oleh:
MAHASISWA PROFESI NERS
ANGKATAN 23
Laporan Analisis SWOT Program Puskesmas Panti dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas
disahkan oleh Pembimbing Lapangan Puskesmas Panti pada :
Hari, tanggal :
Tempat : Puskesmas Kecamatan Panti, Kabupaten Jember
Mengetahui,
Mengesahkan.
Sekretaris I Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
KATA PENGANTAR
Dalam rangka menjalankan upaya kesehatan perlu dibuat POA (Plan Of Action) yang
didalamnya mencakup perencanaan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu tertentu (2
bulan), serta indikator-indikator yang akan dicapai guna mengukur seberapa jauh aktivitas
yang sudah dilakukan bisa mencapai tujuan utama yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, sangat diperlukan kerjasama disemua pihak terutama pejabat pembuat
kebijakan dalam mendukung pelaksanaan dilapangan termasuk sarana dan prasarana yang
ada guna melaksanakan kegiatan yang akan dilaksanakan beserta saran sumber daya manusia
yang sesuai dengan kompetensinya.
Pada akhirnya, diucapkan terima kasih kepada semua belah pihak yang telah membantu
menyelesaikan POA ini, semoga semua yang telah dilakukan dapat berguna demi menjaga
derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Jember terutama di wilayah kerja Puskesmas
Panti.
Tim Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengaplikasikan manajemen perencanaan tingkat Puskesmas
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar puskesmas
2. Melakukan pengkajian SWOT di Puskesmas Panti
3. Menentukan masalah kesehatan di Puskesmas Panti
4. Menganalisa penyebab masalah
5. Menentukan rencana tindak lanjut
6. Melakukan implementasi
7. Melakukan evaluasi kegiatan
BAB 2. KONSEP DASAR PUSKESMAS
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
a. Sumber daya, Indikator untuk mengukur sumber daya dalam pelaksanaan program
Puskesmas yaitu: sumber daya aparatur, sumber daya waktu, fasilitas.
b. Disposisi, yaitu sikap dari para pelaksana kebijakan dalam pelaksanaan pencapaian
tujuan dari program puskesmas. Disposisi dapat dilihat dari segi-segi yaitu:
kesopanan petugas, keramahan petugas, profesionalitas petugas.
c. Struktur birokrasi, yaitu dapat diukur melalui indikator-indikator berikut:
1. kedisiplinan petugas; seberapa baik petugas menaati tata tertib yang telah
ditentukan ditentukan oleh Puskesmas;
2. kelalaian petugas; apakah petugas sering lalai serta melakukan kesalahan dalam
melayani masyarakat (responden);
3. pelaksanaan tugas dan fungsi; seberapa baik petugas menjalankan tugasnya
berdasarkan dengan tugas dan fungsinya masing-masing;
4. standar pelayanan; apakah petugas memberikan pelayanan kepada responden
sesuai dengan standar pelayanan dalam program puskesmas yang ada di
puskesmas.
d. Komunikasi, merupakan variabel yang mempengaruhi program puskesmas diukur
melalui indikator yaitu:
1. sejauh mana informasi mengenai program puskesmas diperoleh atau diketahui
oleh responden yang diukur melalui indikator;
2. bagaimana pelaksanaan sosialisasi tentang kejelasan penggunaan dan prosedur
program puskesmas;
3. sejauh mana informasi/berita mengenai program puskesmas diketahui oleh
masyarakat (responden) melalui media massa.
UKP tingkat pertama di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan
gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan atau rawat inap
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Puskesmas sudah membuat berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan asas penyelenggaraan Puskesmas, namun hal ini perlu
ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif
dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk
fungsi-fungsi manajeman. Fungsi manajemen tersebut yang menjadikan puskesmas menjadi
lebih baik dalam kebijakan, program maupun konsepnya. Dalam Kepmenkes RI No. 128
tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas dibagi menjadi tiga fungsi utama (1)
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di
wilayahnya; (2) pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus
dikaitkan dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayahnya, dan; (3) penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat
pertama yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya. Upaya kesehatan di
Puskesmas dipilah dalam dua kategori, yaitu Pertama, pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer yakni puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif dengan sasaran
kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit, dan; Kedua, Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer
dimana peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan
kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik.
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan asas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajeman Puskesmas yang baik. Berikut beberapa model manajemen dan fungsi
penjabarannya:
Dari berbagai model diatas memiliki fungsi manajemen yang sama, setiap puskesmas
bebas menentukan model manajemen yang ingin diterapkan dengan syarat dapat memenuhi
hasil sebagai berikut:
2.5.1 Pengertian
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan yang urut dan harus dilakukan untuk
mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan
Puskesmas pada tahun yang akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi
masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2.5.2 Ruang Lingkup
Perencanaan tingkat puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam Upaya
Kesehatan Wajib, Upaya Kesehatan Pengembangan, dan Upaya Kesehatan Penunjang.
Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai Renacana Tahunan Puskesmas yang
dibiayai oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat serta sumber dana lainnya. Perencanaan
Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
b. Tahap analisis situasi
c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
A. Tahap Persiapan, pada tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap
ini dilakukan dengan cara:
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas
yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas
2. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh
dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen
Kesehatan
B. Tahap Analisa Situasi, pada tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis
terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh kepala Puskesmas
melakukan pengumpulan data. Terdapat 2 kelompok data yang perlu dikumpulkan
yaitu, data umum dan data khusus.
1. Data Umum:
a) Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan, mencakup luas wilayah, jumlah
desa/dusun/RT/RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas.
Data ini diperoleh di kantor Keluarahan/ Desa atau kantor Kecamatan.
b) Data Sumber Daya, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa mencakup:
Ketenagaan, Obat dan bahan habis pakai, Peralatan, Sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya, serta
Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputr, mesin TIK,
meubelair, kendaraan.
c) Data peran serta masyarakat, mencakup jumlah Posyandu, Kader, Dukun Bayi dan
tokoh mayarakat
d) Data penduduk dan sasaran program, mencakup jumlah penduduk seluruhnya
berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio
ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin, (persentase di tiap
desa/kelurahan)
e) Data sekolah mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah
UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS
f) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas.
2. Data Khsus
a) Status Kesehatan, yaitu Data kematian, Kunjungan kesakitan, dan Pola penyakit,
yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
b) Kunjungan kesakitan c
c) Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 tahun terakhir tiap desa/kelurahan d.
Hasil survey
C. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada
periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah
2. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah, yaitu Analisa Masalah dan Penyusunan
Rencana Usulan Kegiatan.
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan (Depkes RI, 2006).
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
a. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. merupakan pemantauan hasil kerja petugas
puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas
dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan
dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
b. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas, merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama
lintas sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
2.7 Analisa SWOT Puskesmas
2.7.1 Definisi
Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategik.
Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor
kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan
organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisa SWOT
adalah sebuah bentukanalisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran).
Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian
dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik
oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisaSWOT adalah semata-mata sebuah alat
analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang
mungkin akan dihadapioleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi. Analisis
terhadap peluang dan ancaman merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang berasal dari
pihak luar perusahaan. Analisis kekuatan dan kelemahan merupakan analisis terhadap faktor-
faktor intern perusahaan. Hasil analisis ekstern ini digabungkan dengan hasil analisis intern
untuk penentuan misi, visi dan tujuan organisasi. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan
cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana
kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
2.7.2 Manfaat
Dalam penggunaan analisis SWOT kita ingin mendapatkan hasil berupa kesimpulan-
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan, sehingga dapat menentukan strategi yang akan
diterapkan.
Melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi, yaitu:
a. Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai. Unsur-unsur yang akan dinilai
biasanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Unsur perangkat organisasi (tool of administration) yang terdiri dari tenaga (man),
dana (money ), sarana (material) dan metode (method)
2. Unsur fungsi organisasi (function of administration) yang terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) serta pengawasan
(controlling)
b. Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai Nilai yang diberikan untuk tiap
unsur yang dinilai secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Nilai penampilan (performance) yang dinyatakan dengan baik atau buruk.
2. Nilai kepentingan (importance) yang dinyatakan dengan penting atau tidak penting
c. Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan, misal matrik hasil penilaian
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi.
2.7.5 Waktu penggunaan SWOT
SWOT digunakan saat mengembangkan rencana strategis atau perencanaan solusi untuk
masalah. Namun SWOT baru dapat diaplikasikan setelah menganalisis lingkungan eksternal
dan internal. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut:
a. Analisis Internal Menguji kemampuan sistem tersebut. Ini dapat dilakukan dengan
menganalisis suatu sistem dengan kekuatan dan kelemahan.
b. Analisis Eksternal Melihat pada titik-titik utama dalam analisis dan mengidentifikasi titik-
titik yang menimbulkan peluang.Untuk sistem tersebut, dan yang menimbulkan ancaman
atau hambatan terhadap kinerja.
BAB 3. HASIL PENGKAJIAN
a. Desa panti, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Panti Selatan, Dusun
Darungan, Dusun Wonolangu, Dusun Prapah Dan Dusun Gebang
b. Desa serut, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Mencek, Dusun Krajan, Dusun Karang
Anom, Dusun Kasian, Dusun Badean Kulon Dan Badean Wetan
c. Desa suci, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Glengseran, Dusun Glundengan Dan Dusun
Gaplek
d. Desa Glagahwero, terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Karang Asem Dan Dusun Krajan
e. Desa kemiri, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Sodong, Dusun Kantong, Dusun Delima,
Dusun Trenggiling, Dusun Danci Dan Dusun Krajan.
f. Desa kemuningsari Lor, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Kemuninglor,
Dan Dusun Sumbersari
g. Desa pakis, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Pertelon, Dusun Cempaka, Dusun
Kemundungan, dan Dusun Tajek
Letak kecamatan panti membujur dari utara ke selatan, sebelah utara merupakan daerah
penggunungan dan bagian selatan dataran rendah dengan komposisi daerah subur, semua
wilayah dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4.
3.1.2 Peta
a. Data Umum Puskesmas
Kecamatan : Panti
Kabupaten : Jember
Provinsi : Jawatimur
1) Keadaan Geografis
a). Luas Wilayah : 160,71 Km2
b). Dataran Rendah : 64%
c). Dataran Tinggi : 36%
d). Jumlah Desa : 7 Desa
e). Jumlah Dusun : 35 Dusun
f). Jumlah Posyandu : 78 Posyandu
g). Jumlah Posyandu Lansia : 11 Posyandu
2) Data Kependudukan
3) Pendidikan
a. Jumlah Sekolah
4) Pekerjaan
Dari data diatas diketahui bahwa pekerjaan paling banyak adalah petani pada kelompok
usia 45-49 tahun sebesar 2.112, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah jasa pada
kelompok usia 60-64 tahun sebanyak 1 orang, pada kelompok 75 tahun sebanyak 1 orang.
5) Perekonomian
Mata pencaharian mayoritas penduduk adalah petani. Pada tahun 2017 luas tanam dalam
sektor pertanian di Kecamatan Panti sebesar 8040 Ha. Produksi atau hasil tani masyarakat
Kecamatan Panti pada umumnya meliputi, tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan
ubi kayu.
Selain itu, banyak penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dan karyawan
diperusahaan-perusahaan perkebunan. Pariwisata di Kecamatan Panti terdapat wisata
perkebunan Gunung Pasang dan Air Terjun Tancak.
1) Sarana Kesehatan
b) RS Pemerintah : 0 buah
c) RS swasta : 0 buah
g) Polindes : 3 buah
h) BP swasta : 0 buah
l) Klinik Pratama :1
2) Ketenagaan
d. Bidan
1) P2B : 0 orang
2) D3 : 17 orang
e. Perawat Kesehatan
1) SPK : 3 orang :
2) D3 Keperawatan : 9 orang
3) S1 Keperawatan : 2 orang
f. Sanitarian : 1 orang
k. Koordinator Imunisasi
m. Sopir : 1 orang
Koordinator
Koordinator Jejaring
Jaringan Puskesmas
Puskesmas
1. Puskesmas 1. Klinik
Pembantu 2. Dokter pratek
2. Ponkesdes swasta
3. Poskesdes / 3. Dokter gigi praktek
polindes swasta
4. laboratorium
2. Sasaran
a. Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu
K1 (Pelayanan ibu hamil yang baru pertama kali memeriksakan kehamilan)
K4 (Pelayanan kesehatan bagi bumil sesuai standart untuk kunjungan lengkap)
DDRT (Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil) Masyarakat
Ibu hamil risiko tinggi yang ditangani
Komplikasi Kebidanan Ditangani
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Persalinan Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Pelayanan Ibu Nifas
Sasaran: Bumil, Bumil Risti, Bulin
3. Jumlah petugas
Jumlah petugas KIA ada 17 bidan secara keseluruhan. Satu koordinator dari puskesmas
dan seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas khususnya yang ada di KIA yang
bekerja sama dengan bidan wilayah, perawat Posbindu dan kader posyandu.
4. Tabel pencapaian dan sasaran
No Kegiatan Jenis Sasaran Target Capaian
hingga hingga
November November
2019 (%) 2019 (%)
1. Pemantauan a. K1 977 92,5 97,99
wilayah (Pelayanan ibu hamil yang
setempat baru pertama kali
memeriksakan kehamilan)
b. K4
(Pelayanan kesehatan bagi 645 87,0 64,69
bumil sesuai standart untuk
kunjungan lengkap)
d. Tabel EFAS
Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
Adanya pelatihan yang difasilitasi Kesadaran masyarakat terkait KIA
oleh pemerintah daerah kepada bidan masih kurang
Terdapat keterlibatan kader dalam Persoalan kematian yang terjadi
kegiatan KIA di posyandu akibat indikasi yang lazim muncul
Adanya kerjasama dengan perangkat seperti perdarahan.
desa Tidak semua kelahiran adalah
Mudahnya akses informasi dan darurat, namun berpotensi menjadi
perkembangan ilmu serta teknologi keadaan darurat.
sebagai penunjang dalam promosi
kesehatan
Terdapat peraturan pemerintah
tentang persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
Masyarakat yang tidak mampu
dibantu melalui sistem JKPM dan
Jampersal untuk ibu melahirkan yang
disubsidi oleh pemerintah
Jumlah 1 14 2,4
Kelamahan
Terdapat beberapa program yang belum 0,24 3 0,72
memenuhi target yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dan neonatal komplikasi.
Beban kerja tinggi
Kinerja petugas kurang optimal 0,1 1 0,1
Jumlah 1 15 2,24
Peluang
Adanya pelatihan kepada bidan yang difasilitasi 0,2 2 0,4
oleh pemerintah daerah
Terdapat keterlibatan kader dalam kegiatan KIA 0,1 2 0,2
di posyandu
Adanya kerjasama dengan perangkat desa 0,1 2 0,2
promosi kesehatan
Terdapat peraturan pemerintah tentang persalinan
yang ditolong oleh bidan bukan dukun
Masyarakat yang tidak mampu dibantu melalui 0,21 3 0,63
Jumlah 1 14 2,42
Ancaman
Kesadaran masyarakat terkait KIA masih kurang 0,3 2 0,6
Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi
yang lazim muncul seperti perdarahan. 0,4 1 0,4
Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan darurat.
0,3 2 0,6
Jumlah 1 5 1,6
f. Rencana tindak lanjut SWOT
EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 1. Memberikan pembekalan dan 1. Menyediakan sarana dan
(Opportunity) pelatihan rutin kepada kader fasilitas yang memadai untuk
kesehatan. menghasilkan program KIA
2. Meningkatkan kualitas yang baik
pelayanan KIA dan memberikan 2. Membuat media informasi
pengetahuan melalui yang mudah didapat oleh
penyuluhan tentang apa itu KIA masyarakat terkait KIA agar
dan pentingnya KIA masyarakat temotivasi
3. Mensosialisasikan kemudahan menggunakan pelayanan KIA
pelayanan KIA peserta di Puskesmas
Jampersal dan Jamkesda untuk 3. Melakukan pelatihan kepada
meningkatan minat kunjungan tenaga kesehatan
masyarakat ke pelayanan KIA 4. Meningkatan kualitas
4. Mengoptimalkan kelompok pelayanan yang cepat dan
komunikasi kader KIA sebagai ramah kepada peserta
monitoring dan tempat diskusi Jampersal dan Jamkesda
jika terdapat masalah
5. Memberikan kemudahan akses
dan prosedur untuk persalinan
dibantu bidan untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi
6. Meningkatkan kunjungan rumah
7. Mengadakan kerjasama lintas
sektor dalam pembuatan dan
penyebaran informasi kesehatan
terutama KIA
Ancaman 1. Meningkatkan promosi dan 1. Melakukan promosi dan
(Threat) penyuluhan kesehatan sebagai penyuluhan yang komprehensif
cara untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pengetahuan . kesadaran dan
KIA melalui kegiatan yang lebih motivasi masyarakat terutama
menarik dan mengikutsertakan ibu hamil
masyarakat untuk berperan aktif 2. Meningkatkan koordinasi
2. Meningkatkan kemampuan kepada semua pihak yang
tenaga kesehatan untuk terkait terhadap program KIA
mengurangi resiko kematian di Posyandu dan Puskesmas
serta masalah kehamilan dan
kelahiran lainnya
3. Penyampaian informasi yang
optimal untuk mencegah potensi
darurat kehamilan dan kelahiran
g. Diagram layang
Opportunity
Weakness Strength
Thread
Sw = 1,6
Ot = 0,8
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada
faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor ancaman. Sehingga program
KIA Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang berarti berapa pada posisi pertumbuhan
dimana hal ini menunjukkan kondisi internal poli KIA Puskesmas Panti yang kuat dengan
kondisi lingkungan yang sedikit mengancam.
b. Upaya Promosi kesehatan
Tabel analisis SWOT
h. Tabel IFAS
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
Terdapat 78 posyandu dari 7 Terdapat beberapa program
desa yang belum memenuhi target
Memiliki SDM yang mumpuni yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dalam pelayananan KIA dan neonatal komplikasi.
dengan kompetensi APN dan Beban kerja tinggi
CTU Kinerja petugas kurang optimal
Tersedia sarana dan prasarana Pengadaan kelas ibu hamil
yang difaslitasi oleh puskesmas masih kurang
Adanya dukungan dana dari Kurangnya program kunjungan
APBD, BOK, JKN, BPJS dan rumah
Jampersal. Masih terdapat ibu yang belum
Memiliki grup WA sebagai termotivasi tentang pentingnya
media kominikasi dan imunisasi pada anak
koordinasi KIA untuk cakupan
seluruh wilayah kerja
Puskesmas Panti
Tenaga kesehatan memberikan
pelayanan KIA langsung di
tengah masyarakat
bekerjasama dengan
masyarakat setempat
Ibu hamil telah menerima
pelayanan rujukan ke
Puskesmas maupun rumah
sakit
i. Tabel EFAS
Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
Adanya pelatihan yang difasilitasi Kesadaran masyarakat terkait KIA
oleh pemerintah daerah kepada bidan masih kurang
Terdapat keterlibatan kader dalam Persoalan kematian yang terjadi
kegiatan KIA di posyandu akibat indikasi yang lazim muncul
Adanya kerjasama dengan perangkat seperti perdarahan.
desa Tidak semua kelahiran adalah
Mudahnya akses informasi dan darurat, namun berpotensi menjadi
perkembangan ilmu serta teknologi keadaan darurat.
sebagai penunjang dalam promosi
kesehatan
Terdapat peraturan pemerintah
tentang persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
Masyarakat yang tidak mampu
dibantu melalui sistem JKPM dan
Jampersal untuk ibu melahirkan yang
disubsidi oleh pemerintah
Jumlah 1 14 2,4
Kelamahan
Terdapat beberapa program yang belum 0,24 3 0,72
memenuhi target yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dan neonatal komplikasi.
Beban kerja tinggi
Kinerja petugas kurang optimal 0,1 1 0,1
0,18 2 0,36
Jumlah 1 15 2,24
Peluang
Adanya pelatihan kepada bidan yang difasilitasi 0,2 2 0,4
oleh pemerintah daerah
Terdapat keterlibatan kader dalam kegiatan KIA 0,1 2 0,2
di posyandu
Adanya kerjasama dengan perangkat desa 0,1 2 0,2
promosi kesehatan
Terdapat peraturan pemerintah tentang persalinan
yang ditolong oleh bidan bukan dukun
Masyarakat yang tidak mampu dibantu melalui 0,21 3 0,63
Jumlah 1 14 2,42
Ancaman
Kesadaran masyarakat terkait KIA masih kurang 0,3 2 0,6
Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi
yang lazim muncul seperti perdarahan. 0,4 1 0,4
Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan darurat.
0,3 2 0,6
Jumlah 1 5 1,6
k. Rencana tindak lanjut SWOT
EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 8. Memberikan pembekalan dan 5. Menyediakan sarana dan
(Opportunity) pelatihan rutin kepada kader fasilitas yang memadai untuk
kesehatan. menghasilkan program KIA
9. Meningkatkan kualitas yang baik
pelayanan KIA dan memberikan 6. Membuat media informasi
pengetahuan melalui yang mudah didapat oleh
penyuluhan tentang apa itu KIA masyarakat terkait KIA agar
dan pentingnya KIA masyarakat temotivasi
10. Mensosialisasikan kemudahan menggunakan pelayanan KIA
pelayanan KIA peserta di Puskesmas
Jampersal dan Jamkesda untuk 7. Melakukan pelatihan kepada
meningkatan minat kunjungan tenaga kesehatan
masyarakat ke pelayanan KIA 8. Meningkatan kualitas
11. Mengoptimalkan kelompok pelayanan yang cepat dan
komunikasi kader KIA sebagai ramah kepada peserta
monitoring dan tempat diskusi Jampersal dan Jamkesda
jika terdapat masalah
12. Memberikan kemudahan akses
dan prosedur untuk persalinan
dibantu bidan untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi
13. Meningkatkan kunjungan rumah
14. Mengadakan kerjasama lintas
sektor dalam pembuatan dan
penyebaran informasi kesehatan
terutama KIA
Ancaman 4. Meningkatkan promosi dan 3. Melakukan promosi dan
(Threat) penyuluhan kesehatan sebagai penyuluhan yang komprehensif
cara untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pengetahuan . kesadaran dan
KIA melalui kegiatan yang lebih motivasi masyarakat terutama
menarik dan mengikutsertakan ibu hamil
masyarakat untuk berperan aktif 4. Meningkatkan koordinasi
5. Meningkatkan kemampuan kepada semua pihak yang
tenaga kesehatan untuk terkait terhadap program KIA
mengurangi resiko kematian di Posyandu dan Puskesmas
serta masalah kehamilan dan
kelahiran lainnya
6. Penyampaian informasi yang
optimal untuk mencegah potensi
darurat kehamilan dan kelahiran
l. Diagram layang
Opportunity
Weakness Strength
Thread
Sw = 1,6
Ot = 0,8
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada
faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor ancaman. Sehingga program
KIA Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang berarti berapa pada posisi pertumbuhan
dimana hal ini menunjukkan kondisi internal poli KIA Puskesmas Panti yang kuat dengan
kondisi lingkungan yang sedikit mengancam.
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
1. Kegiatan
Pengawasan sarana air bersih (SAB), pembinaan tempat pengelolaan makanan (TPM),
pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar, pembinaan sarana tempat-tempat umum
(TUU), konseling sanitasi, dan pemberdayaan masyarakat atau Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).
2. Sasaran
3. Jumlah petugas
Satu orang penanggung jawab Kesehatan Lingkungan bekerja sama dengan bidan wilayah dan
kader.
4. Table pencapaian
5. Masalah
Jumlah 1 9 3,35
Kelemahan
1. Sumber dana hanya berasal dari 0,30 3 0,9
APBD
2. Pengangkutan sampah medis 0,35 3 1,05
hanya setahun sekali yang
disimpan di ruang khusus dan
terbatasnya jumlah
pengangkutan sampah
3. Tidak memiliki desa ODF
0,35 3 1,05
Jumlah 1 9 3
e. Diagram Layang
0,5
(-1, 0,35)
W S
-1 -0,5 0,5 1
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisis diagram layang menunjukkan bahwa program kesehatan lingkungan
puskesmas Panti berada pada kuadran II yaitu diversifikasi dimana hal ini menunjukkan bahwa
meskipun memiliki berbagai ancaman puskesmas panti masih memiliki kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dalam jangka panjang.
d. Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular
1. Kegiatan
a. Melakukan kegiatan surveilans dan pendataan mengenai peyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus, asma bronkial, stroke, rematoid arthritis, besitas, kanker
payudara, ISPA dan lain-lain.
b. Melaksanakan Posbindu PTM di Desa/Kelurahan
c. Skrining/deteksi dini kanker seviks dan payudara pada perempuan usia 30-50 tahun
d. Melakukan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia lebih dari 18 tahun
e. Melakukan pemeriksaan tekanan darah pada penduduk usia lebih dari 15 tahun.
f. Melakukan pemeriksaan IMT/Obesitas pada penduduk usia lebih dari 15 tahun.
g. Melakukan pencegahan berupa penyuluhan terkait penyakit tidak menular yang
bekerjasama dengan program kesehatan.
i. KTR (Kawasan tanpa rokok) dengan melakukan skirining kepada siswa sekolah di
wilayah Puskesmas
2. Jumlah Petugas
Petugas dari program PTM terdiri dari Bapak Ady Chandra selaku Penanggung Jawab
program PTM dan KTR Kawasan Tanpa Rokok, Ibu Heriyu dan Bu Pratiwi selaku pemegang
program Iva, Ibu Sufdila selaku pemegang program posbindu, dan Ibu Nyoman selaku pemegang
program prolanis.
3. Sasaran
1. 7 desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
2. 9.623 orang yang berasal dari perempuan yang berusia 30-50 tahun dideteksi dini kanker
servik dan payudara
3. 71 sekolah yang ada yang ada di wilayah Puskesmas yang melaksanakan KTR
4. 47.751 orang penduduk usia lebih dari 15 tahun yang melakukan emriksaan tekanan darah
5. 47.751 orang penduduk usia lebih dari 18 tahun yang melakukan pemeriksaan gula darah
6. 47.751 orang obesitas/IMT pad penduduk usia lebih dari 15 tahun yang melakukan
pemeriksan IMT.
4. Tabel Pencapaian
Pencapaian kesehatan yang diharapkan dari koordinator adalah sesuai dengan target yang
telah ditentukan.
No Indikator Total Target Target Capaian Kesenjanga
Sasaran Sasaran 2018 n
(ToS) (TS) (dalam
%)
1 Desa/Kelahan yang 7 3 30% 6 200%
melaksanakan kegiatan
Posbindu PTM
2 Peempuan yang berusia 30-50 9.623 962 30% 217 23%
tahun ang dideteksi dini
kanker servik dan payudara
3 Sekolah yang ada di wilayah 71 28 30% 2 7%
Puskesmas
4 Penduduk Usia lebih dari 15 47.751 19.100 30% 38.545 202%
tahun yang melakukan
pemeriksakan tekanan darah
5 Penduduk usia lebih dari 18 47.751 19.100 30% 2.354 12,32%
tahunyang melakukan
pemeriksaan gula darah
6 Obesitas/IMT pada penduduk 47.751 19.100 30% 26.425 138%
usia lebih dari 1 tahun yang
melakukan pemeriksaan IMT
1. Masalah
a. Strength (Kekuatan)
1. Terdapat pembagian kerja setiap sub program sehinga beban kerja berkurang
2. Sarana dan prasarana dari puskesmas dinilai telah memadai untk mendukung program
ini
3. Dalam melaksanak program kerja, PTM dapat bekerja sama antar program lain
puskesmas, seprti promosi kesehatan
4. Pendanaan dari BOK
b. Weakness (Keleman)
1. Jumlah kunjungan tidak sesuai target (Jumlah pengunjung yang datang mayoritas
berasal dari kunjungan lama)
2. Pelatih untuk program KTR belum terlatih
3. Target dari program KTR masih belum memenuhi target, dari 71 sekolah yang
tercapai hanya 2 sekolah.
4. Jumlah petugas yang terbatas dan jumlah perawat yang kurang.
c. Opportunity (Kesempatan)
1. Dalam melakukan kegatan, dapat memanfaatkan kader untuk mencapai target yn
diinginkan
2. Bekerjasama dengan balai pengobatan, bidan wlayah, perawat desa, dan kader
psoyandu yang berada di masing-masing desa untuk pelaksanan kegiatan.
3. Bekeasama dengan lintas sektor (kepolisian, Danramil, TOGA, TOMA, PSM, dan
kepala desa)
d. Threat (Ancaman)
1. Masyarakat pasif
2. Tabel Analsis SWOT
a. Tabel IFAS
1. Terdapat pembagian kerja setiap sub 1. Jumlah kunjungan tidak sesuai target
program sehinga beban kerja berkurang (Jumlah pengunjung yang datang
2. Sarana dan prasarana dari puskesmas mayoritas berasal dari kunjungan lama)
dinilai telah memadai untk mendukung 2. Pelatih untuk program KTR belum
program ini terlatih
3. Dalam melaksanak program kerja, PTM 3. Target dari program KTR masih belum
dapat bekerja sama antar program lain memenuhi target, dari 71 sekolah yang
puskesmas, seprti promosi kesehatan tercapai hanya 2 sekolah.
4. Pendanaan dari BOK 4. Jumlah petugas yang terbatas dan jumlah
perawat yang kurang.
b. Tebel EFAS
IFAS
e. Diagram Layang
O
(0,9 ; 0,4)
W S
T
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis diagram layang menunjukkan bahwa program pencegahan dan
pengendalian PTM puskesmas Panti berada pada Kuadran 1 yaitu agresif dimana hal ini
menunjukkan bahwa puskesmas panti berada pada kuadran yang memiliki kekuatan dan peluang
yang ada untuk meningkatkan pencegahan dan pengendalian PTM .
Proporsi 30 28 27 78%
tenaga
kesehatan di
desa
endemis
kusta
tersosialisasi
Proporsi 32 30 28 54%
kader
kesehatan di
daerah
endemis
kusta
tersosialisasi
Proporsi 27 26 24 76%
SD/MI di
desa
endemis
kusta
dilakukan
screening
kusta
Penderita 35 32 27 35%
TB Paru
BTA positif
yang
dilakukan
pemeriksaan
kontak
Angka 60 57 54 82%
keberhasilan
pengobatan
pasien baru
BTA positif
3 Hepatitis Penanganan 80 78 79 86%
B dan
pencegahan
terkait angka
kejadian
hepatitis B
4 HIV/AIDS Penangan 58 48 56 90%
masalah
HIV/AIDS
bekerja
sama
seluruh
tenaga
kesehatan
dan lapisan
masyarakat
5 Diare Cangkupan 61 58 60 78,82%
layanan
diare balita
Angka 46 44 45 99,91%
penggunaan
oralit
Angka 60 58 59 99,18%
penderita
diare balita
yang diberi
tablet Zinc
6 DBD Angka 80 77 79 99,95%
Bebas Jentik
Penderita 78 76 74 99,10%
DBD
ditangani
Cakupan PE 82 78 80 98,20%
kasus DBD
5. Masalah
a. Diare
Apabila ada balita yang mengalami diare diberi obat zinc (usia 0-6 bulan ½ tablet selama
10 hari dan usia 6 bulan – 5 tahun 1 tablet selama 10 hari). Selain itu juga diberikan oralit.
Sebagian petugas kesehatan memberikan obat antibiotik, sedangkan pihak puskesmas
sudah tidak menganjurkan pemberian antibiotic pada balita diare.
b. DBD
Program terkait dengan PSN disetiap desa tidak terlaksana dengan baik, karena hanya ada
dua desa yang melakukan PSN secara rutin di setiap minggu.
c. Hepatitis B
Penanganan dan pencegahan terkait angka kejadian hepatitis B terus dilakukan.
Pencegahan terkait makanan dan pola hidup terus ditingkatkan.
d. Kusta
Program deteksi dini terkait kusta juga terus dilaksanakan, termasuk penyuluhan terkait
pengobatan kusta, perawatan diri dan penggunaan alat pelindung diri pada klien kusta
e. Tuberkulosis
Program skrining dan pemeriksaan sputuum , paguyuban TBC, penyuluhan dan kunjungan
rumah rutin dilakukan oleh pihak puskesmas dibantu oleh bidan desa dan kader.
f. HIV/AIDS
Penangan masalah HIV/AIDS terus dilakukan dengan bekerja sama seluruh tenaga
kesehatan dan lapisan masyarakat. Pencegahan yang terus dilakukan untuk menekan
penyakit ini.
b. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Thhreat)
1. Adanya kerjasama dengan petugas 1. Sebagian masyarakat tidak kooperatif
kesehatan wilayah (perawat, bidan) dalam pelayanan kesehatan
dan kader desa
2. Adanya kerjasama dengan Babinsa,
Babinkamtibnas
3. Adanya koordinator wilayah di 7 Desa
yang meliputi desa Panti, Suci,
Kemiri, Glagahwero, Kemuningsari
Lor, Pakis, terkait P2M.
4. Adanya peran masyarakat dalam
pencegahan penyakit menular
c. Tabel Matriks SWOT
Jumlah 1 3,6
Kelemahan (Weakness)
1. Terlambatnya laporan setiap
minggu dari setiap 0,4 4 1,6
penangungjawab puskesmas, desa,
dan kader setiap dusun.
2. Penanggungjawab setiap indikator
tidak dalam satu naungan 0,25 2 0,50
coordinator
3. Kurang kesadaran petugas 0,35 3 1,05
kesehatan terkait keefektifan
pemberian obat
Jumlah 1 3,15
Peluang (Opportunity)
1. Adanya kerjasama dengan petugas 0,31 4 1,24
kesehatan wilayah (perawat, bidan)
dan kader desa O–T=
2. Adanya kerjasama dengan Babinsa, 0,23 3 0,69 3,31 – 3
Babinkamtibnas = 0,31
3. Adanya koordinator wilayah di 7 0,23 3 0,69
Desa yang meliputi desa Panti,
Suci, Kemiri, Glagahwero,
Kemuningsari Lor, Pakis, terkait
P2M. 0,23 3 0,69
4. Adanya peran masyarakat dalam
pencegahan penyakit menular
Jumlah 1 3,31
Ancaman (Threat)
1. Sebagian masyarakat tidak
1 3 3
kooperatif dalam pelayanan
kesehatan
Jumlah 1 3
EFAS
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang (Opportunity) Adanya kerjasama pihak Adanya kerjasama pihak
puskesmas dengan puskesmas dengan pihak
berbagai pihak lain lain berpengaruh terhadap
seperti bidan wilayah, kinerja petugas kesehatan
kader setiap desa, dalam menjalankan tugas
babinkatimnas, pihak dan tanggungjawabnya.
masyarakat, dan lain-lain
untuk menjalankan
program yang telah
direncanakan.
Ancaman (Threat) Masyarakat tidak kinerja petugas kesehatan
kooperatif dalam dalam menjalankan tugas
peleyanan berkaitan dan tanggungjawabnya
dengan kerjasa pihak dapat mempengaruhi
puskesmas dengan pihak respon kooperatif dari
lain. masyarakat.
d. Diagram Layang
0,45
0,31
f. Surveilans
1. Kegiatan
Survailence merupakan kegitan pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus
menerus dan sistematis yang kemudian didesiminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak
yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Survailence kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk mencegah outbreak
penyakit dan mengembangkan respon segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari
survailence juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk
memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.
Gambar 1. Sistem Surveilans
2. Sasaran
Sasaran pencapaian target adalah petugas unit dan wilayah Puskesmas Panti, sasaran kinerja
program adalah masyarakat dengan kasus maupun masyarakat beresiko.
3. Jumlah anggota tim penyelidikan epidemiologi
Penanggungjawab dan pemegang program surveilan yakni berjumlah 1 orang yaitu M.
Zaini, Amd.Kep. Program surveilan yang bertanggung jawab akan dibantu oleh petugas
masih-masing wilayah dalam melakukan program surveilan di lapangan. Dalam
melaksanakan kegiatannya, koordinator surveilans dibantu oleh petugas wilayah antara lain:
pelaksana wilayah desa Panti (Andiana W), pelaksana wilayah desa Serut (Yuli Rahmawati,
Oktavia Dewi W), pelaksana wilayah desa Suci (Nurlaily Devi, Dwi Irma S), pelaksana
wilayah desa Kemiri (Partiwi, Lydia Eka P), pelaksana wilayah desa Glagah Wero
(Sufadilah, Ady Chandra), pelaksana wilayah desa K Sari Lor (Supiyah), pelaksana wilayah
desa Pakis (Siti Wulandari, Nofi Tri A). Total ada 13 petugas wilayah yang membantu
sebagai tenaga pelaksana surveilans Puskesmas Panti.
4. Target, Pencapaian dan Sasaran
No Jenis kegiatan Target Pencapaian Kesenjangan
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
Faktor – faktor strategis Bobot Rating (bobot x
rating)
Kekuatan: S–W=
1. Petugas asli masyarakat 3 3,2 – 3,55
0,3 0,9
Panti, sehingga mengetahui = -0,35
seluk beluk warga dan
lingkungan Kec. Panti
dengan baik
2. Terdapat surveilans kit yang 2
lengkap
3. Terdapat APD yang 3
memadai guna mencegah 0,05 0,1
penularan penyakit
4. Program surveilans memiliki 4
kegiatan verifikasi rumor/ 0,2 0,6
pelacakan epidemiologi,
yang dapat menjadi penentu
kegiatan selanjutnya
5. Kegiatan surveilans epid 2
0,3 1,2
mendapat pendanaan dari
JKN dan BOK. Form
pelaporan didanai dari JKN,
dan transport petugas
didanai dari BOK
6. Program surveilans 4
memiliki kegiatan luar
0,1 0,2
gedung yang cukup banyak
sehingga dapat menjadi
investigator pertama dalam
penemuan kasus resiko
wabah/KLB.
0,05 0,2
Kelemahan
Jumlah
Faktor – faktor strategis Bobot Rating (bobot x
rating)
Peluang: O – T= 3,7
– 3,4 = 0,3
1. Terdapat ambudes pada 0,3 3 0,9
masing-masing desa se-Kec.
Panti, sehingga memudahkan
akses pelaksanaan kegiatan
2. Adanya dukungan dari linsek,
kepala puskesmas, tokoh
masyarakat, tokoh agama, 0,4 4 1,6
kader, dan rekan-rekan
puskesmas dalam
pelaksanaan kegiatan
surveilans epid
3. Terdapat dana APBD yang
mendukung kegiatan
surveilans epid misalnya
0,3 4 1,2
Ancaman:
0,1 3 0,3
T :
M2 (MATERIALS)
M3 (METHODS)
M5 (MARKET)
O : 1.
Diagram layang
Kuadran IV
Turn Arround
0,3
-0,35
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa Program Surveilan terletak di kuadran
IV artinya program surveilans berada dalam situasi yang mengancam, dimana ancaman dan
kelemahan internal dalam pelaksanaan surveilans.
g. Promosi Kesehatan
1.Kegiatan
a. Pengkajian PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
b. Tatanan Sehat
c. Intervensi/Penyuluhan
d. Pengembangan UKBM
e. Penyuluhan NAPZA
f. Promosi kesehatan
g. Pengembangan Desa Siaga Aktif
h. Program Pengembangan
2.Jumlah Petugas
Petugas promosi kesehatan dipegang oleh satu orang petugas Puskesmas Panti sebagai
penanggung jawab dan bekerja sama dengan PJ Jiwa, PJ KIA, PJ Promkes, PJ Kesling dan PJ
yang lainnya serta kader di setiap desa.
3. Sasaran
a. Puskesmas
b. Institusi Pendidikan
c. Rumah Tangga
d. Posyandu
e. Pondok Pesantren
4. Tabel Pencapaian
No Kegiatan Sasaran Total Target Capaian Kesenjangan
1. Pengkajian PHBS 1. Rumah Tangga 18528 3507 3519 100%
(Pola Hidup Bersih yang dikaji KK KK
dan Sehat) 2. Institusi 59 30 unit 30 unit 100%
Pendidikan yang
dikaji
3. Institusi 9 6 unit 6 unit 100%
Kesehatan yang
dikaji
4. Tempat-Tempat 38 uni 38 unit 100%
Umum (TTU) 94 t
yang dikaji
5. Tempat Tempat 24 12 unit 12 unit 100%
Kerja yang dikaji
6. Pondok Pesantren 18 13 unit 13 unit 100%
yang dikaji
g. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Treath)
1. Kerjasama dengan bidan dan lintas sektor 1. Masyarakat pasif
pada tiap desa 2. Kader atau penggerak memiliki
2. Ikut serta kader dalam pelaksanaan kesibukan lain
kegiatan yang tersebar pada tiap titik di
desa
h. Tabel skoring SWOT
Jumlah
Faktor-faktor strategis Bobot Rating (Bobot x
rating)
Kekuatan (S) :
1. Terdapat PJ Wilayah yang dapat
mempermudah koordinasi dalam 0,3 4 1,2
pelaksanaan kegiatan
2. Tiap PJ wilayah mendapat bantuan dari 0,2 3 0,6
kader-kader kesehatan dalam realisasi
kegiatan
3. Pemberian bekal atau pelatihan pada 0,2 3 0,6
petugas sebelum pelaksanaan kegiatan
4. Media dan materi dalam penkes sudah 0,3 4 1,2
disediakan oleh pihak Puskesmas
Jumlah 1 14 3,6
Kelemahan (W) :
1. Tidak semua kegiatan berjalan sesuai jadwal, 0,5 2 1
sehingga ada rekapitulasi data yang belum
selesai
2. Masih ada kegiatan yang belum optimal 0,5 2 1
pencapaiannya
Jumlah 1 5 2
S-W = 3,6-2
= 1,6
Peluang (O):
1. Kerjasama dengan bidan dan lintas sektor 0,6 4 2,4
pada tiap desa
2. Ikut serta kader dalam pelaksanaan kegiatan 0,4 3 1,2
yang tersebar pada tiap titik di desa
Jumlah 1 7 3,6
0,6 3 1,8
Ancaman (T):
1. Masyarakat pasif 0,4 2 0,8
2. Kader atau penggerak memiliki kesibukan
lain
Jumlah 1 5 2,6
O-T = 3,6-2,6
=1
IFAS
j. Diagram Layang
(1,6 ; 1)
W S
Kesimpulan :
b. Tabel EFAS
No Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Pelaksanaan kegiatan UKS Tidak semua sekolah
bekerjasama dengan bidan wilayah, mempunyai UKS
perawat desa, dokter gigi dan kader
posyandu masing-masing desa
2. Kerjasama dengan lintas sektor Beberapa sekolah yang
(kepolisian, TOGA, TOMA dan memiliki UKS namun
kepala desa) programnya tidak berjalan
c. Tabel Analisa SWOT
Jumlah
Faktor-faktor strategis Bobot Rating (Bobot x
Rating)
Kekuatan S–W
a. Kerjasama lintas sektor telah 4 – 3,6 =
0,50 4 2
berjalan dengan cukup baik 0,4
b. Koordinasi yang cukup baik
antara penanggungjawab
0,50 4 2
program dengan petugas
wilayah kesehatan
Jumlah 1 8 4
Kelemahan
a. Anggaran dana untuk kegiatan
0,60 4 2,4
terbatas
b. Kurangnya tenaga kesehatan
0,40 3 1,2
yang mengelola program UKS
Jumlah 1 8 3,6
Peluang O–T
a. Pelaksanaan kegiatan UKS 3 – 3,75 =
bekerjasama dengan bidan -0,75
wilayah, perawat desa, dokter 0,50 3 1,5
gigi dan kader posyandu
masing-masing desa
b. Kerjasama dengan lintas sektor
(kepolisian, TOGA, TOMA dan 0,50 3 1,5
kepala desa)
Jumlah 1 6 3
Ancaman
a. Tidak semua sekolah
0,75 4 3
mempunyai UKS
b. Beberapa sekolah yang
memiliki UKS namun 0,25 3 0,75
programnya tidak berjalan
Jumlah 1 7 3,75
7. Diagram layang
Opportunit
(+) 0,4
Weakness Strength
(-) 0,75
IV. Defensif II.Defersifikas
Threats
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa program UKS terletak di bagian kuadran
II, artinya program UKS berada dalam situasi kurang menguntungkan, karena memiliki ancaman
yang lebih besar dibandingkan kekuatan
b. Upaya kesehatan jiwa
1. Kegiatan
a. Deteksi dini terhadap masyrakat terkait kesehatan jiwa
b. Penyuluhan tentang kesehatan jiwa ke masyarakat
c. Pendampingan keluarga dengan masalah kesehatan jiwa
d. Memberikan pengobtan pada pasien dengan masalah jiwa secara gratis selama terdapat
persediaan obat di puskesmas
e. Memonitor progres pengobatan kesehatan jiwa pasien ODGJ
f. Penanganan kasus kesehatan jiwa melalui rujukan kasus
g. Kegiatan lepas pasung oada pasien kesehatan jiwa
2. Sasaran
Sasaran dari program kesehatan jiwa yaitu kelompok masyarakat seluruh Kecamatan
Panti, pasien ODGJ atau ODMK, serta keluarga dengan anggota keluarga ODGJ atau
ODMK
3. Jumlah Petugas
Jumlah petugas yang bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa di kecamatan panti
sebanyak 1 orang yang bekerja sama dengan bidan, perawat, dan kader di wilayah masing-
masing desa di kecamatan panti. Terkait pendampingan keluarga, pengobatan, dan monitor
kesehatan jiwa dilakukan oleh penanggung jawab kesehatan jiwa dengan melakukan
kegiatan turun langsung ke masyarakat/lapangan bersama dengan bidan desa dan perawat.
b. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Treat)
1) Masyrakat terbuka mengenai 1) Pengobatan ODGJ berlangsung seumur
keluarganya yang memiliki gangguan hiduo
jiwa 2) Terdapat keluarga yang kurang
2) Bekerjasama dengan bidan dan kader kooperatif dalam memberikan
wilayah untuk berkoordinasi terkait dukungan pengobatan sehingga
pelaksanaan kegiatan pada program emungkinkan adanya putus obat
kesehatan jiwa 3) Teradapat perbedaan jangka waktu dan
3) Bekerjasama dengan beberapa instansi progress pengobatan sehingga ada
atau masyarakat seperti kepolisian, beberapa keluarga yang pesimis
kepala desa dan perangkatnya, serta terhadap keberhasilan pengobatan
tokoh di masyarakat. 4) Pasien yang telah lama mendapatkan
4) Kemajuan ilmu pengetahuan dan pengobatan dan merasa sembuh tidak
teknologi sehingga masyarakat lebih rutin minum obat
memahami tentang program kesehatan
jiwa
d. Diagram Layang
0,75
W S
0,6
T
Kesehatan Jiwa berada pada kuadran 2 diagram layang analisis SWOT, yang berarti
mendukung strategi diversifikasi yaitu meskipun kesehatan jiwa masyrakat menghadapi
berbagai ancaman, program kesehatan jiwa memiliki kekuatan dari segi internal
sehingga strategi yang bisa dibuat adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang.
e. Matriks SWOT
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Peluang (Opportunity) 1) Mengoptimalkan pengobatan 1) Melakukan program
pada pasien ODGJ rehabilitasi untuk pasien
2) Mengoptimalkan kerja kader ODGJ dengan
dengan melakukan pelatihan melibatkan kelompok
kader kesehatan jiwa masyarakat dan pasien
ODGJ yang lain
2) Melakukan
pendampingan terhadap
pasien dan keluarga
dengan ODGJ secara
konsisten dan kontinu
Ancaman (Treat) 1) Melakukan pendekatan lebih 1) Meningkatkan
mendalam dengan keluarga ketersediaan obat untuk
ODGJ pengobatan pasien
2) Melibatkan tokoh masyrakat ODGJ
setempat dalam program
pengobatan ODGJ
3) Melibatkan keluarga dalam
pengobatan ODGJ dan
memberikan pendidikan
kesehatan terkait pengobatan
pasien ODGJ pada keluarga
c. Upaya kesehatan gigi dan mulut
1. Kegiatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut memiliki kegiatan didalam dan diluar ruangan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Promotif preventif: health education, kontrol plak, aplikasi topical dan penumpatan pit
fissure;
2) Kuratif;
3) Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran akar untuk gigi yang
berakar satu, terapi periodontal, pembersihan karang gigi, penyakit mulut dan rujukan.
4) Pelayanan darurat dasar;
5) Mengurangi rasa sakit;
6) Pembersihan karang gigi;
7) Penambalan sementara;
8) Ekstraksi gigi;
9) Fissure sealant;
10) Restorasi/tumpatan;
11) Perawatan saluran akar;
12) Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut;
13) Menghilangkan traumatic oklusi;
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pelayanan Upaya Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS)
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) seperti posyandu balita, bina keluarga
balita, poskestren)
2. Sasaran
a. Masyarakat umum, ibu hamil, balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas
Panti;
b. Murid TK/RA, SD/MI diwilayah kerja Puskesmas Panti;
c. Masyarakat umum, ibu hamil dan balita di Posyandu binaan wilayah kerja Puskesmas
Panti.
3. Jumlah Petugas
a. Drg. Gabriella EHL selaku penanggung jawab program UKGMD/UKSG;
b. Drg. Pramuditho selaku pelayanan pelaporan dan kritik saran;
c. 1 perawat gigi.
4. Target Pencapaian Kegiatan
Kegiatan Target/thn Total Pencapaian
Jumlah %
I. UPAYA PEMBINAAN/PENGEMBANGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1. Frekuensi kunjungan ke SD 17 17 100
2. Frekuensi kunjungan ke TK 26 26 100
II. UPAYA PELEYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
A. JUMLAH PERAWATAN GIGI YANG DITANGANI
1. Usia 0-4 tahun yang dirawat di puskesmas 45 45 100
2. Usia 5-14 tahun yang dirawat di puskesmas 445 445 100
3. Usia 15-19 tahun yang dirawat di puskesmas 199 199 100
4. Usia 20-44 tahun yang dirawat di puskesmas 616 616 100
5. Usia 45-54 tahun yang dirawat di puskesmas 189 189 100
6. Usia 55-59 tahun yang dirawat di puskesmas 57 57 100
7. Usia 60-64 tahun yang dirawat di puskesmas 46 46 100
8. Usia 65-69 tahun yang dirawat di puskesmas 22 22 100
9. Usia 70 tahun keatas yang dirawat di puskesmas 13 13 100
C. RATIO GIGI TETAP YANG DITAMBAL TERHADAP GIGI TETAP YANG DICABUT
1. Jumalah penambalan gigi tetap 181 181 100
2. Jumlah pencabutan gigi tetap 59 59 100
No Jenis Kegiatan Satuan Target Pencapaian Cakupan Kesenjangan
Sasaran satuan % %
1 Upaya pembinaan/pengembangan kesehatan gigi
a. Frekuensi penyuluhan kesehatan gigi di murid TK Kali 26 26 100 100
b. Demo sikat gigi massal di SD/MI Kali 17 17 100 100
2. Pelayanan kesehatan gigi
a. Jumlah perawatan gigi yang ditangani
1) Usia 0-4 tahun yang dirawat di puskesmas orang 45 45 100 100
2) Usia 5-14 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 445 445 100 100
3) Usia 15-19 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 199 199 100 100
4) Usia 20-44 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 616 616 100 100
5) Usia 45-54 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 189 189 100 100
6) Usia 55-59 tahun yang dirawat di puskesmas orang 57 57 100 100
7) Usia 60-64 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 46 46 100 100
8) Usia 65-69 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 22 22 100 100
9) Usia 70 tahun keatas yang dirawat di puskesmas orang 13 13 100 100
10) Ratio gigit tetap yang ditambal terhadap yang 3:1 3:1 100 100
dicabut
11) Jumlah pencabutan gigi 59 59 100 100
12) Jumlah penambalan gigi 181 181 100 100
5. Masalah
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Jumlah tenaga ada 2 dokter gigi dan 1. Pelaksanaan pendidikan kesehatan
1 perawat gigi belum maksimal di posyandu
2. Kegiatan yang dilakukan yaitu 2. Kurangnya kesadaran siswa
penyuluhan kesehatan gigi, terhadap kesehatan gigi dan mulut
demontrasi sikat gigi dan 3. Banyak siswa yang mengkonsumsi
pemeriksaan kesehatan gigi dan obat bebas secara sembarangan jika
mulut mengalami masalah gigi
3. Sasarannya yaitu ibu hamil,
masyarakat, balita, anak prasekolah,
TK dan sekolah Dasar (SD)
4. Sumber dana yang digunakan
berasal dari badan operasional
kegiatan
5. Sarana dan prasarana terpenuhi
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Adanya lintas sector seperti bidan 1. Kesadaran masyarakat akan
desa, pustu, ponkesdes serta kesehatan gigi dan mulut serta
posyandu pemeriksaan rutin di puskesmas
masih kurang
2. Masyarakat hanya ke puskesmas
jika sudah memiliki kondisi
pemasalahan yang parah.
Tabel Skoring
Faktor-Faktor Bobot Rating Jumlah (Bobot
Strategis x Rating)
Kekuatan
1. Jumlah tenaga 0,18 3 0,54 S-W=
ada 2 dokter gigi 3,54-1,8= 1,74
dan 1 perawat
gigi
Jumlah 1 5 1,8
Peluang
1.. Adanya lintas 1 4 4 O-T=
sector seperti 4-1,8= 2,2
bidan desa,
pustu, ponkesdes
serta posyandu
Jumlah 1 4 4
Ancaman
1. Kesadaran 0,4 2 0,8
masyarakat akan
kesehatan gigi
dan mulut serta
pemeriksaan
rutin di
puskesmas
masih kurang
2. Masyarakat 0,6 3 1,8
hanya ke
puskesmas jika
sudah memiliki
kondisi
pemasalahan
yang parah.
Jumlah 1 5 2,6
7. Diagram Layang
(1,74, 2,2)
Berdasarkan hasil analisis diagram layang di atas, diketahui bahawa kesehatan gigi dan
mulut berada pada kuadran I, yang berarti berada pada posisi yang menguntungkan.
Puskesmas Panti pada program kesehatan gigi dan mulut memiliki kekuatan dan peluang
yang cukup baik. strategi yang harus dilakukan di antaranya adalah :
a. Mengoptimalkan pelayanan yang diberikan pada sasaran dan masyarakat
b. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
c. Memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut
8. Implementasi
a. Pendidikan kesehatan tentang gosok gigi pada balita dan ibu dilakukan pada tanggal 4
dan 5 desember 2019
Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threath)
1. Terdapat kerjasama antar bidan 1. Masih terdapat dukun bayi
desa dan kader tiap desa yang melakukan pertolongan
sehingga penyampaian lebih persalinan mandiri tanpa
cepat dan optimal memikirkan risiko tinggi yang
2. Pihak kepala desa dan akan terjadi
perangkat mendukung kegiatan 2. Tingginya biaya pendaftaran
Puskesmas STPT
3. Tidak semua pengobat
tradisional mengikuti kegiatan
Puskesmas
4. Kurangnya kesadaran
masyarakat terkait
pemanfaatan lahan sempit untu
TOGA.
7. Tabel Skoring SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah (bobot S-W
x rating)
Kekuatan:
a. Program Kesehatan 0,60 2 1,2
Tradisional dan
Komplementer sudah
direncanakan setiap
awal tahun dan
pelaksanaan sesuai
jadwal
b. Adanya kerjasama 0.40 3 1,2
dengan petugas
program lansia,
petugas kesehatan
jiwa, bidan lain dan
perwakilan kader
perdesa yang terdiri
dari 7 desa.
Jumlah 1 2,4 S-W =
Kelemahan 2,4– 1,77
a. Desa yang memiliki 2 0,33 0,66 = 0,63
kelompok asuhan
mandiri hanya 3 desa
dari 7 desa di
Kecamatan Panti
b. Masih terdapat 1 0,45 0,45
penyehat tradisional
yang belum memiliki
STPT karena
rendahnya minat
penyehat tradisional
c. Capaian belum optimal 3 0,22 0,66
sesuai target
Jumlah 1 1,77
d. Diagram layang
Kuadran IV Kuadran I
Turn Arround Agresif
6. Kendala/masalah
a. Belum sepenuhnya dilakukan pemeriksaan rotchspot
b. PJ KES-OR masih membantu mengingatkan gerakan senam sesuai dengan usia
c. PJ KES-OR tidak koordinasi secara rutin dengan pihak guru sekolah dan UKS
SD-SMK untuk mencapai target sasaran.
7. Sumber dana
Sumber dana untuk kegiatan Kesehatan Olahraga dari dana bantuan BOK (Badan
Operasional Kesehatan) dan swadaya
8. Sarana prasarana
Untuk sarana dan prasarana pendukung kegiatan Kesehatan Olahraga dan alat
kesehatan telah di fasilitasi oleh Puskesmas
9. Tabel Analisa SWOT
a. Internal Faktor Analisis Situasi (IFAS)
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Koordinasi yang baik anatara 1. Belum sepenuhnya dilakukan
program dan petugas kesehatan pemeriksaan rotchspot
wilayah 2. PJ KES-OR masih membantu
2. Sudah adanya saran dan prasarana mengingatkan gerakan senam sesuai
yang di fasilitasi oleh puskesmas dengan usia
terkait pelaksanaan kegiatan 3. PJ KES-OR tidak koordinasi secara
program rutin dengan pihak guru sekolah dan
3. Terdapat visi puskesmas panti UKS SD-SMK untuk mencapai
“Terwujudnya Masyarakat target sasaran.
Kecamatan Panti yang Sehat dan
Mandiri”
b. Ekternal Faktor Analisis Situasi (EFAS)
Peluang (Opprtunity) Ancaman (Threat)
1. Target pencapaian program sudah 1. Bila tidak dilakukan totchspot
ada dikhawatirkan terjadi cidera
2. Beberapa masyarakat mau untuk
bergabung dalam acara olahraga di
lingkup Desa.
c. Matriks SWOT
EFAS Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang (Opportunity) Bekerjasama melakukan Adanya sasaran yang
sosialisasi terkait tidak mengerti
pentingnya olahraga pentingnya berolahraga
kepada masyarakat
Ancaman (Threat) Sosialisasi terkait lahraga Adanya masyarakat yang
yang masih dilakukan tidak memahami terkait
oleh masyarakat manfaat berolahraga
-
0,9
W S
1,5
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa Program Pelayanan olahraga terletak
di kuadran III artinya strategi untuk melakukan/mempertahankan. Kuadran III merupakan
situasi yang dimana harus mempertahankan pada kondisi saat ini agar tidak mengalami
penurunan pada program olahraga.
Strategi yang dapat digunakan untuk menekan kelemahan dan meningkatkan maupun
mempertahankan peluang adalah :
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait olahraga yang baik bagi kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat khususnya daerah panti
2. Bekerjasama dengan kader wilayah untuk memfasilitasi kegiatan olahraga
3. Bekerjasama dengan bidan desa membuat program rutin olaharaga desa
4. Memanfaatkan saran dan prasarana yang disediakan dengan baik
5. Mengajukan pengadaan media atau sasaran prasarana yang belum terpenuhi
1. Kegiatan
b) Pembinaan pengusaha
d) Pemeriksaan pekerja
2. Jumlah Petugas
Satu koordinator dari puskesmas dan seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas yang
bekerja sama dengan bidan di masing-masing desa.
3. Sasaran
Pekerja formal dan non formal di Kecamatan Panti usia pekerja yang masih produktif (usia
18 – 45 tahun). Total sasaran 15.663 orang dengan pekerja formal 3.978 orang dan pekerja
informal 11673. Sasaran target pada pekerjaformal 2334 orang yang berarti 60% dari jumlah
total sasaran sedangkan sasaran target pada pekerja informal sebanyak 7004 yang berarti 60%
dari jumlah sasaran total.
4. Pencapaian kesehatan
Pencapaian kegiatan pelayanan konseling kesehatan kerja di tahun 2018 didapatkan 93%
pekerja formal dari 2334 sasaran target, dan 96% dari 7004 sasaran target.
5. Masalah
a. Strength (kekuatan):
1. Program kerja ada 4 yakni pembinaan kelompok kerja, pembinaan pengusaha, pemeriksaan
tempat kerja dan pemeriksaan pekerja.
2. Frekuensi penyuluhan ditempat kerja sebanyak 4x dalam setahun di tahun 2018
3. Sudah adanya sarana dan prasarana yang difasilitasi oleh puskesmas terkait pelaksanaan
kegiatan program
b. Weaknes (kelemahan):
2.Kinerja petugas kurang optimal berhubungan dengan satu koordinator memegang semua
program.
c. Opportunity (dukungan):
d. Threat (ancaman) :
1. Masyarakat belum menyadari manfaat dan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,
sehingga kegiatan kesehatan kerja belum berjalan dengan lancar.
Kekuatan
Jumlah 3,4
Kelemahan
Jumlah 2,75
Peluang
Bekerjasama dengan
bidan di
masingmasing desa
Jumlah
Ancaman
Diagram layang
Berdasarkan hasil dari diagram layang tersebut menunjukkan bahwa Analisis kesehatan kerja
Puskesmas Panti berada di kuadran I. Hal ini menunjukkan bahwa situasi yang
menguntungkan, Puskesmas Panti dalam Program kesehatan kerja memiliki kekuatan dan
peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Planning of Action
a. kegiatan
1. Mata
b. Sasaran
Sasaran kegiatan program kesehatan indra adalah individu yang melakukan pemeriksaan
di Puskesmas Panti, Posyandu Lansia/ Posbindu, sekolah- sekolah dan Pustu.
c. Jumlah petugas
e. Masalah
a. tabel IFAS
jumlah 2,80
Titik di sumbu X = Strengh – Weakness = 3,40-2,80 = 0,60
(0,6) (0,3)
g. Implementasi
h. Evaluasi
1. Kegiatan
Pelayanan kesehatan lansia meliputi posyandu lansia dengan 13 titik yang terbagi atas
7 desa. Setiap desa memiliki 1 posyandu lansia, kecuali 3 desa dengan 2 posyandu
lansia dalam 1 desa yaitu Desa Kemuning, Desa Suci dan Desa Glagahwero. Kegiatan
kedua adalah pendataan sasaran lansia dan ketiga screening lansia dengan kegiatan
pembagian kuisioner yang meliputi 3 aspek yaitu kemandirian, emosional dan
demensia
2. Sasaran
a. Pra lansia (45-59 tahun)
b. Lansia (60-70 tahun)
c. Lansia dengan risiko tinggi (> 70 tahun)
3. Jumlah Petugas
Terdapat 7 petugas pada program kesehatan lansia yang menyesuaikan dengan jumlah
desa atau yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Panti.
4. Tabel Pencapaian
No. Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Pelayanan 8332 lansia 56% (4665 56,9% Tidak ada
kesehatan lansia lansia) (4749 kesenjangan
lansia)
5. Masalah
a. Kesadaran masyarakat yang masih kurang khususnya lansia dalam pemeriksaan
kesehatan lebih dini dan pemeriksaan kesehatan secara rutin terkait penyakit
degeratif seperti kolesterol, diabetes mellitus dan hipertensi.
b. Kurangnya cakupan lansia karena rata-rata dalam 1 desa terdapat 1 posyandu
lansia
6. Tabel Analisa SWOT
a. Tabel IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Pada masing-masing desa terdapat 1. Petugas dan kader lansia dalam
petugas yang menjadi wilayah kerja jumlah yang terbatas
Puskesmas Panti 2. Jumlah posyandu lansia yang belum
2. Integrasi program PTM pada sesuai dengan luas wilayah di
pelayanan kesehatan lansia seperti Puskesmas Panti
pemeriksaan gula darah, kolesterol
dan asam urat
3. Terdapat kader lansia di setiap desa
b. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Kerjasama dengan lintas program 1. Kesadaran masyarakat yang kurang
dan lintas sektor yang ada di wilayah akan pentingnya melakukan
kerja Puskesmas Panti pemeriksaan lebih dini dan
2. Perkembangan teknologi dan ilmu pemeriksaan rutin
pengetahuan yang semakin canggih
untuk menunjang mutu pelayanan
c. Tabel Skoring SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
Kekuatan (Strenght)
Pada masing-masing desa 0,5 4 2
terdapat petugas yang menjadi
wilayah kerja Puskesmas Panti
Integrasi program PTM pada 0,25 4 1
pelayanan kesehatan lansia
seperti pemeriksaan gula darah,
kolesterol dan asam urat
Terdapat kader lansia di setiap 0,25 4 1 S-W = 4 –
desa 3,4 = 0,6
Total 1,0 12 4
Kelemahan (Weakness)
Petugas dan kader lansia dalam 0,4 4 1,6
jumlah yang terbatas
Jumlah posyandu lansia yang 0,6 3 1,8
belum sesuai dengan luas
wilayah di Puskesmas Panti
Total 1,0 7 3,4
e. Diagram layang
T
(1, 0,6)
S W
O
Berdasarkan hasil layang diatas program lansia berada di kuadran 1 (agresif),
yang artinya menguntungkan. Hal ini berarti program lansia memiliki kekuatan
dan peluang yang besar dalam pelaksanaan program.
7. Kegiatan
Pelayanan kesehatan lansia meliputi posyandu lansia dengan 13 titik yang terbagi atas
7 desa. Setiap desa memiliki 1 posyandu lansia, kecuali 3 desa dengan 2 posyandu
lansia dalam 1 desa yaitu Desa Kemuning, Desa Suci dan Desa Glagahwero. Kegiatan
kedua adalah pendataan sasaran lansia dan ketiga screening lansia dengan kegiatan
pembagian kuisioner yang meliputi 3 aspek yaitu kemandirian, emosional dan
demensia
8. Sasaran
d. Pra lansia (45-59 tahun)
e. Lansia (60-70 tahun)
f. Lansia dengan risiko tinggi (> 70 tahun)
9. Jumlah Petugas
Terdapat 7 petugas pada program kesehatan lansia yang menyesuaikan dengan jumlah
desa atau yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Panti.
