Teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang pesat sangat dibutuhkan oleh perbankan guna
menghadapi persaingan, khususnya bersaing dengan perbankan syariah yang lain. BNI
Syariah sebagai anak perusahaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berupaya
mengoptimalkan pemanfaatan sistem teknologi informasi dari Bank Induk melalui
pengembangan produk dan jasa perbankan syariah agar dapat tumbuh dan berkembang di
tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.
Fokus operasional teknologi informasi pada tahun 2014 adalah mengoptimalkan pemanfaatan
Core Banking System PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, pengembangan Sharia Link
sebagai middleware system untuk mendukung layanan bisnis transaksional BNI Syariah,
pengembangan Electronic Financing Origination (eFO) secara berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhan otomasi pemrosesan pembiayaan dan otomasi pelaporan baik internal
maupun eksternal untuk mendukung kinerja bisnis perusahaan.
Jakarta, 22 Maret 2019. BNI Syariah sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi era
disrupsi. Era disrupsi ini terjadi ditunjukkan dengan perubahan yang cukup cepat dan
mengganggu eksisting bisnis.
Disrupsi bukan hanya mengubah cara berbisnis melainkan fundamental bisnis. Untuk
perbankan salah satu disrupsi ditunjukkan dengan mulai bermunculan perusahaan keuangan
digital atau fintech yang mulai menggerus fungsi bank. Untuk menghadapi era disrupsi ini,
BNI Syariah mengoptimalkan pengembangan digital.
Hal ini disampaikan Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto
dalam acara talkshow Republika Café CEO 2019 dengan tema “Benarkah Disrupsi
Mematikan Bisnis” di D'consulate Wahid Hasyim, Jakarta.
Wahyu Avianto mengatakan dari sisi pengembangan digital, BNI Syariah terus
bertransformasi untuk memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat. “Dengan
dukungan teknologi dan jaringan BNI Incorporated, BNI Syariah siap memberikan layanan
yang terbaik,” kata Wahyu, Jumat (22/3).
Selain itu, secara umum untuk menghadapi era disrupsi, BNI Syariah terus melakukan
adaptasi dan kolaborasi. Bank juga melakukan transformasi baik dari sisi SDM maupun
infrastruktur baik perangkat lunak dan perangkat keras.
Pada tahun ini, BNI Syariah menekankan pengembangan digital untuk ekosistem halal.
Digitalisasi halal ekosistem dilakukan dengan beberapa langkah strategis.
BNI Syariah tergabung sebagai anggota AFSI (Asosiasi Fintech Syariah Indonesia) sekaligus
mensupport kebutuhan penggunaan fitur-fitur payment/transfer bank yang digunakan oleh
para startup/fintech untuk mendukung pengembangan ekosistem halal syariah.
Selain itu, kolaborasi dilakukan BNI Syariah dengan Fintech Syariah, seperti PT. Ammana
Fintek Syariah untuk melahirkan solusi Digital Wakaf yang bertujuan mendorong partisipasi
masyarakat terhadap wakaf produktif guna membangun Indonesia yang lebih baik. Sosialisasi
kepada masyarakat tentang kemudahan platform Ammana untuk berwakaf melalui
23 Nadzhir (Lembaga Wakaf) yang tergabung sebagai anggota Forum Wakaf Produktif.
Dengan strategi tersebut diharapkan bank bisa mengantisipasi risiko disrupsi yang berpotensi
menyebabkan kemunduran bisnis. BNI Syariah juga terus meningkatkan kualitas layanan
seperti himbauan shalat tepat waktu di seluruh kantor cabang BNI Syariah dan
menghapuskan sistem denda.
JAKARTA. Persaingan yang ketat memaksa perbankan melakukan berbagai strategi untuk
memenangkan pertempuran. Itulah yang Bank BNI lakukan.
Bank BUMN akan mengubah pola bisnis dari product centric menjadi customer centric. Jadi
nantinya, Bank BNI akan lebih aktif menanyakan kebutuhan para nasabah.
Untuk itu, BNI membutuhkan lebih banyak karyawan di front office. Sekarang komposisi
karyawan BNI di front office dan back office adalah 30:70. Untuk perubahan strategi ini,
"Kami akan balik menjadi 70% di front office dan 30 di back office," kata Direktur Utama
Bank BNI Gatot Suwondo.
Selain mengubah komposisi karyawan, untuk mendukung rencana itu BNI juga siap
mengucurkan investasi US$ 200 juta hingga lima tahun ke depan.
Sementara dari sisi kinerja, di kuartal I 2010 lalu BNI berhasil membukukan outstanding
kredit sebesar Rp 118,72 triliun. Angka ini naik 3,44% dibanding periode sama tahun
sebelumnya yang hanya membukukan kredit Rp 114,77 triliun.
Namun, jika dibandingkan outstanding kredit di akhir Desember 2009, maka nilai tersebut
turun sekitar Rp 2 triliun. Tahun lalu bank berlogo angka 46 ini berhasil
membukukan outstanding kredit sebesar Rp 120 triliun.
Direktur Tresuri dan Internasional Bank BNI Bien Subiantoro mengatakan, rendahnya
penyaluran kredit BNI pada kuartal I 2010 karena minimnya penyerapan kredit. "Jika
dibandingkan Desember 2009, kredit kami turun karena adanya pelunasan utang dua debitur
besar Bank BNI, salah satunya adalah PT Cikarang Listrindo," ujar Bien. Untuk melunasi
utangnya, Cikarang Listrindo menerbitkan obligasi sekitar US$ 210 juta.
Kata Bien, penurunan ini tak perlu dikhawatirkan. Sebab, BNI telah memiliki komitmen
penyaluran kredit sebesar Rp 5,5 triliun dalam tiga bulan kedepan. "Kredit ini akan
disalurkan untuk sektor jasa dunia usaha, manufaktur, transportasi dan telekomunikasi,"
tambahnya.
Meski kreditnya turun, BNI berhasil membukukan laba bersih Rp 1,03 triliun di kuartal I
2010, naik 62% dibanding kuartal I 2009 sebesar Rp 635 miliar. ”Salah satu pendorong
pertumbuhan laba adalah konsistensi mesin-mesin bisnis BNI yang menghasilkan fee
income," ujar Gatot.
Tahun ini Bank BNI menargetkan pertumbuhan 14%- 17% di semua lini. Ini berdasarkan
asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5%. "Jika pertumbuhan ekonomi 5,8%, pertumbuhan
kami bisa 20%. Tapi kami tetap memilih target konservatif," ujar Gatot.