Anda di halaman 1dari 5

TEORI DEMOKRASI

(oligarki politik dalam negara demokrasi )

Disusun Oleh:
Anna Nurauliah
103431101317
Ppkn 17 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
 Pengertian Oligarki
Oligarki (Bahasa Yunani: Ὀλιγαρχία, Oligarkhía) adalah bentuk
pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh
kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau
militer. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Yunani untuk "sedikit" (ὀλίγον óligon)
dan "memerintah" (ἄρχω arkho).

 Negara-negara oligarkiSunting
1. Uni SovietSunting
Di Uni Soviet saat rezim Stalin, hanya anggota Partai Komunis yang mendukung
birokratisasi Stalin saja dapat memegang jabatan pemerintahan, sisanya
disingkirkan atau dibunuh dengan kejam.
2. Apartheid Afrika SelatanSunting
Di Afrika Selatan sebelum 1994, orang-orang minoritas berkulit putih
memerintah secara oligarki atas mayoritas penduduk Afrika Selatan berkulit
hitam. Politik rasisme ini secara resmi pada 1948 disebut aparteid.

Berikut Artikel tentang oligarki politik dalam negeri


Oligarki Parpol Perburuk Kualitas Demokrasi Indonesia

Sistem oligarki berdampak buruk bagi demokrasi yang sedang berjalan.

Kepala Pusat Penelitian Politik pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Firman Noor mengemukakan sistem oligarki masih terjadi dalam partai politik di
Indonesia. Padahal, sistem oligarki berdampak buruk bagi demokrasi yang sedang
berjalan.
"Dampaknya sangat buruk bagi demokrasi Indonesia karena untuk membuat kebijakan
ditentukan oleh segelintir orang," kata Firman dalam pemaparan Hasil Penelitian Prioritas
LIPI 2018 di Kantor LIPI, Jakarta, Selasa (11/12).

Menurut dia, seharusnya penunjukan orang itu didasarkan pada sebuah merit system yang
ketat atas dasar keahlian seorang menduduki jabatan tersebut. Namun, dia menilai yang
terjadi saat ini adalah politik transaksional sehingga pengisian jabatan politik atas dasar
konsep "siapa dapat apa" dan mengesampingkan kualitas.

"Itu jadi tren dan cenderung membahayakan bagi demokrasi karena demokrasi tidak akan
menghasilkan apapun selain kepentingan elit," ujarnya.

Firman mengatakan dari beberapa kajian akademik menyebutkan bahwa Indonesia


menjalankan demokrasi yang iliberal, bukan demokrasi yang kuat dan asli namun
bercampur dengan oligarki. Menurut dia, Indonesia memiliki karakteristik demokrasi
yang unik karena antara demokrasi dan oligarki bisa berjalan bersama-sama.

Demokrasinya dengan pemilu berjalan secara berkelanjutan dan orang bebas


berpartisipasi. Namun ketika itu ada, lalu ditelikung para pemilik modal yang eksis di
parpol.

"Karena demokrasi biaya tinggi, bagaimana penuhi biaya politik maka perlu sponsor dan
itu sarang oligarki yang tidak memberikan sesuatu secara cuma-cuma," katanya.

Dia mengatakan, salah satu solusi untuk mengatasinya adalah memperkuat parpol karena
episentrumnya di parpol. Terutama saat ini, menurut dia, dalam situasi parpol
mendapatkan legitimasi konstitusional bahwa semua jabatan publik harus melalui parpol.

Koordinator Tim Penelitian Prioritas Nasional LIPI 2018, Sarah Nuraini Siregar
mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dan perkembangan kondisi saat ini, proses
konsolidasi demokrasi di Indonesia mengalami hambatan. Salah satunya di tingkat
lembaga politik.
"Dari sisi penilaian masyarakat, tingkat kepercayaan terhadap parpol cenderung buruk
dibandingkan lembaga lainnya," katanya.

Sarah mengatakan, dari sisi kelembagaan, oligarki parpol sudah sedemikian akut yang
terbukti dengan rekrutmen parpol yang sangat oligarkis, kaderisasi yang tidak
berkesinambungan dan praktik mahar politik di setiap kompetisi politik. Berdasarkan
hasil penelitian LIPI, parpol melakukan berbagai cara untuk menentukan kandidat dengan
cara pragmatis dan cenderung menggunakan politik SARA.

Survei publik LIPI dilakukan di 34 provinsi dengan melibatkan 2.100 responden,


sedangkan survei ahli dilakukan di 11 provinsi dengan melibatkan 145 ahli. Untuk riset
kualitatif dan pengumpulan data dilakukan di 7 provinsi.

Kesimpulan.

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa segelintir orang yang memegang
jabatan yang tinggi pada suatu negara tidak melakukan tugasnya sebagaimana mestinya.
Mereka hanya mementingkan diri mereka dan kekuasaan yang di pegangnya. Untuk itu
dalam memilih sebuah pemimpin harus lah lebih cermat dan teliti. Karena dia adalah
orang yang akan memimpin untuk kedepannya, sebagai seorang yang memiliki
kekuasaan atas orang-orangnya hendaklah menjadi contoh yang baik dan bisa dipercaya
seta membawa ke era yang lebih baik lagj.
DAFTR PUSTAKA

https://m.republika.co.id/amp/pjkf8l428

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Oligarki

Anda mungkin juga menyukai