Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2018


UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

KEHAMILAN GANDA

Disusun Oleh:
Iin Laksmini Baba
11.16.777.14.104

Pembimbing :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Iin Laksmini Baba, S.Ked


No. Stambuk : 11 15 777 14 104
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat Palu
Judul Kasus : Kehamilan Ganda
Bagian : Obstetri dan Ginekologi

Bagian Obstetri dan Ginekologi


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, April 2018


Pembimbing Mahasiswa

dr. Sasono Udijanto, Sp.OG Iin Laksmini Baba, S.Ked

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin
atau lebih. Kehamilan ganda dapat menghasikan anak kembar dua (gemelli),
kembar tiga (triplet), kembar empat (quadruplet), kembar lima (quintuplet), dan
kembar enam (sextuplet). Prevalensi kejadian kehamilan ganda di dunia
sebenarnya belum diketahui. Menurut WHO kehamilan ganda yang dapat
bertahan hidup pada masa kelahiran tanpa menjalani pembedahan sebanyak 40-
60% dan 20–25% menjalani pembedahan dan pengobatan. Penemu kasus
kehamilan ganda menjelaskan bahwa dari 16.288 persalinan terdapat 197
persalinan gemelli (kembar 2) dan 6 persalinan triplet (kembar 3). Di Provinsi
Sumatera Utara angka kelahiran ganda sebanyak 30% dari kehamilan tunggal.1
Pada kehamilan ganda, kemungkinan untuk terjadinya kematian perinatal
lebih besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal yaitu sebesar 10-12%. Dan
semua kematian intrauterin yang terjadi pada kehamilan ganda 73% berhubungan
dengan plasenta yang monokorion. Pada kehamilan normal (satu janin) angka
mortalitas berkisar antara 33 per 1000 kelahiran, hal ini menunjukkan bahwa dari
1000 bayi tidak kembar ada 33 bayi yang meninggal pada usia kehamilan 28
minggu atau tujuh hari setelah lahir. Sedangkan angka mortalitas untuk kehamilan
ganda tercatat lebih tinggi, berkisar antara 139 per 1000 kelahiran, berarti dari
1000 bayi kembar yang lahir, 139-nya meninggal. Kondisi ini lebih mungkin
terkait dengan komplikasi yang tinggi pada kehamilan ganda. Perubahan fisik
pada ibu dengan kehamilan ganda pada umumnya sama dengan kehamilan
tunggal, namun biasanya lebih besar menimbulkan masalah. Perubahan tersebut
seperti peningkatan hCG yang dapat mengakibatkan hyperemesis gravidarum,
pembesaran payudara, peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan meningkat
dan mudah lelah. Pada trimester kedua akan terjadi sesak nafas, pembengkakan
pada bagian ekstremitas bawah (oedema), peningkatan berat badan, pembesaran

3
rahim yang tidak seperti kehamilan tunggal, serta pergerakan janin yang lebih
kuat.1
Penyulit yang mungkin timbul pada ibu dengan kehamilan ganda adalah
polihidramnion yang dapat mengakibatkan persalinan premature. Polihidramnion
biasanya mulai terjadi pada usia gestasi 18-20 minggu dan frekuensi
polihidramion pada hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan dengan
kehamilan tunggal. Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan janin di awal
kehamilan memerlukan cadangan zat besi maternal yang lebih besar, di akhir
kehamilan (28 minggu), kebutuhan janin tersebut dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya. Frekuensi dan resiko pre-eklampsi dan eklampsi lebih
besar, pembesaran uterus mengakibatkan sukar bernafas, sering berkemih, odema
dan varises pada tungkai dan vulva. Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan post
partum dan solusio plasenta. Sesudah anak pertama lahir, persalinan premature
diakibatkan karena peregangan rahim yang berlebihan, persalinan sesar,
disseminated intravascular coagulation atau perdarahan hebat.1

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. DEFINISI

Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin.
Sedangkan menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar
adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Jadi, kehamilan kembar
adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih yang ada didalam
kandungan selama proses kehamilan.2

b. EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada
kehamilan ganda kemungkinan terjadinya abortus spontan lebih tinggi daripada
kehamilan tunggal. Makin banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya
abortus. Pada triplet, angka kejadian abortus adalah 25%. Sekitar 40-50% hamil
kembar lahir kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan 9,6% pada kehamilan
tunggal, dan 50% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, sedangkan
pada hamil tunggal hanya 6%. Pada triplet, sebesar 90% lahir preterm. Apabila
kenaikan berat badan ibu selama hamil antara 40-45 pound, maka berat badan
lahir akan lebih dari 2.500 gram.3

Angka kehamilan kembar di Indonesia adalah 33%. Jumlah kelahiran


triplet serta kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak
hingga 40,4%. Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan
teknologi reproduksi dalam penatalaksanaan infertilitas. Selain itu kehamilan
kembar juga dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan,
wanita dengan riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah

5
berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan
atau genetik kembar.2

Di Kota Semarang angka kejadian kehamilan kembar pada tahun 2011


adalah sebesar 23 kasus. Angka kejadian kehamilan gemelli menurun pada tahun
2012 yaitu 13 kasus. Sedangkan untuk tahun 2013 dari bulan januari-april terdapat
9 kasus. Frekuensi kehamilan kembar mengikuti rumus dari Hellin yaitu 1:89
untuk hamil kembar, triple 1:892 sedangkan kuadruplet 1:893. Faktor yang dapat
meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur dan
paritas ibu. Insidens anak kembar di Inggris adalah 1 dalam 80 kehamilan
walaupun pada beberapa keadaan salah satu dari kembar tersebut dapat
mengalami abortus pada awal kehamilan, sedangkan yang lain mencapai
aterm/cukup umur. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan kembar yaitu
usia, pada wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya terjadi 1:3
dari kehamilan, bila dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35 sampai
40 tahun terjadi 1:2 kehamilan. Bisa juga terjadi jika makin tua umur makin tinggi
angka kejadian kehamilan kembar dan menurun lagi setelah berumur 40 tahun.
Selain usia, jarak anak yang terlalu dekat serta frekuensi seorang wanita dalam
melahirkan anak juga dapat menjadi salah satu faktor. Semakin tinggi frekuensi
melahirkan maka seorang wanita lebih bepotensi melahirkan anak kembar.3

c. ETIOLOGI

Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain:2
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur.2
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormone gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
d. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormone gonadotropin yang

6
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan
dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme
tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau terbentuknya 2
ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan
ditemukan 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat
pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih
dari satu, jika semua embrio yang kemudian dimasukan kedalam rongga rahim ibu
tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur,
faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi
kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini sebabnya ialah faktor penghambat pada
masa pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat yang mempengaruhi
segmentasi sebelum blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2
amnion, 2 korion dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.2

d. KLASIFIKASI
Pada pemeriksaan dengan USG, dari 1.000 kehamilan trimester I
didapatkan 3,29% kehamilan ganda dan 5,39% hamil kembar dengan 1 embrio
dan 1 kantong kehamilan kosong. Dari hamil kembar didapatkan 21,2% dengan 1
janin mati dan diserap kembali. Diagnosis kehamilan ganda pada trimester I
didasarkan dengan adanya 2 embrio hidup. Di Amerika didapatkan 70 -80% hamil
kembar dizigotik dan 20-30% hamil kembar monozigotik. Pada kehamilan ganda
karena pengurangan janin (reduced twin), secara bermakna mempunyai risiko
yang lebih tinggi terjadinya kelahiran preterm, berat badan lahir rendah, dan
sindrom gawat napas dibandingkan dengan hamil kembar biasa. Sebesar 80%
zigositas dapat ditentukan pada saat lahir atau segera setelah lahir, yaitu sebagai
berikut :2
1. 23% hamil kembar 1 amnion, ini berarti monozigotik.
2. 30% hamil kembar dengan 2 korion karena mempunyai jenis kelamin berbeda
ini berarti dizigotik.1
3. 27% mempunyai jenis kelamin yang sama, tetapi dengan golongan darah yang
berbeda, ini berarti dizigotik.2

7
4. 20% dengan jenis kehamilan sama, tetapi golongan darahnya sama yang berarti
kembar monozigotik dengan 2 korion (plasenta terpisah atau berfusi) atau kembar
dizigotik dengan jenis kelamin sama (plasenta terpisah atau berfusi). Untuk
memastikan, maka diperlukan pemeriksan lebih lanjut dengan kultur jaringan,
analisis enzim, DNA mapping. Terminologi selanjutnya ialah quadruplet =
kembar 4, quintuplet = kembar 5, sextuplet = kembar 6, dan octuplet = kembar 7.
Frekuensi Kehamilan Kembar menurut Winkjosastro di dalam buku Ilmu
Kebidanan. Greulich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan kembar pada 121
juta persalinan sebagai berikut:2
1. Gemelli 1 : 85
2. Triplet 1 : 7.629
3. Kuadruplet 1 : 670.743
4. Quintiplet 1 : 41.600.000
Angka tersebut kira-kira sesuai dengan hukum Hellin yang menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal adalah:2
1.Gemelli1 : 89
2. Triplet 1 : 892
3. Kuadruplet 1 : 893
4. Quintiplet 1 : 894
Kehamilan kembar banyak disukai para wanita, tapi bagaimanakah
penyebab wanita hamil kembar bisa terjadi. Kelahiran kembar dapat terjadi karena
beberapa faktor alami. Tetapi akhir - akhir ini perawatan kesuburan tampaknya
dapat juga menjadi penyebab kelahiran kembar. Untuk kehamilan kembar identik
yang terjadi adalah satu sel dibuahi dan kemudian terbagi menjadi dua atau lebih
embrio. Ciri khas dari anak- anak yang lahir kembar identik adalah selalu berjenis
kelamin sama dan juga memiliki perawakan yang sama. Pada kondisi ini,
memiliki kantung ketuban yang berbeda tetapi embrio memiliki satu plasenta.
Sedangkan untuk kehamilan kembar fraternal, dua atau lebih sel telur bisa dibuahi
dan ditanamkan dalam rahim. Bayi-bayi yang lahir dengan kehamilan tersebut
memiliki jenis kelamin yang berbeda tergantung pada sperma yang membuahi sel

8
telur. Kehamilan kembar fraternal ini memiliki plasenta dan kantung ketuban
yang terpisah untuk masing-masing embrio.4

e. PATOGENESIS
Menurut Manuaba (2007:464) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.
Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal
dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah
monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu
dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam
waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi
sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada
kondisi bayi kelak. Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0
– 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan
terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau
rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban
tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik. Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu
plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam
cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur
menjadi berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.1

9
e. DIAGNOSIS
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan
makin pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.3
b. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
c. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan
berbeda (nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat
jika keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar.2
e. Penggunaan stimulator ovulasi
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal.
h. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering
kencing, edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.

f. PENATALAKSANAAN

1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa,


ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.2
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan
darah dan lain-lain.1
3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air tidak mengalir
deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan post partum, maka
sebaiknya pasang infus profilaksis.2

10
5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau
terjadi prolaps tali pusat dan solutio plasenta, maka janin dilahirkan
dengan cara operatif obstetrik :3

a. Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara
versi dan ekstraksi.

b. Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau


forseps.

c. Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.

d. Indikasi seksio saesarea hanya pada :

a. Janin pertama letak lintang.

b. Bila terjadi prolaps tali pusat.

c. Plasenta previa.

d. Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang
dan anak kedua letak kepala.

Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum


berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg
methergin intravena.4

11
BAB III

LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 28 Februari 2018


Jam : 20.30 WITA
Ruangan : IGD Kebidanan RSU Anutapura Palu

I. IDENTITAS
Nama : Ny. D Nama suami : Tn. AG
Umur : 34 tahun Umur : 38 Tahun
Alamat : Jl. Manggis Alamat : Jln. Manggis
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

II ANAMNESIS
G2P1A0 Usia Kehamilan : ± 30 - 32 minggu
HPHT : 21 - 07- 2017 Menarche : ± 14 tahun
TP : 28- 04 -2018 Perkawinan : 10 tahun

A. Keluhan Utama :
-

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk IGD Kebidanan diantar oleh keluarganya dengan
membawa pengantar dari dokter obgyn dengan G2P1A0 Gravid gemelli
( IUFD Gemelli II ) rencana SC. Nyeri perut tembus belakang tidak ada,
perdarahan pervaginam tidak ada, pelepasan lendir tidk ada, air tidak
ada, mual tidak ada, muntah tidak ada. BAB biasa dan BAK lancar.

12
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
- keguguran (1 kali)
- riwayat asma tidak ada
- diabetes mellitus tidak ada
- penyakit jantung tidak ada
- hipertensi ada
- hepatitis tidak ada

D. Riwayat Penyakit Keluarga :


- riwayat asma tidak ada
- diabetes mellitus tidak ada
- penyakit jantung tidak ada
- hipertensi tidak ada
- hepatitis tidak ada

E. Riwayat Menstruasi :
 Menarche : 14 tahun
 Siklus : 28 hari
 Lama haid : 5-7 hari
 Banyak : 3 x ganti pembalut/hari
 Dismenorrhea : disangkal
 Fluor albus : disangkal

F. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, usia pernikahan dengan suami sekarang ± 10 tahun.
G. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
G2P1A0
1. Anak pertama lahir tahun 2015 , lahir normal, BBL 3200 gram
2. Hamil Sekarang

13
H. Riwayat ANC
Pasien pernah melakukan pemeriksaan di klinik dokter obgyn,
kemudian dilakukan USG dan hasilnya adalah Gemelli (Gemelli II
IUFD)

I. Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi.

J. Riwayat Operasi : Belum pernah.

K. Kebiasaan Hidup :
Merokok tidak ada, Alkohol tidak ada, minum obat & jamu tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


KU : Sedang Tekanan. Darah: 160/100 mmHg
Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 80x/menit
BB : 55 Kg Respirasi : 20x/menit
TB : 165 cm Suhu : 36,5ºC

Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterus tidak ada, edema palpebra tidak
ada, pembesaran KGB tidak ditemukan, pembesaran kelenjar tiroid tidak
ditemukan. Mata cekung tidak ada

Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi tidak ada, sikatriks tidak ada
P : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas paru-hepar
SIC VII linea mid-clavicula dextra, batas jantung dalam batas
normal.

14
A : Bunyi pernapasan vesikular, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada.
Bunyi jantung I/II murni reguler

Abdomen :
I : Tampak cembung
A : Peristaltik ada kesan normal
P : Timpani
P : Nyeri tekan ada regio inguinal sinistra dan regio supra pubik

Status Ginekologi :
Pemeriksaan Luar
- Inspeksi : sikatriks tidak ada, tanda radang tidak ada, dinding perut
datar, linea nigra tidak ada, striae gravidarum tidak ada,
perdarahan flek-flek ada.
- Palpasi :
TFU = 35 cm
Leopold I = 3 Jari di Bawah PX
Leopold II = PU-KI
PU-KA
Leopold III = Pres-Kep
Leopold IV = Belum masuk PAP
BJF = PU-KI 126 x / menit
= PU-KA (-)
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
Edema ekstremitas bawah tidak ada, turgor < 2 detik.

15
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap :
 WBC : 6.8 x 103/mm3
 HGB : 10.0 gr/dL
 MCV : 79,1 fL
 MCH : 27,3 pg
 MCHC : 34,5 g/dL
 HCT : 33,3 %
 PLT : 155 x 103/mm3
 RBC : 4,2 x 106/mm3

Pemeriksaan urin:
Protein (-)

USG

16
- Gravid gemelli intrauterine , DJJ 1 ada 127 X / MENIT, DJJ
2 tidak ada.
- Letak kepala dan presentasi kaki
- Placenta pada corpus uteri anterior
- Cairan amnion cukup, AFI 12 cm
- Estimasi kasar usia kehamilan 30 minggu 4 hari
- Estimasi berat janin 1748 gram

Kesan : Sugestif IUFD Gemelli 2

V. RESUME
Pasien perempuan 34 tahun dengan G2P1A0 gravid gemelli 13-14 minggu
masuk IGD Kebidanan diantar oleh keluarganya dengan membawa pengantar
dari dokter obgyn dengan G2P1A0 Gravid gemelli ( IUFD Gemelli II )
rencana SC. Nyeri perut tembus belakang tidak ada, perdarahan pervaginam
tidak ada, pelepasan lendir tidak ada, air tidak ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada. BAB dan BAK lancar.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD:160/100 mmHg,Nadi:
80x/menit, suhu 36,5oC dan respirasi 20 x/menit.
Pemeriksaan Obstetri :
TFU = 35 cm
Leopold I = 3 Jari di Bawah PX
Leopold II = PU-KI
PU-KA
Leopold III = Pres-Kep
Leopold IV = Belum masuk PAP
BJF = PU-KI 126 x / menit
= PU-KA (-)

Pemeriksaan laboratorium: Wbc : 6,8 x 103/l, Hb: 10,0 gr/dl, Plt: 155 x 103/l,
Pemeriksaan USG: Sugestif IUFD Gemelli 2

19
VI. DIAGNOSIS
G2P1A0 Gravid gemelli uk 30-32 minggu + IUFD Gemelli 2

VII. PENATALAKSANAAN
 Inj. Dexamethasone 1 amp/6 jam
 Nifedipin 3 x 10 mg
 Obs BJF dan TTV
 Rencana SCTP (02 Maret 2018 )

VIII. HASIL OPERASI


Pada pasien ini di lakukan tindakan section caesarea. pada saat
operasi, tidak didapatkan adanya massa atau adanya perlengketan.
Ketuban berwarna jernih dengan volume cukup. Bayi dilahirkan kembar
berjenis kelamin laki-laki dengan BBL 1500 gram, dan PBL 40 cm. Bayi
kedua dilahirkan meninggal dengan BBL 1100 gram, dan PBL 38 cm.
Placenta dilahirkan secara manual dan lengkap. Perdarahan 200 cc, uterus
dan ovarium kiri dan kanan kesan normal. Komplikasi selama operasi
adalah perdarahan dan komplikasi setelah operasi adalah perdarahan
pervaginam ada, dan nyeri perut bekas operasi ada dan efek samping dari
obat bius menyebabkan mual, muntah dan pusing.

20
Gemelli I : BBL 1500 Gram

Gemelli II : BBL 1100 Gram

21
IX. PENATALAKSANAAN POST OPERATIF
 IVFD RL + Oxytocin 20 IU 28 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
 Inj. Ketorolac 30 mg/8j/iv
 Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
 Inj. Ondancentron 4 mg/8j/iv
 Drips Metronidazole 500 mg/8 j/iv
 Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 j /iv

FOLLOW UP

03 Maret 2018
S : Perdarahan Per Vaginam ada, Nyeri Perut ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada, pusing tidak ada, sakit kepala tidak ada, Flatus ada, BAB tidak
ada, BAK lancer.
O : TD : 140/100 mmHg
N : 86x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,8ºC
TFU = 1 Jari di bawah umbilicus
ASI (-/-)
A : P2A0 Post SCTP H-1 a/i Gemelli (IUFD Gemelli II)
P :
 IVFD RL + Oxytocin 20 IU 28 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
 Inj. Ketorolac 30 mg/8j/iv
 Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
 Inj. Ondancentron 4 mg/8j/iv
 Drips Metronidazole 500 mg/8 j/iv
 Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 j /iv

22
 Nifedipin 3 x 10 mg

04 Maret 2018
S : Perdarahan Per Vaginam ada sedikit, Nyeri Perut ada, mual tidak ada,
muntah tidak ada, pusing tidak ada, sakit kepala tidak ada, Flatus ada ,
BAB tidak ada, BAK lancar
O : TD : 150/90 mmHg
N : 86x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,8ºC
TFU = 1 Jari di bawah umbilicus
ASI (+/-)
A : P2A0 Post SCTP H-2 a/i Gemelli (IUFD Gemelli II)
P :
 IVFD RL + Oxytocin 20 IU 28 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
 Inj. Ketorolac 30 mg/8j/iv
 Inj. Ranitidin 50 mg/8j/iv
 Inj. Ondancentron 4 mg/8j/iv
 Drips Metronidazole 500 mg/8 j/iv
 Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 j /iv
 Nifedipin 3 x 10 mg

05 Maret 2018
S : Perdarahan Pervaginam ada sedikit, Nyeri Perut ada, mual tidak ada,
muntah tidak ada, pusing tidak ada, sakit kepala tidak ada, Flatus ada,
BAB tidak ada, BAK lancar.
O : TD : 140/90 mmHg
N : 86x/menit
R : 20 x/menit

5
S : 36,8ºC
TFU = 1 Jari di bawah umbilicus
ASI (+/-)
A : P2A0 Post SCTP H-3 a/i Gemelli (IUFD Gemelli II)
P :
 AFF Infus
 Cefixime 2 x 100 mg
 Metronidazole tab 3x500 mg
 Asam Mefenamat 3 x 500 mg
 Vit C 3 X 250 mg
 Nifedipin 3 x 10 mg

Pasien Boleh pulang, Rawat Jalan dan kontrol di Poli kandungan

6
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien masuk IGD Kebidanan diantar oleh keluarganya dengan membawa


pengantar dari dokter obgyn dengan G2P1A0 Gravid gemelli (IUFD Gemelli II)
rencana SC. Nyeri perut tembus belakang tidak ada, perdarahan pervaginam tidak
ada, pelepasan lendir tidak ada, air tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada.
BAB biasa dan BAK lancar.
Pada saat di RS, dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil sugestif IUFD
Gemelli II.
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin.1
Untuk mendiagnosa adanya suatu kehamilan kembar menurut Mochtar
(2012:263) dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
A. Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
c. Uterus terasa lebih cepat membesar
d. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan
B. Inspeksi dan palpasi
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c. Banyak bagian-bagian kecil teraba
d. Teraba 3 bagian besar janin
e. Teraba 2 balotemen

7
C. Auskultasi: terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak
berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit
atau sama-sama dihitung dan berselisih 10.
D. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.
E. Ultrasonografi: tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
F. Elektrokardiogram fetal: diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua
janin.
G. Reaksi kehamilan: karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar
atau ada 2 plasenta, maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi
kehamilan bisa positif kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat
meragukan dengan molahidatidosa. Kadangkala diagnosa baru diketahui
setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada satu janin
lagi didalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan
hidramnion dan toksemia gravidarum.2

Pada kasus ini, didiagnosis dengan kehamilan ganda berdasarkan


diagnosis post natal menggunakan Ultrasonografi: Gravid gemelli intrauterine.
DJJ 1 ada 127 X / MENIT, DJJ 2 tidak ada. Letak kepala dan presentasi kaki.
Placenta pada corpus uteri anterior. Cairan amnion cukup, AFI 12 cm. Estimasi
kasar usia kehamilan 30 minggu 4 hari. Estimasi berat janin 1748 gram. Kesan :
Sugestif IUFD Gemelli 2.

Pada kasus ini dilakukan tindakan SCTP elektif dengan sebelumnya


diberikan pematangan paru terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan pilihan penanganan kasus dengan kematian satu janin adalah
persalinan preterm elektif terhadap janin yang hidup (dengan steroid untuk
mematangkan paru) dengan segala risiko prematuritas atau konservatif yang juga
berisiko kematian janin dalam uterus dan kelainan neurologis.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Kehamilan Multijanin, In: Obstetri Williams, Ed.21, Vol. 2, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran.2013. p.851-897.
2. Karsono Bambang. Kehamilan Kembar. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi
T, Winkjosastro GH, Editor. Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo.
Ed.4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p.254-
269.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman
BL, et al. Multifetal Gestation, In: Williams Obstetrics, 24th ed. New York:
McGraw Hill. 2014. p.859-906.
4. World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, ed pertama, 2013. p.131-133.

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai