SKENARIO 1
Tn. Baharudin 60 tahun, diantar keluarganya ke Unit Gawat Darurat RS, dengan keluhan
nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri, selama 40 menit, keringat dingin dan nafas terasa
berat. Keluhan ini sudah beberapa hari ini dan semakin memberat sejak 3 jam yang lalu.
1
BAB II
KATA KUNCI
2
BAB III
PROBLEM
BAB IV
PEMBAHASAN
3
Ukuran Dan Bentuk Jantung
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang
yang terletak antara kedua paru-paru dibagian tengah rongga toraks. Dua per tiga jantung
terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran
kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya
Pelapis Jantung
a. Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada
diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
b. Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal
Tanda-tanda Permukaan
a. Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara atrium dan ventrikel.
b. Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan ventrikel kanan dan
ventrikrl kiri
4
(Gambar 2.1 Jantung dengan atrium kanan terbuka)
1 Atrium kanan (gambar 2.1) terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima
darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
2 Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan,
tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju arteri
yang membawa darah meninggalkan jantung.
1 Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak
yang pendek ke paru-paru.
2 Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3
kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan
mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
3 Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol
dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003:
229).
5
3. Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung
sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (lihat gambar 2.2).
Jantung mendapat vaskularisasi dari arterie coronaria dextra dan sinistra, yang
berasal dari aorta ascendens tepat di atas valva aortae. Arteri coronaria (gambar 2.3) dan
percabangan utama terdapat dipermukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat
subepicardial. Arteria coronaria dextra berasal dari sinus anterior aorta dan berjalan ke depan
6
diantara trunkus pulmonalis dan auricula dextra. Arteri ini berjalan turun hampir ventrikel di
dalam sulcus atrio-ventrikulare dextra. Cabang-cabangnya:
1. Ramus coni arteriosis, mendarahi facies anterior conus pulmonalis (infundibulum
ventrikulare dexter) dan bagian atas dinding anterior ventrikulare dexter.
2. Ramus ventriculare anteriores, mendarahi fasies anterior ventrikulus dexter. Ramus
marginalis dexter adalah cabang yang terbesar dan berjalan sepanjang pinggir bawah
fasies kostalis untuk mencapai apex cordis.
3. Ramus ventrikulare posterior mendarahi facies diaphragmatica ventrikulus dexter.
4. Ramus Interventrikulare posterior (desendens), berjalan menuju apeks pada sulkus
interventrikulare posterior. Memberikan cabang-cabang ke ventrikulus dexter dan
sinister termasuk dinding inferiornya. Memberikan percabangan untuk bagian
posterior septum ventrikulare tetapi tidak untuk bagian apeks yang menerima
pendarahan dari ramus inventrikulusanterior arteria coronaria sinister. Sebuah
cabang yang besar memvaskularisasi nodus atrioventrikularis.
5. Ramus atrialis, beberapa cabang mendarahi permukaan anterior dan lateral atrium
dexter. Atria nodus sinuatrialis mendarahi nodus dan atriumdextrum dan sinistra.
Arteria coronaria sinistra, lebih besar dibandingkan dengan arteria coronaria dextra,
mendarahi sebagian besar jantung, termasuk sebagian besar atrium kiri, ventrikel kiri dan
septum ventrikular. Arteri ini berasal dari posterior kiri sinus aorta ascendens dan berjalan ke
7
depan di antara trunkus pulmonalis dan aurikula sinister. Kemudian pembuluh ini berjalan di
sulcus atrioventrikularis dan bercabnag dua menjadi ramus interventreikular anterior dan
ramus circumflexus.
1. Ramus interventrikularis (descendens) anterior, berjalan ke bawah didalam sulcus
interventrikularis anterior menuju apex kordis. Pada kebanyakan orang pembuluh ini
kemudian berjalan di sekitar apeks cordisuntuk masuk ke sulkus interventrikular
posterior dan beranastomosis dengan cabang-cabang terminal arteria coronaria dextra
2. Ramus circumflexus, pembuluh ini melingkari pinggir kiri jantung didalam sulkus
atrioventrikular. Ramus marginalis merupakan cabang yang terbesar mendarahi batas
kiri ventrikule sinistra dan turun sampai apekskordis.
Sebagian besar darah dari jantung kembali ke artrium kanan melalui sinuscoronaria,
yang terletak pada bagian posterior sulkus atrioventrikular dan merupakan lanjutan dari vena
cardiaca magna. Pembuluh ini bermuara ke atrium kanan sebelah kiri vena kava inferior. vena
cardiaca parva dan vena cardiac media merupakan cabang sinus coronarius. Sisanya dialihkan
ke atrium kanan melalui vena ventrikuli dextri anterior dan melalui vena-vena kecil yang
langsung bermuara ke ruang-ruang jantung.
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom
melalui plexus cardiacus yang terletak di bawah arkus aorta. Saraf simpatis berasal dari
bagian cervicale dan thoracale bagian atas truncus symphatikus, dan persarafan parasimpatis
berasal dari nervus vagus.
Serabut-serabut postganglionik simpatis berakhir di nodus sinusatrial dan nodus atrio
ventrikular, serabut-serabut otot jantung dan arteria coronaria. Perangsangan saraf simpatis
mengakibatkan akselerasi jantung, meningkatkan denyut jantung (daya kontraksi otot
jantung) dan dilatasi arteria koroner.
Serabut-serabut postganglionik parasimpatis berakhir di nodus sinusatrial dan nodus
atrioventrikular dan arteria coronaria. Perangsangan saraf parasimpatis mengakibatkan
berkurangnya denyut jantung (daya kontraksi otot jantung) dan konstriksi arteria koroner.
Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama saraf simpatis membawa implus saraf yang
biasanya tidak dapat disadari. Akan tetapi bila pasokan darah kurangke otot jantung
8
terganggu maka implus rasa nyeri dapat dirasakan melalui lintasan tersebut. Serabut-serabut
aferen yang berjalan bersama nervus vagus mengambil bagian dalam refleks kardiovaskular.
Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan
peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke
dalam ventrikel.
9
Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk
segera menutup.
Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
1. Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir
darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml
2. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan
volume sistole akhir (50 ml).
Diastole ventricular
1. Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary,
sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
2. Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar
aorta.
3. Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik
karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel
menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan
atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003:
234-235).
10
Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit
(Ethel, 2003: 235).
Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor,
yang terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.
1 Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap perubahan tekanan
darah.
a. peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang
memperlambat frekuensi jantung.
b. penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi
frekuensi jantung yang menjalar melalui pusat medular.
2 Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan
darah menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung
untukmempertahankan tekanan darah.
Ethel mengatakan bahwa Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir
semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input
emosional dari sistem saraf pusat. Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan
11
elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika
kadarnya meningkat atau berkurang (Ethel, 2003: 235-236).
3 Faktor yang mendukung aliran balik vena dan memperbesar curah jantung
a. Pompa otot rangka. Vena muskular memiliki katup-katup, yang memungkinkan
darah hanya mengalir menuju jantung dan mencegah aliran balik. Konstraksi
otot-otot tungkai membantu mendorong darah kearah jantung melawan gaya
gravitasi.
b. Pernafasan. Selama inspirasi, peningkatan tekanan negatif dalam rongga toraks
menghisap udara ke dalam paru-paru dan darah vena ke atrium.
c. Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan dalam
limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung turun.
d. Gaya gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena.
4 Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi curah jantung
a. Perubahan posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak, memindahkan darah
dari sirkulasi pulmonary ke vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada
frekuensi jantung dan tekanan darah dapat mengatasi pengurangan aliran balik
vena.
12
b. Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi dan volume
darah rendah) mengakibatkan pengurangan aliran balik vena dan curah jantung.
c. Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary memaksa
ventrikel bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah melawan tahanan.
Semakin besar tahanan yang harus dihadapi ventrikel yang bverkontraksi,
semakin sedikit curah jantungnya.
5 Pengaruh tambahan pada curah jantung
a. Hormone medular adrenal.
Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan daya
kontraksi sehingga curah jantung meningkat.
b. Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial
mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya.
c. Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya.
d. Penyakit kardiovaskular.
4.3 Gejala Klinis
Identitas
Nama : Bapak Baharudin
Umur : 20 tahun
Berat badan : 50 kg.
Pekerjaan : tidak disebutkan
Keluhan Umum: nyeri dada kiri yang menjalar ke lengan kiri cukup lama, keringat
dingin, nafas terasa berat sudah berhari-hari tapi tiga jam terakhir ini
yang paling berat.
Vital Sign
Tensi : 100/90 mmHg
Nadi : 100 kali/menit, reguler, amplitudo kuat
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36, 3 ˚C
Inspeksi
Kepala/Leher:
Anemia : tidak ada (-)
13
Ikterus : tidak ada (-)
Sianosis : tidak ada (-)
Dyspneu : tidak ada (-)
Napas cuping hidung : tidak ada (-)
Jugular Vein Pressure : normal
Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran
Letak Trakea : tengah
Thoraks/Jantung:
Suara jantung menjauh
S1-S2 tunggal
Mur-mur (-)
Gallop (-)
Ekstrasistole (-)
Paru:
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Gerak napas : simetris
Retraksi ruang sela iga : tidak ada (-)
Hipertrofi otot-otot bantu napas : tidak ada (-)
Palpasi :
Gerak napas : simetris
Fremitus : normal
Ruang sela iga : normal
Perkusi : normal
Auskultasi: normal
Abdomen:
Bentuk : flat
Konsistensi : supel
Pembesaran hati : tidak teraba
Meteorismus : tidak ada (-)
Bising usus : normal
Asites : tidak ada (-)
2. Kimia Darah
SGOT : 150 U/L
SGPT : 65 U/L
Billirubin direct : 0,8 mg/dl
Billirubin indirect: 0,9 mg/dl
Albumin : 3,7 g/dl
Globulin : 2,7 g/dl
BUN : 20 mg/dl
Serum Kreatinin : 0,8 mg/dl
Asam urat : 9,4 mg/dl
Natrium : 136 mmol/L
Kalium : 3,8 mmol/L
GDP : 105 mg/dl
GD2JPP : 120 mg/dl
Kolestrol total : 298 mg/dl
Trigliserida : 210 mg/dl
HDL : 35 mg/dl
LDL : 170 mg/dl
CK : 160 µg/ml
5. EKG suara sinus 100 kali/ menit, ST elevasi V1-V5, ST depresi II dan III.
Angina pektoris adalah kumpulan gejala klinis berupa serangan nyeri dada yang khas,
yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada
tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas
dihentikan. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang atau ke
daerah perut, yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.
1. Angina Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika pembuluh darah koroner yang tidak dapat
melebar untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan
kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
Berdarsarkan tingkat penyebabnya maka Angina Pectoris stabil dapat di bagimen jadi:
1. Selalu timbul sesudah kegiatan berat
2. Timbul sesudah melakukan kegiatan sedang (jalancepat1/2km)
3. Timbul sesudah melakukan kegiatan ringan (jalan100m)
4. Jika melakukan aktivitas yang ringan (jalanbiasa)
5. Biasanya berlangsung singkat (5 menit atau kurang)
6. Menurun atau hilang dengan istirahat
16
7. Bisa dirasakan seperti nyeri dada yang menyebar ke lengan, punggung atau tempat lain
8. Bisa diperkirakan datangnya, setiap episode nyeri memiliki kemiripan, atau cenderung
sama
Penyebab yang lain meliputi: Stressemosional, terpapar suhu sangat panas atau sangat dingin,
makan terlalu banyak, dan merokok
2. Angina prinzmetal
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering
timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme
(penyempitan terus-menerus) pembuluh darah koroner yang menimbulkan kekurangan
oksigen jantung di bagian hilir.
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit pembuluh darah koroner. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung, hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner,
yang ditandai oleh plak yang tumbuh dan mudah mengalami penyempitan.
Gejala:
Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi berat
dan lamanya meningkat
Timbul waktu istirahat/kerjaringan.
Fisical assessment tidak membantu.
EKG:DeviasisegmentSTdepresiatauelevasi.
Gejala klinis :
17
pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien
kurang.
Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas, misalnya
sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga.
Pada kasus yang berat, aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan
terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul
pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan tidak
enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari
20 menit, mungkin pasien mendapat serangan jantung dan bukan angina pektoris
biasa.
Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah,
kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
5.1.3 Asma
Gejala asma pada penderita muncul ketika saluran udara pada sistem pernapasan
menjadi menyempit, terangsang, atau terisi dengan lendir. Gejala asma umum antara lain
batuk (terutama pada malam hari), mengi, sesak napas, sesak pada dada, atau terasa tertekan.
Tidak setiap orang dengan asma mempunyai gejala yang sama dengan cara yang sama.
Penderita penyakit asma mungkin tidak memiliki semua gejala ini, atau mungkin memiliki
gejala asma yang berbeda pada waktu yang berbeda. Gejala penyakit asma juga dapat
bervariasi dari satu serangan asma ke serangan berikutnya.
Beberapa orang dengan penyakit asma dapat terdiagnosis untuk waktu yang lama
tanpa gejala apapun. Selain itu, beberapa orang mungkin hanya mendapat gejala asma selama
18
latihan atau asma dengan infeksi virus seperti pilek. Serangan asma ringan bersifat umum,
biasanya saluran udara dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam terbuka.
Sedangkan serangan berat kurang umum tetapi bertahan lebih lama dan memerlukan bantuan
medis segera. Penting untuk mengenali dan mengobati gejala bahkan yang ringan sekalipun
untuk membantu mencegah episode asma parah dan tetap di bawah kontrol yang lebih baik.
Tanda-tanda peringatan dini adalah perubahan yang terjadi tepat sebelum atau pada
awal serangan asma. Tanda-tanda ini dapat dimulai sebelum terkenal gejala asma dan
merupakan tanda-tanda awal bahwa asma akan memburuk.
Secara umum, tanda-tanda ini tidak cukup parah untuk menghentikan aktifitas sehari-
hari. Tapi dengan terjadinya tanda-tanda ini, kita dapat menghentikan serangan asma atau
mencegah salah satunya agar tidak semakin memburuk. Tanda-tanda peringatan dini gejala
asma meliputi:
Sering batuk, terutama pada malam hari
Kehilangan napas Anda dengan mudah atau sesak napas
Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
Mengi atau batuk setelah latihan
Merasa lelah, mudah marah, atau menggerutu
Penurunan atau perubahan fungsi paru-paru yang diukur pada puncak arus meter
Tanda-tanda pilek atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala)
Masalah tidur
Pada pemeriksaan fisik
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi
nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b. Terdapat cuping hidung
c. RR meningkat lebihdari 20/menit
d. Terdapat kontraksi otot tambahan (m. Sternocleidomastoideus)
Pemeriksaan fisik:
19
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan angina pektoris diluar serangan hampir
selalu tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik. Pada waktu serangan nyeri dada mungkin
dapat ditemukan adanya bunyi jantung ke 4 (S4) yang akan menandakan adanya gangguan
dari daya pompa dari ventrikel kiri.
Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada
waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-
kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan
gelombang T dapat menjadi negatif.
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
klasifikasi arkus aorta.
Pemeriksaan Laboratorium
20
infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah
seperti kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor
resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan
diabetes melitus yang juga merupakan faktor resiko bagi pasien angina pektoris.
Karena pada angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG pada waktu
istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill, atau sepeda ergometer
sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal, dan selama latihan
EKG dimonitor demikian pula setelah selesai EKG terus dimonitor. Tes dianggap positif bila
didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.
Lebih – lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada
waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pektoris.
Di tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara
Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan
sesudah melakukan latihan tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama uji latihan jasmani dan dapat menambah
sensitivitas dam spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikkan secara intravena pada
puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan
dihentikan dan diulang kembali setelah pasien istirahat dan kembali nomal. Bila ada iskemia
maka akan tampak cold spot pada daerah yang menderita iskemia pada waktu latihan dan
menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot
jantung yang menderita iskemia.
Penyadapan Jantung
21
tindakan operasi bypass. Pada arteriografi koroner akan tampak penyempitan pembuluh
koroner, letaknya penyempitan, beratnya penyempitan maupun banyaknya pembuluh darah
yang menyempit.
Angina pektoris
Infark jantung
Kemungkinan adanya penyempitan pembuluh darah utama kiri atau kemungkinan
penyempitan 3 pembuluh darah (3 vessel disease)
Uji treadmill yang positif
Untuk menegakkan diagnosis pada kasus yang sukar.
22
BAB V
HIPOTESIS AWAL
1. Esofagitis
2. Myalgia (Nyeri neuro/musculoskeletal)
3. Penyakit Jantung Koroner
23
BAB VI
ANALISIS DARI DIAGNOSIS BANDING
1. Esofagitis
Penyebab utama dari esofagitis adalah GERD (GastroEsofageal Reflux
Disease). Penyebab penting lainnya, tetapi lebih jarang terjadi adalah infeksi
esofagitis (pada pasien yang immunocompromise), esofagitis karena radiasi, dan
erosif esofagitis.
1.1 Patofisiologi
Patofisiologi dari esofagitis tergantung pada penyebabnya, yaitu :
Reflux esofagitis
Reflux esofagitis terjadi bila isi lambung teregurgitasi ke esophagus. Pada
banyak kasus, hal ini jarang berbahaya, karena peristaltik dari esophagus
mendorong isi lambung tersebut kembali ke lambung. Tetapi, pada kasus lainnya,
apabila reflux dari lambung tersebut persisten atau menetap di esophagus, maka
hasilnya adalah kerusakan pada esophagus yang menyebabkan timbulnya gejala
dan perubahan makroskopik. Asam lambung, pepsin, dan empedu, mengiritasi
epitel pipih, yang mengarah ke inflamasi, erosi, dan ulcerasi, pada mukosa
esophagus.
24
pelindung mukosa dan antibiotik yang menekan flora normal esophagus dapat
juga berkontribusi dalam kemampuan invasive dari organisme komensal.
Beberapa tipe dari infeksi esophagus :
Jamur/ fungal (eg, Candida) esofagitis
Virus (eg, Herpes) esofagitis
Tuberculous esofagitis
25
Tes laboratorium biasanya tidak menolong kecuali bila sudah ada komplikasi
(perdarahan GI bagian atas). Radiografi juga tidak banyak membantu, kecuali
jika sudah ada komplikasi (eg, perforasi, obstruksi, perdarahan).
Pemeriksaan esophagus dengan barium double contrast dianjurkan sebagai
pemeriksaan imaging awal pada pasien dengan dysphagia. Bagaimanapun, dapat
juga dilakukan upper endoscopy (esophagogastroduodenoscopy [EGD]) karena
pemeriksaan ini dapat menunjukkan informasi diagnostik yang lebih banyak (eg,
adanya inflamasi, dapat mengambil sampel untuk pemeriksaan patologi,
pemeriksaan sitologi, kultur bakteri dan virus)
Tidak direkomendasikan pemeriksaan barium pada pasien dengan dysphagia
atau odynophagia yang absolute. Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien
dengan dysphagia atau odynophagia adalah upper endoskopi.
2. Mialgia
- Nyeri pada otot atau dalam jaringan otot
- suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal, mulai diakibatkan oleh olah raga
yang menyebabkan tubuh merengang terlalu banyak. Mialgia yang tanpa adanya
cedera biasanya disebabkan oleh infeksi dari virus.
Gejala:
- Nyeri otot atau dalam jaringan otot
- Nyeri ekstrim yang menghambat gerakan di leher
- Demam
- Pasien tidak bisa menyentuhkan dagu ke dada (mialgia akibat meningitis)
Penyebab paling umum adalah:
Cedera atau trauma, termasuk keseleo, hematoma
Berlebihan: menggunakan otot terlalu banyak, terlalu sering, termasuk melindungi
cedera terpisah
Kronis ketegangan
respons terhadap vaksinasi
penyakit, gangguan, obat-obatan
tanda penolakan akut setelah operasi transplantasi jantung
Penyebab lain:
- Autoimun: Multiple sclerosis (nyeri neurologis diartikan sebagai otot), Myalgic
Encephalomyelitis, Myositis , eritematosus lupus , demam Mediterania familial ,
Poliartentis nodosa , penyakit Devic itu , morfea , Sarkoidosis
26
- Cacat Metabolik: Carnitine palmitoyltransferase II defisiensi , sindrom Conn ,
insufisiensi adrenal , Hipertiroidisme , Hypothyroidism
- Lainnya: Myalgic Encephalomyelitis, Ehlers Danlos Syndrome , Hipokalemia ,
intoleransi Latihan , mastositosis , Neuropati perifer , Eosinofilia mialgia sindrom ,
Fibromyalgia , Barcoo Demam , Herpes , Hemochromatosis alias Iron Overload
Disorder, onset nyeri otot Tertunda , AIDS , HIV , Tumor-induced osteomalacia ,
sindrom penyakit Postorgasmic.
- Sindrom Penarikan: Penghentian mendadak kortikosteroid dosis tinggi, opioid,
barbiturat, benzodiazepin , atau alkohol dapat menyebabkan mialgia.
27
yang inadekuat pada organ target pada saat terjadi kenaikan aktivitas
metabolik dan kebutuhan oksigen.
Angina pectoris ditandai dengan adanya rasa ketidaknyamanan pada
daerah retrosternal yang sering menjalar ke lengan kiri dan mungkin
berhubungan dengan sesak napas. Angina pectoris muncul pada saat
beraktivitas dan berkurang saat istirahat atau terapi nitrat. Pola dari angina
pectoris yang tidak stabil adalah meningkatnya frekuensi atau intensitas dari
episode angina pectoris dan termasuk nyeri pada saat istirahat. Episode
angina pectoris yang lama disertai dengan diaphoresis dapat diduga sebagai
suatu infark myocard.
28
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardial pasien IMA dan merupakan
pertanda awal dalam pengelolaan pasien. Sifat nyeri dada angina adalah sebagai
berikut:
Lokasi : berada pada substernal, retrosternal, dan prekordial
Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, terbakar, ditindih benda berat seperti ditusuk,
diperas atau dipelintir
Penjalaran : ke lenngan kiri dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut dapat juga ke lengan kanan.
Adanya faktor pencetus : aktivitas fisik, emosi, udara dinggin dan sesudah makan.
Gejala yang menyertai : keringat dingin, cemas, lemas, mual, muntah serta sulit
bernafas.
Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau memakan obat nitrat.
Pemeriksaan fisik
Pasien terlihat cemas, pada ekstrimitas pucat dan dingin. Kombinasi nyeri dada >30
menit dan banyak keringat. Peningkatan suhu sampai 38º disfungsi ventrikular S4 dan S3
gallop, penurunan instensitas bunyi jantung pertama dan spit paradoksial bunyi jantung
kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik.
EKG
29
Terdapat elevasi segmen ST diikuti perubahan sampai inversi gelombang T, kemudian
muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan. Dilakukan 10 menit setelah
pasien datang ke IGD.
Pemeriksaan laboratorium
Pertanda adanya nekrosis jantung, selnya akan mengelurakan enzim yang dapat
dapat diukur
CKMB (creatinine kinase MB) : meningkat 3 jam setelah miokard infark dan mencapai
puncak dalam 10 – 24 jam dan kembali normal dalam 2 – hari. Operrasi jantung,
miokarditis dan injuri otot juga meningkatkan CKMB.
cTn (cardiac specifik troponin) T dan I; meningkat setelah 2 jam setelah infark miokard,
dan mencapai puncak setelah 10 – 24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5 – 14
hari sedangkan cTn I setelah 5 -10 hari.
30
Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, terjadi transudasi
cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan edema aliran udara menjadi terganggu biasanya
ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih panjang yang lebih dikenal asma
kardial fase permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi cairan
transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik karena ketidaka mampuan
limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan tertahan dijaringan
intertissiel paru-paru yang makain lama akan menggangu alveoli sebagai tempat
pertukaran udara mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok
yang lebih dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi
lemah dan rendah serta perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis otot-otot
jantung yang berakibat kematian
Gagalnya kkhususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung
oksigen tubuh yang berakibat dua antara lain:
o Tanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output seperit dyspnoe de effort (sesak
nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat berbaring dan dapat
dikurangi pada saat duduk atau berdiri.kemudian dispnue noktural paroksimalis (sesak
nafas pada malam hari atau sesak pada saat terbangun)
o Dan kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang bertambah,
penurunan pada pusat pernafasan, edema paru, takikakrdia
o Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi distolik dini ( proses aktif yang
tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing ventrikel
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antaralai :
Dyppnea
Batuk
Orthopea
Reles paru
Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru
DIAGNOSTIK
1) Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis
2) Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan guna
mengkaji kompensaai sepperti hipertropi ventrikel
3) Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada
penyakit jantung kotoner
4) Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung
5) esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.untuk menyajikan
data tentang fungsi jantung
32
BAB VIII
Konvensional
PJK
Khas: nafas terasa berat, difuse,
menyebar kelengan dan bahu kiri,
Nyeri dada tipe cardiovaskular nyeri tidak dapat ditunjukkan,
Troponim I, T ↑
Sistole dan Diastole ↓ SGOT > SGPT >3x ↑
VR kejantung terhambat
Terapi Pasien :
A . P e n a t a l a k s a n a a n P e n y a k i t J a n t u n g K o ro n e r
Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk
tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat
mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan
jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.
Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK.
Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka
waktu yang cepat setelah mengalami serangan. Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan
obat-obatan seperti nitrat sublingual(diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau
morfin.
1. Obat-obatan yang dapat meningkatkan supply darah ke otot jantung ,
obat-obat yang menurunkan kebutuhan O2 pada otot jantung dan
obat-oba untuk penyakit penyerta.
2 . B a l o n d a n p e m a s a n g a n s t e n t . Balon arteri koroner adalah suatu tehnik
menggunakan balon halus yang dirancang khusus untuk membuka daerah
sempit di dalam lumen arteri koroner.
3 . O p e r a s i B y - p a s s Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan
salah satu penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan
cara membuat saluran yang baru melewati bagian arteri koronia yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan. Dimana arteri atau vena diambil
dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas
melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk
aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung. Selama dilakukan pembedahan,
pasien diberikan anestesi umum agar tidak sadar dan tidak merasa sakit.
Pernapasan dibantu dengan ventilator. Setelah itu, dinding toraks (dada) dibuka,
jantung yang sedang berdenyut dihentikan dengan suhu dingin, kemudian aliran
darah yang secara normal dipompakan keluar dari jantung dialihkan pada mesin
jantung (heart lungmachine). Dengan demikian, dokter ahli bedah dapat dengan
tenang menggunakan sepotong vena atau arteri untuk membuat bypass
(jalanpintas) pada bagian arteri koroner yang tersumbat atau sakit. Jadi jalan
34
pintas yang mulus ini memungkinkan darah dan oksigen dapat mengalir kembali
ke otot jantung.
Pembuluh darah yang dipakai untuk bypass ini disebut graft; ujung yang satu
dihubungkan dengan aorta ascenden sedangkan ujung yang lainakan
disambungkan ke arteri koroner dibawah dari pada daerah penyempitan. Operasi
bypass membutuhkan waktu 4 hingga 6 jam.
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya
untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang
potentially curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
1. Non medikamentosa.
Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana
kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar–benar dengan
tirah baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering
tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet
umumnya berupa makanan
2. Medikamentosa
lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita
dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan
diberikan sebanyak 80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun
parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai
edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis
optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik
dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT
lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot. Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang
memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau
pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan
penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.Pemakaian obat dengan efek
diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam
penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy
(CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai
35
alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-
iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup, namun mahal.
Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih
minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard
yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.
3. Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
a. Revaskularisasi (perkutan, bedah).
b. Operasi katup mitral.
c. Aneurismektomi.
d. Kardiomioplasti.
e. External cardiac support.
f. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
g. Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
h. Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
36
BAB X
PRONOSIS DAN KOMPLIKASI
Prognosis
Prognosis pada penyakit ini tergantung dari beberapa hal, yaitu wilayah yang terkena
oklusi, sirkulasi kolateral, durasi atau waktu oklusi, oklusi total atau parsial, kebutuhan
oksigen miokard. Berikut prognosis pada penyakit ini:
25% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit
Total mortalitas 15-30%
Mortalitas pada usia < 50 tahun 10-20%
Mortalitas usia > 50 tahun sekitar 20%
Komplikasi
Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering memberikan
komplikasi adalah ventrikel vibrilasi. Ventrikel vibrilasi 95% meninggal sebelum sampai
rumah sakit. Komplikasi lain meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal jantung dan hipotensi/
syok kardiogenik.
Kondisi pasien masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan. Pasien juga masih
dalam keadaan sadar penuh serta belum terlihat adanya komplikasi yang terjadi dari
penyakit jantung koroner ini sehingga dokter belum perlu untuk melakukan tanda merujuk
untuk pasien.
37
Peran Pasien :
1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
2. Selalu kontrol secara rutin ke dokter
Pencegahan:
38
BAB XI
DAFTAR PUSTAKA
Djohan, Bahri Anwar. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi, (Online),
(https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:RW8a_8LqqEEJ:library.usu.ac.id/download/fk/gizi-
bahri10.pdf+pjk&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESh4z2VJFYEwvhNnJ9h2nSSi
HQsldcx_RxNSGKn0qcZb5QZUCyTd3puBIFrJj5m_equHW3eGbewFWmMLDPqINOAuH
rGRpICeJojbxhaNz2jGHUTLlfwmVAMk0pRPW1AI3kbikOoD&sig=AHIEtbQF7KSbMIX
N4ifxVyXl1vcBrm8ZnA, diakses 18 September 2012)
Hanafi,Idrus Alwi, Muin Rahman & S Harun. 2006. Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Jakarta:
FKUI 2006.
Rilanto, Lily Ismudiati dkk. (2001). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Unversitas Indonesia.
39