Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No.

1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

Pengaruh Infra Red dan Elektrical Stimulation serta Massage terhadap Kasus Bell’s Palsy
Dekstra
Suci Amanati *, Didik Purnomo **, Zainal Abidin***
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang

ABSTRAK
Bell’s palsy adalah kelumpuhan facialis perifer akibat proses non-supuratif, non neo-
plasmatik, non neo-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian
nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen stylomatoideus.
Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy
sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh infra red, electrical stimulation dan
massage pada penderita bell’s palsy dextra. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita bell’s
palsy dextra. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang
secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari
pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala ugo fish. skala ugo fish merupakan
pengukuran pemeriksaan kemampuan fungsional. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti kemampuan fungsional sebelum dan sesudah
tindakan (terapi latihan) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya
pengaruh Infra red, electrical stimulation dan massage dapat mengurangi kaku wajah pada
penderita bell’s palsy dextra

Kata kunci : infra red, massage, bell’s palsy dextra

ABSTRACT
Bell's palsy is a paralysis of peripheral facial nerve due to the process of nonsuppurative, non
neo-plasmatic, nonneo-primary degenerative but it is very likely due to edema of the facial nerve
on the benign in the stylomastoideumforamen or slightly proximal of the
stylomastoideumforamen. The data were collected from 4 hospitals in Indonesia. It was obtained
thatthe frequencies of Bell's palsy was 19.55% of all cases of neuropathy and most at age 21 – 30
years. This research presented the influence of infra red, electrical stimulation and massage on
people with Bell's palsy dextra. The population of this research was the patient sufferedfrom
Bell's palsy dextra. The sample of this research was 8 patients. The collection of data obtained
from the examination of functional ability with Ugo FishScale. The scale was the measurement
to examine functional capabilities. Test results showed t test Sig. = 0.000 (< 0.05), Ho
wasrejected and Ha was accepted. This means functional ability before and after action (therapy
practice) was not the same. Based on the results of the research, it can be inferred that the infra
red, electrical stimulation and massage can reduce stiff face of patients suffered from Bell's palsy
dextra.

Kata kunci : infra red, massage, bell’s palsy dextra

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

9
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

A. PENDAHULUAN Di Indonesia, insiden Bell’s palsy


Bell’s palsy adalah kelumpuhan facialis secara pasti sulit ditentukan. Data yang
perifer akibat proses non-supuratif, non neo- dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di
plasmatik, non neo-degeneratif primer Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy
namun sangat mungkin akibat edema jinak sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati
pada bagian nervus fasialis di foramen dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun.
stylomastoideus atau sedikit proksimal dari Lebih sering terjadi pada wanita daripada
foramen stylomatoideus, yang mulainya akut pria. Tidak didapati perbedaan insiden
dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan antara iklim panas maupun dingin, tetapi
(Sidharta, 2010). pada beberapa penderita didapatkan adanya
Bell’s palsy dapat terjadi unilateral riwayat terpapar udara dingin atau angin
maupun bilateral jika terjadi unilateral berlebihan (Annsilva, 2010).
harus dicari perbedaan untuk menilai apakah Masalah yang muncul pada bell’s palsy
kelemahan tipe Upper motor neuron atau dextra adalah adanya asimetris pada wajah,
Lower motor neuron. Kelemahan tipe upper rasa kaku dan tebal pada wajah sisi yang
motor neuron dapat memberi respon lesi, adanya penurunan kekuatan otot wajah
gerakan wajah normal pada emosi-emosi pada sisi yang lesi , potensial terjadi spasme
tertentu seperti tertawa, tersenyum dan tidak dan perlengketan jaringan, dan potensial
mengalami gangguan pada indera terjadi iritasi pada mata sisi yang lesi.
pengecapan, sedangkan kelemahan pada Infra red dengan generator luminous
lower motor neuron terjadi gangguan pada dihasilkan oleh satu atau lebih lampu
ekspresi wajah karena kerusakan nucleus incandescent lamp (lampu pijar). Struktur
facialis di batang otak (Wardhani, 2007). lampu pijar terdiri dari filament yang terbuat
Pada sebagian besar penderita Bell’s dari bahan tungsten atau carbon yang
palsy kelumpuhannya akan menyembuh, dibungkus dalam gelas lampu, dimana di
namun pada beberapa diantara mereka dalamnya dibuat hampa udara atau diisi
kelumpuhannya sembuh dengan dengan gas tertentu dengan tekanan rendah.
meninggalkan gejala sisa. Gejala sisa ini Lampu ini mempunyai kekuatan yang
dapat berupa: kontraktur, sinkenesia atau bermacam-macam mulai dari 60-1.000 watt
spasme spontan (Trisnowiyanto, 2010). atau 1.500 watt. Panjang gelombang yang

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

9
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

dihasilkan berkisar antara 3.500-40.000 Å. terutama pada bagian otot dengan gerakan
Jarak penyinaran untuk infra red dengan mengurut, menggosok, memukul, dan
generator luminous antara 35-45 cm menekan.(Mumford, 2001).
(Sujatno, dkk, 2002). Pada kondisi Bell’s palsy otot-otot
Pada kondisi Bell’s palsy IR dapat wajah pada umumnya terulur ke arah sisi
diaplikasikan pada wajah sisi lesi dan yang sehat, keadaan ini dapat menyebabkan
daerah sekitar foramen stilomastoideus rasa kaku pada wajah sisi yang sakit.
selama 15 menit. Jarak pemasangan pada Sehingga dengan pemberian massage pada
lampu luminous antara 35-45 cm sedangkan kasus Bell’s palsy bertujuan untuk
untuk pemasangan jenis non luminous merangsang reseptor sensorik dan jaringan
antara 45-60 cm. Namun jarak ini bukan subcutaneus pada kulit sehingga
merupakan jarak yang mutlak diberikan memberikan efek rileksasi dan dapat
karena jarak pemasangan lampu masih mengurangi mengurangi rasa kaku pada
dipengaruhi oleh toleransi pasien dan wajah. Teknik - teknik massage yang biasa
besarnya watt lampu (Sujatno, dkk, 2002). diberikan pada otot-otot wajah, antara lain
Pemberian stimulasi elektris bertujuan (1) stroking, (2) euffleurrage, (3) finger
untuk menstimulasi dan menimbulkan kneading, dan (4) tapotement (Tappan,
kontraksi otot wajah sehingga mampu 1988).
memfasilitasi gerakan dan meningkatkan Pemeriksaan fungsional otot wajah
kekuatan otot wajah. Elektrical Stimulation dengan skala Ugo Fisch dinilai dalam 5
dengan Arus Faradik. Arus faradik adalah posisi yang berbeda, yaitu saat diam,
arus listrik bolak-balik yang tidak simetris mengerutkan dahi, menutup mata,
yang mempunyai durasi 0.01-1 ms dengan tersenyum, dan bersiul. Dengan 4 skala
frekuensi 50-100 cy/detik (Sudjatno, dkk, penilaian yaitu : (1) 0 % : asimetris komplit,
2002). tidak ada gerakan, (2) 30% : simetris ringan,
Massage adalah rangkaian yang penyembuhan ke arah asimetris, ada gerakan
terstruktur dari tekanan atau sentuhan. volunter, (3) 70% : simetris sedang,
Tangan dan bagian tubuh yang lain seperti kesembuhan ke arah simetris, (4) 100% :
lengan bawah dan siku dapat digunakan normal, simetris komplit. Kemudian angka
untuk melakukan manipulasi di atas kulit, prosentase pada masing-masing posisi harus

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

10
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

diubah menjadi skor dengan kriteria sebagai Stroking adalah manipulasi gosokan
berikut : (1) diam : 20, (2) mengerutkan dahi yang ringan dan halus tanpa adanya
: 10, (3) menutup mata : 30, (4) tersenyum : penekanan, dan biasanya digunakan untuk
30, (5) bersiul : 10. Dengan intepretasi hasil meratakan pelicin.
< 30 : jelek, 30-70 : sedang, 70-100 : normal Euffleurrage adalah manipulasi gosokan
(Thamrinsyam, 1991). Pemeriksaan dengan penekanan yang ringan dan halus
fungsional otot-otot wajah dengan Skala dengan menggunakan seluruh permukaan
Ugo Fisch dapat dilihat pada Tabel 1. tangan, sebaiknya diberikan dari dagu ke
atas ke pelipis dan dari tengah dahi turun
Tabel 1 kebawah menuju ke telinga. Ini harus
Pemeriksaan Fungsional Otot-Otot Pada Wajah
NO Posisi wajah Skor dikerjakan dengan lembut dan menimbulkan
1 Diam 0% x 20 = 0
ransangan pada otot-otot wajah.
2 Mengerutkan dahi 30% x 10 = 3
3 Menutup mata 30% x 30 = 9 Finger kneading adalah pijatan yang
4 Tersenyum 30% x 30 = 9
5 Bersiul 30% x 10 = 3 dilakukan dengan jari-jari dengan cara
Jumlah 24
memberikan tekanan dan gerakan
melingkar, diberikan keseluruh otot wajah
Berdasarkan permasalahan di atas.
yang terkena lesi dengan arah gerakan
Rumusan masalah dalam penelitian ini
menuju ke telinga.
adalah bagaimana pengaruh infra red,
Tapotement adalah manipulasi yang
electrical stimulation dan massage pada
diberikan dengan tepukan yang ritmis
penderita bell’s palsy dextra.
dengan kekuatan tertentu, untuk daerah
wajah terutama pada sisi lesi. Tapotement
B. METODE PENELITIAN
ini dilakukan dengan ujung-ujung jari.
Penelitian ini di lakukan di RSUD Kota
Populasi penelitian ini adalah pasien
Semarang pada bulan Desember 2014.
penderita bell’s palsy dextra. Sampel
Adapun tindakan terapi pada kasus bell’s
penelitian ini menggunakan seluruh
palsy dextra berupa pemberian massage
populasi, yaitu sebanyak 8 orang dengan
diantaranya stroking, euffleurrage, finger
jenis kelamin 4 laki-laki dan 4 perempuan.
kneading, dan tapotement.
Pengumpulan data didapat dari
pemeriksaan kemampuan fungsional dengan

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

11
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

skala ugo fish. skala ugo fish merupakan Tabel 3


Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala
pengukuran pemeriksaan kemampuan ugo fish sesudah terapi (n=8)
Posisi n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8
fungsional menggunakan beberapa tes Diam 6 6 6 14 6 6 6 6
seperti menutup mata, mengerutkan dahi, Mengerutkan 7 7 7 7 10 10 7 10
dahi
mengangkat alis, tersenyum dan istirahat. Menutup 21 21 2 21 21 9 9 9
mata 1
Analisa data berupa deskriptif Tersenyum 9 21 2 21 21 21 9 21
1
kuantitatif, yaitu menjelaskan data kualitatif bersiul 7 7 7 7 7 7 7 7
dan data kuantitatif yang menggunakan uji t
Tabel 4
untuk membuktikan adanya pengaruh tiap- Hasil Rata-Rata Pemeriksaan kemampuan fungsional
tiap variabel. Variabel terikat berupa dengan skala ugo fish
Mean Diam Menge Menutup Ter- Ber
massage (stroking, euffleurrage, finger rutkan Mata seny siul
Dahi um
kneading, dan tapotement.), sedangkan Sebelum 0,38 4,50 6,38 7,88 3,50
tindakan
variabel bebas berupa pemeriksaan kaku Sesudah 7,00 8,13 16,50 18,00 7,00
dan tebal pada wajah. tindakan

Penelitian yang dilakukan pada


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
penderita bell’s palsy dextra dengan jumlah
Pemeriksaan rasa kaku dan tebal pada
sampel 8 orang, diberikan terapi latihan
wajah untuk mengetahui seberapa rasa tebal
untuk mengatasi problematik berupa
dan kaku yang dirasakan oleh pasien.
penurunan kemampuan fungsional. Hasil
Terapis memegang pada bagian wajah yang
pemeriksaan ditunjukkan pada Tabel 2 dan
dikeluhkan oleh pasien yang mengalami
3. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
kaku dan tebal pada area wajah.
ada peningkatan rata – rata seperti diam dari
Tabel 2
Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala skala 0,38 menjadi 7,00; mengerutkan dahi
ugo fish sebelum terapi ( n=8)
Posisi N1 N2 N 3 N4 N5 N6 N7 N8 dari skala 4,50 menjadi skala 8,13; menutup
Diam 0 0 0 0 3 0 0 0 mata dari skala 6,38 menjadi skala 16,50;
Mengerutkan 3 3 3 3 7 7 3 7
dahi tersenyum dari skala 7,88 menjadi 18,00 dan
Menutup 9 9 9 9 9 0 3 3
mata bersiul dari skala 3,50 menjadi skala 7,00.
Tersenyum 0 9 9 9 9 9 9 9
bersiul 3 3 3 7 3 3 3 3

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

12
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

Tabel 5 dari skala (sebelum tindakan) sebesar 6,38


Hasil Uji t Pemeriksaan kemampuan
fungsional dengan skala ugo fish menjadi skala (setelah tindakan) sebesar
thitung Taraf Keterangan
signifikansi 16,50 yang berarti pada kondisi Menutup
hasil hitung
mata ada peningkatan. Tersenyum yaitu
Diam -5,931 0,001 Signifikan
sebelum dari skala (sebelum tindakan) sebesar 7,88
dan
sesudah menjadi skala (setelah tindakan) sebesar
tindakan
Mengerutk -19,811 0,000 Signifikan 18,00 yang berarti pada kondisi Tersenyum
an Dahi
Menutup -10,420 0,000 Signifikan ada peningkatan. Bersiul yaitu dari skala
Mata (sebelum tindakan) sebesar 3,50 menjadi
Tersenyum -6,780 0,000 Signifikan
Bersiul -7,000 0,000 Signifikan skala (setelah tindakan) sebesar 7,00 yang

Tabel 5 menunjukkan thitung = -5,931 berarti pada kondisi bersiul ada

dengan Sig. = 0,001 (<0,05), maka Ho peningkatan.

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti Tabel 5 menunjukkan adanya

kemampuan fungsional sebelum dan bagaimana pengaruh infra red, electrical

sesudah tindakan (terapi latihan) tidak sama, stimulation dan massage pada penderita

yang artinya terapi latihan memberikan bell’s palsy dextra.

pengaruh terhadap kemampuan fungsional. Infra Red yang dapat melancarkan

Pengaruh ini dapat juga dilihat pada Tabel 3 aliran darah sehingga dapat mengurangi rasa

yang menunjukkan pengaruh positif berupa tebal di wajah, sedangkan pemberian

peningkatan kemampuan fungsional stimulasi elektris bertujuan untuk

menggunakan skala ugo fish, seperti diam menstimulasi dan menimbulkan kontraksi

yaitu dari skala (sebelum tindakan) sebesar otot wajah sehingga mampu memfasilitasi

0,38 menjadi skala (setelah tindakan) gerakan dan meningkatkan kekuatan otot

sebesar 7,00 yang berarti pada kondisi diam wajah dan pemberian massage pada kasus

ada peningkatan. Mengerutkan dahi yaitu Bell’s palsy bertujuan untuk merangsang

dari skala (sebelum tindakan) sebesar 4,50 reseptor sensorik dan jaringan subcutaneus

menjadi skala (setelah tindakan) sebesar pada kulit sehingga memberikan efek

8,13 yang berarti pada kondisi Mengerutkan rileksasi dan dapat mengurangi mengurangi

dahi ada peningkatan. Menutup mata yaitu rasa kaku pada wajah (Tappan, 1988). Untuk

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

13
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

melihat peningkatan kemampuan fungsional RSUD Kota Semarang bulan, Desember


dapat dilihat pada Tabel 4. 2014.
Hal-hal yang perlu dalam menentukan b. Infra red, electrical stimulation dan
dosis menurut Sujatno dkk (2002) yaitu massage dapat mengurangi rasa tebal
frekuensi terapi tergantung pada kondisi wajah pada penderita bell’s palsy dextra
penyakit. Pada kondisi akut dapat diberikan di RSUD Kota Semarang bulan,
setiap hari. Sedangkan pada kondisi kronis Desember 2014.
2-3 kali per minggu, Jarak pemasangan pada
lampu luminous antara 35-45 cm sedangkan Berdasarkan simpulan penelitian,
untuk pemasangan jenis non luminous disarankan beberapa hal yang berkaitan
antara 45-60 cm. Namun, jarak ini bukan dengan pengaruh Infra red, electrical
merupakan jarak yang mutlak diberikan stimulation dan massage pada penderita
karena jarak pemasangan lampu masih bell’s palsy dextra :
dipengaruhi oleh toleransi pasien dan a. Karena pentingnya kesembuhan pada
besarnya watt lampu (Sujatno, dkk, 2002). pasien bell’s palsy, disarankan untuk
Penurunan kemampuan fungsional melakukan terapi dengan rutin dan untuk
pasien terjadi karena adanya sisi wajah yang melakukan latihan seperti apa yang
mengalami lesi, sehingga untuk aktifitas diajarkan oleh terapis serta menjauhi hal
sehari-hari pasien sedikit terganggu seperti – hal yang menimbulkan kekambuhan.
malu untuk melakukan aktifitas diluar b. Karena pentingnya penanganan terhadap
rumah, kecuali menggunakan masker atau penderita bell’s palsy disarankan
penutup wajah. melakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui pengaruh Infra red, electrical
D. SARAN DAN KESIMPULAN
stimulation dan massage dengan
Berdasarkan hasil analisis data dan
modalitas lain.
pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
a. Infra red, electrical stimulation dan
Annsilva. (2010). Bell’s Palsy (case report).
massage dapat mengurangi kaku wajah [Online]. Tersedia di: http://annsilva.
wordpress.com/2010/04/04/bell’s-
pada penderita bell’s palsy dextra di
palsy-case-report/.

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

14
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

Sidharta. (2010). Neurologi Klinis dalam


Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.

Sujatno, dkk. (2002). Sumber Fisis.


Surakarta: Akademi Fisioterapi
Surakarta.

Tappan, F, (1988). Healing Massage


Techniques Holistic, Classic, and
Emerging Methods. California:
Appleton & Lange.

Trisnowiyanto, B. (2010). Instrumen


Pemeriksaaan Fisioterapi dan
penelitian kesehatan. Jogjakarta: Nuha
medika

Pengaruh Infra Red dan Elektrical ................ (Suci Amanati, Didik Purnomo dan Zainal Abidin), hlm. 9-15

15

Anda mungkin juga menyukai