Anda di halaman 1dari 6

Kontra Indikasi dan Prosedur

1. KB Pil

 Kontra Indikasi

Kontra indikasi dari KB pil menurut Saifuddin (2003), antara lain:

- Hamil atau dicurigai hamil


- Menyusui eksklusif
- Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
- Penyakit hati akut (Hepatitis)
- Perokok dengan usia > 35 tahun
- Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >180/110 mmHg dan riwayat
gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun
- Kanker payudara atau atau dicurigai kanker payudara
- Kerusakan atau pecahnya sel darah merah (sindrom hemolitik uremik)
- Kelainan darah (porfiria)
- Migraine dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)
 Prosedur
- Perawat memberikan salam kepada pasien dengan ramah dan memperkenalkan diri,
serta menanyakan tujuan dan kedatangannya
- Perawat melakukan anamnesa dan melakukan pengisian status kesehatan sesuai
dengan hasil anamnesa
- Perawat mencuci tangan
- Perawat melakukan pemeriksaan
a. Umum : TTV
b. Khusus : Mata, Payudara, Leher, Perut, Ekstremitas
- Perawat mempersiapkan pil dan kemudian memberikan pil
- Perawat memberikan penyuluhan
a. Efek samping dari penggunaan pil KB
b. Kontrol apabila terdapat keluhan
c. Kunjungan ulang tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
d. Personal hygiene
- Perawat menyerahkan kartu KB yang sudah diisi kepada pasien dan melakukan
evaluasi tindakan
- Perawat memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai
- Perawat membereskan peratan
- Perawat mencuci tangan
- Perawat mencatat hasil pelayanan pada register
2. KB Suntik
 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari KB suntik, antara lain (Mudrikatin, 2012):
- Ibu hamil atau yang dicurigai hamil
- Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
- Perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
- Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi
- Penderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
- Riwayat kelainan trombo emboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
 Prosedur
- Perawat memberi salam kepada klien dengan ramah
- Perawat melakukan anamnesa data klien
- Perawat melakukan konseling awal tentang KB suntik
- Perawat menjelaskan kepada klien mengenai prosedur dan tujuan yang akan
dilakukan
- Perawat melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan
- Perawat mempersilahkan klien untuk berbaring ketempat tidur
- Perawat mencuci tangan
- Perawat melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
- Perawat mendekatkan alat-alat dan memakai handscoon
- Perawat memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik dalam botol dosis tunggal
- Perawat mengatur posisi klien
- Perawat mengambil spuit, isi dengan obat yang akan di suntikan
- Perawat melakukan aseptik tempat yang akan disuntik dengan menggunakan kapas
alcohol
- Perawat menyuntikkan jarum didaerah penyuntikan dengan arah tegak lururs hingga
mencapai daerah otot.
- Perawat melakukan aspirasi, apabila tidak terdapat darah masukkan obat secara
perlahan.
- Setelah selsai perawat membersihkan kulit klien dengan kapas alcohol
- Perawat membuang spuit yang telah dipakai ke tempat sampah khusus
- Perawat mencuci tangan
- Perawat mendokumentasikan tin dakan yang telah dilakukan dan merencanakan
tanggal penyuntikan berikutnya
3. KB Implant atau Norplant
 Kontra Indikasi
Kontra Indikasi alat kontrasepsi Implan menurut Hartanto (2004), antara lain:
- Hamil atau diduga hamil
- Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya
- Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli
- Penyakit hati akut
- Tumor hati jinak atau ganas
- Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara
- Tumor/neoplasma ginekologik
- Penyakit jantung, hipertensi dan diabetes militus
 Prosedur
Teknik pemasangan kontrasepsi implant adalah sebagai berikut:
- Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
- Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas lipatan siku pada bagian
dalam lengan di alur antara otot bisep dan trisep. Gunakan spidol untuk menandai
dengan membuat garis sepanjang 6- 8 cm.
- Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat anestesi (1% tanpa
Epinefrin) dan disuntikkan tepat dibawah kulit 20 sepanjang jalur tempat
pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat dilakukan dengan semprotan.
- Keluarkan inserter dari kemasannya. Regangkan kulit di tempat pemasangan dan
masukkan jarum inserter tepat di bawah kulit sampai masuk seluruh panjang jarum
inserter. Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat jarum inserter ke atas,
sehingga kulit terangkat.
- Lepaskan segel inserter dengan menekan penopang pendorong inserternya.
- Putar pendorong inserter 900 atau 1800 dengan mempertahankan pendorong inserter
tetap di atas lengan.
- Dengan tangan yang lain secara perlahan tarik jarum keluar dari lengan sambil tetap
mempertahankan penompang inserter di tempatnya.
(Catatan : Prosedur ini berlawanan dengan suatu penyuntikan, di mana pendorong
didorong dan inserter dipertahankan).
4. KB IUD atau Spiral
 Kontra Indikasi
Adapun kontraindikasi pemasangan kontrasepsi IUD, antara lain (Putri & Oktaria, 2016):
- Ibu hamil
- Gangguan perdarahan
- Peradangan alat kelamin
- Kecurigaan tumor ganas pada alat kelamin
- Tumor jinak rahim
- Kelainan bawaan rahim
- Peradangan pada panggul
- Perdarahan uterus yang abnormal
- Karsinoma organ-organ panggul
- Malformasi panggul
- Mioma uteri terutama submukosa
- Dismenorhea berat
- Stenosis kanalis servikalis
- Anemia berat dan gangguan koagulasi darah
- Penyakit jantung reumatik
 Prosedur
- Memeriksa apakah alat-alat sudah disiapkan dengan lengkap dan sudah disterilkan
- Memberi salam dan anamnesis seperlunya
- Klien dipersilahkan untuk berbaring dengan posisi litotom, tangan ada disamping
badan atau diatas kepala agar otot tidak tegang
- Mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan desinfektan. Agar
tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit sekitar genetalia pada saat pemasangan
IUD, maka dipasang duk (kain) steril yang berlubang.
- Speculum dipasang secara hati-hati pada vagina, sampai porsio dapat terlihat jelas.
Kemudian diamati apakah ada kelainan pada porsio dan vagina. Lalu rongga vagina
dan permukaan porsio dibersihkan dengan bahan desinfektan.
- Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar porsio dapat
terfiksasi. Lakukan sondase rongga Rahim dengan sonde Rahim, perhatikan
kelengkungan sonde terhadap posisi uterus.
- Rendam IUD Lippes Loop kedalam bahan desinfektan (biasanya larutan yodium).
Kemudian IUD diregangkan dan dimasukkan kedalam inserter dari ujung yang
menghadap pasien. Secara perlahan IUD dalam inserter didorong sampai benang IUD
keseluruhannya masuk kedalam inserter dan ujung IUD tepat sejajar dengan ujung
inserte yang menghadap kearah klien
- Tangan kiri perawat memegang tenakulum. Tabung inserter yang didalamnya sudah
ada IUD dan pendorong inserter dimasukkan kedalam rongga Rahim melalui
orifisium uteri eksternum dengan tangan kanan sampai melalui kanalis servikalis.
Lalu IUD didorong dengan pendorong inserted dan secara bersamaan tabung inserter
ditarik dengan perlahan keluar rongga Rahim
- Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio mengeluarkan
darah. Apabila ada darah yang keluar akibat dari luka bekas jahitan dibersihkan
terlebih dahulu dengan kassa kering. Lalu benang IUD yang tersisa dipotong dengan
gunting. Bersihkan daerah orifisium uteri eksternum dan luka bekas tenakulum
dengan desinfektan.
- Speculum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan pemeriksaan
colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk kedalam rongga
Rahim sehingga ujung IUD sudah tidak teraba lagi, serta menempatkan benang IUS
pada forniks anterior vagina agar tidak memberikan keluhan pada suami saat
berhubungan.
- Setelah selesai pemasangan, tanya pada klien apakah klien merasa nyaman/ tidak atau
mengalami sakit perut yang berlebihan.
- Monitoring keadaan umum klien sesudah pemasangan IUD

Daftar Pustaka
Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Mudrikatin, S. (2012). Hubungan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan DMPA pada Akseptor KB


dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Jabon Jombang. Sain Med Jurnal
Kesehatan, 4(1).

Putri, R. P., & Oktaria, D. (2016). Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat
Kontrasepsi. Jurnal MAJORITY, vol 5(4) 138-141.

Saifuddin, A. B. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP-Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai