PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2006). Oksigen dibutuhkan untuk
mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi sistem pernapasan dan
jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Potter & Perry, 2006).
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel
dari jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas
(Tarwoto & Wartonah, 2010). Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan
kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu
tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan
kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan
oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit.
Apabila kekurangan kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit,
dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier & Erb, 1998).
Gagal jantung adalah kelainan fungsi jantung yang bertanggung jawab
atas kegagalan jantung memompa darah pada kecepatan yang dengan kebutuhan
jaringan yang melakukan metabolisme atau kemampuan jantung untuk
memenuhi kebutuhan inti memerlukan peningkatan abnormal tekanan
pengisian. Gagal jantung mungkin digambarkan sebagai curah-tinggi atau
curah-rendah, akut atau kronik, sisi kanan atau sisi kiri, depan atau belakang,
dan sistolik atau diastolic (Isselbacher, dkk, 2000).
Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan
dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu dalam penyusunan laporan studi
kasus ini penulis mengangkat kasus dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
Oksigenasi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam Laporan
Studi Kasus ini yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. G dengan Gangguan
Kebutuhan Oksigenasi di ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
2
2) Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan sebagai
pedoman bagi praktik mahasiswa keperawatan.
3) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan
dasar oksigenasi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2) Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Luasnya permukaan paru-paru.
2. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3) Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh
dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
5
2.1.3 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.
2.1.4 Faktor Predisposisi
2.1.4.1 Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2.1.4.2 Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
2.1.4.3 Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
6
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
2.1.4.4 Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
2.1.5 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan
ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
7
PATWAY
Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus,
jamur) Masuk melalui saluran nafas atas
Dispnea
Gangguan penerimaan o2 Obstruksi jalan nafas Gas darah arteri abnormal
dan pegeluaran co2 Hiperkapnia
Hipoksemia
Batuk yang tidak efektif Hipoksia
Ketidakseimbangan
Penurunan bunyi nafas Konfusi
ventilasi dan perfusi
Sputum dalam jumlah Nafas cuping hidung
yang berlebih Pola pernafasan abnormal
Dispnea Perubahan pola nafas (kecepatan, irama,
Fase ekspirasi memanjang Suara nafas tambahan kedalaman)
Ortopnea (ronchi,wheezing, sianosis
Penurunan kapasitas paru crackles)
Pola nafas abnormal
Takipnea
Hiperventilasi
Pernafasan sukar KETIDAK EFEKTIFAN
KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAFAS
BERSIHAN JALAN NAFAS
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
8
2.1.6 Manifestasi Klinis
1) Suara napas tidak normal.
2) Perubahan jumlah pernapasan.
3) Batuk disertai dahak.
4) Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5) Dispnea.
6) Penurunan haluaran urin.
7) Penurunan ekspansi paru.
8) Takhipnea
9
4) Edema periorbital.
2.1.8.3 Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
2.1.8.4 Mulut dan bibir
1) Membrane mukosa sianosis
2) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
2.1.8.4 Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
1) Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
2.1.8.4 Dada
1) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
2.1.8.5 Pola pernapasan
1) Pernapasan normal (eupnea)
2) Pernapasan cepat (tacypnea)
3) Pernapasan lambat (bradypnea)
10
1) Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
2) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
3) Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
4) Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
5) Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
6) Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
7) CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
11
5 Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan O2.
6 Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7 Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri.
8 Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
9 Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat
infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
10 Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
2.1.11 Penatalaksanaan
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1 Pembersihan jalan nafas
2 Latihan batuk efektif
3 Suctioning
4 Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
1 Atur posisi pasien ( semi fowler )
2 Pemberian oksigen
3 Teknik bernafas dan relaksasi
3). Gangguan Pertukaran Gas
1 Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2 Pemberian oksigen
3 Suctioning
12
BAB 3
MANAGEMENT ASUHAN KEPERAWATAN
13
Data Objektif
1) Pasien tampak pucat
2) Pasien tampak gelisah
3) Perubahan pada nadi
4) Pasien tampak lelah
14
No Tujuan Dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada 1. Pernafasan rochi,
tindakan keperawatan untuk karakter wheezing menunjukkan
selama … x 24 jam bunyi nafas dan tertahannya secret
diharapkan bersihan adanya secret. obstruksi jalan nafas
jalan napas efektif 2. Berikan air 2. Membantu
sesuai dengan kriteria: minum hangat mengencerkan secret
1. Menunjukkan jalan 3. Beri posisi yang 3. Memudahkan pasien
nafas bersih nyaman seperti untuk bernafas
2. Suara nafas normal posisi semi fowler 4. Pakaian yang ketat
tanpa suara tambahan 4. Sarankan menyulitkan pasien
3. Tidak ada keluarga agar untuk bernafas
penggunaan otot tidak 5. Kelembapan
bantu nafas memakaikan mempermudah
4. Mampu melakukan pakaian ketat pengeluaran dan
perbaikan bersihan kepada pasien mencegah pembentukan
jalan nafas 5. Kolaborasi mucus tebal pada
penggunaan bronkus dan membantu
nebulizer pernafasan
15
2. Mampu 4. Kolaborasikan pasien tentang teknik
menunjukkan dalam pemberian bernafas
perilaku peningkatan obat 4. Pengobatan
fungsi paru mempercepat
penyembuhan dan
memperbaiki pola nafas
16
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Nama : Tn G
Umur : 36 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Klien mengatakan sesak napas dan susah tidur dan sering terbangun.
Keluarga klien mengatakan pada tanggal 02 Desember 2019 klien dibawa dari
Desa Tumbang Mahorui ke IGD Rs Doris Sylvanus Palangka Raya dengan keluhan
sesak napas memberan dirasakan 4 hari, akral dingin. Pada saat di IGD klien
17
pemasangan infus NaCl 0,9% 10 tpm dibagian tangan sebelah kanan. Kemudian
klien dipindahkan keruang ICVCU setelah keadaan klien stabil klien dipindahkan
Genogram Keluarga
= laki – laki
= perempuan
= Pasien
= Meninggal Dunia
= Tinggal serumah
posisi semi fowler, keadaan umum sesak napas, sedang terpasang infus NaCl 0,9%
Tingkat kesadaran klien adalah compos menthis, ekspresi wajah klien tampak
datar, bentuk badan klien yaitu sedang (ectomorph), klien berbaring dengan posisi
semi fowler dan bergerak bebas, berbicara lancar, suasana hati tenang, klien cukup
rapi.
18
Fungsi Kognitif klien terhadap Orientasi Waktu, Orang dan Tempat yaitu
klien baik, klien dapat mengetahui saat pengkajian pada siang hari serta mengenali
keluarga dan perawat yang bertugas dan klien mengetahui bahwa klien sedang
dirawat di Rumah Sakit. Insight pasien juga baik dan untuk mekanisme pertahanan
Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan hasil : suhu yang diukur di
aksila menunjukkan hasil 36 0C, nadi yaitu 110 x/menit, pernapasan yaitu 26
simetris. Klien mengatakan klien merokok, sesak napas, tipe pernapasan dada dan
perut, irama pernapasan tidak teratur, terdapat suara napas tambahan ronchi basah.
juga tampak pucat. Untuk CRT atau capillary refill time pada klien didapatkan
hasilnya kurang dari 2 detik. Ictus cordis pasien tidak terlihat, suara jantung pasien
pun terdengar normal (S1 dan S2 tunggal) dengan bunyi lub-dub. Nadi teraba kuat
dan teratur, akral hangat. Keluhan lainnya klien dibantu keluarga saat beraktivitas
Pada sistem persarafan atau brain, nilai GCS klien untuk E adalah : 4 dengan
hasil klien dapat membuka mata secara spontan untuk V adalah 5 dengan hasil
19
orientasi baik; M klien bernilai 6 dengan hasil dapat mengikuti perintah dan dengan
data tersebut didapatkan total nilai GSC adalah 15 (Compos menthis). Pupil klien
isokor dengan refleks cahaya untuk kanan dan kiri adalah positif. Pemeriksaan
persyarafan klien pada syaraf kranial ke X klien dapat berbicara dengan jelas.
