Anda di halaman 1dari 6

Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi dan melaporkan nyeri
secara verbal
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kesulitan membolak balik
posisi dan keterbatasan kemampuan motorik halus
3. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan sulit bergerak karena insisi
bedah sehingga nyeri timbul

Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut
Tujuan : nyeri dapat berkurang dan hilang
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Mampu mengenali nyeri
c. Menyatakna bahwa nyeri berkurang

Intervensi :

1. Monitor tanda-tanda vital


2. Kaji tipe dan sumber nyeri
3. Kaji tigkat nyeri
4. Anjurkan klien nafas dalam untuk merelaksasi dan mengontrol nyeri
5. Kontrol ligkungan yang dapat memperparah nyeri
6. Kolaborasi tentang pemberiaan analgesik
2. Hambatan mobilitas fisik
Tujuan : aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan secara mandiri
Kriteria hasil : klien meningkatkan aktifitas fisiknya dan bantu klien untuk
mobilisasi
Intervensi :
1. Monitor tanda tanda vital pasien
2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3. Ajarkan pada pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
4. Letih pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri
sesuai kemampuan
5. Konsultasi denagn terapi fisik tentang rencana ambulasi

6. Defisit perawatan diri mandi


Tujuan : klien dapat membersihkan tuubuhnya secara mandiri
Kriteria hasil : mampu membersihkan tubuhnya secara mandiri
Intervensi :
1. Pantau integritas kulit pasien
2. Pantau bantuan yang dibutuhkan pasien
3. Fasilitasi diri mandi pasien sesuai kebutuhan
4. Dorong keluarga untuk berprtisipasidalam perawatan diri pasien
5. Berikan bantuan sampai pasien dapat mengasumsikan perawatan diri
LAPORAN PENDAHULUAN

POST SECTIO CAESARIA (SC)

A. Tinjauan tentang etiologi


1. Pengertian
kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) adalah prosedur bedah sukarela
untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. ( Abdul,
B. S, 2015). Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum. (Abdul, B. S, 2014)
2. Kegunaan
Mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat permanen. Oleh
karena itu wanita yang akan menjalani prosedur ini harus benar-benar
yakin jika dirinya tidak mau hamil lagi.
Dokter juga wajib memberikan layanan konseling dan juga
penjelasan selengkap-lengkapnya terhadap pasien, sangat dibutuhkan
agar pasien tidak menyesal di kemudian hari. Pada wanita yang masih
ingin memiliki anak, sebaiknya menggunakan alternatif pilihan alat
kontrasepsi lain, selain tindakan tubektomi. (keluarga berencana, 2013)
3. Prosedur
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur tubektomi :
a. Tubektomi merupakan prosedur yang aman dan mudah dilakukan

b. Merupakan metode kontrasepsi yang bersifat permanen atau menetap

c. Karena merupakan tindakan operasi, maka mungkin saja terjadi efek


samping dari tindakan yang dilakukan

d. Tubektomi tidak mempengaruhi aktivitas hubungan seksual

e. Tubektomi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

f. Tubektomi tidak mencegah penularan penyakit menular seksual


ataupun HIV/AIDS
g. Tindakan tubektomi tidak mengganggu proses menstruasi
h. Tubektomi tidak menyebabkan kenaikan berat badan
i. Saluran tuba fallopi yang sudah pernah dipotong dapat disambung
lagi. Akan tetapi kemungkinan untuk terjadinya kehamilan sangat
kecil.

4. Efek samping

a. Trauma pada organ-organ di sekitar saluran tuba fallopi secara tidak


sengaja
b. Infeksi pasca-operasi. Biasanya ditandai dengan luka bekas sayatan
yang tidak sembuh-sembuh, demam, dan nyeri pada perut.
c. Perdarahan. Perdarahan timbul apabila terjadi kebocoran organ.
d. Komplikasi dari penggunaan obat anestesi. Pada setiap
orang, komplikasi yang dapat timbul dari obat anestesi berbeda-beda,
ada yang hanya berupa reaksi alergi, gangguan pernafasan, sampai ada
yang mengalami gangguan serius.
e. Kehamilan ektopik. Merupakan kehamilan di luar kandungan,
sehingga proses kehamilan harus dihentikan.

B. Tinjauan tentang tindakan


1. Pengertian
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & Forte,
2014). Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh (Prawirohardjo, 2013).
2. Indikasi / kontra indikasi
a. Kegawatdaruratan obstetri : gawat ibu, atonia uteri, ruptur uteri
b. Riwayat persalinan : riwayat SC sebelumnya, riwayat histerektomi
klasik, riwayat rekonstruksi pelvis
c. Kelainan anatomis : deformitas pelvis, bekas luka pada uterus,
abnormalitas pelvis yang mengganggu kepala bayi masuk pintu atas
panggul
d. Massa : massa atau lesi obstruktif pada traktus genital bawah
(kondiloma vulvovaginal, malignansi, leiomyoma uterus bagian
bawah), riwayat miomektomi full-thickness, kanker serviks invasive
e. Kardiovaskular : kondisi jantung yang tidak memungkinkan
manuver Valsalva dilakukan, aneurisma serebral atau malformasi
arteriovena
f. Lainnya : dehisensi insisi uterus, HIV atau HSV, persalinan SC
terencana (by request) dengan catatan tertentu
C. Tinjauan tentanag masa nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu
± 6 – 8 minggu (Abdul Bari,2014). Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Mochtar, 2014).
2. Klasifikasi
1. Masa nifas dibagimenjadi 3 tahapan :
a. Immediate postpartum yaitu masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam postpartum.
b. Early post partum adalah masa dari 24 jam setelah post partum
sampai 1 minggu post partum.
c. Late post partum adalah masa dari 1 minggu post partum sampai 5
minggu post partum.

2. Masa nifas dibagi kedalam 3 periode :


a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan.

Anda mungkin juga menyukai