KESELAMATAN
No.
: 445/ /KAMPUS/2019
Dokumen
No. Revisi : 00
PDM
Tanggal
: Oktober 2019
Terbit
Halaman : 25
dr. Yuliarni, M.Kes
PUSKESMAS
Nip.1970040220021220
KAMPUS
02
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan HidayahNya, kami dapat menyelesaikan Pedoman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Pedoman ini kami susun salah satu upaya untuk memberikan acuan
dan kemudahan dalam pelaksanaan persiapan Akreditasi baik oleh pendamping maupun
pelaksana Akreditasi. Akreditasi mempersyaratkan adanya Pedoman pelaksanaan seluruh
kegiatan pelayanan melalui dokumentasi dan penulusuran, karena pada prinsip Akreditasi
seluruh kegiatan harus tertulis dan apa yang tertulis harus dikerjakan dengan sesuai.
Pedoman ini berisi contoh-contoh dokumen yang dapat digunakan dalam menyusun
dokumen Akreditasi. Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan
terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses menyusunan
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
DAFTAR ISI
COVER .........................................................................................................................
A. Latar Belakang
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan perencanaan,
pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan lingkungan fisik
Puskesmas, kesehatan dan keselamatan pekerja, pengelolaan bahan berbahaya,
manajemen kedaruratan dan kesiapan menghadapi bencana, sistem pengamanan
kebakaran, pemeliharaan peralatan medis, monitoring sistem utiliti/ sistem pendukung
(listrik, limbah, ventilasi, kunci), serta pendidikan dan pelatihan bagi seluruh staf tentang
peran mereka dalam menyediakan fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif.
Bertujuan menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, petugas,
dan masyarakat.
Fasyankes sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja
yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes
meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja.
Potensi bahaya biologi penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit
merupakan risiko kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja. Selain itu adanya penggunaan berbagai alat kesehatan
dan teknologi di Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
standar keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang ringan hingga
fatal.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan peningkatan upaya manajemen
fasilitas dan keselamatan Fasyankes terutama di Puskesmas Kampus dan diharapkan
penyelenggaraan MFK di Puskesmas Kampus dapat berjalan berkesinambungan sehingga
tujuan dari upaya manajemen fasilitas dan keselamatan dapat tercapai dengan baik.
B. Tujuan
1. Umum
Tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan mendukung bagi pasien,
petugas, dan masyarakat
2. Khusus
- Memberikan acuan pada Puskesmas dalam menyelenggrakan upaya
manajemen fasilitas dan keselamatan di lingkungan kerja Puskesmas
- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko di lingkungan kerja
Puskesmas Kampus
- Mencegah kecelakaan dan cedera di lingkungan kerja Puskesmas Kampus
- Memelihara kondisi aman di lingkungan kerja Puskesmas Kampus
C. Sasaran
Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi pelaksana program kegiatan upaya
manajemen fasilitas dan keselamatan di lingkungan kerja Puskesmas Kampus dan
sebagai acuan bagi lintas program dan lintas sektor.
Sasaran dari program ini adalah pasien, pengunjung, masyarakat sekitar
lingkungan Puskesmas dan seluruh pegawai Puskesmas Kampus yang berjumlah 51
orang, yang terdiri sebagai berikut :
Jumlah Staf
No Jenis Tenaga Kerja
(Orang)
1. Kepala Puskesmas 1
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1
3. Dokter Umum 3
4. Dokter Gigi 1
5. Apoteker 1
6. Bidan 14
7. Perawat 8
8. Perawat Gigi 3
9. Asisten Apoteker 2
10. Nutrisionis 2
11. Administrator Kesehatan 1
12. Sanitarian 1
13. Penyuluh Kesehatan 2
14. Fisioterapi 1
15. Tenaga Paramedis 1
16. Pranata Laboratorium 2
17. Administrasi Umum 1
18. Akutansi 1
19. Promosi Kesehatan 1
20. SPK 1
21. Petugas Kebersihan 1
22. Petugas Jaga Malam 2
Jumlah 51
D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) mencakup seluruh
ruangan di Puskesmas Kampus Palembang.
E. Batasan Operasional
Defenisi Operasional :
1. Fasyankes adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif
2. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana saat gedung, halaman dan
alat kesehatan tidak menimbulkan bahaya atau resiko bagi pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat.
Keamanan adaah proteksi/perlindungan dari kehilangan, pengerusakan dan
kerusakan, kekerasan fisik, penerapan kode-kode darurat atau akses serta
penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
3. Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan atau jumlahnya, baik mencemarkan, merusak lingkungan hidup,
dan/ atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
4. Manajemen Emergency adalah tanggapan terhadap wabah, bencana dan
keadaan emergency direncanakan dan efektif.
5. Peralatan Puskesmas adalah peralatan yang terdiri dari alat kesehata,
perbekalan kesehatan lainnya, dan perlengkapan
6. Sistem utilitas adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kampus
Standar
Kondisi di
Menurut
No Tenaga Kesehatan Puskesma
Permenkes
s Kampus
No. 75/2014
1 Dokter atau Dokter Layanan Primer 1 3
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 5 6
4 Bidan 4 11
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2 2
6. Tenaga Manajemen fasilitas dan 1 1
keselamatan
7. Ahli Teknologi laboratorium medik 1 2
8. Tenaga Gizi 1 2
9. Tenaga Kefarmasian 1 2
10. Tenaga Administrasi 3 2
11. Pekarya 2 1
C. Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN 2019 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pengusulan dan
pembentuk
kepanitiaan K3
2. Pelatihan internal
dan eksternal
Panitia K3
3. Mengadakan rapat
rutiN mingguan
panitian K3
4. Pemilihan dan
pembuatan
program K3
5. Sosialisasi
pelaksanaan
program K3
16. Laporan tahunan
Kegiatan K3
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
WC GAZEBO
RUANG RUANG RUANG GIGI RUANG
KIA & ANAK IVA
REKAM KB G
MEDIS APOTEK R
RUANG TU & KEUANGAN
PROM I
KES Ruang WC Y
LABORA DAPUR
tunggu A
LANSIA TORIUM
Ruang FISIOTERAPI
IMUNISASI
tunggu S
BP
Ruang Periksa
E
UMUM H
&
TINDAK PENDAFTARAN A
RUANG TB
AN T
GEDUNG UTAMA
TANAMAN HERBAL
BP
B. Standar
UMUM Fasilitas
&
TINDAK
AN
Di Puskesmas Kampus ada 2 bangunan utama, yang pertama adalah ruangan untuk
pelayanan rawat jalan yang terdiri dari pelayanan umum, pelayanan lansia, pelayanan
tindakan dan gawat darurat, pelayanan KIA KB, Pelayanan MTBS dan Imunisasi,
Pelayanan Promkes, gizi, dan kesling, pelayanan pendaftran dan rekam medik serta pusat
informasi dan pengaduan. Puskesmas Kampus juga dilengkapi dengan pelayanan
penunjang seperti pelayanan obat dan Laboratorium. Yang kedua adalah ruangan Griya
sehat yang terdiri dari pelayanan Akupresure,Masage,Akupuntur dan pengobatan herbal.
Pelayanan umum merupakan ruangan dengan 1 meja pemeriksaan dokter. Ruangan
ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas setelah meiakukan tindakan
kepada pasien. Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai saiah
satu client dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk
memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas, sedangkan ruang tindakan
berada dalam ruangan yang sama, krn keterbatasan ruangan. Disamping Pelayanan
Umum adalah pelayanan Lansia.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang MTBS/Immunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,
pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi pada balita. Ruangan KIA
memiiiki meja administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi utk pemeriksaan IVA,
wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung sisiem informasi
puskesmas.
Ruang peiayanan Gigi dilengkapi dengan peralatan yang sudah memadai seperti
dental unit, almari alat dan meja administrasi. Ruang pemeriksaan dan tindakan gigi dibuat
terpisah dengan tujuan memberi kenyamanan bagi anak anak, mengurangi rasa takut
dengan peralatan medis.
Ruang Konsultasi Gizi, sanitasi dan promosi kesehatan masing-masing berada dalam
satu ruangan karena keterbatasan ruangan. Ruangan dilengkapi dengan meja, komputer,
lemari yang berisi dokumen dan sarana penyuluhan food model, sehingga dapat
menunjang upaya konsultasi dengan nyaman.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. KEPEMIMIPINAN DAN PERENCANAAN
- Puskemas menyusun SK dan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
lainnya yang berlaku terhadap fasilitas puskesmas.
- Puskesmas membuat rencana tertulis (mencakup keselamatan dan
keamanan, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan dan
kebakaran, peralatan medis, dan sistem utilitas) yang terkini dan dilaksanakan
sepenuhnya serta dievaluasi secara periodic
- Puskesmas membuat surat tugas kepada seorang staf atau lebih
untuk melaksanakan Program pengawasan dan pengarahan berdasarkan
kompetensi, pengalaman atau pelatihan dengan indikator:
- Terdapat program untuk memonitor semua aspek dari program manajemen
risiko fasilitas/ lingkungan
- Data monitoring tersebut digunakan untuk mengembangkan/meningkatkan
program.
4. BAHAN BERBAHAYA
1. Puskesmas mengidentifikasi dan mempunyai daftar terbaru limbah
berbahaya
2. Membuat rencana kegiatan penanganan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya serta tata cara pembuangannya
3. Menyusun rencana sistem pelaporanan dan investigasi dari tumpahan,
paparan (exposure) dan insiden lainnya
4. Menyusun dan menetapkan rencana untuk penanganan limbah yang benar di
dalam Puskesmas dan pembuangan limbah berbahaya secara aman dan
sesuai ketentuan hukum
5. Menyusun dan menetapkan rencana untuk alat dan perlindungan yang benar
dalam penggunaan, ada tumpahan dan paparan
6. Menyusun dan menetapkan rencana untuk mendokumentasikan persyaratan
(izin, lisensi, ketentuan persyaratan lainnya)
7. Menyusun dan menetapkan rencana pemasangan label pada bahan dan
limbah berbahaya
8. Puskesmas melakukan survey dan didokumentasikan bila menggunakan jasa
independen
6. PENGAMANAN KEBAKARAN
1. Puskesmas merencanakan program untuk memastikan seluruh penghuni
puskesmas aman dari kebakaran dan asap
a. Program pengurangan risiko kebakaran
b. Program assesmen risiko kebakaran saat ada pembangunan di atau
berdekatan dengan fasiitas
c. Program deteksi dini kebakaran dan asap
d. Program meredakan kebakaran dan pengendalian asap
e. Program evakuasi bila terjadi kedaruratan akibat kebakaran
2. Program diaksanakan secara terus-menerus dan komprehensif
a. Puskesmas membuat sistem deteksi kebakaran dan pemadaman
b. Puskesmas melatih staf untuk berpartisipasi daam perencanaan
pengamanan kebakaran
c. Semua staf berpartisipasi sekurang-kurangnya setahun sekali dalam
rencana pengamanan dan asap
d. Staf dapat memperagakan cara membawa pasien ke tempat aman
e. Puskesmas memeriksa, menguji coba, dan memelihara peralatan.
3. Puskesmas membuat kebijakan untuk pelarangan merokok berlaku bagi
pasien, keluarga, pengunjung, dan staf.
7. PERALATAN MEDIS
1. Puskesmas membuat rencana pengelolaan peralatan medis
a. Puskesmas mengumpulkan hasil monitoring dan di dokumentasikan
untuk program manajemen peralatan medis
b. Hasil monitoring digunakan untuk keperluan perencanaan dan perbaikan
2. Puskesmas membuat daftar inventaris alat medis
3. Puskesmas melakukan insfeksi secara teratur
4. Puskesmas melakukan uji coba peralatan medis sesuai rekomendasi pabrik
5. Puskesmas membuat program pemeliharaan preventif
6. Puskesmas menunjuk tenaga yang kompeten untuk memberikan pelayanan ini
C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan
Perencanaan pelaksana pelayanan lingkungan di puskesmas Kampus
Palembang yaitu untuk menentukan kegiatan dan menyusun jadwal kegiatan
2. Pelaksana
Pelaksana merupakan upaya yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
kegiatan. Mekanisme pelaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
sebagai mana di jelaskan di lingkup kegiatan di atas
3. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian dan pelaksanaan program Manajemen fasilitas dan keselamatan di
Puskesmas Monitoring dapat dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan baik
dalam gedung maupun di luar gedung. Mekanisme monitoring dapat dilakukan
dengan cara melakukan pelaporan pelaksanaan dan pencapaian program
Manajemen fasilitas dan keselamatan di Puskesmas,yang di sampaikan oleh
pengelola program Manajemen fasilitas dan keselamatan di Puskesmas Kepada
Kepala Puskesmas setiap bulannya (secara langsung ataupun melalui mini
lokarya bulanan Puskesmas)
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun untuk menilai proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan Manajemen fasilitas dan keselamatan di Puskesmas.
Evaluasi di lakukan dengan mengunakan indikator kinerja program Manajemen
fasilitas dan keselamatan Puskesmas Kampus Palembang
5. Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan pelayanan Manajemen fasilitas dan
keselamatan setiap bulan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang
Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pelayanan Manajemen fasilitas dan
keselamatan di Puskesmas Kampus Palembang tercatat dalam laporan
Puskesmas
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian Surveilens
Surveilens adalah suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan
atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya
penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk puskesmas tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien berobat ke puskesmas apabila tanda-
tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai berobat, maka perlu
diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme saat berobat ke puskesmas atau mikroorganisme
penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
puskesmas
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.
1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang
sudah ada pada waktu berobat ke puskesmas.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,
sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :
1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender, luka
terbuka ) yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan
zat non infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:
1. Puskesmas merupakan tempat berkumpulnya orang sakit, sehingga jumlah dan
jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
tertular.
3. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
4. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien, petugas Manajemen
fasilitas dan keselamatan yang dapat menularkan kuman pathogen.
5. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan
kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan
dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model
manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang
akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen
mutu pelayanan kesehatan. Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan :
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang
semuanya mengacu pada upaya peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya. Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting.
Definisikan secara operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf
mengetahui bahwa hal yang diidentifikasi merupakan masalah? Bagaimana staf
mengetahui bahwa masalah sudah terpecahkan, dengan cara menentukan
kriteria keberhasilan pemecahan masalah. Langkah
2. Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek. Tentukan di
mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.
3. Tentukan sebab masalah yang pokok Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan
masalah dan keterkaitannya dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes
hipotesis tentang sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut.
Kumpulkan data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor
penyebab yang paling dominan.
4. Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
5. Pilih solusi yang dapat dilaksanakan. Analisalah cara-cara pemecahan masalah
yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan
masalah, biaya yang diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya,
atau kriteria lainnya.
6. Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA Ada empat
langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:
a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan
tujuan dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan siapa,
apa, dimana, dan bagaimana solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini,
diperlukan penjelasan tentang berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang
kemungkinan adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini
harus sudah diputuskan tentang data yang harus dikumulkan untuk
memantau keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi. Amati bagamana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang
segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap
masalah atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus diartikan
sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan. d. Bertindak (ACTION) :
Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang diperoleh dari
tindakan yang sudah diambil : Lanjutkan proses solusi, atau hentikan, atau
ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan melakukan modifikasi.
BAB VIII
PENUTUP