10. Tabel Pencapaian
No. Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Pelayanan 8332 lansia 56% (4665 56,9% Tidak ada
kesehatan lansia lansia) (4749 kesenjangan
lansia)
11. Masalah
c. Kesadaran masyarakat yang masih kurang khususnya lansia dalam pemeriksaan
kesehatan lebih dini dan pemeriksaan kesehatan secara rutin terkait penyakit
degeratif seperti kolesterol, diabetes mellitus dan hipertensi.
d. Kurangnya cakupan lansia karena rata-rata dalam 1 desa terdapat 1 posyandu
lansia
12. Tabel Analisa SWOT
f. Tabel IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
4. Pada masing-masing desa terdapat 3. Petugas dan kader lansia dalam
petugas yang menjadi wilayah kerja jumlah yang terbatas
Puskesmas Panti 4. Jumlah posyandu lansia yang belum
5. Integrasi program PTM pada sesuai dengan luas wilayah di
pelayanan kesehatan lansia seperti Puskesmas Panti
pemeriksaan gula darah, kolesterol
dan asam urat
6. Terdapat kader lansia di setiap desa
g. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
3. Kerjasama dengan lintas program 2. Kesadaran masyarakat yang kurang
dan lintas sektor yang ada di wilayah akan pentingnya melakukan
kerja Puskesmas Panti pemeriksaan lebih dini dan
4. Perkembangan teknologi dan ilmu pemeriksaan rutin
pengetahuan yang semakin canggih
untuk menunjang mutu pelayanan
h. Tabel Skoring SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
Kekuatan (Strenght)
Pada masing-masing desa 0,5 4 2
terdapat petugas yang menjadi
wilayah kerja Puskesmas Panti
Integrasi program PTM pada 0,25 4 1
pelayanan kesehatan lansia
seperti pemeriksaan gula darah,
kolesterol dan asam urat
Terdapat kader lansia di setiap 0,25 4 1 S-W = 4 –
desa 3,4 = 0,6
Total 1,0 12 4
Kelemahan (Weakness)
Petugas dan kader lansia dalam 0,4 4 1,6
jumlah yang terbatas
Jumlah posyandu lansia yang 0,6 3 1,8
belum sesuai dengan luas
wilayah di Puskesmas Panti
Total 1,0 7 3,4
j. Diagram layang
T
(1, 0,6)
S W
Berdasarkan hasil layang diatas program lansia berada di kuadran 1 (agresif),
yang artinya menguntungkan. Hal ini berarti program lansia memiliki kekuatan
dan peluang yang besar dalam pelaksanaan program.
3.3.Kesehatan Perseorangan
a. Tabel IFAS
No Strenght (kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Sarana dan prasarana Hanya ada 1 dokter, yang
memadai bertugas dan tidak sebanding
dengan jumlah pasien sekitar
50 orang per hari
2. Pendanaan dari APBD dan Terdapat beberapa barang
JKN yang rusak seperti tensimeter
standing, resusisator
pediatrik, regulator, suction
set, dan suction
3. Tenaga medis maupun non Tidak adanya penunjuk arah
medis ramah menuju ke ruang selanjutnya
4. Tenaga perawat telah Laporan masih dikerjakan
mendapatkan pelatihan secara manual dengan tulis
kegawatdaruratan dan tangan (non komputerisasi)
memiliki sertifikat BLS
dan BTCLS.
5. Terdapat akses untuk Data jumlah kunjungan tidak
merujuk sesuai RS yang sesuai dengan jenis
dipilih (pasien umum) kepesertaan
6. Terdapat 78 posyandu dari
7 desa
b. Tabel EFAS
No Opportunity (peluang) Treath (Ancaman)
1. Kerjasama dengan kader Meningkatnya keinginan
dalam pelaksanaan masyarakat untuk pelayanan
pemberian informasi yang lebih cepat dan tepat
terkait pelayanan
kesehatan, pemeriksaan
dan pengobatan di
Puskesmas
2. Perkembangan teknologi Masyarakat semakin kritis
informasi mempermudah terhadap perubahan
masyarakat untuk pelayanan yang ada
mendapat informasi meninginkan adanya
tentang Puskesmas dan perubahan setiap waktu
pelayanan poli
3. Adanya pelatihan yang Kesadaran masyarakat terkait
difasilitasi oleh pemerintah KIA masih kurang
daerah kepada bidan
4. Terdapat keterlibatan
kader dalam kegiatan KIA
di posyandu
5. Adanya kerjasama dengan Tidak semua kelahiran
perangkat desa adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan
darurat.
6. Mudahnya akses informasi Masyarakat yang
dan perkembangan ilmu membutuhkan pemeriksaan
serta teknologi sebagai Lab yang berada di daerah
penunjang dalam promosi terpencil mengalami
kesehatan kesulitan dalam pengaksesan.
7. Terdapat peraturan Pasien susah untuk mengikuti
pemerintah tentang pengobatan
persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
8. Masyarakat yang tidak Kurang kooperatifnya
mampu dibantu melalui keluarga dan menutupi
sistem JKPM dan penyakit anggota keluarga.
Jampersal untuk ibu
melahirkan yang disubsidi
oleh pemerintah
9. Dana yang digunakan Pasien susah untuk mengikuti
untuk memenuhi pengobatan
kebutuhan laboratorium
didapat dari dana JKN dan
dari pemerintah
10. Keikutsertaan dari kader
untuk melaporkan terkait
skrining pasien baru
11. Adanya kerjasama dengan Terdapat masyarakat yang
institusi pendidikan sepeti tinggal diwilayah terpencil
Universitas Jember sulit menjangkau obat
sehingga ikut terlibat
dalam program kesehatan
puskesmas khusunya Poli
TB
12. Adanya dukungan dari
desa- desa di Kecamatan
Panti terkait skrining
penyakit TB.
13. Untuk mencukupi
kebutuhan obat dapat
dilakukan melalui dua cara
pengadaan obat, yaitu
melalui dana dari dinas
kesehatan dan dana JKN
(Jaminan Kesehatan
Nasional).
c. Diagram layang
s-w = 0,36 Opportunity
o-t = 0,83
Weakness Strength
Thread
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada
faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor ancaman. Sehingga
program UKP Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang berarti berapa pada posisi
pertumbuhan dimana hal ini menunjukkan kondisi internal UKP Puskesmas Panti yang kuat
dengan kondisi lingkungan yang sedikit mengancam.
Tabel IFAS
No Strenght (kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Sarana dan prasarana Hanya ada 1 dokter, yang
memadai bertugas dan tidak sebanding
dengan jumlah pasien sekitar
50 orang per hari
2. Pendanaan dari APBD dan Terdapat beberapa barang
JKN yang rusak seperti tensimeter
standing, resusisator
pediatrik, regulator, suction
set, dan suction
3. Tenaga medis maupun non Tidak adanya penunjuk arah
medis ramah menuju ke ruang selanjutnya
4. Tenaga perawat telah Laporan masih dikerjakan
mendapatkan pelatihan secara manual dengan tulis
kegawatdaruratan dan tangan (non komputerisasi)
memiliki sertifikat BLS
dan BTCLS.
5. Terdapat akses untuk Data jumlah kunjungan tidak
merujuk sesuai RS yang sesuai dengan jenis
dipilih (pasien umum) kepesertaan
6. Terdapat 78 posyandu dari
7 desa
c. Tabel EFAS
No Opportunity (peluang) Treath (Ancaman)
1. Kerjasama dengan kader Meningkatnya keinginan
dalam pelaksanaan masyarakat untuk pelayanan
pemberian informasi yang lebih cepat dan tepat
terkait pelayanan
kesehatan, pemeriksaan
dan pengobatan di
Puskesmas
2. Perkembangan teknologi Masyarakat semakin kritis
informasi mempermudah terhadap perubahan
masyarakat untuk pelayanan yang ada
mendapat informasi meninginkan adanya
tentang Puskesmas dan perubahan setiap waktu
pelayanan poli
3. Adanya pelatihan yang Kesadaran masyarakat terkait
difasilitasi oleh pemerintah KIA masih kurang
daerah kepada bidan
4. Terdapat keterlibatan
kader dalam kegiatan KIA
di posyandu
5. Adanya kerjasama dengan Tidak semua kelahiran
perangkat desa adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan
darurat.
6. Mudahnya akses informasi Masyarakat yang
dan perkembangan ilmu membutuhkan pemeriksaan
serta teknologi sebagai Lab yang berada di daerah
penunjang dalam promosi terpencil mengalami
kesehatan kesulitan dalam pengaksesan.
7. Terdapat peraturan Pasien susah untuk mengikuti
pemerintah tentang pengobatan
persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
8. Masyarakat yang tidak Kurang kooperatifnya
mampu dibantu melalui keluarga dan menutupi
sistem JKPM dan penyakit anggota keluarga.
Jampersal untuk ibu
melahirkan yang disubsidi
oleh pemerintah
9. Dana yang digunakan Pasien susah untuk mengikuti
untuk memenuhi pengobatan
kebutuhan laboratorium
didapat dari dana JKN dan
dari pemerintah
10. Keikutsertaan dari kader
untuk melaporkan terkait
skrining pasien baru
11. Adanya kerjasama dengan Terdapat masyarakat yang
institusi pendidikan sepeti tinggal diwilayah terpencil
Universitas Jember sulit menjangkau obat
sehingga ikut terlibat
dalam program kesehatan
puskesmas khusunya Poli
TB
12. Adanya dukungan dari
desa- desa di Kecamatan
Panti terkait skrining
penyakit TB.
13. Untuk mencukupi
kebutuhan obat dapat
dilakukan melalui dua cara
pengadaan obat, yaitu
melalui dana dari dinas
kesehatan dan dana JKN
(Jaminan Kesehatan
Nasional).
d. Diagram layang
s-w = 0,36 Opportunity
o-t = 0,83
Weakness Strength
Thread
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar
daripada faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor
ancaman. Sehingga program UKP Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang
berarti berapa pada posisi pertumbuhan dimana hal ini menunjukkan kondisi internal
UKP Puskesmas Panti yang kuat dengan kondisi lingkungan yang sedikit
mengancam.
Planning Of Action