Produksi urine 1400 ml 3 kali sehari, urine berwarna kuning, bau khas urine
amoniak, tidak ada masalah/ lancar. Tidak ada keluhan lainnya dipemeriksaan
Pada sistem eliminasi alvi, pengkajian yang didapatkan yaitu: bibir klien
tampak kering dan tidak ada lesi; gigi klien tampak tidak lengkap, gigi geraham
ompong ; pada gusi tidak didapatkan adanya adanya peradangan dan perdarahan
;lidah merah muda; tidak ada perdarahan di mukosa; pada tonsil tidak terjadi
peradangan; rectum tidak ada kelainan dan pasien juga tidak menderita haemoroid.
sendinya secara bebas, tidak terdapat parese, paralise, krepitasi, nyeri, bengkak,
kekakuan, flasiditas, dan spastisitas. Tidak ada hemiparese di ektstermitas atas dan
bawah bagian kanan,. Ukuran otot klien adalah simetris. Untuk uji kekuatan otot
didapatkan hasil, pada ektremitas atas atas 5555 5555 dan ektermitas bawah 5555
5555. Klien memiliki tulang belakang yang normal. Tidak ada keluhan lainnya di
20
4.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik pada obat, makanan, dan kosmetik.
Suhu kulit pasien hangat, warna kulitnya normal, turgor baik/elastis kembali dalam
waktu 1 detik dan teksturnya halus. Pada kulit klien tidak terdapat jaringan parut,
macula, pustula, nodula, vesikula, papula dan ulkus. Tektur rambutnya ikal dan
pendek, berwarna hitam dan terdistribusi secara merata. Bentuk kuku pasien juga
simetris.
normal, visus mata kanan dan kiri tidak dikaji, sklera berwarna putih atau normal
dan kornea tampak bening. Telinga pasien tidak mengalami gangguan. Bentuk
hidung pasien pun tampak simetris, tidak terdapat adanya lesi, patensi, obstruksi,
nyeri tekan pada sinus. Septum nasal juga tidak mengalami deviasi, dan tidak
terdapat polip pada hidung. Pada sistem penginderaan, tidak ada keluhan lain dan
Pada pemeriksaan daerah leher dan kelenjar limfe, tidak ditemukan adanya
massa, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak teraba, dan mobilitas
21
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit dengan
MK : Tidak ada
sekarang 45 kg, BB sebelum sakit 45 kg. Diet khusus jantung yang diberikan untuk
sebelum sakit 3 kali/1hari dan saat sakit 3 kali/1hari karena pasien berada di RS.
Porsi yang bisa dihabiskan pasien saat sebelum sakit adalah 1 porsi, saat sakit 1
porsi makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum sakit adalah nasi
biasa, ikan, dan sayuran; sedangkan saat sakit adalah nasi, ikan dan sayuran. Jenis
minuman yang biasa diminum pasien sebelum sakit yaitu air putih; sedangkan saat
sakit pasien minum air putih. Pasien dapat menghabiskan jumlah minuman sebelum
sakit adalah ± 1500-2000 cc/24 jam, sedangkan saat sakit adalah ± 1000 cc/hari.
Sebelum sakit : siang 1-2 jam, malam: 7-8 jam dan saat sakit klien mengatakan
susah tidur dan sering terbangun. Masalah keperawatan gangguan pola tidur.
4.1.4.4 Kognitif
MK : Tidak ada
22
Identitas diri : klien adalah seorang laki laki.
MK : Tidak ada
MK : Tidak ada
MK : Tidak ada
4.1.5 Sosial-Spiritual
Baik, terlihat istri yang selalu mendampingi dan menjaga klien selama di rumah
sakit.
Baik, klien kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
23
4.1.5.5 Orang Berarti/Terdekat
24
(LDL) dan trigliserid,
sertameningkatkan jumlah
kolesterol baik di dalam darah
Sucralfate 3x15 ml
Untuk mengatasi peradangan
pada lambung
Ketocid 3x1 mg
Sebagai suplemen tambahan
untuk membantu memenuhi
kebutuhan asam amino
Ayu Nancyana
NIM: 2019.NS.B.07.003
25
ANALISA DATA
DO
- Klien tampak sering Gangguan pola tidur
menguap
- Klien tampak
gelisah
26
PRIORITAS MASALAH
27
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn G
Ruang : Sakura
Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui pola napas klien
depresi pusat pernapasan keperawatan 3x24 jam
diharapkan pola napas membaik 2. Untuk memberikan rasa nyaman klien
dengan kriteria hasil: 2. Posisikan semi-Fowler atau fowler dan memudahkan pernapasan
1. Penggunaan otot bantu napas
menurun
3. Untuk melatih pernapasan klien dan
2. Frekuensi napas membaik
merileksasikan
3. Kedalaman napas membaik 3. Ajarkan klien tehnik relaksasi
28
Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas tidur 1. Untuk mengetahui pola aktivitas tidur
hambatan lingkungan keperawatan 2x24 jam klien
diharapkan keadekuatan kualitas
dan kuantitas tidur membaik 2. Identifikasi pengganggu tidur 2. Untuk mengetahui apakah ada yang
dengan kriteria hasil: mengganggu pikiran
1. Kemampuan aktivitas
meningkat 3. Agar klien merasa nyaman berada
3. Modifikasi lingkungan
2. Keluhan sulit tidur menurun dilingkungan sekitar
29
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Untuk mengidentifikasi gangguan
ketidakseimbangan antara keperawatan 2x24 jam mengakibatkan kelelahan fungsi tubuh yang mengakibatkan
suplai dan kebutuhan
oksigen diharapkan respon fisiologis kelelahan
terhadap aktifitas yang 2. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah 2. Agar klien merasa nyaman dan rileks
membutuhkan tenaga meningkat stimulus berada dilingkungan tersebut
dengan kriteria hasil :
1. Kemudahan dalam 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan 3. Untuk melatih rentang gerak otot dan
melakukan aktivitas sehari- aktif sendi agar tidak mengalami kekakuan
hari meningkat
4. Libatkan keluarga dalam aktivitas 4. Agar memotivasi dan membantu klien
2. Kekuatan tubuh bagian atas
dan bawah meningkat dalam melakukan aktivitasnya
30
31
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada Tn.
G dengan diagnose CHF, edema pulmona pada bab ini akan disampaikan
kesimpulan sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian didapatkan data melalui wawancara, status klien dan
pemeriksaan fisik. Faktor penyebab pada kasus yang ditemukan adanya gangguan
pada saluran pernapasan, serta pola istirahat dan tidur.
Diagnosa keperawatan yang diangkat ada 3 diagnosa yaitu Pola napas tidak
efektif, Intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur dimana diagnosa tersebut
didukung oleh data-data saat pengkajian.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada kasus
yang menjadi priorotas utama Pola napas tidak efektif, Gangguan pola tidur dan
Intoleransi aktivitas. Pada diagnosa satu, dua dan tiga semua rencana tindakan
keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. G dikelola sesuai
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dengan mandiri serta dengan
berkolaborasi bersama tim medis dan mengikutsertakan keluarga pasien.
Pada tahap evaluasi dari ketiga diagnosa ada 1 yang belum teratasi, hal ini
karena faktor pendukung dari klien, keluarga klien, dan perawat ruangan.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk diri sendiri
Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan efektif
dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan. Mahasiswa/i juga diharapkan
secara aktif untuk membaca dan meningkatkan keterampilan seta menguasai
kasus yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang
komprehensif.
5.2.2 Untuk perawat ruangan
Diharapkan perawat dapat memberikan informasi secara langsung kepada
klien dan keluarga tentang tanda dan gejala, tindakan keperawatan, dan diet yang
32
tepat pada klien penderita Jantung. Perawat juga diharapkan dapat bekerja sama
dengan keluarga dalam memonitor perkembangan klien. Perawat juga diharapkan
agar dapat lebih melengkapi format pengkajian dan pendokumentasian
keperawatan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34