Anda di halaman 1dari 3

Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi dan dapat menyebabkan kerugian

baik waktu, harta benda, properti, maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja
(Tarwaka, 2008: 5). Kecelakaan kerja juga dapat disebabkan karena tindakan tidak aman dan kondisi
tidak aman. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan diri
sendiri atau orang lain dikarenakan beberapa hal, seperti tidak memakai APD, tidak mengikuti prosedur
kerja, tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati- hati. Kasus yang sering terjadi
di rumah sakit adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores, luka bakar dan penyakit infeksi
lainnya.

Kecelakaan kerja juga dapat terjadi di kawasan industri maupun organisasi.. Bidang jasa konstruksi
menjadi salah satu bidang yang rentan mengalami kecelakaan atau terpapar penyakit akibat bekerja.
Kasus kecelakaan kerja yang sering terjadi baik itu kecelakaan kecil hingga kecelakaan yang bersifat
fatal antara lain terjatuh, tertancap paku, terpeleset dan kejatuhan benda. Saat ini perusahaan bidang
konstruksi telah menyediakan APD berupa safety helmet dan safety shoes untuk digunakan pekerja
bangunan saat bekerja agar lebih terjamin keselamatannya.

Teori domino Henrich memberikan ilustrasi terhadap rangkaian penyebab kejadian yang
mengawali kecelakaan sehingga menimbulkan cedera atau kerusakan.

Gambar 1

Teori Domino Heinrich

Domino yang pertama adalah sistem kerja. Sistem kerja yang dikelola dengan baik seperti
pengendalian manajemen dan standar kerja yang sesuai akan membuat domino tersebut terkendali dan
tidak akan menimpa yang lainnya seperti kesalahan orang dan seterusnya.
Menurut Ridley (2008), contoh penyebab kecelakaan untuk masing-masing faktor tersebut adalah:
1. Situasi kerja c. Perhatian yang kurang.
a. Standar kerja yang minim. 3. Tindakan tidak aman
b. Tidak memenuhi standar. a. Tidak mengikuti metode kerja yang
c. Perlengkapan yang tidak aman. telah disetujui.
2. Kesalahan orang b. Tidak menggunakan perlengkapan
a. Keterampilan dan pengetahuan minim. keselamatan kerja selama bekerja.
b. Masalah fisik atau mental. c. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
4. Kecelakaan b. Identifikasi Bahaya
a. Kejadian yang tidak terduga.  Melakukan inspeksi keselamatan kerja
b. Akibat kontak dengan mesin atau dan patroli.
listrik yang berbahaya.  laporan dari operator.
c. Terjatuh.  laporan dari jurnal-jurnal teknis.
d. Terhantam mesin atau material yang c. Pengeliminasian bahaya
jatuh dan sebagainya.  Adanya sarana-sarana teknis.
5. Cedera atau kerusakan  Mengubah material.
a. Sakit dan penderitaan (pada pekerja).  Mengubah proses.
b. Kehilangan pendapatan (pada d. Pengurangan bahaya
pekerja).  Memodifikasi perlengkapan sarana
c. Kerugian produksi (pada perusahaan). teknis.
Teknik-teknik praktis pencegahan kecelakaan
 Alat Pelindung Diri
a. Nyaris
e. Melakukan penilaian risiko
 Membudayakan pelaporan kecelakaan
f. Pengendalian risiko residual
yang nyaris terjadi.
 Dengan sarana teknis-alarm,
 Menyelidikinya untuk mencegah
pemutusan aliran (trips).
kecelakaan serius.
 Sistem kerja yang aman.
 Menumbuhkan budaya tidak saling
 Pelatihan para pekerja
menyalahkan.
Pembahasan :

Masalah akibat kerja di area komunitas yaitu lingkup perindustrian. Lingkungan kerja PT.Adhi
Karya Tbk bergerak dibidang produksi memiliki potensi kecelakaan kerja yang tinggi. Risiko
kecelakaan disebabkan oleh ketidakpatuhan pekerja bangunan PT.Adhi Karya Tbk dalam beperilaku
K3. Pada Mei 2015, terjadi 14 kasus kecelakaan kerja dari kecelakaan kecil hingga fatal seperti terjatuh,
tertancap paku, terpeleset dan kejatuhan benda. Hal ini sesuai dengan teori domino yang
menggambarkan rangkaian penyebab kecelakaan sehingga menimbulkan cedera atau kerusakan..
Apabila satu domino jatuh maka akan menimpa domino lainnya (Ridley, 2008). Domino pertama
sebagai suatu sistem kerja yang apabila potensi kecelakaannya dikelola dengan baik maka risiko yang
ditimbulkan dapat diminamilisasi. Pencegahan yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi kecelakaan
kerja di lingkup industri dengan beberapa pendekatan (Soehatman Ramli dalam Barizqi (2015) ,
diantaranya :

1. Pendekatan energi

Pendekatan energi mengendalikan kecelakaan dari tiga titik yaitu sumber bahaya, aliran energi (path
away), dan penerima.
a. Pengendalian sumber bahaya, dilakukan secara teknis atau administratif. Contoh , mesin yang
bising dapat dikendalikan dengan mematikan mesin, mengurangi tingkat kebisingan,
memodifikasi mesin, memasang peredam mesin atau mengganti dengan mesin yang lebih
rendah tingkat kebisingannya.
b. Pendekatan jalan energi, dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi untuk
mengurangi intensitas energi yang mengalir ke penerima. Contoh , mengurangi dampak bahaya
kebisingan dengan memasang dinding kedap suara, menjauhkan diri dari sumber bising.
c. Pengendalian penerima, dilakukan pada penerima baik manusia, benda maupun material
dengan pengontrolan sumber secara efektif. Contoh , menggunakan alat pelindung telinga.
2. Pendekatan manusia, dilakukan dengan upaya pembinaan dan pengawasan pada manusia dalam
meningkatkan kesadaran akan pengetahuan dan keterampilan.
3. Pendekatan teknis, dilakukan dengan mengupayakan keselamatan dalam meminimalisasikan
kecelakaan seperti merancang bangungan yang aman sesuai standar yang berlaku dan pengamanan
pada peralatan atau instalasi
4. Pendekatan administratif, dilakukan dengan pengaturan waktu jam kerja, menyediakan alat
keselamatan kerja, merancang&menetapkan prosedur peraturan keselamatan kerja, dan mengatur
sistem kerja.
5. Pengendalian risiko, dilakukan dengan mengendalikan teknis & administrasi dan menggunakan alat
pelindung diri.
Berdasarkan data masalah yang diperoleh tentang penyebab kecelakaan kerja pada perawat di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang dikarenakan kesalahan pribadi perawat seperti kelalaian,
kecerobohan, tidak mematuhi instruksi, kurang sabar, tidak memakai alat pelindung diri serta rendahnya
pengetahuan perawat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (2009) dalam
Istih,Wiyono&Candrawati (2017) bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan
kerja adalah faktor manusia yang meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja, disiplin kerja, perbuatan–
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan termasuk lengah, ceroboh, mengantuk, lelahan, dsb serta
ketidakcocokan fisik dan mental. Kecelakaan kerja yang terjadi merupakan akumulasi dari kelalaian
dan ketidakpatuhan perawat dalam berperilaku sesuai standar keselamatan kerja. Hal tersebut sesuai
dengan teori domino yang menyatakan bahwa suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal,
melainkan merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan. Upaya penegakan
keselamatan kerja perawat perlu dilakukan untuk meminimalkan kecelakaan kerja. Beberapa upaya
pencegahan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja diantaranya :
1. Menyediakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan standardisasi pemerintah,
2. Penyuluhan dan pelatihan pengenalan risiko kecelakaan kerja oleh manajemen rumah sakit
dan perawat,
3. Menegakkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai