Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

SOSIOLOGI
(PERUBAHAN SOSIAL, KEBUDAYAAN, DAN KONFLIK)

Disusun oleh :

1. ZINNURAINI AULIA

2. HERA ISTANA NURAINI

3. WIDIYANA

4. IKROMAL ASRI

MADRASAH ALIYAH NW DASAN BARU KORLEKO SELATAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok.
Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan
dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah
susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa
masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana
mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat
penelitian perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya
dasar penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih
dahulu.
Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur dunia, negara yang bagian
pulau-pulaunya termasuk dalam garis khatulistiwa berbatasan dengan dua benua dan juga dua
samudra dikatakan oleh dunia sebagai tempat yang strategis untuk melakukan kegiatan agraris dan
maritim sehingga tumbuhan-tumbuhan yang dapat memakmurkan dapattumbuh subur disana.
Karena terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki beragamcorak kebudayaan yang dimiliki
oleh para penduduknya mulai dari bagia timur sampai dengan bagian barat. Beragam kebudayaan
tersebut semakin bercorak lagi dengan kedatangan para pedagang-pedagang asing yang datang
dari Asia dan Eropa, adanya kemungkinan perubahan sosial dapat terjadi di Indonesia, baik secara
paksa ataupun kebudayaan tersebut dapat diterima oleh masyarakat.
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosila budaya di
masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memrlukan beberapa
konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat
dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik
sosial (social dynamic).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Perubahan Sosial, Kebudayaan dan Konflik ?
2. Apa saja teori dan tipe perubahan sosial?
3. Apa saja bentuk-bentuk konflik?
4. Apa faktor terjadinya perubahan sosial dan konflik serta cara untuk mengatasi permasalahannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengertahui serta memahami pengertian dari Perubahan Sosial, Kebudayaan san Konflik.
2. Untuk mengetahui teori dan tipe perubahan sosial
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik
4. Untuk mengetahui faktor terjadinya perubahan sosial dan konflik serta cara untuk mengatasi
permasalahannya.

BAB II
PEMBAHASAN
PERUBAHAN SOSIAL, KEBUDAYAAN DAN KONFLIK

2.1 PERUBAHAN SOSIAL


1. Pengertian Perubahan sosial
Proses perubahan sosial merupakan suatu proses yang bermula sejak manusia hidup
bermasyarakat. Proses itu tidak pernah berhenti sampai kapanpun, karena manusia selalu
menciptakan hal-hal baru dalam hidupnya. Secara umum perubahan sosial merupakan perubahan
dalam segi struktur sosial dengan hubungan sosial. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa ahli
mendefinisikan perubahan sosial :
a. Prof. Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan
didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya.
b. Kingsley Davis
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat.
c. Samuel Koenig
Perubahan sosial dalam masyarakat menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam
pola-pola kehidupan masyarakat karena sebab-sebab intern dan ekstern
d. Gillin dan Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima yang disebabkan
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi
maupun oleh adanya difusi atau pun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

e. Robert M. Z.Lawang
Perubahan sosial adalah proses ketika dalam suatu sistem sosial terdapat perbedaan-perbedaan
yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu.

2. Teori-teori Perubahan Sosial


Berikut adalah beberapa teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial :
a. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup
panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
perubahan yang diinginkan. Ada beberapa macam kategori tentang teori evolusi yaitu sebagai
berikut.
1) Unilinier Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai
dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan
akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain adalah Auguste Comte dan Herbert spencer.
2) Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembanganmasyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu
yang tetap.Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert
Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok
yang homogeny menjadi kelompok heterogen.
3) Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitianterhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam
evolusi masyarakat.Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem pencaharian dari
sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari teori evolusi yang
perlu mendapatkan perhatian, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian
tahapan seringkali tidak cermat.
2) Urutan-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada beberapa
kelompok yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya,
dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok yang justru berjalan mundur,
tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.
3) Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika
masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya .pandangan seperti ini
perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini
berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir. Padahal perubahan
merupakan sesuatu yang bersifat terus-menerus sepanjang manusia melakukan interaksi dan
sosialisasi.
b. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara
kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara
materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik
sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan
perubahan sosial.Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik
tersebut.Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga mengikutinya.Dua
tokoh yang pemikirannya menjai pedoman dalam teori ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan teori konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut.
1) Setiap masyarakat terus-menerus berubah
2) Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat
3) Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik
4) Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu dengan golongan
yang lainnya.
c. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag atau kesenjangan budaya. Konsep
ini mendukung teori fungsionalis untuk menjelaskan perubahan sosial tidak lepas dari hubungan
antara unsure-unsur kebudayaan dalam masyarakat.Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan
bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsure yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut.Maka yang terjadi adalah ketertinggalan unsure yang berubah
secara perlahan tersebut.Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan budaya/sosial.
Para penganut teori ini lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan
tidak memerlukan penjelasan.Perubahan yang dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan
keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah
diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu
bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional
atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokog dari teori ini adalah Willian Ogburn.
Secara lebih ringkas, pandangan teori ini adalah sebagai berikut.
1) Setiap masyarakat akan relative lebih stabil
2) Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat
3) Setiap masyarakat biasanya relative terintegrasi
4) Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (consensus) dikalangan anggota
kelompok masyarakat.
d. Teori Siklus (Cyclical Theory)
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikehendaki
sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun.Karena dalm setiap masyarakat terdapat perputaran
atau siklus yang harus diikuti.Menurut teori ini kebangkitan dan kemuduran suatu kebudayaan
atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.

3. Tipe-tipe Perubahan Sosial


a. Perubahan Lambat (evolusi) dan Perubahan Cepat (revolusi)
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama dan rentan-rentan perubahan kecil yang
saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi.Pada evolusi perubahan terjadi dengan
sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-
kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.Rentetan perubahan-perubahan
tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa didalam sejarah masyarakat yang
bersangkutan.Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, yang pada umumnya dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut.
1) Unilinear theories of evolution
Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk
kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari
bentuk yang sederhan, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna.
Pelopor-pelopor teori tersebut antara lain August Comte, Herbert Spencer, dan lain-lain.
2) Universal theory of evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap.Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara
lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogeny ke
kelompok yang heterogen, baik sifatnya maupun susunannya.
3) Multilined theories of evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan
tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya mengadakan penelitian perihal pengaruh sistem
kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusan.
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan
menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga
kemasyarakatan) lazimnya dinamakan “revolusi”.Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya
perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat.Didalam revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan
terlebih dahulu atau tanpa rencana.Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi,
sebenarnya bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang laman.
b. Perubahan kecil dan Perubahaan Besar
Perubahan- perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan
mode pakaian, misalnya tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sebaliknya, proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris merupakan
perubahan sosial yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat, Berbagai lembaga
kemasyarakatan akan ikut terpengaruh misalnya, hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan
kekeluargaan, sratifikasi masyarakat, dan seterusnya.
c. Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang Direncanakan (Planned-
Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehandaki (Unintended-Change) atau Perubahan yang
Tidak Direncanakan (Unplanned-Change)
Perubahan yang di kehendaki atau di rencanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau
yang telah di rencanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di
dalam masyarakat.Pihak-pihak yang menghendaki perubahan di namakan agent of change yaitu
seorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakar sebagai pemimpin satu
atau lebih lembaga-lembaga masyarakat.Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
teratur dan di rencanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau
dinamakan pula perencanaan sosial (social planning).
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi tanpa di kehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat
dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.Apabila
perubahan yang tidak dikehendaki berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang
dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap
perubahan-perubahan yang dikehendaki.

4. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial


a. Stratifikasi
Stratifikasi adalah pengelompokan masyarakat kedalam kelas-kelas tertentu secara vertical
berdasarkan penghasilan (kekayaan), pekerjaan, pendidikan dan keturunan.Dengan adanya
pengelompokan seperti itu biasanya masyarakan mengalami perubahan-perubahan dikelas-
kelasnya tersebut.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses yang memungkinkan pertukaran pikiran serta proses yang
menyebabkan seseorang memberikan tafsiran tentang perilaku pihak lain mengenai hal-hal apa
yang ingin disampaikan pihak itu dan orang yang bersangkutan member reaksi terhadap hal-hal
yang ingin disampaikan. Dengan masyarakat yang selalu berkomunikasi bararti mereka dapat
bertukar pikiran satu sama lain yang bisa saja dari pemikiran tersebut dapat menciptakan hal-hal
baru yang memungkinkan bisa terjadinya suatu perubahan.
c. Virus N-Ach (Need Achivment)
Merupakan hasrat atau keingin untuk lebih berprestasi dan ingin dihargai.Dengan begitu
keinginan tersebut dapat dijadikan motivasi untuk melakukan perubahan dalam hidupnya dan
dalam lingkungan sosial.
d. 1) Intern : a) perubahan jumlah penduduk
b) konflik
c) inovasi atau penemuan baru
2) Ekstern :a) pengaruh kebudayaan lain
b) pengaruh peperangan
c) pengaruh lingkungan alam yang berubah
5. Proses Perubahan Sosial
a. Difusi
Adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan,
hasil-hasil kebudayaan, dan sebagainya dari individu ke individu lain, dari suaru golongan ke
golongan lain dalam suatu masyarakat atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Ada dua
macam difusi dalam masyarakat, yakni :
1) Difusi intramasyarakat, adalah difusi unsure kebudayaan antar individu atau golongan dalam suatu
masyarakat.
2) Difusi antarmasyarakat, adalah difusi unsure kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Masuknya unsur-unsur baru kedalam masyarakat melalui difusi dapat dilakukan dengan cara
berikut.
1) Perembesan damai (penetration passifique), adalah masuknya unsur baru ke dalam suatu
masyarakat tanpa menggunakan kekerasan dan paksaan. Contoh pengenalan internet sebagai alat
komunikasi dan informasi yang disambut dengan baik oleh masyarakat.
2) Perembesan dengan kekerasan (penetration violente), adalah masuknya unsur-unsur baru ke
dalam suatu masyarakat yang diwarnai dengan penggunaan kekerasan dan paksaan, sehingga
merusak kebudayaan masyarakat penerima. Contoh, penaklukan bangsa lain melalui penjajahan.
3) Simbiotik, adalah proses masuknya unsur-unsur kebudayaan ke atau dalam masyarakat yang
hidup berdampingan. Ada tiga macam proses simbiotik, yakni :
a) Mutualistik adalah simbiotik yang saling menguntungkan.
b) Komensalistik adalah simbiotik dimana satu pihak merasa diuntungkan dan pihak lain merasa
tidak diuntungkan, namun juga tidak dirugikan.
c) Parasitistik adalah simbiotik dimana satu pihak mendapatkan keuntungan dan pihak lain menderita
kerugian.

b. Akulturasi
Akulturasi dapat diartikan sebagai proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
tanpa menghilangkan sifat khas kepribadian budaya sendiri.
c. Asimilasi
Merupakan proses interaksi antar dua kebudayaan atau lebih yang berlangsung secara intensif
dalam waktu yang relative lama sehingga masing-masing kebudayaan tersebut benar-benar
berubah dalam wujudnya yang baru yang berbeda dengan wujud aslinya. Berikut beberapa factor
pendorong proses asimilasi, yaitu :
1) Adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda
2) Adanya kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
3) Adanya sikap menghargai terhadap hadirnya orang asing dan kebudayaan yang dibawa
4) Adanya sikap terbuka dari golongan berkuasa
5) Adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama
6) Terjadinya perkawinan campuran
7) Adanya musuh bersama diluar.
Faktor-faktor yang dapat menghambat proses asimilasi, antara lain :
1) Letak geografis yang terisolasi
2) Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain
3) Adanya ketakutan terhadap budaya lain
4) Adanya sikap superior yang menilai tinggi kebudayaan sendiri
5) Perasaan in-group yang kuat
6) Adanya perbedaan kepentingan.

d. Akomodasi
Merupakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang seimbang, baik
antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok
dengan kelompok sehingga terjadi saling pengertian, saling pemahaman, dan saling penghormatan
terhadap keberadaan sistem niali dan sistem norma yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
yang bersangkutan
Tujuan dari akomodasi antara lain :
1) Mengurangi perbedaan dan pertentangan
2) Mencegah terjadinya bentrokan
3) Menciptakan iklim yang memungkinkan terjadinya kerja sama
4) Mengusahakan terjadinya asimilasi sehingga kehidupan masyarakat akan semakin stabil.
6. Faktor yang Memengaruhi Jalannya Proses Perubahan Sosial
a. Faktor yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan Sosial
1) Kontak dengan kebudayaan masyarakat lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusi. Dengan proses tersebut, manusia
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi,
suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada
masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikamati kegunaannya. Proses tersebut
merupakan pendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan masyarakat
manusia.1[1]Memiliki sikap terbuka terhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju
Sikap menghargai ornag lain dan memiliki keinginan untuk maju merupakan salah satu
pendorong bagi sebuah perubahan-perubahan. Pemberian hadiah, penghargaan dan yang
sejenisnya merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok lainnya
untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.
2) Sistem pendidikan formal yang maju
Sistem pendidikan yang baik dan didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel, akan
mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Pendidikan formal akan dapat
membekali siswa kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan zamannya atau tidak.
3) Sikap berorientasi ke masa depan
Adanya prinsip bahwa bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa depan, menjadikan
manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis yaitu perasaan yang selalu percaya akan
memperoleh hasil yang lebih baik. Adanya jiwa dan sikap optimistis, serta keinginan yang kuat
untuk maju itu pula sehingga proses-proses perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat dapat
tetap berlangsung.
4) Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification)
Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luad dan
memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasarkan kemampuannya.
5) Adanya komposisi penduduk yang heterogen

1[1]Ralph Linton, The Study of Man, (New York : Appleton Century Crofts Inc, 1936
Kehidupan masyarakat yang heterogen akan lebih mempermudah terjadi pertentangan-
pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merrupakan salah satu
pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
6) Nilai bahwa manusia harus memperbaiki hidupnya
Adanya nilai-nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu juga menyebabkan kehidupan
manusia menjadi dinamik dan adanya dinamisasi kehidupan inilah maka perubahan-perubahan
sosia; budaya dapat berlangsung.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
Munculnya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu dapat mengakibatkan
terjadinya demo atau protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan dan
revolusi sehingga dapat mendorong terjadinya perubagan-perubahan sosial budaya.
Selain beberapa faktor diatas terjadinya perubahan sosial dapat pula didorong atau dipercepat
karena adanya faktor intern ( dari masyarakat yang mengalami perubahan), antara lain adalah :
1) Adanya sikap masyarakat yang selalu tebuka terhadap setiap perubahan
2) Berkembangnya pola pemikiran yang positif terhadap hal-hal yang baru
3) Adanya sikap masyarakat yang selalu menyukai sesuatu yang baru
4) Adanya pengalaman yang luas dari masyarakat yang bersangkutan
b. Faktor yang Menghambat Jalannya Proses Perubahan Sosial
1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat
Apabila di dalam suatu masyarakat terjadi kelambanan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologinya, maka akan menyebabkan terhambatnya laju perubahan-perubahan
sosial budaya pada masyarakat yang bersangkutan.
2) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor yang
dapat menghambat atau menghalangi proses perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat
sebab masyarakat tersebut tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi
pada masyarakat lain.
3) Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi kebudayaan
Salah satu faktor penyebab terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya adalah adanya
kekhawatiran di kalangan masyarakat akan terjadinya kegoyahan seandainya terjadi integrasi
diantara berbagai unsur kebudayaan.
4) Adat dan kebiasaan
Apabila dalam masyarakat tersebut muncul nilai (budaya) serta kebiasaan-kebiasaan baru yang
akan menggeser kebiasaan-kebiasaan lama, apalagi sampai menggeser kebiasaan yang selama ini
telah menjadi pedoman serta aturan yang dipegang teguh secara turun-temurun, maka nilai serta
kebiasaan-kebiasaan baru tersebut akan ditentang atau bahkan ditolak sehingga dapat menghambat
jalannya proses perubahan sosial.
5) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat
Nilai-nilai tradisional akan memunculkan sebuah kepentingan-kepentingan kolektif yang
tertanam kuat dalam diri masyarakat. Hal ini akan menghambat perubahan sosial karena pada
dasarnya suatu perubahan itu berusaha untuk meninggalkan nilai-nilai lama guna menuju pada
nilai-nilai yang baru yang lebih bermanfaat dan sesuai dengan keadaan masyarakat saat sekarang.
Oleh karena itu, seseorang yang menginginkan sebuah perubahan membuang jauh nilai
kepentingan itu.
6) Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup
Adanya pengalaman pahit yang diterima masyarakat akibat penjajahan yang tidak bisa
dilupakan berdampak pada munculnya kecurigaan dikalangan bangsa-bangsa yang pernah dijajah
itu terhadap sesuatu atau apapun yang datang dari Barat. Munculnya prasangka serta adanya sikap
menolak terhadap kebudayaan asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat bagi jalannya
proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat.
7) Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Adanya keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima setiap nasib yang diberikan Tuhan
kepada manusia dengan penuh kepasrahan menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi bersifat
pesimistis dan statis , atau bahkan fatalistik. Adanya pemahaman yang keliru tentang nasib
manusia itulah, sehingga di dalam masyarakat tidak muncul dinamisasi, yang berarti tidak ada
perubahan atau jika ada perubahan maka hal tersebut akan berjalan secara lambat.
Selain beberapa faktor diatas, dilihat dari segi intern ( dari dalam masyarakat yang mengalami
perubahan ), terjadinya proses perubahan sosial juga dapat terhambat akibat adanya faktor-faktor
berikut.
1) Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu yang baru yang
dianggap dapat berdampak negatif
2) Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan mempertahankan sesuatu hal yang
lama
3) Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang baru.

7. Dampak Perubahan Sosial


a. Dampak Positif Perubahan Sosial
1) Perubahan terhadap nilai dan sikap menuju ke arah yang lebih baik
2) Menggalakkan disiplin nasional
3) Minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan sangat besar
4) Masyarakat semakin banyak memanfaatkan teknologi dalam beraktivitas
5) Mendorong masyarakat menggunakan bahasa secara baik dan benar, serta efektif dan efisien
b. Dampak Negatif Perubahan Sosial
1) Wasternisasi (gaya hidup kebarat-baratan)
2) Konsumtif ( cenderung membeli barang padahal barang tersebut bisa dibuat sendiri)
3) Konsumerisme (hidup boros)
4) Sekulerisme (menganggap Tuhan sebagai benda atau memisahkan agama dari kehidupan)
5) Hedonis (mementingkan kesenangan semata)
6) Kriminalitas
a) Blue collar crime, yaitu kejahatan yang bisa dilakukan oleh siapapun. Seperti mencuri dan
mencopet
b) White collar crime, yaitu kejahatan yang dilakukan oleh pejabat atau petinggi daerah bahkan
negara. Sepeti korupsi.
7) Kenakalan remaja
8) Keresahan sosial atau kecemburuan sosial
9) Timbulnya konflik

2.2 KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayan
a. Pengertian Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistemagama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.2[2] Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.3[3]
b. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism. Ada beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli, antara lain :
1) Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
2) Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

2[2]Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi

3[3]Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan


Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
3) Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
4) Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

2. Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, yaitu :4[4]
a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1) alat-alat teknologi
2) sistem ekonomi
3) keluarga
4) kekuasaan politik
b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:5[5]
1) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2) organisasi ekonomi

4[4]Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op,cit., hlm. 78.

5[5]Ibid., hlm. 115, 116.


3) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga
pendidikan utama)
4) organisasi kekuatan (politik)
Adapun unsur-unsur kebudayaan secara universal yaitu:
a. System peralatan hidup dan teknologi
b. Bahasa
c. Sistem pengetahuan
d. Sistem kemasyarakatan
e. Sistem ekonomi dan sistem pencaharian
f. Sistem religi
g. Kesenian

3. Wujud dan Komponen


a. Wujud
Seorang ahli sosiologi Talcott Parsons bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber
pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide dan
konsep dari wujud kebudayaan sebagai rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang
berpola.6[6]
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.7[7]
1) Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.

6[6]Lihat karangan A.L. Kroeber dan T. Parsons, The Concept of Culture and of Social System. American
Sosiological Review, XXIII-5 (1958: hlm. 582-583).

7[7]J.J. Honigmann, The World of Man (1959: hlm. 11-12)


2) Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3) Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
b. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut
ahli antropologi Cateora, yaitu :
1) Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
2) Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3) Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan
dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan
menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada
kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu
instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita
memilik karier
4) Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem
keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan,
cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
5) Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –
tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya
memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan
yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan
bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan
buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti
Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
6) Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian
dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan
komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya
dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus
dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati
dan simpati dari orang lain.

4. Sifat Hakikat Kebudayaan


Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat mengalami tingkat perkembangan yang
berbeda-beda. Namun, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku universal bagi
semua kebudayaan di dunia ini. Sifat hakikat kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia
b. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya generasi yang bersangkutan.
c. Kebudayaan diperlakukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
d. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak, serta tindakan yang dilarang dan tindakan yang dianjurkan.

5. Fungsi dan Tujuan Kebudayaan bagi Masyarakat


Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia. Fungsi kebudayaan adalah
untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk
menentukan sikap jika akan berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan hidupnya.
Secara sederhana kebudayaan bertujuan sebagai berikut :
a. Pedoman hubungan antarmanusia atau kelompok
b. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
c. Pembimbing kehidupan manusia
d. Pembeda antara manusia dengan binatang

6. Penetrasi Kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
a. Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan
Hindu dan Islam ke Indonesia[rujukan?]. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak
mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh
kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah
bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang
sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
b. Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga
menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350
tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem
pemerintahan Indonesia.

7. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan


Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan
antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan
demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang masyarakat dan kebudayaan.
Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas , maka dengan sendirinya
perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat
dibedakan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan.8[8] Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu : kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta
aturan-aturan organisasi sosial.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas. Sebenarnya didalam kehidupan sehari-hari, acap
kali tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan daan sebaliknya
tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Dengan demikian
walaupun secara teoritis dan analitis pemisanan antara pengertian-pengertian tersebut dapat
dirumuskan, di dalam kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sukar dapat dipertahankan. Hal ini
jelas adalah perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu
kedua bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara
suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.9[9]

2.3 KONFLIK

8[8]Kingsley Davis, op.cit., hlm. 622, 623.

9[9]Selo Soemardjan, op.cit., hlm. XVIII


1. Pengertian Konflik
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia.Ketika
berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai 2 hal, yaitu konflik dan kerjasama.Dengan
demikian konfik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Konflik berasal dari kata kerja latin
configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara 2 orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatanya tidak berdaya. Konflik
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan
pertentangan. Menurut Kartono & Golo (1987), konflik diartikan ketidaksepakatan dalam satu
pendapt emosi dan tindakan dengan orang lain. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu
bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat,faham dan kepentingan diantara dua pihak atau
lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya
berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam
bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-
violent).
Menurut Robert M. Z. Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status,
kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan
tetapi juga untuk menundukkan saingan. Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau
keadaan dimana dua pihak berusaha menggalakan tercapainya tujuan masing-masing pihak. Dalam
buku sosiologi dari James W. Vander Zanden, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan
mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status, atau wilayah tempat pihak yang
saling berhadapan bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Proses sosial yang terjadi disini mulai dari usaha mempertajam perbedaan diantara individu-
individu atau kelompok-kelompok yang antara lain menyangkut ciri-ciri fisik, emosi, akhirnya
terjadi pertikaian atau pertentangan yang tujuannya adalah untuk mengalahkan pihak lawan
dengan cara ancaman atau kekerasan.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik
Menurut Soerjono Soekanto, faktor penyebab terjadinya konflik adalah :
a. Perbedaan antar individu, karena perasaan, pendirian, pendapat.
b. Bentrokan kepentingan, baik ekonomi maupun politik
c. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan
perbedaan pendirian.
Sedangkan faktor penyebab terjadinya konflik secara umum adalah :
a. Perbedaan individu
Perbedaan ini yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap individu pasti berbeda pendirian dan perasaan itu sebabnya dalam menjalani hubungan
sosial, seseorang tidak sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang dan kepribadian
Perbedaan ini membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit terpegaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia mempunyai perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan berbeda.Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat menyangkut pula bidang politik, sosial, dan
budaya.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebutdapt memicu terjadinya konflik social

3. Bentuk-Bentuk Konflik
a. Konflik menurut Dahrendoft
1) Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi) misalnya antara peranan –peranan dalam
keluarga atau profesi(konflik peran (role)).
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antarkeluarga, antargank).
3) Konflik antar satuan nasional (kompanye, perang saudara).
4) Konflik antaratau tidak antaragama
5) Konflik antar politik.
b. Konflik berdasarkan jenisnya
1) Komflik rasial merupakan konflik yang didasarkan pada perbedaann rasial yang meliputi perbedan
fisik, etika pergaulan, cara berbicara, dan cara menghormati orang lain.
2) Konflik antarsuku bangsa
a) Perbedaan bahasa daerah, misalnya bahasa jawa, sunda, balim madura, batak.
b) Perbedaan kesenian daerah, misalkan tarian daerah musik pegiring, seni lukis, dan seni ukir.
c) Perbedaan adat istiadat dalam perkawinan, upacara ritual dan hukum adat.
d) Perbedaan seni bangunan rumah, peralatan kerja di sawah dan pakaian adat.
e) Perbedaan tata susunan dan kekerabatanm mislnya patrilineal, matrilineal, dan parental.
f) Perbedaan latar belakang sejarah.
3) Konflik antaragama
Pemahaman agama yang sempit dan menganggap bahwa agama yang dianut adalah paling
benar sedangkan agama orang lain salah dapat memicu konfik antar agama.
c. Konflik berdasarkan tingkatannya
1) Konflik tingkat ideologi/gagasan adalah adanya perbedaan pemahaman ataupun cara pendang
terhadap satu hal yang bersifat mendasar antara kelompok-kelompok, golongan-golongan, atau
kelas sosial dalam masyarakat.
2) Konflik tingkat politik terjadi dalm bentuk pertentangan didalam pembagian status sosial,
kekuasaan, dan sumber-sumber ekonomi.

d. Konflik dipandang dari segi materinya


1) Konflik tujuan terjadi jika ada tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif.
2) Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tipa peranan tidak
selalu memiliki kepentingan yang sama.
3) Konflik nilai dapat muncul karenadasarnya nilai yang dimiliki individu dalam organisasi tidak
sama, sehingga konflik dapat terjadi antarindividu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
organisasi.
4) Konflik kebijakan dapat terjadi karena adanya ketidaksetujuan individu atau kelompok tehadap
perbedaan kebijakan yang dikemukakan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya.
e. Konflik berdasarkan cara pandangnya
1) Konflik positif – positif
2) Konflik negatif – negatif
3) Konflik positif – negatif

4. Sumber-sumber Konflik Sosial


a. Kebutuhan (needs)
Esensi terhadap kesejahteraan dan keberadaan manusia. Setiap individu atau kelompok
berupaya dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dan hasrat sosialnya
b. Persepsi (perceptions)
Cara pandang dan pemahaman terhadap suatu hal atau masalah, perbedaan persepsi dan
penilaian atas dasar kepercayaan atau prinsip-prinsip dasar yang dipertimbangakan sebagai hal
yang amat penting, dapat menimbulkan kesalahpahaman dan prasangka buruk. W.A. Gerungan
mengemukakan bahwa prasangka pada umumnya timbul karena hal-hal berikut :
1) Kurangnya pengetahuan dan pengertian terhadap sifat dan sikap orang lain atau kelompok lain.
2) Kepentingan perseorangan dan golongan.
3) Ketidaktahuan akan kerugian yang dialami apabila prasangka buruk dipupuk.
c. Perasaan dan Emosi (feeling and emotions)
Adalah respon yang timbul dari setiap individu atau kelompok dalam menghadapi suatu gejala
atau fenomena sosial.
d. Kekuasaan (power)
Adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan
kehendaknya. Perbedaan posisi dan hubungan kekuasaan dalam masyarakat bisa menjadi faktor
yang dapat menimbulkan konflik, begitu juga adanya perbedaan jumlah atau kuantitas masyarakat
dalam bentuk pola mayoritas-minoritas. Kekuasaan berhubungan erat dengan kebijakan, sebab
kebijakan publik pada umumnya dirumuskan dan ditetapkan oleh orang-orang yang memiliki
kekuasaan. Kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai suatu perintah atau larangan yang dibuat
oleh pemerintah.
Timbulnya konflik dari sebuah kebijakan terjadi karena adanya keinginan atau harapan dari
pihak-pihak yang merasa tidak terakomodasi dalam penentuan kebijakan tersebut. Ini dapat terjadi
karena adanya perbedaan mendasar, yaitu berupa perbedaan tujuan mereka yang terlibat dalam
suatu konflik.
e. Perbedaan kebudayaan
Pola-pola kebudayaan sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan
kepribadian setiap anggota masyarakat yang bertempat tinggal di suatu lingkungan kebudayaan.
f. Benturan kepentingan
Adanya kepentingan yang sama terhadap bidang-bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi,
dan sosial budaya cenderung menyebabkan terjadinya persaingan yang dalam prosesnya sering
berlangsung secara tidak sehat dan berakhir dalam sebuah konflik.
g. Perubahan sosial
Perubahan sosial atau perubahan struktur dan sistem sosial yang berlangsung secara cepat, pada
umumnya tidak diadaptasi atau diterima oleh seluruh anggota masyarakat karena berbagai alasan,
terutama menyangkut nilai-nilai dan norma-norma sosial yang telah tertanam dengan kuat
(terinternalisasi).
h. Masalah yang tidak terselesaikan
Persoalan yang tidak terselesaikan berpotensi menjadi sumber konflik yang berkepanjangan.
Menurut Dubois dan Miley, sumber utama terjadinya konflik di masyarakat adalah adanya
ketidakadilan sosial, adanya diskriminasi terhadap hak-hak individu dan kelompok, dan tidak
adanya penghargaan terhadap keberagamaam.

5. Dampak Terjadinya Konflik


a. Bertambah kuatnya rasa solideritas antar sesama anggota
b. Hancurnya atau rusaknya kesatuan kelompok
c. Adanya perubahan kepribadian seseorang individu
d. Hancurnya harta benda dan kormabn manusia

6. Pemecahan konflik atau bentuk pengendalian konflik


Usaha manusia untuk meredakan pertikaian konflik untuk mencapai kestabilan dinamakan
akomodasi. Berikut bentuk-bentuk akomodasi :
a. Gencatan senjata yaitu menangguhkan permusuhan dalam waktu tertentu.
b. Arbitrasi yaitu perselisihan dihentikan oleh orang ketiga dan kedua pihak menyetujuinya.
c. Ajudikasi yaitu penyelesaian suatu perkara di pengadilan.
d. Stalemate yaitu pertentangan yang berhenti dengan sendirinya karena kekeuatan yang sama.
e. Konsiliasi yaitu usaha yang mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai
perdamaian.
f. Kompromi yaitu Kedua pihak yang bertentangan berusaha mencuru penyelesaian.
g. Integrasi yaitu pendapat yang bertentangaan didiskusikan sampai mendapat keputusan yang
memuaskan semua pihak.

7. Cara mengatasi konflik


Selain dengan bentuk-bentuk akomodasi seperti yang tertera diatas, ada beberapa cara lain
untuk mengatasi konflik, yaitu :
a. Cara produktif mengatasi konflik
1) With Drawal, yaitu menunggu hasil sambil berusaha memahami situasi kira-kira mampu untuk
melangkah dan mengatasinya
2) Assertif, yaitu berusaha untuk mengatasi masalah dengan tegas dan berusaha untuk membina
hubungan dengan baik.
3) Adjusting, yaitu berusaha untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan pihak individu dan
menyetujui syarat-syarat yang diminta oleh pihak yang terlibat konflik.
b. Cara tidak produktif mengatasi konflik
1) Avoidance (menolak konflik), cara yang sering dilakukan biasanya berbentuk menghindar dan
menjauhkan diri.
2) Force (menggunakan kekuatan), cara ini biasanya dilakukan dengan mempergunakan kekuatan
fisik (seperti ancaman, teror, paksaan)
3) Blame (menyalahkan orang lain), ketidak jelasan dimana datangnya konflik karena pihak yang
terlibat konflik saling menyalakan lawannya.
4) Silentcers, berusaha membuat orang lain diam.
c. Cara lain mengatasi konflik
1) Win – win solution, cara ini dilakukan oleh pihak yang keduanya ingin menang.
2) Win – lose solution, cara ini dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik yang salah satu pihaknya
memilih untuk mengalah.
3) Lose – lose solution, cara ini dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik dengan mengambil
sikan keduanya untuk mengalah.

BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam segi struktur sosial dengan
hubungan sosial. Dimana perubahan itu tidak akan pernah berhenti karena setiap orang mempunyai
pikiran dan kegiatan yang berbeda-beda. Perubahan sosial berhubungan dengan kebudayaan dan
konflik. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan konflik adalah sebagai satu bentuk perbedaan
atau pertentangan ide, pendapat,faham dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih.
Teori tentang perubahan sosial diantaranya:
a. Teori Evolusi (Evolution Theory)
b. Teori Konflik (Conflict Theory)
c. Teori Fungsionalis (Funvtionalist Theory)
d. Teori Siklus (Functionalist Theory).
Tipe-tipe perubahan sosial yaitu perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat
(revolusi),perubahan kecil dan perubahaan besar,perubahan yang dikehendaki (intended-change)
dan perubahan yang tidak dikehandaki.
Bentuk-bentuk konflik diantaranya:
a. Konflik menurut Dahrendoft ada 4
1. Konflik dalam peran sosial
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial
3. Konflik antar satuan nasional
4. Konflik antaratau tidak antaragama
5. Konflik antar politik.
b. Konflik berdasarkan jenisnya
1. Komflik rasial
2. Konflik antarsuku bangsa
3. Konflik antaragama
c. Konflik berdasarkan tingkatannya
1. Konflik tingkat ideologi/gagasan
2. Konflik tingkat politik
d. Konflik dipandang dari segi materinya
1. Konflik tujuan
2. Konflik peranan
3. Konflik nilai
4. Konflik kebijakan
e. Konflik berdasarkan cara pandangnya
1. Konflik positif – positif
2. Konflik negatif – negatif
3. Konflik positif – negatif
Faktor penyebab terjadinya perubahan sosial, kebudayan dan konflik
a. Perubahan sosial penyebabnya yaitu stratifikasi, komunikasi, virus n-ach (need achivment),
pengaruh dari intern dan ekstern.
b. Konflik penyebabnya yaitu perbedaan individu, perbedaan latar belakang dan kepribadian,
perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat.
Untuk mengatasinya dilakukan dengan cara produktif mengatasi konflik (With Drawal, Assertif,
Adjusting), cara tidak produktif mengatasi konflik (Avoidance, Force, Blame, Silentcers), cara lain
mengatasi konflik (Win – win solution, Win – lose solution, Lose – lose solution).
Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan yaitu kedua bersangkut-paut
dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
3.2 Saran
Dengan karya tulis ini mudah-mudahan dapat bermanfaat khusunya bagi penyusun umunya
bagi semuanya. Selain itu bagi pembaca yang ingin lebih mengetahui materi silahkan untuk
mencari sumber referensi dari buku yang lain.

DAFTAR PUTAKA

Anidaldkk. 1984. Kamus Istilah Sosiologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa
Bondet, Wrahtnala. 2009. Sosiologi 3 untuk SMA dan MA Kelas XII (BSE). Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Kun, maryati. 2007. Sosiologi. Esis. Erlangga. Jakarta.
Rahman, Ade Nendang. 2009. Ekologi Politik. Bandung: Lemlit UNPAS
Soekarno, soejono. 2012. Sosilogi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai