D. Macam-Macam Logika
1. Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir
secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika
alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan
memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

2. Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang
harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah
inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah
dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan
kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

E. Kegunaan Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpikir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra

14
diri seseorang.

F. Hukum Dasar Logika


Ada empat hukum dasar dalam logika yang oleh John Stuart Mill
(1806-1873) disebut sebagai postulat-postulat universal semua penalaran
(universal postulates of all reasonings) dan oleh Friedrich Uberweg (1826-
1871) disebut sebagai aksioma inferensi. Tiga dari keempat hukum dasar itu
dirumuskan oleh Aristoteles, sedangkan yang satu lagi ditambahkan
kemudian oleh Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Keempat hukum
dasar itu adalah:
1. Hukum Identitas (Law of Identify) yang menegaskan bahwa sesuatu itu
adalah sama dengan dirinya sendiri (P = P).
2. Hukum Kontradiksi (Law of Contradiction) yang menyatakan bahwa
sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu
dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu (tidak mungkin P = Q dan
sekaligus P ≠ Q).
3. Hukum Tiada Jalan Tengah (Law of Excluded Middle) yang
mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau
tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain (P = Q
atau P ≠ Q).
4. Hukum Cukup Alasan (Law of Sufficient Reason) yang menjelaskan
bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah
berdasarkan alasan yang cukup. Itu berarti tidak ada perubahan yang
terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hukum ini ialah pelengkap hukum identitas.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

15
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang
berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu
pertimbangan akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Definisi umumnya
logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan
sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Logika dibedakan
antara logika deduktif dan logika induktif. logika digunakan untuk melakukan
pembuktian.
Sejarah perkembangan logika terjadi dalam tiga masa, yaitu Masa Yunani
kuno, Masa abad pertengahan, dan Masa Dunia Modern. Thales mengatakan
bahwa air adalah asas utama alam semesta. Aristoteles kemudian mengenalkan
Logica Scientica sebagai ilmu.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles diteruskan oleh Thomas
Hobbes dan John Locke. Serta J.S. Mills, melanjutkan logika yang menekankan
pada pemikiran induksi.
Logika terbagi menjadi dua jenis, yaitu logika alamiah dan logika ilmiah.
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi yang ada sejak lahir dan dapat
dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Logika Ilmiah adalah ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus
ditepati dalam setiap pemikiran. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
Hukum dasar logika dibagi menjadi empat, yaitu hukum identitas, hukum
kontradisi, hukum tiada jalan tengah, dan hukum cukup alasan.

DAFTAR PUSTAKA

http://dc151.4shared.com/img/Q5lBvi1a/preview.html

16
http://tauruzboys.blog.com/tag/sejarah-ringkas-logika/
http://imtaq.com/definisi-dan-pengertian-ilmu-logika-kalam/
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2095570-pengertian-
logika/#ixzz1ozlL6RM5
http://hmmusu.blogspot.com/2010/10/sejarah-singkat-dan-perkembangan-
logika.html
http://bitungsibryan.blogspot.com/2011/03/makalah-tentang-sejarah-
logika.html
http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2011/09/penghantar-ilmu-
mantiqilmu-logika.html

17

Anda mungkin juga menyukai