Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS DAN

KESELAMATAN
No.
: 445/ /KAMPUS/2019
Dokumen
No. Revisi : 00
PDM
Tanggal
: Oktober 2019
Terbit
Halaman : 25
dr. Yuliarni, M.Kes
PUSKESMAS
Nip.1970040220021220
KAMPUS
02

DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG


PUSKESMAS KAMPUS
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan HidayahNya, kami dapat menyelesaikan Pedoman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Pedoman ini kami susun salah satu upaya untuk memberikan acuan
dan kemudahan dalam pelaksanaan persiapan Akreditasi baik oleh pendamping maupun
pelaksana Akreditasi. Akreditasi mempersyaratkan adanya Pedoman pelaksanaan seluruh
kegiatan pelayanan melalui dokumentasi dan penulusuran, karena pada prinsip Akreditasi
seluruh kegiatan harus tertulis dan apa yang tertulis harus dikerjakan dengan sesuai.
Pedoman ini berisi contoh-contoh dokumen yang dapat digunakan dalam menyusun
dokumen Akreditasi. Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan
terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses menyusunan
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................


A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Tujuan Pedoman ............................................................................................
C. Sasaran Pedoman ..........................................................................................
D. Ruang Lingkup Pedoman ...............................................................................
E. Batasan Operasional .......................................................................................

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................................
B. Disribusi Ketenagaan ......................................................................................
C. Jadwal Kegiatan .............................................................................................

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang ..................................................................................................
B. Standar Fasilitas .............................................................................................

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN


A. Lingkup Kegiatan ............................................................................................
B. Metode ............................................................................................................
C. Langkah Kegiatan ...........................................................................................

BAB V LOGISTIK .....................................................................................................

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM .................................

BAB VII KESELAMATAN KERJA .............................................................................

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................................

BAB IX PENUTUP ....................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan perencanaan,
pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan lingkungan fisik
Puskesmas, kesehatan dan keselamatan pekerja, pengelolaan bahan berbahaya,
manajemen kedaruratan dan kesiapan menghadapi bencana, sistem pengamanan
kebakaran, pemeliharaan peralatan medis, monitoring sistem utiliti/ sistem pendukung
(listrik, limbah, ventilasi, kunci), serta pendidikan dan pelatihan bagi seluruh staf tentang
peran mereka dalam menyediakan fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif.
Bertujuan menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, petugas,
dan masyarakat.
Fasyankes sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja
yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes
meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja.
Potensi bahaya biologi penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit
merupakan risiko kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja. Selain itu adanya penggunaan berbagai alat kesehatan
dan teknologi di Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
standar keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang ringan hingga
fatal.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan peningkatan upaya manajemen
fasilitas dan keselamatan Fasyankes terutama di Puskesmas Kampus dan diharapkan
penyelenggaraan MFK di Puskesmas Kampus dapat berjalan berkesinambungan sehingga
tujuan dari upaya manajemen fasilitas dan keselamatan dapat tercapai dengan baik.

B. Tujuan
1. Umum
Tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan mendukung bagi pasien,
petugas, dan masyarakat
2. Khusus
- Memberikan acuan pada Puskesmas dalam menyelenggrakan upaya
manajemen fasilitas dan keselamatan di lingkungan kerja Puskesmas
- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko di lingkungan kerja
Puskesmas Kampus
- Mencegah kecelakaan dan cedera di lingkungan kerja Puskesmas Kampus
- Memelihara kondisi aman di lingkungan kerja Puskesmas Kampus
C. Sasaran
Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi pelaksana program kegiatan upaya
manajemen fasilitas dan keselamatan di lingkungan kerja Puskesmas Kampus dan
sebagai acuan bagi lintas program dan lintas sektor.
Sasaran dari program ini adalah pasien, pengunjung, masyarakat sekitar
lingkungan Puskesmas dan seluruh pegawai Puskesmas Kampus yang berjumlah 51
orang, yang terdiri sebagai berikut :
Jumlah Staf
No Jenis Tenaga Kerja
(Orang)
1. Kepala Puskesmas 1
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1
3. Dokter Umum 3
4. Dokter Gigi 1
5. Apoteker 1
6. Bidan 14
7. Perawat 8
8. Perawat Gigi 3
9. Asisten Apoteker 2
10. Nutrisionis 2
11. Administrator Kesehatan 1
12. Sanitarian 1
13. Penyuluh Kesehatan 2
14. Fisioterapi 1
15. Tenaga Paramedis 1
16. Pranata Laboratorium 2
17. Administrasi Umum 1
18. Akutansi 1
19. Promosi Kesehatan 1
20. SPK 1
21. Petugas Kebersihan 1
22. Petugas Jaga Malam 2
Jumlah 51

D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) mencakup seluruh
ruangan di Puskesmas Kampus Palembang.

E. Batasan Operasional
Defenisi Operasional :
1. Fasyankes adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif
2. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana saat gedung, halaman dan
alat kesehatan tidak menimbulkan bahaya atau resiko bagi pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat.
Keamanan adaah proteksi/perlindungan dari kehilangan, pengerusakan dan
kerusakan, kekerasan fisik, penerapan kode-kode darurat atau akses serta
penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.

3. Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan atau jumlahnya, baik mencemarkan, merusak lingkungan hidup,
dan/ atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
4. Manajemen Emergency adalah tanggapan terhadap wabah, bencana dan
keadaan emergency direncanakan dan efektif.
5. Peralatan Puskesmas adalah peralatan yang terdiri dari alat kesehata,
perbekalan kesehatan lainnya, dan perlengkapan
6. Sistem utilitas adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Adapun sumber daya manusia sebagai tenaga kompeten dalam upaya kesehatan Ibu
Anak dalam kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana baik untuk
kegiatan klinis maupun kesehatan masyarakat meliputi :
N JENIS TENAGA KUALIFIKA KONDISI DI
O SI PUSKESM
AS
1. Dokter Umum dengan kualifikasi 1 Orang 3 orang
pendidikan S 1 kedokteran
2. Dokter Gigi dengan kualifikasi 1 Orang 1 orang
pendidikan S 1 kedokteran gigi
3. Bidan dengan kualifikasi pendidikan 1 Orang 11 orang
minimal D 1 kebidanan
4. Perawat dengan kualifikasi pendidikan 1 Orang 6 orang
minimal SPK
5. Perawat gigi dengan kualifikasi 1 Orang 2 orang
pendidikan minimal SPRG
6. Tenaga kesehatan lain yang terkait 1 Orang 3 orang
(Nutrisionis Higiene Sanitasi Psikolog)

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kampus
Standar
Kondisi di
Menurut
No Tenaga Kesehatan Puskesma
Permenkes
s Kampus
No. 75/2014
1 Dokter atau Dokter Layanan Primer 1 3
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 5 6
4 Bidan 4 11
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2 2
6. Tenaga Manajemen fasilitas dan 1 1
keselamatan
7. Ahli Teknologi laboratorium medik 1 2
8. Tenaga Gizi 1 2
9. Tenaga Kefarmasian 1 2
10. Tenaga Administrasi 3 2
11. Pekarya 2 1

C. Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN 2019 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pengusulan dan
pembentuk
kepanitiaan K3
2. Pelatihan internal
dan eksternal
Panitia K3
3. Mengadakan rapat
rutiN mingguan
panitian K3
4. Pemilihan dan
pembuatan
program K3
5. Sosialisasi
pelaksanaan
program K3
16. Laporan tahunan
Kegiatan K3
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

WC GAZEBO
RUANG RUANG RUANG GIGI RUANG
KIA & ANAK IVA
REKAM KB G
MEDIS APOTEK R
RUANG TU & KEUANGAN
PROM I
KES Ruang WC Y
LABORA DAPUR
tunggu A
LANSIA TORIUM
Ruang FISIOTERAPI
IMUNISASI
tunggu S
BP
Ruang Periksa
E
UMUM H
&
TINDAK PENDAFTARAN A
RUANG TB
AN T
GEDUNG UTAMA
TANAMAN HERBAL

BP
B. Standar
UMUM Fasilitas
&
TINDAK
AN
Di Puskesmas Kampus ada 2 bangunan utama, yang pertama adalah ruangan untuk
pelayanan rawat jalan yang terdiri dari pelayanan umum, pelayanan lansia, pelayanan
tindakan dan gawat darurat, pelayanan KIA KB, Pelayanan MTBS dan Imunisasi,
Pelayanan Promkes, gizi, dan kesling, pelayanan pendaftran dan rekam medik serta pusat
informasi dan pengaduan. Puskesmas Kampus juga dilengkapi dengan pelayanan
penunjang seperti pelayanan obat dan Laboratorium. Yang kedua adalah ruangan Griya
sehat yang terdiri dari pelayanan Akupresure,Masage,Akupuntur dan pengobatan herbal.
Pelayanan umum merupakan ruangan dengan 1 meja pemeriksaan dokter. Ruangan
ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas setelah meiakukan tindakan
kepada pasien. Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai saiah
satu client dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk
memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas, sedangkan ruang tindakan
berada dalam ruangan yang sama, krn keterbatasan ruangan. Disamping Pelayanan
Umum adalah pelayanan Lansia.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang MTBS/Immunisasi, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,
pemeriksaan calon pengantin serta pemberian immunisasi pada balita. Ruangan KIA
memiiiki meja administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi utk pemeriksaan IVA,
wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung sisiem informasi
puskesmas.
Ruang peiayanan Gigi dilengkapi dengan peralatan yang sudah memadai seperti
dental unit, almari alat dan meja administrasi. Ruang pemeriksaan dan tindakan gigi dibuat
terpisah dengan tujuan memberi kenyamanan bagi anak anak, mengurangi rasa takut
dengan peralatan medis.
Ruang Konsultasi Gizi, sanitasi dan promosi kesehatan masing-masing berada dalam
satu ruangan karena keterbatasan ruangan. Ruangan dilengkapi dengan meja, komputer,
lemari yang berisi dokumen dan sarana penyuluhan food model, sehingga dapat
menunjang upaya konsultasi dengan nyaman.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. KEPEMIMIPINAN DAN PERENCANAAN
- Puskemas menyusun SK dan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
lainnya yang berlaku terhadap fasilitas puskesmas.
- Puskesmas membuat rencana tertulis (mencakup keselamatan dan
keamanan, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan dan
kebakaran, peralatan medis, dan sistem utilitas) yang terkini dan dilaksanakan
sepenuhnya serta dievaluasi secara periodic
- Puskesmas membuat surat tugas kepada seorang staf atau lebih
untuk melaksanakan Program pengawasan dan pengarahan berdasarkan
kompetensi, pengalaman atau pelatihan dengan indikator:
- Terdapat program untuk memonitor semua aspek dari program manajemen
risiko fasilitas/ lingkungan
- Data monitoring tersebut digunakan untuk mengembangkan/meningkatkan
program.

2. KESELAMATAN DAN KEAMANAN


1. Puskesmas membuat program dan melaksanakan program keselamatan dan
keamanan fasilitas fisik termasuk memonitor dan mengamankan area yang
diidentifikasi sebagai berisiko.
a. Puskesmas mempunyai dokumentasi hasil pemeriksaan fasilitas fisik yang
terkini dan akurat
b. Puskesmas mempunyai rencana mengurangi resiko yang nyata
berdasarkan pemeriksaan tersebut
c. Puskesmas memperihatkan kemajuan dalam melaksanakan rencananya
2. Area yang berisiko dimonitor dan dijaga agar pasien, keluarga, staf dan
pengunjung terjaga keselamatan dan keamanannya
a. Puskesmas menyusun rencana dan anggaran yang memenuhi peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain.
b. Puskesmas menyusun rencana dan anggaran untuk meningkatkan atau
mengganti sistem, bangunan, atau komponen yang diperlukan agar
fasilitas tetap dapat beroperasi secara aman dan efektif
3. Pelaksanaan program dilakukan secara efektif dan efesien untuk
mencegah cidera dan mempertahankan kondisi aman bagi pasien,
keluarga, staff dan pengunjung
4. Bila ada pihak independen dalam pelaksanaannya maka dilakukan survey
untuk memastikan keselamatan pasien
5. Puskesmas memiliki data/dokumen yang nyata atas kondisi fisik bangunan
Puskesmas saat ini
6. Puskesmas mendokumentasikan rencana tindak lanjut dari hasil kondisi
saatini
7. Puskesmas mendokumentasikan kegiatan tindak lanjut tersebut untuk
mengetahui kemajuannya

3. KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEKERJA


1. Puskesmas melakukan penerapan kewaspadaan standar dalam semua
kegiatan pelayanan
2. Petugas melakukan penerapan prinsip ergonomi;
3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala;
4. Puskesmas melakukan pemberian imunisasi bagi SDM Fasyankes yang
berisiko
5. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja

4. BAHAN BERBAHAYA
1. Puskesmas mengidentifikasi dan mempunyai daftar terbaru limbah
berbahaya
2. Membuat rencana kegiatan penanganan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya serta tata cara pembuangannya
3. Menyusun rencana sistem pelaporanan dan investigasi dari tumpahan,
paparan (exposure) dan insiden lainnya
4. Menyusun dan menetapkan rencana untuk penanganan limbah yang benar di
dalam Puskesmas dan pembuangan limbah berbahaya secara aman dan
sesuai ketentuan hukum
5. Menyusun dan menetapkan rencana untuk alat dan perlindungan yang benar
dalam penggunaan, ada tumpahan dan paparan
6. Menyusun dan menetapkan rencana untuk mendokumentasikan persyaratan
(izin, lisensi, ketentuan persyaratan lainnya)
7. Menyusun dan menetapkan rencana pemasangan label pada bahan dan
limbah berbahaya
8. Puskesmas melakukan survey dan didokumentasikan bila menggunakan jasa
independen

5. KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA


1. Puskesmas mengidentifikasi bencana internal dan eksternal yang besar,
seperti keadaan darurat di masyarakat, wabah dan bencana alam atau
bencana lainnya serta kejadian wabah besar yang menyebabkan terjadinya
risiko yang signifikan.
d. Seluruh rencana di uji coba secara tahunan atau sekurang-kurangnya
elemen kritis:
1) Strategi komunikasi pada kejadian
2) Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber
daya aternatif
3) Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif
tempat pelayanan.
4) Identifikasi dan penugasan peran dan tanggungjawab staff pada waktu
kejadian
5) Proses untuk mengelola keadaan darurat/ kedaruratan bila terjadi
pertentangan antara tanggung jawab staf secara pribadi dengan
tanggung jawab Puskesmas dalam hal penugasan staf untuk
pelayanan pasien.
e. Dilakukan tanya jawab pada setiap akhir uji coba
2. Puskesmas merencanakan untuk menanggapi kemungkinan terjadinya
bencana

6. PENGAMANAN KEBAKARAN
1. Puskesmas merencanakan program untuk memastikan seluruh penghuni
puskesmas aman dari kebakaran dan asap
a. Program pengurangan risiko kebakaran
b. Program assesmen risiko kebakaran saat ada pembangunan di atau
berdekatan dengan fasiitas
c. Program deteksi dini kebakaran dan asap
d. Program meredakan kebakaran dan pengendalian asap
e. Program evakuasi bila terjadi kedaruratan akibat kebakaran
2. Program diaksanakan secara terus-menerus dan komprehensif
a. Puskesmas membuat sistem deteksi kebakaran dan pemadaman
b. Puskesmas melatih staf untuk berpartisipasi daam perencanaan
pengamanan kebakaran
c. Semua staf berpartisipasi sekurang-kurangnya setahun sekali dalam
rencana pengamanan dan asap
d. Staf dapat memperagakan cara membawa pasien ke tempat aman
e. Puskesmas memeriksa, menguji coba, dan memelihara peralatan.
3. Puskesmas membuat kebijakan untuk pelarangan merokok berlaku bagi
pasien, keluarga, pengunjung, dan staf.

7. PERALATAN MEDIS
1. Puskesmas membuat rencana pengelolaan peralatan medis
a. Puskesmas mengumpulkan hasil monitoring dan di dokumentasikan
untuk program manajemen peralatan medis
b. Hasil monitoring digunakan untuk keperluan perencanaan dan perbaikan
2. Puskesmas membuat daftar inventaris alat medis
3. Puskesmas melakukan insfeksi secara teratur
4. Puskesmas melakukan uji coba peralatan medis sesuai rekomendasi pabrik
5. Puskesmas membuat program pemeliharaan preventif
6. Puskesmas menunjuk tenaga yang kompeten untuk memberikan pelayanan ini

8. SISTEM UTILITI (SISTEM PENDUKUNG)


1. Puskesmas memastikan kebutuhan air minum selalu tersedia.
a. Puskesmas mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi air minum terkontaminasi atau terganggu
b. Puskesmas mengurangi risiko bila hal itu terjadi
c. Puskesmas merencanakan sumber air minum alternatif dalam keadaan
darurat
2. Puskesmas memastikan kebutuhan listrik selalu tersedia.
a. Puskesmas mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik
b. Puskesmas mengurangi risiko bila hal itu terjadi
c. Puskesmas merencanakan sumber listrik alternatif dalam keadaan
darurat

9. SISTE MUTILITI /SISTEM PENDUKUNG (LISTRIK, LIMBAH, VENTILASI,


KUNCI)
1. Puskesmas mendokumentasikan hasil identifikasi sistem listrik, gas medis,
limbah, ventilasi dan kunci
2. Puskesmas mendokumentasikan perencanaan pemeliharaan sistem listrik, gas
medis, limbah dan kunci secara periodik
3. Utiliti tersebut dimonitor dan didokumentasikan hasilnya sebagai tindak lanjut
dan peningkatan

10. PENDIDIKAN STAF


1. Puskesmas merencanakan pelatihan bagi staf yang sudah ditunjuk dalam hal
mengoperasikan peralatan medis dan sistem utiliti, menghadapi bencana,
kebakaran, penanganan limbah, gas medis, emergensi air dan listrik.
2. Puskesmas melakukan self assesmen terhadap peran emergensi utiliti dengan
menanyakan, memperagakan, dan hasilnya didokumentasikan untuk
peningkatan.
B. Metode
Metode pelayanan Manajemen fasilitas dan keselamatan yang dilakukan di
Puskesmas Kampus Palembang mengunakan metode penyuluhan, pendataan dan
konseling.

C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan
Perencanaan pelaksana pelayanan lingkungan di puskesmas Kampus
Palembang yaitu untuk menentukan kegiatan dan menyusun jadwal kegiatan
2. Pelaksana
Pelaksana merupakan upaya yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
kegiatan. Mekanisme pelaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
sebagai mana di jelaskan di lingkup kegiatan di atas
3. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian dan pelaksanaan program Manajemen fasilitas dan keselamatan di
Puskesmas Monitoring dapat dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan baik
dalam gedung maupun di luar gedung. Mekanisme monitoring dapat dilakukan
dengan cara melakukan pelaporan pelaksanaan dan pencapaian program
Manajemen fasilitas dan keselamatan di Puskesmas,yang di sampaikan oleh
pengelola program Manajemen fasilitas dan keselamatan di Puskesmas Kepada
Kepala Puskesmas setiap bulannya (secara langsung ataupun melalui mini
lokarya bulanan Puskesmas)
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun untuk menilai proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan Manajemen fasilitas dan keselamatan di Puskesmas.
Evaluasi di lakukan dengan mengunakan indikator kinerja program Manajemen
fasilitas dan keselamatan Puskesmas Kampus Palembang
5. Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan pelayanan Manajemen fasilitas dan
keselamatan setiap bulan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang
Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pelayanan Manajemen fasilitas dan
keselamatan di Puskesmas Kampus Palembang tercatat dalam laporan
Puskesmas
BAB V
LOGISTIK

Manajemen logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan mengenai


perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
pengapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujun dari manajemen logistik adalah
tersedianya setiap bahan dan setiap kebutuhan, baik mengenai jenis, jumlah maupun
kualitas yang di butuhkan secara efesien. Dengan demikan manejemen logistik dapat
dipahami sebagai proses pergerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki dan atau potensial untuk di manfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah
dengan menlai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang di butuhkan tidak
tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak tersediaan yang menganggur (idle stck)
dan berapa lama hal itu terjadi,berapa banyak bahan yang kadarluarsa atau rusak atau
tidak dapat dipakai lagi

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :


A. Perencanaan kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang di perlukan untuk periode waktu tertentu,biasanya untuk satu tahun
ada 2 cara pendekatan yang di gunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata di
gunakan dalam periode waktu yang lalu:
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. Jumlah pembelian pada periode waktu
c. Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. Membuat analisis efisien pengunaan bahan logistik,dikaitkan dengan kinerja
yang di capai
e. Membuat analisi kelancaran penyediaan bahan logistik,misalnya frekuensi
bahan yang diminta “Habis” atau tidak ada penyedian jumlah barang
menumpuk,serta penyebab terjadinya keadaan tersebut
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksanaan kegitan
pelayanan,pola penyakit dan target kinerja kerja
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan,ataupun
kebijakan dalam pengaduan (untuk obat misalnya ada formularium,utuk
pengadaan di Puskesmas)
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatika persedian awal,baik
meliputi jenis,jumlah maupun spesifikasi logistik
d. Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah penganggaran yaitu menghitung kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan pengadaan bahan logistik.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan,yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah di rencanakan.
D. Penyimpanan
Fungsi berikutnya adalah penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi
penerimaan barang. Secara garis besar yang harus di cek kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP) dan surat perintah kerja (SPK)
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP.
Barang yang di terima tersebut kemudian dibuatkan berita cara penerimaan ( BAP )
barang.Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik,yaitu biasanya tidak langsung di simpan di gudang,akan tetapi di terima
langsung kepada pengguna.Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus di atur
sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (Salaing uji secara otomatis) yang
memadai,yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan)
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi. Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya,serta mengantisifasi fluktuasi kenaikan harga beban
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap pakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Metode yang sering di gunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas
adalah denagna memperhatikan sifat barang/obat,apakah termasuk barang vital,esensial
atau normal ( ven system ). Digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast
atau slow moving.Dari perhitungan itu secara empiris,dapat di tentukan berapa besar
jumlahnya.
1. Persediaan minimal/jaenis barang pertahun
2. Persedian maksimal/jenia barang perbulan
3. Persedian pengaman
Dalam penyimpanan di kenal ada system FIFO (first in first out) khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga di baca.Mana yang mempunyai masa kadarluarsa
pendek/singkat harus di keluarkan terlebih dahulu,tidak tergantung kapan di terima di
gudang. Kebutuhan dana logistik untuk pelaksanaan pelayanan Manajemen fasilitas dan
keselamatan tersebut di rencanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan
lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

A. Pengertian Surveilens
Surveilens adalah suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan
atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya
penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk puskesmas tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien berobat ke puskesmas apabila tanda-
tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai berobat, maka perlu
diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme saat berobat ke puskesmas atau mikroorganisme
penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
puskesmas
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.
1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang
sudah ada pada waktu berobat ke puskesmas.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,
sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :
1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender, luka
terbuka ) yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan
zat non infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:
1. Puskesmas merupakan tempat berkumpulnya orang sakit, sehingga jumlah dan
jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
tertular.
3. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
4. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien, petugas Manajemen
fasilitas dan keselamatan yang dapat menularkan kuman pathogen.
5. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di Puskesmas dapat berasal dari :


a. Petugas Puskesmas.
1. Pengunjung pasien.
2. Antar pasien itu sendiri.
3. Peralatan yang dipakai dipuskesmas
b. Lingkungan.
1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.
2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa Puskesmas tempat yang aman bagi pasien dan petugas
.
1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien
dirawat diPuskesmas setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak
menderita Penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah
baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).
2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda
– tanda infeksi saluran napas.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika
memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik,
dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya,
gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan diPuskesmas, para pasien maupun
para pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik
maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
Puskesmas atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obatâ-obatan);
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;
3. Bahaya radiasi;
4. Luka bakar;
5. Syok akibat aliran listrik;
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan,
antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan
ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas/
instansi kesehatan. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3
Puskesmas perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif,
efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi
pengelola maupun karyawan Puskesmas. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang
sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut
diharapkan dapat mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan (malpraktek) serta
mengurangi penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja.
Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium seperti proses
manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi perkiraan/
peramalan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai,
menganalisa data, fakta dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program.
Fungsi berikutnya adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian
penempatan staf, pendanaan serta implemen- tasi program. Fungsi terakhir ialah fungsi
pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan
kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan
dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model
manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang
akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen
mutu pelayanan kesehatan. Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan :
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang
semuanya mengacu pada upaya peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya. Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting.
Definisikan secara operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf
mengetahui bahwa hal yang diidentifikasi merupakan masalah? Bagaimana staf
mengetahui bahwa masalah sudah terpecahkan, dengan cara menentukan
kriteria keberhasilan pemecahan masalah. Langkah
2. Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek. Tentukan di
mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.
3. Tentukan sebab masalah yang pokok Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan
masalah dan keterkaitannya dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes
hipotesis tentang sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut.
Kumpulkan data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor
penyebab yang paling dominan.
4. Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
5. Pilih solusi yang dapat dilaksanakan. Analisalah cara-cara pemecahan masalah
yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan
masalah, biaya yang diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya,
atau kriteria lainnya.
6. Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA Ada empat
langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:
a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan
tujuan dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan siapa,
apa, dimana, dan bagaimana solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini,
diperlukan penjelasan tentang berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang
kemungkinan adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini
harus sudah diputuskan tentang data yang harus dikumulkan untuk
memantau keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi. Amati bagamana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang
segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap
masalah atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus diartikan
sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan. d. Bertindak (ACTION) :
Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang diperoleh dari
tindakan yang sudah diambil : Lanjutkan proses solusi, atau hentikan, atau
ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan melakukan modifikasi.
BAB VIII
PENUTUP

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan sangat penting untuk dilaksanakan


diPuskesmas dan Puskesmas sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping
sebagai tolak ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung
dan keluarga serta lingkungan dari resiko terkena kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
standar yang sudah ditentukan.
Kegiatan manajemen fasilitas dan keselamatan harus terfokus pada :
1. Keselamatan dan keamanan
2. Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya
3. Penanggulangan bencana
4. Sistem proteksi kebakaran
5. Peralatan medis
6. Sistem utilitas / penunjang

Anda mungkin juga menyukai