Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyajian laporan keuangan syariah sepenuhnya didasarkan pada PSAK No

101 yang bertujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan. Perlunya penyajian laporan keuangan ini adalah agar dapat

membandingkan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun

dengan laporan keuangan entitas syariah lainnya. Entitas syariah yang dimaksud

oleh PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. SAK Nomor 101 menggunakan terminologi yang cocok

bagi entitas syariah yang berorientasi profit, termasuk entitas bisnis sektor publik.

Entitas nirlaba syariah, entitas sektor publik, pemerintah yang akan menggunakan

standar ini perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap deskripsi pos yang

terdapat dalam laporan keuangan itu sendiri. Perlu diperhatikan bahwa entitas

syariah seperti reksa dana dan entitas yang modalnya tidak terbagi atas saham,

misalnya koperasi perlu melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangannya.

Suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah

meliputi aset, kewajiban, dana syirkah temporer, ekuitas, pendapatan dan beban,

arus kas, dana zakat dan dana kebajikan. Informasi tersebut akan membantu

pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan.

Ada beberapa perbedaan unsur antara laporan keuangan syariah dengan

laporan keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan

lembaga syariah antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan

1
perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan penggunaan

dana kebajikan. Sedangkan unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan

konvensional adalah neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan

laporan arus kas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari laporan keuangan Syariah?

2. Apakah tujuan Pembuatan laporan keuangan Syariah?

3. Bagaimana komponen-komponen laporan keuangan Syariah?

4. Apakah perbedaan laporan keuangan syariah dan konvensional?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian laporan keuangan syariah

2. Mengetahui tujuan Pembuatan laporan keuangan Syariah

3. Mengetahui komponen-komponen laporan keuangan Syariah

4. Mengetahui perbedaan laporan keuangan syariah dan konvensional

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laporan Keuangan Syariah

PSAK 101 pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi

Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK ini

menggantikan ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK

59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-

B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya

dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar

Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 101 mengalami amandemen

dan revisi sebagai berikut:

1. 16 Desember 2011 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1:

Penyajian Laporan Keuangan.

2. 15 Oktober 2014 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1 terkait

penyajian laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

3. 25 Mei 2016 terkait penyajian laporan keuangan asuransi syariah pada

Lampiran B. Perubahan ini merupakan dampak dari revisi PSAK 108:

Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah. Perubahan ini berlaku efektif 1

Januari 2017.

Menurut lembaga keuangan syariah menurut Dewan Syariah Nasional

3
(DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan

yang mendapat izin oprasional sebagai lembaga keuangan syariah. Definisi ini

menegaskan bahwa suatu lembaga keuangan syariah harus memenuhi dua unsur,

yaitu unsur kesesuaian syariah islam dan unsur legalitas oprasi sebagai lembaga

keuangan.jadi laporan keuangan syariah adalah bagaimana lembaga keuangan

syariah tersebut menyajikan laporan keuangan syariah sesuai yang belaku di

lembaga keuangan syariah itu sendiri. Sehinga laporan keuangan syariah adalah

laporan yang dibuat khusus dari pihak lembaga keuangan syariah sesuai dengan

ketentuan standar akutansi syariah yaitu mengacu pada PSAK dan KDPPLKS.

2.2 Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan Syariah

Tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya adalah:

1. mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi

dan kegiatan usaha;

2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta

informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan

prinsip syariah, bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya:

3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab

entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,

menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan

4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam

modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai


4
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk

pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

2.3 Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan Entitas terdiri atas Entitas syariah mengungkapkan

hal-hal berikut di Neraca atau di Catatan atas Laporan Keuangan

 untuk setiap jenis saham

 jumlah saham modal dasar

 jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh

 nilai nominal saham

 ikhtisar perubahan jumlah saham beredar

 hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,

termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;

 saham entitas syariah yang dikuasai oleh entitas syariah itu sendiri atau oleh

anak entitas syariah atau entitas syariah asosiasi; dan

 saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan, termasuk

nilai dan persyaratannya

 penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos cadangan dalam ekuitas; dan

 penjelasan apakah dividen yang diusulkan tapi secara resmi belum disetujui

untuk dibayarkan telah diakui atau tidak sebagai kewajiban.

a) Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini

menyajiakn informasi tentang sumber daya yang dikendalikan. Likuiditas

dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan

5
perusahaan dimasa yang akan dating

b) Informasi kinerja entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi

dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja aset likuid atau

kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi,

melaluii laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan

operasi selama periode pelaporan.

c) Informasi lain, seperti laporan penjelasa tentang pemenuhan fungsi sosial

entitas syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tatapi

relevan bagi pengambilan keputusan sebagai besar pengguna laporan

keuangan.

d) Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi

tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidak

pastian yang mempengeruhi entitas, informasi tentang segmen industri dan

geografi serta pengaruh perubahan harga terhadap entitas juga dapat

disajikan.

2.4 Komponen-komponen Laporan Keuangan Syariah

1. Laporan posisi keuangan (neraca)

Unsur-unsur neraca meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat, dan

ekuitas. Penyajian aktiva pada neraca atau pengungkapan pada catatan atas

laporan keuangan atas aktiva yang dibiayai oleh bank sendiri dan aktiva yang

dibiayai oleh bank bersama pemilik dana investasi tidak terikat, dilakukan

secara terpisah.

2. Laporan laba dan rugi

6
Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya,dalam laporan laba

rugi mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos pendapatan dan beban.

Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi

perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi

menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan

kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan

laba rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan

kreditor untuk membantu mereka memprediksikan jumlah, penetapan waktu,

dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Unsur-unsur laporan laba

rugi,yaitu: bagian operasi, bagian non operasi, pajak penghasilan, operasi yang

dihentikan, pos Laporan arus kas adalapos luar biasa, pengaruh kumulatif dari

perubahan prinsip akuntansi, dan laba per saham.

3. Laporan arus kas

Laporan arus kas adalah laporan yang menyediakan informasi yang relevan

mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama satu

periode. Laporan arus kas melaporkan kas yang mempengaruhi operasi selama

satu periode, transaksi investasi, transaksi pembiayaan, dan kenaikan atau

penurunan bersih kas selama satu periode. Unsur-unsur laporan arus kas adalah

aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitaspembiayaan.

4. Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan peningkatan atau

penururnan aktiva bersih dalam satu periode. Unsur-unsur laporan perubahan

ekuitas adalah modal awal pemilik, peningkatan atau penurunan ekuitas modal

akhir.

5. Laporan perubahan investasi terikat


7
Laporan perubahan dana investasi terikat memisahkan dana investasi terikat

berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya.

6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah

Bank syari’ah menyajikan laporan sumber dan penggunaan zakat, infaq, dan

shodaqoh sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan:

a. Sumber dana zakat, infaq dan shadaqah yang berasal dari penerimaan;

 Zakat dari bank syari’ah

 Zakat dari pihak luar bank syaria’ah

 Infaq

 Shadaqah

b. Penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah untuk:

 Fakir

 Miskin

 Hamba sahaya

 Orang yang terlilit hutang

 Orang yang baru masuk Islam

 Orang yang berjihad

 Orang yang dalam perjalanan

 Amil

c. Kenaikan atau penurunan sumber dana zakat, infaq dan shadaqah

d. Saldo awal dana penggunaan dana zakat, infaq, dan shadaqah

8
e. Saldo akhir dana penggunaan dana zakat, infaq, dan shadaqah

7. Laporan sumber dan pengguna dana qardhul hasan

Bank syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan qardhul

hasansebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

a) Sumber dana qardhul hasan yang berasal dari penerimaan:

 Infaq

 Shadaqah

 Denda

 Dan pendapatan non halal

b) Penggunaan dana qardhul hasan untuk:

 Pinjaman

 Sumbangan

c) Kenaikan atau penurunan sumber dana qardhul hasan

d) Saldo awal dana penggunaan dana qardhul hasan,

e) Saldo akhir dana penggunaan dana qardhul hasan

8. Catatan-catatan laporan keuangan

Laporan keuangan harus mengungkapkan semua informasi dan material

yangperlu unutuk menjaikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan, dan

bisa dipercaya (andal) bagi para pemakainya.

9. Pernyataan, laporan dan data lain yang membantu dalam menyediakan informasi

yang diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan sebagaimana ditentukan

didalam statement of obyektif.


9
2.5 Perbedaan Laporan keuangan Syariah dan Konvensional

1.) Dari Segi Pelaporan

Dalam perkembangan perbankan, standar akutansi keuanagn perbankan sudah

diatur dalm undang-undang. Untuk standarisasi perbankan konvensional telah

diatur dalam standar keuangan Akutansi nomor 31 tentang akutansi perbankan

sedang untk perbankan syariah diatur dalam Akutansi Keuanagn Nomor 59

mengenai akutansi perbankan syariah. Secara umum perbankan konvensional dan

perbankan syariah memiliki perbedaan prinsip yang mendasar4. Perbankan

konvensional lebih menekankan pada bungga, sedangkan syariah lebih kepada

pembagian hasil. Dalam laporan keuangan banka konvensional memiliki 5 jenis

laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan syariah meiliki 8 jenis laporan

keuangan. Perbedaan 5 dan 8 jenis tersebut adalah sebagai berikut:

Perbedaan Laporan Keuangan

Bank Konvensional Bank Syariah


1. Neraca 1. Neraca
2. Laporan laba rugi 2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas 3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Peruubahan Ekuitas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Lap. Perubahan dana investasi
terkait
6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan
dan bagi Hasil
7.Laporan Sumbber dana dan
penggunaan dana Zakat
8.Laporan Dan penggunaan dana
kebaikan.

10
Acuan peyusunan laporan keuangan

A. Bank Konvensional

 Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan

(KDPPLK)

 PSAK (no 1-58)

 Pedoman akutansi perbankan Indonesia (PAPI)

B. Bank Syariah

 Kerangka Dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan

syariah (KDPPLKS)

 PSAK Syariah (No.101-109)

 PSAK 59: Akutansi perbankan

 Pedoman Akutansi Perbankan Syariah indonesia (PAPSI)

2.) Dari segi akad dan legalitas

Fiqih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad

adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad

adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni

pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya.

Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak

lainnya. Dalam wa’ad, terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan

spesifik (belum well defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi

janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral.

Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak yang
11
saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan

kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam

akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah

well-defined). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak

dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang

sudah disepakati dalam akad.

Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki konsekwensi

duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam.

Sehingga kesepakatan dapat diminimalisir. Selain itu akad dalam perbankan syariah

baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus

memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut.

a. Rukun, seperti penjual, pembeli, barang, harga dan ijab qabul.

b. Syarat, seperti:

 Barang dan jasa harus halal.

 Harga barang dan jasa harus jelas

 Tempat penyerahan harus jelas.

 Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.

Dari uarian diatas akad dan legalitas sebuah lembaga keungan syariah dan

konvensional itu berbeda dimana akad dalam bank syariah itu memberikan nilai

dunia dan ahirat karena disitu menentukan langkah yang akan dilakukan oleh

sesorang. Sementara dalam konvensional hanya akan memberikan sanki moral

sesuai dengan yang sudah disepakati di awal.

12
3.) Dari segi penyelesain sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah

terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah

pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai

tata cara dan hukum syariah. Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip

syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia

(BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik

Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. Menurut UU No.30 tahun 1999 pasal 1

angka 1 arbitase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan

umum yang didasarkan pada perjanjian arbitase yang dibuat secara tertulis oleh para

pihak yang bersengketa, Dengan kata lain bahwa arbitase adalah lembaga yang

dipilih oleh pihak yang bersengketa dan untuk memberikan keputusan mengenai

sengketa yang mereka persilihkan.

Dalam rekomendasi RAKERNAS MUI tanggal 23-26 Desember 2002,

menegaskan bahwa BAMUI adalah lembaga hukam (arbitrase syariah) satu-

satunya dan merupakan perangkat organisasi MUI. Kemudian sesuai dengan hail

pertemuan antara dewan pimpinan MUI dengan pengurus BAMUI tanggal 26

Agustus 2003 serta memperhatikan isi surat pengurus BAMUI

No.82/BAMUI/07/X/2003, tanggal 7 Oktober 2003, maka MUI dengan SKnya

No.Kep 09/MUI/XII/2003, tanggal 24 Desember 2003, menetapkan:

1. Mengubah nama Badan Arbitrase Muamalat Indoesia (BAMUI) menjadi

Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).

2. Mengubah bentuk badan dari yayasan menjadi badan yang berada d bawah

MUI dan merupakan perangkat organisasi.

3. BASYARNAS bersifat otonom dan independen.

13
Tugas dan kewenangan BASYARNAS

1. Menyelesaikan perselisihan dan sengketa keperdataan dengan prinsip yang

mengutamakan perdamaian

2. Menyelesaiakan sengketa keperdataan antara bank syariah dengan

nasabahnya yang menjadikan syariah sebagai dasarnya.

3. Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa muamalat

yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dan lain-lain.

4. Atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat memberikan

suatu pendapat mengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian

tersebut.

4.) Dari segi usaha yang di biayai

Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat

secar hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingan entitas yang melakukan

transaksi syariah. Adapun ahlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai

moral dalam interaksi sesama mahluk agar hubungan tersebut menjadi saling

menguntungkan dan harmonis.

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas dari

saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha

yang terkandung di dalammnya hal-hal yang diharamkan. Dalam perbankan syariah

suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok,

diantaranya sebagai berikut:

a. Usaha yang dibiayai merupakan proyek halal.

b. Usaha yang bermanfaat bagi masyarakat

c. Usaha yang menguntungkan bagi bank dan mitra usahanya.


14
Sebaliknya bank konvensional, tidak mempertimbangkan jenis

investasinya, akan tetapi penyaluran dananya dilakukan untuk perusahaan yang

menguntungkan, meskipun menurut syariah Islam tergolong produk yang tidak

halal. Maka dari peenjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada lembaga

keuangan syariah selain tujuan untamanya untuk mendapatkan laba lembaga

keuangan syariah juga harus tetap memperhatikan unsur-unsur yang akan di biayai

karena lembaga keuangan syariah berdasarkan pada prinsip islam sehingga semua

kegiatanya harus benar-benar dalam kategori halal serta bermanfaat selain untuk

pihak lembaga keuangan juga bermanfaat bagi masyarakat terkait. Sehingga tidak

merugikan sebelah pihak.

5.) Dari segi pendapatan (laba)

Dari segi pendapatan atau laba bank konvensional memperoleh laba dari

hasil bunga,bunga itu di dapatkan dari hasil pembiayaan antara pihak bank kepada

nasabah . begitu pula dengan bank syariah hanya saja laba yang di hasilkan bank

syariah adalah hasil dari pembiayaan bank kepada nasabah yanga telah di sepakati

di depan sebelum kegiatan itu di laksanakan atau sering di sebut juga dengan prinsip

bagi hasil. Bank konvensional tidak memperdulikan apakah usaha yang dijalankan

oleh pihak nasabah itu berhasil atau tidak, pihak konvesional tetap mengambil

keuntungan. Sedangka bank syariah tetap memperhatikan situai nasabah tersebut.

6.) Lingkungan Kerja Dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan

dengan syariah. Dalam hal etika misalnya sifat amanah dan shiddiq harus melandasi

15
setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik.

Disamping itu karyawan bank syariah harus skillful dan profesional dan mampu

melakukan tugas-tugas teamwork.

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan

dengan syariah, antara lain sikap amanah dan shiddiq yang baik. Di samping itu,

karyawan bank syariah harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan

tabhligh. Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip keadilan

yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku

dari para karyawan juga harus mengikuti syariat Islam.

16
BAB III

PENUTUP

1.1.Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Lembaga keuangan syariah menurut Dewan Syariah

Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan

syariah dan yang mendapat izin oprasional sebagai lembaga keuangan syariah.

Tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Komponen-komponen dalam laporan keuangan

syariah adalah :

1. Laporan posisi keuangan (neraca)

2. Laporan laba dan rugi

3. Laporan arus kas

4. L aporan perubahan ekuitas

5. Laporan perubahan investasi terikat

6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah

7. Laporan sumber dan pengguna dana qardhul hasan

8. Catatan-catatan laporan keuangan

Pernyataan Sedangkan perbedaan laporan keuangan syariah dan konvensional

adalah dari Segi Pelaporan, dari segi akad dan legalitas,dari segi penyelesain

sengketa, dari segi usaha yang di biayai, dari segi pendapatan (laba), Lingkungan
17
Kerja dan Corporate Culture.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. Akhyar. 2005. Akuntansi Syarikat. Yokyakarta: UII Pres.

Drs. Wiyoko Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syari’ah, PT

Grasindo, Jakarta, 2005

Harahap, Sofyan S. 2005. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti

Jakarta.

Harahap, Sofyan S. Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004 Suwiknya

Dwi, Analisis Laporan Keuangan Syari’ah, Pustaka Belajar,

Yogyakarta,

http://kreativitas-mepi5.blogspot.com/2012/03/kerangka-dasar-laporan-keuangan-

syariah.html

Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN .

Nurhayati Sri, 2009, Akuntansi Syariah di Indonesia edisi 2, Salemba Empat,

Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai