Anda di halaman 1dari 159

LAPORAN ANALISIS SWOT PROGRAM PUSKESMAS PANTI

DALAM PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS

oleh:
MAHASISWA PROFESI NERS
ANGKATAN 23

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Analisis SWOT Program Puskesmas Panti dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas
disahkan oleh Pembimbing Lapangan Puskesmas Panti pada :
Hari, tanggal :
Tempat : Puskesmas Kecamatan Panti, Kabupaten Jember

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Ketua Angkatan

Ns. Slamet Siswoyo, S.Kep Ahmad Mu’izzulhafiidh, S.Kep


NIP 19780528 200501 1 010 182311101149

Ketua prodi profesi ners PJMK Stase Kep. Komunitas Keluarga

Ns. Erti Ikhtiarini D, M.Kep., Sp.Kep.J Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep


NIP 19811028 200604 2 002 NIP 19761219 200212 2 003

Mengesahkan.
Sekretaris I Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
KATA PENGANTAR

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyenggarakan upaya


kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat I, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif dan dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan atau masyarakat.

Dalam rangka menjalankan upaya kesehatan perlu dibuat POA (Plan Of Action) yang
didalamnya mencakup perencanaan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu tertentu (2
bulan), serta indikator-indikator yang akan dicapai guna mengukur seberapa jauh aktivitas
yang sudah dilakukan bisa mencapai tujuan utama yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, sangat diperlukan kerjasama disemua pihak terutama pejabat pembuat
kebijakan dalam mendukung pelaksanaan dilapangan termasuk sarana dan prasarana yang
ada guna melaksanakan kegiatan yang akan dilaksanakan beserta saran sumber daya manusia
yang sesuai dengan kompetensinya.

Pada akhirnya, diucapkan terima kasih kepada semua belah pihak yang telah membantu
menyelesaikan POA ini, semoga semua yang telah dilakukan dapat berguna demi menjaga
derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Jember terutama di wilayah kerja Puskesmas
Panti.

Panti, November 2019

Tim Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan berdasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu
tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebagai pelaku dari
pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah (pusat,
provinsi, kabupaten/kota), badan legislatif serta badan yudikatif. Dengan demikian dalam
lingkungan pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus saling bahu-
membahu secara sinergis melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana terpadu dan
berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Depkes RI, 2008)
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satunya melaksanakan pelayanan kesehatan yaitu setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui
pelayanan kesehatan Puskesmas, karena puskesmas merupakan pusat pembangunan
masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau
dengan peran masyarakat secara aktif tuntunan masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas
semakin kompleks sebagai dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
hasil pembangunan nasional bangsa Indonesia. Masyarakat semakin peka terhadap
pemanfaatan Puskesmas yang bermutu sehingga tahu haknya tentang pemanfaatan
Puskesmas yang seharusnya mereka terima (Depkes RI, 2003).
Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif, dan prevemtif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya (Kemenkes, 2016). Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah
kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat.
Fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, Pusat pemberdayaan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan strata I yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan & pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai sebuah
unit pelaksana teknis di Dinas Kesehatan, Puskesmas didorong untuk selalu meningkatkan
kinerja sesuai dengan fungsi yang diembannya.
Pembangunan suatu bangsa memerlukan dua set utama atau “daya” yang disebut
sumber daya (resource), yakni sumber daya alam (natural resource) dan sumber daya manusia
(human resource). Kedua sumber daya tersebut sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu pembangunan. Sumber daya manusia dapat kita lihat dari dua aspek, yakni
kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia, sedangkan
kualitas menyangkut kemampuan baik kemampuan fisik maupun kemampuan non-fisik
(kecerdasan dan mental).
Di Indonesia Pusat Kesehatan Masyarakat merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau suatu daerah dengan
jumlah penduduk 30.000-50.000 jiwa (Entjang, 2000). Puskesmas adalah salah satu alternatif
utama dalam pemilihan pelayanan kesehatan, tetapi sampai saat ini pemanfaatan pelayanan
puskesmas masih rendah.
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Jember disesuaikan dengan beberapa komponen
perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Jember. Sehingga, terkait dengan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Jember diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud dengan sasaran adalah terciptanya UHH (
Usia Harapan Hidup) yang maksimal. Puskesmas Panti merupakan bagian dari UPT Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember yang letaknya 13 Km dari Kota Jember. Lokasi berada di
pinggir jalan Nasional daerah Pegunungan.
Sasaran pokok Puskesmas adalah (1) meningkatnta status kesehatan dan gizi ibu dan
anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui peningkatan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan ( Renstra
Kementrian Kesehatan 2015-2019).

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengaplikasikan manajemen perencanaan tingkat Puskesmas
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar puskesmas
2. Melakukan pengkajian SWOT di Puskesmas Panti
3. Menentukan masalah kesehatan di Puskesmas Panti
4. Menganalisa penyebab masalah
5. Menentukan rencana tindak lanjut
6. Melakukan implementasi
7. Melakukan evaluasi kegiatan
BAB 2. KONSEP DASAR PUSKESMAS

2.1 Definisi Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas adalah Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan (Kemenkes RI, 2016). Fasilitas
layanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyrakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2014). Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas,
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang (1) memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat; (2) mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu; (3)
hidup dalam lingkungan yang sehat; dan (4) memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Puskesmas berfungsi menyelenggarakan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat
pertama. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama, yakni kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. penyelenggaraan UKP tingkat pertama,
yakni kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Fungsi UKM dan UKP harus seimbang, agar upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dapat tercapai. Upaya Kesehatan Perorangan saja dengan program JKN yang
diikuti oleh seluruh rakyat pun belum cukup untuk mengangkat derajat kesehatan masyarakat.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada
kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota. Kesimpulannya, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) adalah Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota yang memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu ilayah kerja. Berfungsi sebagai pusat pengembangan kesehatan dan memberikan
pelayanan kesehatan secara meyeluruh dan terpadu
2.2 Visi Misi Puskesmas
2.2.1 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan.
Indikator kecamatan sehat:

a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

2.2.2 Misi Puskesmas

Menurut Depkes RI (2004), misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh


puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.


b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Puskesmas

Faktor-Faktor yang mempengaruhi program puskesmas dalam memberikan pelayanan


kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Sumber daya, Indikator untuk mengukur sumber daya dalam pelaksanaan program
Puskesmas yaitu: sumber daya aparatur, sumber daya waktu, fasilitas.
b. Disposisi, yaitu sikap dari para pelaksana kebijakan dalam pelaksanaan pencapaian
tujuan dari program puskesmas. Disposisi dapat dilihat dari segi-segi yaitu:
kesopanan petugas, keramahan petugas, profesionalitas petugas.
c. Struktur birokrasi, yaitu dapat diukur melalui indikator-indikator berikut:
1. kedisiplinan petugas; seberapa baik petugas menaati tata tertib yang telah
ditentukan ditentukan oleh Puskesmas;
2. kelalaian petugas; apakah petugas sering lalai serta melakukan kesalahan dalam
melayani masyarakat (responden);
3. pelaksanaan tugas dan fungsi; seberapa baik petugas menjalankan tugasnya
berdasarkan dengan tugas dan fungsinya masing-masing;
4. standar pelayanan; apakah petugas memberikan pelayanan kepada responden
sesuai dengan standar pelayanan dalam program puskesmas yang ada di
puskesmas.
d. Komunikasi, merupakan variabel yang mempengaruhi program puskesmas diukur
melalui indikator yaitu:
1. sejauh mana informasi mengenai program puskesmas diperoleh atau diketahui
oleh responden yang diukur melalui indikator;
2. bagaimana pelaksanaan sosialisasi tentang kejelasan penggunaan dan prosedur
program puskesmas;
3. sejauh mana informasi/berita mengenai program puskesmas diketahui oleh
masyarakat (responden) melalui media massa.

2.4 Upaya Program Kesehatan di Puskesmas

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, tugas puskesmas adalah melaksanakan


kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Fungsi Puskesmas antara lain (1)
penyelenggara upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di wilayah kerjanya; (2)
penyelenggara upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan (3)
sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, kewenangan Puskesmas terkait fungsi


penyelenggaraan UKM tingkat pertama, antara lain:

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan


analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. melaksanakan KIE dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan
sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan UKBM;
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayanan kesehatan; dan memberikan rekomendasi terkait masalah
kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan
respon penanggulangan penyakit

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di Puskesmas terbagi menjadi 2


yaitu UKM Esensial dan UKM Pengembangan.

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial yang meliputi:


1. Pelayanan promosi kesehatan;
2. Pelayanan kesehatan lingkungan;
3. Pelayanan KIA-KB;
4. Pelayanan Gizi;
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat
esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian
SPM kabupaten/kota dalam bidang kesehatan
b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan.
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifi kasi dan intensifi kasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi
sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014, selain UKM Puskesmas juga memiliki
wewenng terkait penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat
pertama, antara lain:
1. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
2. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif;
3. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat;
4. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerjasama
inter dan antar profesi;
6. melaksanakan rekam medis;
7. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses yankes;
8. melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
9. mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan FKTP di wilayah kerjanya
10. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.

UKP tingkat pertama di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, pelayanan
gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care, dan atau rawat inap
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

2.5 Perencanaan Tingkat Puskesmas

Puskesmas sudah membuat berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan asas penyelenggaraan Puskesmas, namun hal ini perlu
ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif
dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk
fungsi-fungsi manajeman. Fungsi manajemen tersebut yang menjadikan puskesmas menjadi
lebih baik dalam kebijakan, program maupun konsepnya. Dalam Kepmenkes RI No. 128
tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas dibagi menjadi tiga fungsi utama (1)
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di
wilayahnya; (2) pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus
dikaitkan dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayahnya, dan; (3) penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat
pertama yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya. Upaya kesehatan di
Puskesmas dipilah dalam dua kategori, yaitu Pertama, pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer yakni puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif dengan sasaran
kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit, dan; Kedua, Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer
dimana peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan
kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik.
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan asas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajeman Puskesmas yang baik. Berikut beberapa model manajemen dan fungsi
penjabarannya:

a. Model PIE (planning, implementation, evaluation)


b. Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)
c. Model P1-P2-P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan, pengawasanpengendalian-
penilaian)
d. Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum komunikasi)
e. Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring, evaluasi)

Dari berbagai model diatas memiliki fungsi manajemen yang sama, setiap puskesmas
bebas menentukan model manajemen yang ingin diterapkan dengan syarat dapat memenuhi
hasil sebagai berikut:

a. Makin banyaknya fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yang


ditandai dengan tingginya nilai IPTS (indeks potensi tatanan sehat)
b. Makin baiknya fungsi pemberdayaan masyarakat dengan ditandai berkembangnya
UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Serta makin aktifnya BPP (badan
penyantun puskesmas) dan BPKM (badan peduli kesehatan masyarakat) dapat
dijakdikan indikator meningkatnya partisipasi masyarakat setempat.
c. TahapMakin bagusnya pemberdayaan keluarga dengan ditandainya IPKS (indeks
potensi keluarga sehat).
d. Makin bagusnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya cakupan
program (baik program kesehatan dasar maupun program kesehatan
pengembangan). Serta kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya
kepatuhan petugas kesehatan dan makin baiknya kepuasan pasien.

2.5.1 Pengertian

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan yang urut dan harus dilakukan untuk
mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan
Puskesmas pada tahun yang akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi
masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2.5.2 Ruang Lingkup

Perencanaan tingkat puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam Upaya
Kesehatan Wajib, Upaya Kesehatan Pengembangan, dan Upaya Kesehatan Penunjang.
Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai Renacana Tahunan Puskesmas yang
dibiayai oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat serta sumber dana lainnya. Perencanaan
Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan
b. Tahap analisis situasi
c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

2.5.3 Mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas

Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah dengan


menyusun Rencana Usulan Kegiatan yang meliputi Usulan Kegiatan Wajib dan Usulan
Kegiatan Pengembangan. Penyusunan Rencana Usulan Keguatan Puskesmas harus
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku baik secara global, nasional, maupun daerah
sesuai dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Puskesmas perlu
mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui konsul kesehatan atau Badan
Penyantun Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi dengan usulan
pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana, dan operasional Puskesmas. RUK yang
disusun merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunann RUK tersebut disusun pada
bulan Jjanuari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan tahun
sebelumnya (H-1), dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di
Puskesmas pada akhir bulan Januari tahun berjalan (H).

Rencana Usulan Kegiatan yang telah disusun dibahas di dinas kesehatan


kabupaten/kota, diajukan ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Selanjutnya, RUK Puskesmas yang terangkum dalam usaha dinas kesehatan
Kabupaten/Kota akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan
dukungan politis. Setelah mendapat persetujuan dari DPRD, selanjutnya diserahkan ke
Puskesmas melalui dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sumber pembiayaan Puskesmas selain
dari Anggaran Daerah (DAU) adalah dari pusat dan pinjam/bantuan luar negeri yang
dialokasikan melalui dinas kesehatan Kabupaten/Kota, RPK disusun dengan melakukan
penyesuaian dan tetap mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Penyesuaian ini
dilakukan, oleh karena RPK yang disusun adalah persetujuan atas RUK tahun yang lalu (H-
1), alokasi yang diterima tidak selalu sesuai dengan yang diusulkan, adanya perubahan
sasaran kegiatan, tambahan anggaran (selain DAU) dan lain-lainnya. Penyusunan RPK
dilaksanakan pada bulan Januarai tahun berjalan, dalam forum Lokakarya Mini yang
pertama.

2.5.4 Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas

Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empattahap sebagai


berikut:

A. Tahap Persiapan, pada tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap
ini dilakukan dengan cara:
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas
yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas
2. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh
dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen
Kesehatan
B. Tahap Analisa Situasi, pada tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis
terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh kepala Puskesmas
melakukan pengumpulan data. Terdapat 2 kelompok data yang perlu dikumpulkan
yaitu, data umum dan data khusus.
1. Data Umum:
a) Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan, mencakup luas wilayah, jumlah
desa/dusun/RT/RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas.
Data ini diperoleh di kantor Keluarahan/ Desa atau kantor Kecamatan.
b) Data Sumber Daya, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa mencakup:
Ketenagaan, Obat dan bahan habis pakai, Peralatan, Sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya, serta
Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputr, mesin TIK,
meubelair, kendaraan.
c) Data peran serta masyarakat, mencakup jumlah Posyandu, Kader, Dukun Bayi dan
tokoh mayarakat
d) Data penduduk dan sasaran program, mencakup jumlah penduduk seluruhnya
berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio
ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin, (persentase di tiap
desa/kelurahan)
e) Data sekolah mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah
UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS
f) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas.
2. Data Khsus
a) Status Kesehatan, yaitu Data kematian, Kunjungan kesakitan, dan Pola penyakit,
yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
b) Kunjungan kesakitan c
c) Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 tahun terakhir tiap desa/kelurahan d.
Hasil survey
C. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada
periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah
2. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.

Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah, yaitu Analisa Masalah dan Penyusunan
Rencana Usulan Kegiatan.

a. Analisa masalah, dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun


perencanaan tingkat puskesmas dan konsil kesehatan Kecamatan/Badan Penyantun
Puskesmas melalui tahapan:
1. Identifikasi masalah, masalah adalah kesenjangan anatara harapan dan kenyataan.
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang
dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.
2. Menetapkan urutan prioritas masalah, penetapan urutan prioritas masalah dapat
menggunakan beberapa metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL, dsb.
Penetapan penggunaan metode diserahkan kepada masing-masing Puskesmas.
3. Merumuskan masalah, mencakup apa masalah, siapa yang terkena masalahnya,
berapa besar, dimana, dan bagaimana masalah tersebut terjadi (What, Who, When,
Where, Why, and How).
4. Mencari akar penyebab masalah, dapat menggunakan diagram sebab akibat ataupun
pohon masalah. Kemungkinan penyebab dapat berasal dari: Input (sumber daya): jenis
dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan dana;
Proses (pelaksanaan kegiatan): frekuensi, kepatuhan pelayanan medis dan nonmedis;
lingkungan
b. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), meliputi upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang, antara lain:
1. Kegiatan tahun yang akan datang (kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan
program hasil analisis masalah)
2. Kebutuhan sumber daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada tahun
sekarang
3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam
foormat RUK Puskesmas

Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan memperhatikan


berbagai kebijakan yang berlaku baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai
dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia
diPuskesmas. RUK yang sudah dibuat akan diajukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
baik RUK wajib maupun RUK pengembangan.

D. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) untuk upaya kesehatan


wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya
inovasi dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan
azas peenyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah-langkah penyusunan
RPK, yaitu:
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan
serta sumber daya pendukung menurut bulan dan alokasi pelaksanaan
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks

2.6 Mini Lokakarya


2.6.1 Definisi

Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan (Depkes RI, 2006).

2.6.2 Ruang Lingkup


a. Lintas program, memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan
dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
2. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan
yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
3. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai
dengan perencanaan (RPK).
4. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah yang
terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.
b. Lintas sector, dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan
bertujuan untuk:
1. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalammembina dan
mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
2. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yangterjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama (Depkes RI, 2006).
2.6.3 Klasifikasi

Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
a. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. merupakan pemantauan hasil kerja petugas
puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas
dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan
dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
b. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas, merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama
lintas sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
2.7 Analisa SWOT Puskesmas
2.7.1 Definisi

SWOT merupakan akronim dari Strenght (kekuatan) dan Weakness (kelemahan)


internal organisasi Puskesmas, serta Opportunity (kesempatan atau peluang) dan Threat
(ancaman atau rintangan atau tantangan) dari lingkungan eksternal yang dihadapi organisasi
Puskesmas. Yang dimaksud kekuatan adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam
organisasi Puskesmas, sehingga Puskesmas memiliki keunggulan kompetitif di pasaran. Hal
ini disebabkan karena Puskesmas memiliki sumber daya, keterampilan, produk, jasa andalan
dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Kelemahan adalah
keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang
menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja Puskesmas. Adapun peluang adalah
sebagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi Puskesmas. Sedangkan ancaman
merupakan kebalikan dari peluang, dengan demikian ancaman adalah faktor-faktor
lingkungan yang menguntungkan Puskesmas. Keempat faktor itulah yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategik.
Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor
kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan
organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisa SWOT
adalah sebuah bentukanalisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran).
Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian
dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik
oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisaSWOT adalah semata-mata sebuah alat
analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang
mungkin akan dihadapioleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi. Analisis
terhadap peluang dan ancaman merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang berasal dari
pihak luar perusahaan. Analisis kekuatan dan kelemahan merupakan analisis terhadap faktor-
faktor intern perusahaan. Hasil analisis ekstern ini digabungkan dengan hasil analisis intern
untuk penentuan misi, visi dan tujuan organisasi. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan
cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana
kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

2.7.2 Manfaat

adapun manfaat dari Analisis SWOT adalah:

a. Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa depan dengan


melakukan pengkajian bedasarkan pengalaman masa lampau, ditopang sumber daya dan
kemampuan yang miliki saat ini yang akandiproyeksikan kemasa depan.
b. Untuk menganalisis kesempatan atau peluang dan kekuatan dalam membuat rencana
jangka panjang.
c. Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai kecendrungan menghasilkan
rencana jangka pendek, yaitu rencana untuk perbaikan.
d. Untuk mengidentifikasi faktor eksternal (O dan T) danfaktor internal (S danW).

Dalam penggunaan analisis SWOT kita ingin mendapatkan hasil berupa kesimpulan-
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan, sehingga dapat menentukan strategi yang akan
diterapkan.

a. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi), strategi yang dihasilkan pada


kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi.
Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan teknologinya, maka
keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan
tingkat teknologi dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya
telah diidentifikasi pada analisis kesempatan.
b. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi), kesempatan yang dapat
diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan. Misalnya
jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi
yang dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai
kemampuan menggarap pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan
agar dapatmemanfaatkan kesempatan.
c. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min), dalam analisa ancaman ditemukan
kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki
perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut, miisalnya ancaman
perang harga.
d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini), dalam situasi menghadapi
ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yangumumnya dilakukan adalah
“keluar” dari situasi yang terjepit tersebut. Keputusan yang diambil adalah “mencairkan”
sumber daya yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya
pada usaha lain yang lebih cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan
satu perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang.
Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakankebijakan yang
terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.
2.7.3 Unsur SWOT
a. Strength (Kekuatan) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi dimana apabila dimanfaatkan maka akan berperan besar tidak hanya
dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi
juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
b. Weakness (Kelemahan) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan berperan besar, tidak hanya dalam
memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
c. Opportunities (Peluang atau Kesempatan) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi oleh suatu organisasi dimana apabila dimanfaatkan akan memiliki peranan yang
besar dalam mencapai tujuan organisasi.Opportunities juga diartikan sebagai suatu
peluang yang berkembang dimasa yang akan datang dan akan terjadi.
d. Threat (Ancaman atau Hambatan) kendala yang bersifat negatif yangdihadapi oleh suatu
organisasi dimana apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam mencapai tujuan
organisasi.
2.7.4 Teknik analisa SWOT

Melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi, yaitu:

a. Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai. Unsur-unsur yang akan dinilai
biasanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Unsur perangkat organisasi (tool of administration) yang terdiri dari tenaga (man),
dana (money ), sarana (material) dan metode (method)
2. Unsur fungsi organisasi (function of administration) yang terdiri dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) serta pengawasan
(controlling)
b. Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai Nilai yang diberikan untuk tiap
unsur yang dinilai secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Nilai penampilan (performance) yang dinyatakan dengan baik atau buruk.
2. Nilai kepentingan (importance) yang dinyatakan dengan penting atau tidak penting
c. Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan, misal matrik hasil penilaian
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi.
2.7.5 Waktu penggunaan SWOT

SWOT digunakan saat mengembangkan rencana strategis atau perencanaan solusi untuk
masalah. Namun SWOT baru dapat diaplikasikan setelah menganalisis lingkungan eksternal
dan internal. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Internal Menguji kemampuan sistem tersebut. Ini dapat dilakukan dengan
menganalisis suatu sistem dengan kekuatan dan kelemahan.
b. Analisis Eksternal Melihat pada titik-titik utama dalam analisis dan mengidentifikasi titik-
titik yang menimbulkan peluang.Untuk sistem tersebut, dan yang menimbulkan ancaman
atau hambatan terhadap kinerja.
BAB 3. HASIL PENGKAJIAN

3.1 Profil Puskesmas


3.1.1 Sejarah UPT. Puskesmas Panti
Puskesmas panti berdiri pada tahun 1974, sebagai salah satu UPT Puskesmas dari 50
UPT. Puskesmas di Kabupaten Jember yang mempunyai tugas sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember untuk melaksanakan tiga fungsi pokok UPT Puskesmas.
Upaya kesehatan yang dilaksanakan meliputi : upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. UPT Puskesmas Panti memiliki 3 puskesmas pembantu, 3 polindes,
dan 2 Ponkesdes dengan jenis pelayanan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
UPT Puskesmas Panti beralamatkan di jalan PB. Sudirman No. 85, Desa Panti, Kecamatan
Panti dengan jumlah penduduk 62.293 orang penduduk. UPT Puskesmas Panti dengan
karyawan sejumlah 49 orang, yang terdiri dari 1 dokter umum, 3 dokter gigi, 11 tenaga
keperawatan, 15 tenaga kebidanan, asisten apoteker 2 orang, sanitarian 1, nutrition 1, teknikal
gigi 1, tenaga penunjang 14 ( tata usaha, administrasi, loket, petugas kebersihan, sopir, linmas
). Wilayah kerja UPT Puskesmas Panti meliputi 7 Desa yaitu :

a. Desa panti, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Panti Selatan, Dusun
Darungan, Dusun Wonolangu, Dusun Prapah Dan Dusun Gebang
b. Desa serut, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Mencek, Dusun Krajan, Dusun Karang
Anom, Dusun Kasian, Dusun Badean Kulon Dan Badean Wetan
c. Desa suci, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Glengseran, Dusun Glundengan Dan Dusun
Gaplek
d. Desa Glagahwero, terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Karang Asem Dan Dusun Krajan
e. Desa kemiri, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Sodong, Dusun Kantong, Dusun Delima,
Dusun Trenggiling, Dusun Danci Dan Dusun Krajan.
f. Desa kemuningsari Lor, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Kemuninglor,
Dan Dusun Sumbersari
g. Desa pakis, terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Pertelon, Dusun Cempaka, Dusun
Kemundungan, dan Dusun Tajek

Adapun batas-batas wilayah kerja UPT. Puskesmas Panti sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Gn. Argopuro


b. Sebelah selatan : Kecamatan Rambipuji
c. Sebelah barat : Kecamatan Bangsalsari
d. Sebelah timur : Kecamatan Sukorambi

Letak kecamatan panti membujur dari utara ke selatan, sebelah utara merupakan daerah
penggunungan dan bagian selatan dataran rendah dengan komposisi daerah subur, semua
wilayah dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4.

3.1.2 Peta
a. Data Umum Puskesmas

Nama Puskesmas : UPTD Panti

No. Kode Puskesmas : P 3509200101

Kecamatan : Panti

Kabupaten : Jember

Provinsi : Jawatimur

1) Keadaan Geografis
a). Luas Wilayah : 160,71 Km2
b). Dataran Rendah : 64%
c). Dataran Tinggi : 36%
d). Jumlah Desa : 7 Desa
e). Jumlah Dusun : 35 Dusun
f). Jumlah Posyandu : 78 Posyandu
g). Jumlah Posyandu Lansia : 11 Posyandu

2) Data Kependudukan

Jumlah penduduk : 62.293 Jiwa

Laki-laki : 30.618 Jiwa

Perempuan : 31. 675 Jiwa

Jumlah kepala keluarga : 17. 532 KK


Jumlah keluarga miskin : 20.945 Jiwa

Jumlah bayi : 876 Bayi

Jumlah balita : 55. 560 anak

Jumlah APRAS : 1.934 anak

Jumlah PUS : 10.591 Pasang

Jumlah WUS : 16. 229 Orang

Jumlah Bumil : 997 Orang

Jumlah Bulin : 951 Orang

Jumlah Bufas : 951 Orang

Jumlah Buteki : 870 Orang

3) Pendidikan

a. Jumlah Sekolah

1. taman kanak-kanak yang ada : 26 buah

2. SD/ MI yang ada : 42 buah

3. SLTP/MTS yang ada : 18 buah

4. SMA/MA yang ada : 6 buah

5. Jumlah ponpes yang ada : 18 buah

4) Pekerjaan

Dari data diatas diketahui bahwa pekerjaan paling banyak adalah petani pada kelompok
usia 45-49 tahun sebesar 2.112, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah jasa pada
kelompok usia 60-64 tahun sebanyak 1 orang, pada kelompok 75 tahun sebanyak 1 orang.

5) Perekonomian

Situasi perekonomian di Puskesmas Panti rata-rata masyarakatnya pendapatan adalah


menengah kebawah

6) Situasi Pertanian, Industri, Perdagangan, Transportasi dan Pariwisata

Mata pencaharian mayoritas penduduk adalah petani. Pada tahun 2017 luas tanam dalam
sektor pertanian di Kecamatan Panti sebesar 8040 Ha. Produksi atau hasil tani masyarakat
Kecamatan Panti pada umumnya meliputi, tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan
ubi kayu.
Selain itu, banyak penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dan karyawan
diperusahaan-perusahaan perkebunan. Pariwisata di Kecamatan Panti terdapat wisata
perkebunan Gunung Pasang dan Air Terjun Tancak.

b.Data Khusus Puskesmas

1) Sarana Kesehatan

a) Rumah sakit : 0 buah

b) RS Pemerintah : 0 buah

c) RS swasta : 0 buah

d) Rumah Bersalin : 0 buah

e) Puskesmas Pembantu : 3 buah

f) puskesmas Keliling : 1 buah

g) Polindes : 3 buah

h) BP swasta : 0 buah

i) Prakterk Dokter Swasta : 1 buah

j) Praktek Bidan Swasta : 3 buah

k) Praktek Perawat : 2 buah

l) Klinik Pratama :1

2) Ketenagaan

a. Dokter : 1 orang dan 1 Dokter Intership

b. Dokter Gigi : 3 orang

c. Sarjana Kesehatan Masyarakat : 1 orang

d. Bidan

1) P2B : 0 orang

2) D3 : 17 orang

3) Bidan di Desa : 14 orang

e. Perawat Kesehatan

1) SPK : 3 orang :

2) D3 Keperawatan : 9 orang
3) S1 Keperawatan : 2 orang

f. Sanitarian : 1 orang

g. SP2TP / SIK : 1 orang

h. Petugas gizi / D3 Gizi : 1 orang

i. Asisten Apoteker : 2 orang

j. Analisis Laboratorium / D3 Lab : 1 orang (SMA terlatih)

k. Koordinator Imunisasi

l. tenaga Administrasi : 11 orang

m. Sopir : 1 orang

n. Penjaga Malam : 1 orang

o. Lain-lain (CS, Juru Masak) : 2 orang

p. Peran Serta Masyarakat

1) jumlah dukun bayi : 25 dukun

2) jumlah kader posyandu : 390 kader posyandu

3) jumlah kader poskesdes : 4 kader

4) jumlah santri husada : 0 santri

5) jumlah posyandu : 78 posyandu

6) jumlah polindes : 1 pos

7) jumlah ponkesdes : 3 pos

8) jumlah poskestren : 2 pos


3.1.3 PROGRAM KESEHATAN

a. Struktur Organisasi Puskesmas Panti


Kepala Puskesmas

Kepala Tata Usaha


Koordinator Tim Manajemen Mutu

Bendahara Kepegawaian dan Umum SP2TP

Koordinator upaya Koordinator upaya Koordinator upaya Koordinator upaya


kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat kesehatan perorangan kesehatan perorangan

Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab

1. Promkes 1. Upaya kesehatan 1. Poli umum Rawat inap /


2. Kesehatan lingkungan sekolah 2. Poli KIA-KB PONED
3. Pelayanan Gizi KIA – KB 2. Kesehatan jiwa 3. Poli gigi
4. Pencegahan dan 3. Kesehatan gigi
4. Poli gizi
masyarakat
pengendalian penyakit 5. UGD
4. Kesehatan tradisional
tidak menular 5. Kesehatan olahraga 6. Laboratorium
5. Surveilans dan sentinel 6. Kesehatan kerja 7. Kamar obat

Koordinator
Koordinator Jejaring
Jaringan Puskesmas
Puskesmas

Penanggung Jawab Penanggung Jawab

1. Puskesmas 1. Klinik
Pembantu 2. Dokter pratek
2. Ponkesdes swasta
3. Poskesdes / 3. Dokter gigi praktek
polindes swasta
4. laboratorium

b. Visi. Misi,Tata Nilai dan Motto

1. Visi dan Misi Puskesmas


VISI :
“Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Panti yang Sehat dan Mandiri”
MISI:
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas Upaya Kesehatan Jiwa memiliki misi yaitu:
1. Memberikan pelayanan Yang berkualitas
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
3. Meningkatkan Akses Dan Keterjangkauan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Kesehatan
4. Meningkatkan Peran Serta Aktif Masyarakat di bidang kesehatan
2. Tata Nilai
JUARA
JUJUR : Jujur Dalam Sikap Dan Pelayanan
ULET : Ulet Dan Konsisten Dalam Bekerja
AKTIF :Mengajak Masyarakat Dalam Upaya Pembangunan Kesehatan
RAMAH : Ramah Dalam Memberikan Pelayanan
AMANAH : Melaksanakan Tugas Yang di Percayakan Dengan Baik
3. MOTTO : Melayani Sepenuh Hati
4. BUDAYA KERJA
a) Malu datang terlambat
b) Malu pulang cepat
c) Malu terlambat laporan
d) Malu melanggar etika
e) Malu lingkungan kotor
c. Tujuan Dan Sasaran
1. Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
b. Meningkatkan cakupan dan akses pelayanan kesehatan
c. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
d. Meningkatkan kemandirian masyarakat
e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
f. Memberikan pelayanan kesehatan secara adil dan merata
2. Sasaran
a. Bayi
b. Anak
a. Ibu Hamil
c. Ibu Bersalin
d. Ibu Nifas
e. Anak Prasekolah
f. Remaja
g. Orang dewasa
h. Pra lansia
i. Lansia
3.2 Program Kesehatan Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan peran penting puskesmas yang bertujuan
untuk meningjatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten / kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan,
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama. Puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif dengan
sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) ditujukan untuk meningkatkan jumlah,
pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya.
Perencanaan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Panti mengacu pada visi dan
misi organisasi, serta dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat, hasil pencapaian kinerja
sebelumnya, dan analisis situasi. Perencanaan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di
Puskesmas Panti mengakomodir kegiatan-kegiatan program esensial maupun pengembangan
dan disesuaikan agar dapat diakses oleh masyarakat. Puskesmas Panti menetapkan indikator /
sasaran mutu sebagai pengukuran kinerja atas pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat (
UKM). Indikator / sasaran mutu ini akan di monitor dan evaluasi pencapaiannya untuk
memastikan target kegiatan upaya kesehatan masyarakat (UKM) tercapai dan terlaksana
dengan baik.
Jenis program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Panti dibagi menjadi
dua yaitu sebagai berikut :
a. UKM Esensial
1) Upaya kesehatan KIA, KB dan Gizi
2) Upaya promosi kesehatan
3) Upaya kesehatan lingkungan
4) Upaya pencegahan penyakit tidak menular
5) Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
6) Surveilans
b. UKM Pengembangan
1) Upaya kesehatan sekolah (UKS)
2) Upaya kesehatan jiwa
3) Upaya kesehatan gigi dan mulut
4) Upaya kesehatan tradisional
5) Upaya kesehatan olahraga
6) Upaya kesehatan kerja
7) Upaya kesehatan indra
8) Upaya kesehatan lansia (Usila)
9) Perkemas
3.3 Hasil Pengkajian Puskesmas
3.3.1 UKM Esensial
a. Upaya kesehatan KIA, KB dan Gizi
1. Kegiatan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)

2. Sasaran
a. Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu
 K1 (Pelayanan ibu hamil yang baru pertama kali memeriksakan kehamilan)
 K4 (Pelayanan kesehatan bagi bumil sesuai standart untuk kunjungan lengkap)
 DDRT (Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil) Masyarakat
 Ibu hamil risiko tinggi yang ditangani
 Komplikasi Kebidanan Ditangani
 Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
 Persalinan Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
 Pelayanan Ibu Nifas
Sasaran: Bumil, Bumil Risti, Bulin

b. Pemantauan wilayah setempat kesehatan bayi


 Lahir Hidup Riil
 Lahir mati
 Neonatus KN 1 Murni
 Neonatus KN Lengkap
 Nenoatal Komplikasi yang Ditangani
 Cakupan Kunjungan Bayi (Paripurna)
Sasaran: Lahir hidup, Neo Risti, Bayi

c. Pemantauan wilayah setempat kesehatan anak


 Cakupan Balita (0-59 Bulan)
 Cakupan Anak Balita (12-59 Bulan)
 Cakupan Anak Pra Sekolah (Paripurna)
Sasaran: Anak Pra Sekolah, Balita (0-59 Bulan), Anak Balita (12-59 Bulan)

3. Jumlah petugas
Jumlah petugas KIA ada 17 bidan secara keseluruhan. Satu koordinator dari puskesmas
dan seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas khususnya yang ada di KIA yang
bekerja sama dengan bidan wilayah, perawat Posbindu dan kader posyandu.
4. Tabel pencapaian dan sasaran
No Kegiatan Jenis Sasaran Target Capaian
hingga hingga
November November
2019 (%) 2019 (%)
1. Pemantauan a. K1 977 92,5 97,99
wilayah (Pelayanan ibu hamil yang
setempat baru pertama kali
memeriksakan kehamilan)

b. K4
(Pelayanan kesehatan bagi 645 87,0 64,69
bumil sesuai standart untuk
kunjungan lengkap)

c. Deteksi Risiko Tinggi


oleh Masyarakat
d. Deteksi Risiko Tinggi 33 18,33 3,31
oleh Tenaga Kesehatan
e. Komplikasi Kebidanan
Ditangani 410 73,3 41,12
f. Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan
g. Persalinan Tenaga 326 73,3 163,49
Kesehatan di Fasilitas
Kesehatan
h. Pelayanan Ibu Nifas 951 88 91,17

951 91,66 90,64

951 88,91 81,60

Pemantauan a. Neonates KN 1 murni 906 83 75,17


wilayah setempat a. Neonates KN lengkap 906 82,5 72,96
kesehatan bayi b. Neonatal Komplikasi 136 80 33
yang ditangani
c. Kunjungan bayi 876 72,5 59,71
(paripurna)
3. Pemantauan a. Pelayanan balia (o-59 3633 79,75 65,07
wilayah bulan)
setempat b. Pelayanan anak balita 4630 79,75 57,60
kesehatan balita (12-59 bulan)
c. Pelayanan anak pra 1878 79,75 89,20
sekolah (paripurna)

Tabel analisis SWOT


c. Tabel IFAS
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
 Terdapat 78 posyandu dari 7  Terdapat beberapa program
desa yang belum memenuhi target
 Memiliki SDM yang mumpuni yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dalam pelayananan KIA dan neonatal komplikasi.
dengan kompetensi APN dan  Beban kerja tinggi
CTU  Kinerja petugas kurang optimal
 Tersedia sarana dan prasarana  Pengadaan kelas ibu hamil
yang difaslitasi oleh puskesmas masih kurang
 Adanya dukungan dana dari  Kurangnya program kunjungan
APBD, BOK, JKN, BPJS dan rumah
Jampersal.  Masih terdapat ibu yang belum
 Memiliki grup WA sebagai termotivasi tentang pentingnya
media kominikasi dan imunisasi pada anak
koordinasi KIA untuk cakupan
seluruh wilayah kerja
Puskesmas Panti
 Tenaga kesehatan memberikan
pelayanan KIA langsung di
tengah masyarakat
bekerjasama dengan
masyarakat setempat
 Ibu hamil telah menerima
pelayanan rujukan ke
Puskesmas maupun rumah
sakit

d. Tabel EFAS
Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
 Adanya pelatihan yang difasilitasi  Kesadaran masyarakat terkait KIA
oleh pemerintah daerah kepada bidan masih kurang
 Terdapat keterlibatan kader dalam  Persoalan kematian yang terjadi
kegiatan KIA di posyandu akibat indikasi yang lazim muncul
 Adanya kerjasama dengan perangkat seperti perdarahan.
desa  Tidak semua kelahiran adalah
 Mudahnya akses informasi dan darurat, namun berpotensi menjadi
perkembangan ilmu serta teknologi keadaan darurat.
sebagai penunjang dalam promosi
kesehatan
 Terdapat peraturan pemerintah
tentang persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
 Masyarakat yang tidak mampu
dibantu melalui sistem JKPM dan
Jampersal untuk ibu melahirkan yang
disubsidi oleh pemerintah

e. Tabel skoring SWOT


Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
(bobot x
rating)
Kekuatan
 Memiliki SDM yang mumpuni dalam 0,2 3 0,6
pelaynanan KIA dengan kompetensi APN dan
CTU
 Tersedia sarana dan prasarana yang difaslitasi 0,2 2 0,4
oleh puskesmas
 Adanya dukungan dana dari APBD, BOK, JKN, 0,2 3 0,6
BPJS dan Jampersal.
 Memiliki grup WA sebagai media kominikasi 0,2 2 0,4
dan koordinasi KIA untuk cakupan seluruh
wilayah kerja Puskesmas Panti
 Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA
langsung di tengah masyarakat bekerjasama 0,1 2 0,2

dengan masyarakat setempat


 Ibu hamil telah menerima pelayanan rujukan ke
Puskesmas maupun rumah sakit
0,1 2 0,2

Jumlah 1 14 2,4
Kelamahan
 Terdapat beberapa program yang belum 0,24 3 0,72
memenuhi target yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dan neonatal komplikasi.
 Beban kerja tinggi
 Kinerja petugas kurang optimal 0,1 1 0,1

 Pengadaan kelas ibu hamil masih kurang 0,1 2 0,2

 Kurangnya program kunjungan rumah 0,18 2 0,36

 Masih terdapat ibu yang belum termotivasi


tentang pentingnya imunisasi pada anak 0,1 2 0,2

 Pelaksanaan hemodemo yang belum optimal


0,1 3 0,3
0,18 2 0,36

Jumlah 1 15 2,24
Peluang
 Adanya pelatihan kepada bidan yang difasilitasi 0,2 2 0,4
oleh pemerintah daerah
 Terdapat keterlibatan kader dalam kegiatan KIA 0,1 2 0,2
di posyandu
 Adanya kerjasama dengan perangkat desa 0,1 2 0,2

 Mudahnya akses informasi dan perkembangan


ilmu serta teknologi sebagai penunjang dalam 0,18 2 0,36

promosi kesehatan
 Terdapat peraturan pemerintah tentang persalinan
yang ditolong oleh bidan bukan dukun
 Masyarakat yang tidak mampu dibantu melalui 0,21 3 0,63

sistem JKPM dan Jampersal untuk ibu melahirkan


yang disubsidi oleh pemerintah
0,21 3 0,63

Jumlah 1 14 2,42
Ancaman
 Kesadaran masyarakat terkait KIA masih kurang 0,3 2 0,6
 Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi
yang lazim muncul seperti perdarahan. 0,4 1 0,4
 Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan darurat.
0,3 2 0,6
Jumlah 1 5 1,6
f. Rencana tindak lanjut SWOT
EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 1. Memberikan pembekalan dan 1. Menyediakan sarana dan
(Opportunity) pelatihan rutin kepada kader fasilitas yang memadai untuk
kesehatan. menghasilkan program KIA
2. Meningkatkan kualitas yang baik
pelayanan KIA dan memberikan 2. Membuat media informasi
pengetahuan melalui yang mudah didapat oleh
penyuluhan tentang apa itu KIA masyarakat terkait KIA agar
dan pentingnya KIA masyarakat temotivasi
3. Mensosialisasikan kemudahan menggunakan pelayanan KIA
pelayanan KIA peserta di Puskesmas
Jampersal dan Jamkesda untuk 3. Melakukan pelatihan kepada
meningkatan minat kunjungan tenaga kesehatan
masyarakat ke pelayanan KIA 4. Meningkatan kualitas
4. Mengoptimalkan kelompok pelayanan yang cepat dan
komunikasi kader KIA sebagai ramah kepada peserta
monitoring dan tempat diskusi Jampersal dan Jamkesda
jika terdapat masalah
5. Memberikan kemudahan akses
dan prosedur untuk persalinan
dibantu bidan untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi
6. Meningkatkan kunjungan rumah
7. Mengadakan kerjasama lintas
sektor dalam pembuatan dan
penyebaran informasi kesehatan
terutama KIA
Ancaman 1. Meningkatkan promosi dan 1. Melakukan promosi dan
(Threat) penyuluhan kesehatan sebagai penyuluhan yang komprehensif
cara untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pengetahuan . kesadaran dan
KIA melalui kegiatan yang lebih motivasi masyarakat terutama
menarik dan mengikutsertakan ibu hamil
masyarakat untuk berperan aktif 2. Meningkatkan koordinasi
2. Meningkatkan kemampuan kepada semua pihak yang
tenaga kesehatan untuk terkait terhadap program KIA
mengurangi resiko kematian di Posyandu dan Puskesmas
serta masalah kehamilan dan
kelahiran lainnya
3. Penyampaian informasi yang
optimal untuk mencegah potensi
darurat kehamilan dan kelahiran
g. Diagram layang

Opportunity

KUADRAN III. TURN AROUND KUADRAN I. AGRESIF

Weakness Strength

KUADRAN IV. DEFENSIF


KUADRAN II. DIFERSIFIKASI

Thread

Sw = 1,6

Ot = 0,8

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada
faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor ancaman. Sehingga program
KIA Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang berarti berapa pada posisi pertumbuhan
dimana hal ini menunjukkan kondisi internal poli KIA Puskesmas Panti yang kuat dengan
kondisi lingkungan yang sedikit mengancam.
b. Upaya Promosi kesehatan
Tabel analisis SWOT
h. Tabel IFAS
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan)
 Terdapat 78 posyandu dari 7  Terdapat beberapa program
desa yang belum memenuhi target
 Memiliki SDM yang mumpuni yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dalam pelayananan KIA dan neonatal komplikasi.
dengan kompetensi APN dan  Beban kerja tinggi
CTU  Kinerja petugas kurang optimal
 Tersedia sarana dan prasarana  Pengadaan kelas ibu hamil
yang difaslitasi oleh puskesmas masih kurang
 Adanya dukungan dana dari  Kurangnya program kunjungan
APBD, BOK, JKN, BPJS dan rumah
Jampersal.  Masih terdapat ibu yang belum
 Memiliki grup WA sebagai termotivasi tentang pentingnya
media kominikasi dan imunisasi pada anak
koordinasi KIA untuk cakupan
seluruh wilayah kerja
Puskesmas Panti
 Tenaga kesehatan memberikan
pelayanan KIA langsung di
tengah masyarakat
bekerjasama dengan
masyarakat setempat
 Ibu hamil telah menerima
pelayanan rujukan ke
Puskesmas maupun rumah
sakit
i. Tabel EFAS
Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
 Adanya pelatihan yang difasilitasi  Kesadaran masyarakat terkait KIA
oleh pemerintah daerah kepada bidan masih kurang
 Terdapat keterlibatan kader dalam  Persoalan kematian yang terjadi
kegiatan KIA di posyandu akibat indikasi yang lazim muncul
 Adanya kerjasama dengan perangkat seperti perdarahan.
desa  Tidak semua kelahiran adalah
 Mudahnya akses informasi dan darurat, namun berpotensi menjadi
perkembangan ilmu serta teknologi keadaan darurat.
sebagai penunjang dalam promosi
kesehatan
 Terdapat peraturan pemerintah
tentang persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
 Masyarakat yang tidak mampu
dibantu melalui sistem JKPM dan
Jampersal untuk ibu melahirkan yang
disubsidi oleh pemerintah

j. Tabel skoring SWOT


Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
(bobot x
rating)
Kekuatan
 Memiliki SDM yang mumpuni dalam 0,2 3 0,6
pelaynanan KIA dengan kompetensi APN dan
CTU
 Tersedia sarana dan prasarana yang difaslitasi 0,2 2 0,4
oleh puskesmas
 Adanya dukungan dana dari APBD, BOK, JKN, 0,2 3 0,6
BPJS dan Jampersal.
 Memiliki grup WA sebagai media kominikasi 0,2 2 0,4
dan koordinasi KIA untuk cakupan seluruh
wilayah kerja Puskesmas Panti
 Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA
langsung di tengah masyarakat bekerjasama 0,1 2 0,2
dengan masyarakat setempat
 Ibu hamil telah menerima pelayanan rujukan ke
Puskesmas maupun rumah sakit
0,1 2 0,2

Jumlah 1 14 2,4
Kelamahan
 Terdapat beberapa program yang belum 0,24 3 0,72
memenuhi target yaitu K4, KN 1, KN Lengkap,
dan neonatal komplikasi.
 Beban kerja tinggi
 Kinerja petugas kurang optimal 0,1 1 0,1

 Pengadaan kelas ibu hamil masih kurang 0,1 2 0,2

 Kurangnya program kunjungan rumah 0,18 2 0,36

 Masih terdapat ibu yang belum termotivasi


tentang pentingnya imunisasi pada anak 0,1 2 0,2

 Pelaksanaan hemodemo yang belum optimal


0,1 3 0,3

0,18 2 0,36

Jumlah 1 15 2,24
Peluang
 Adanya pelatihan kepada bidan yang difasilitasi 0,2 2 0,4
oleh pemerintah daerah
 Terdapat keterlibatan kader dalam kegiatan KIA 0,1 2 0,2
di posyandu
 Adanya kerjasama dengan perangkat desa 0,1 2 0,2

 Mudahnya akses informasi dan perkembangan


ilmu serta teknologi sebagai penunjang dalam 0,18 2 0,36

promosi kesehatan
 Terdapat peraturan pemerintah tentang persalinan
yang ditolong oleh bidan bukan dukun
 Masyarakat yang tidak mampu dibantu melalui 0,21 3 0,63

sistem JKPM dan Jampersal untuk ibu melahirkan


yang disubsidi oleh pemerintah
0,21 3 0,63

Jumlah 1 14 2,42
Ancaman
 Kesadaran masyarakat terkait KIA masih kurang 0,3 2 0,6
 Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi
yang lazim muncul seperti perdarahan. 0,4 1 0,4
 Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan darurat.
0,3 2 0,6
Jumlah 1 5 1,6
k. Rencana tindak lanjut SWOT
EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 8. Memberikan pembekalan dan 5. Menyediakan sarana dan
(Opportunity) pelatihan rutin kepada kader fasilitas yang memadai untuk
kesehatan. menghasilkan program KIA
9. Meningkatkan kualitas yang baik
pelayanan KIA dan memberikan 6. Membuat media informasi
pengetahuan melalui yang mudah didapat oleh
penyuluhan tentang apa itu KIA masyarakat terkait KIA agar
dan pentingnya KIA masyarakat temotivasi
10. Mensosialisasikan kemudahan menggunakan pelayanan KIA
pelayanan KIA peserta di Puskesmas
Jampersal dan Jamkesda untuk 7. Melakukan pelatihan kepada
meningkatan minat kunjungan tenaga kesehatan
masyarakat ke pelayanan KIA 8. Meningkatan kualitas
11. Mengoptimalkan kelompok pelayanan yang cepat dan
komunikasi kader KIA sebagai ramah kepada peserta
monitoring dan tempat diskusi Jampersal dan Jamkesda
jika terdapat masalah
12. Memberikan kemudahan akses
dan prosedur untuk persalinan
dibantu bidan untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi
13. Meningkatkan kunjungan rumah
14. Mengadakan kerjasama lintas
sektor dalam pembuatan dan
penyebaran informasi kesehatan
terutama KIA
Ancaman 4. Meningkatkan promosi dan 3. Melakukan promosi dan
(Threat) penyuluhan kesehatan sebagai penyuluhan yang komprehensif
cara untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pengetahuan . kesadaran dan
KIA melalui kegiatan yang lebih motivasi masyarakat terutama
menarik dan mengikutsertakan ibu hamil
masyarakat untuk berperan aktif 4. Meningkatkan koordinasi
5. Meningkatkan kemampuan kepada semua pihak yang
tenaga kesehatan untuk terkait terhadap program KIA
mengurangi resiko kematian di Posyandu dan Puskesmas
serta masalah kehamilan dan
kelahiran lainnya
6. Penyampaian informasi yang
optimal untuk mencegah potensi
darurat kehamilan dan kelahiran
l. Diagram layang

Opportunity

KUADRAN III. TURN AROUND KUADRAN I. AGRESIF

Weakness Strength

KUADRAN IV. DEFENSIF


KUADRAN II. DIFERSIFIKASI

Thread

Sw = 1,6

Ot = 0,8

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada
faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor ancaman. Sehingga program
KIA Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang berarti berapa pada posisi pertumbuhan
dimana hal ini menunjukkan kondisi internal poli KIA Puskesmas Panti yang kuat dengan
kondisi lingkungan yang sedikit mengancam.
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
1. Kegiatan

Pengawasan sarana air bersih (SAB), pembinaan tempat pengelolaan makanan (TPM),
pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar, pembinaan sarana tempat-tempat umum
(TUU), konseling sanitasi, dan pemberdayaan masyarakat atau Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).

2. Sasaran

Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember.

3. Jumlah petugas

Satu orang penanggung jawab Kesehatan Lingkungan bekerja sama dengan bidan wilayah dan
kader.

4. Table pencapaian

No Kegiatan Target Satuan Total Target Capaian/ %


2018 Sasaran Sasaran realisasi
(TOS) (TS)
1. Penyehatan Air
1. Pengawasan Sarana
Air Bersih (SAB) 45% Sarana 14340 5736 5844
2. SAB yang memenuhi
Syarat Kesehatan 84% Sarana 14157 11750 5586
3. Rumah tangga yang
memiliki Akses 86% Sarana 17532 14902 5844
terhadap SAB
2. Penyehatan Makanan
dan Minuman
1. Pembinaan Tempat
Pengelolaan
Makanan 82% TPM 32 31 21
2. TPM yang
memenuhi syarat
kesehatan 61% TPM 24 18 21
3. Penyehatan Perumahan
dan Sanitasi Dasar
1. Pembinaan Sanitasi
Perumahan dan
Sanitasi Dasar 76% Rumah 14903 13 5844
2. Rumah yang
memenuhi syarat
kesehatan 73% Rumah 7274 5310.0 4071
2
4. Pembinaan tempat-
tempat Umum (TTU)
1. Pembinaan sarana
TTU 88% TTU 192 168.96 96
2. TTU yang memenuhi
syarat kesehatan 61% TTU 189 146 96
5. Yankesling (Klinik
Sanitasi)
1. Konseling Sanitasi 10% 0
2. Inspeksi Sanitasi
PBL 40% 0
3. Intervensi terhadap
pasien PBL yang di
IS 40% 0
6. Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) =
Pemberdayaan
Masyarakat
1. Rumah tangga
memiliki Akses
terhadap jamban
sehat 78% KK 8157
2. Desa/kelurahan yang
ODF 78% Desa 0
3. Jamban sehat 83% Sarana 7274
4. Pelaksanaan kegiatan
STBM di Puskesmas 75% Desa 2

5. Masalah

a. Sumber dana hanya berasal dari APBD


b. Kurangnya tenaga di PUSKEMAS sehingga banyak petugas yang merangkap jabatan
c. Pengangkatan sampah medis setahun sekali yang disimpan diruang khusus dan terbatasnya
jumlah pengangkutan sampah
d. Puskesmas Panti tidak memiliki desa ODF
e. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan lingkungan serta kebersihan
6. Analisa SWOT

a. Internal factor analisis situasi (IFAS)

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)


1. Adanya pemilahan sampah menjadi 1. Sumber dana hanya berasal dari APBD
sampah medis dan non medis 2. Pengangkutan sampah medis hanya
2. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja setahun sekali yang disimpan di ruang
Daerah) merupakan sumber dana kegiatan khusus dan terbatasnya jumlah
kesehatan lingkungan pengangkutan sampah
3. Terdapat kader kesehatan lingkungan yang 3. Tidak memiliki desa ODF
telah ditunjuk
b. Eksternal factor analisis situasi (EFAS)

Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)


1. Keterlibatan lintas sector dalam 1. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang
program kesehatan lngkungan kesehatan lingkungan
c. Table scoring

Factor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah


(bobot x
rating)
Kekuatan S –W =
1. Adanya pemilahan sampah 0,35 3 1,05 3,35 – 3,0 =
menjadi sampah medis dan non 0,35
medis
2. APBD (Anggaran Pendapatan 0,40 4 1,60
dan Belanja Daerah)
merupakan sumber dana
kegiatan kesehatan lingkungan
3. Terdapat kader kesehatan
lingkungan yang telah ditunjuk 0,25 3 0,75

Jumlah 1 9 3,35
Kelemahan
1. Sumber dana hanya berasal dari 0,30 3 0,9
APBD
2. Pengangkutan sampah medis 0,35 3 1,05
hanya setahun sekali yang
disimpan di ruang khusus dan
terbatasnya jumlah
pengangkutan sampah
3. Tidak memiliki desa ODF
0,35 3 1,05
Jumlah 1 9 3

Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah


(bobot x
rating)
Peluang O-T=
1. Keterlibatan lintas sector dalam 1 3 3 3–4=
program kesehatan lngkungan -1
Jumlah 1 3 3
Ancaman
1. Kurangnya kesadaran 1 4 4
masyarakat tentang kesehatan
lingkungan
Jumlah 1 4 4

d. Matriks SWOT/rencana tindak lanjut

EFAS Kekuatan Kelemahan


IFAS (Strenght) (Weakness)
Peluang 1. Perluasan jaringan dan kerjasama 1. Perluasam jaringan dan
(Opportunity) dengan lintas sector terkait dengan kerjasama dengan lintas
APBD dan MOU mengenai sector untuk mendapat
pengangkutan sampah medis sumber pendanaan selain
2. Memberdayakan kader kesling dan APBD
masyarakat dan lima sector dalam 2. Kerja sama dengan lintas
menjaga kesehatan lingkungan sector terkait dengan
3. Pengajuan kepada dinas kesehatan pengangkutan sampah atau
untuk memiliki atau menjadi desa pengadaan incinerator untuk
ODF menghancurkan sampah
medis di puskesmas
Ancaman (Treat) 1. Perluasan jaringan dan kerjasama 1. Meningkatkan kesadaran
dengan lintas sector untuk terkait perilaku hidup bersih
mendapatkan sumber pendanaan dan sehat di lingkungan
selain APBD masing-masing dan turut
aktif dalam program
Puskesmas

e. Diagram Layang

0,5
(-1, 0,35)

W S
-1 -0,5 0,5 1

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis diagram layang menunjukkan bahwa program kesehatan lingkungan
puskesmas Panti berada pada kuadran II yaitu diversifikasi dimana hal ini menunjukkan bahwa
meskipun memiliki berbagai ancaman puskesmas panti masih memiliki kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dalam jangka panjang.
d. Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular
1. Kegiatan
a. Melakukan kegiatan surveilans dan pendataan mengenai peyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus, asma bronkial, stroke, rematoid arthritis, besitas, kanker
payudara, ISPA dan lain-lain.
b. Melaksanakan Posbindu PTM di Desa/Kelurahan
c. Skrining/deteksi dini kanker seviks dan payudara pada perempuan usia 30-50 tahun
d. Melakukan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia lebih dari 18 tahun
e. Melakukan pemeriksaan tekanan darah pada penduduk usia lebih dari 15 tahun.
f. Melakukan pemeriksaan IMT/Obesitas pada penduduk usia lebih dari 15 tahun.
g. Melakukan pencegahan berupa penyuluhan terkait penyakit tidak menular yang
bekerjasama dengan program kesehatan.

h. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan apabila terjadi KLB

i. KTR (Kawasan tanpa rokok) dengan melakukan skirining kepada siswa sekolah di
wilayah Puskesmas

2. Jumlah Petugas
Petugas dari program PTM terdiri dari Bapak Ady Chandra selaku Penanggung Jawab
program PTM dan KTR Kawasan Tanpa Rokok, Ibu Heriyu dan Bu Pratiwi selaku pemegang
program Iva, Ibu Sufdila selaku pemegang program posbindu, dan Ibu Nyoman selaku pemegang
program prolanis.
3. Sasaran
1. 7 desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
2. 9.623 orang yang berasal dari perempuan yang berusia 30-50 tahun dideteksi dini kanker
servik dan payudara
3. 71 sekolah yang ada yang ada di wilayah Puskesmas yang melaksanakan KTR
4. 47.751 orang penduduk usia lebih dari 15 tahun yang melakukan emriksaan tekanan darah
5. 47.751 orang penduduk usia lebih dari 18 tahun yang melakukan pemeriksaan gula darah
6. 47.751 orang obesitas/IMT pad penduduk usia lebih dari 15 tahun yang melakukan
pemeriksan IMT.
4. Tabel Pencapaian
Pencapaian kesehatan yang diharapkan dari koordinator adalah sesuai dengan target yang
telah ditentukan.
No Indikator Total Target Target Capaian Kesenjanga
Sasaran Sasaran 2018 n
(ToS) (TS) (dalam
%)
1 Desa/Kelahan yang 7 3 30% 6 200%
melaksanakan kegiatan
Posbindu PTM
2 Peempuan yang berusia 30-50 9.623 962 30% 217 23%
tahun ang dideteksi dini
kanker servik dan payudara
3 Sekolah yang ada di wilayah 71 28 30% 2 7%
Puskesmas
4 Penduduk Usia lebih dari 15 47.751 19.100 30% 38.545 202%
tahun yang melakukan
pemeriksakan tekanan darah
5 Penduduk usia lebih dari 18 47.751 19.100 30% 2.354 12,32%
tahunyang melakukan
pemeriksaan gula darah
6 Obesitas/IMT pada penduduk 47.751 19.100 30% 26.425 138%
usia lebih dari 1 tahun yang
melakukan pemeriksaan IMT

1. Masalah
a. Strength (Kekuatan)
1. Terdapat pembagian kerja setiap sub program sehinga beban kerja berkurang
2. Sarana dan prasarana dari puskesmas dinilai telah memadai untk mendukung program
ini
3. Dalam melaksanak program kerja, PTM dapat bekerja sama antar program lain
puskesmas, seprti promosi kesehatan
4. Pendanaan dari BOK
b. Weakness (Keleman)
1. Jumlah kunjungan tidak sesuai target (Jumlah pengunjung yang datang mayoritas
berasal dari kunjungan lama)
2. Pelatih untuk program KTR belum terlatih
3. Target dari program KTR masih belum memenuhi target, dari 71 sekolah yang
tercapai hanya 2 sekolah.
4. Jumlah petugas yang terbatas dan jumlah perawat yang kurang.
c. Opportunity (Kesempatan)
1. Dalam melakukan kegatan, dapat memanfaatkan kader untuk mencapai target yn
diinginkan
2. Bekerjasama dengan balai pengobatan, bidan wlayah, perawat desa, dan kader
psoyandu yang berada di masing-masing desa untuk pelaksanan kegiatan.
3. Bekeasama dengan lintas sektor (kepolisian, Danramil, TOGA, TOMA, PSM, dan
kepala desa)
d. Threat (Ancaman)
1. Masyarakat pasif
2. Tabel Analsis SWOT
a. Tabel IFAS

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

1. Terdapat pembagian kerja setiap sub 1. Jumlah kunjungan tidak sesuai target
program sehinga beban kerja berkurang (Jumlah pengunjung yang datang
2. Sarana dan prasarana dari puskesmas mayoritas berasal dari kunjungan lama)
dinilai telah memadai untk mendukung 2. Pelatih untuk program KTR belum
program ini terlatih
3. Dalam melaksanak program kerja, PTM 3. Target dari program KTR masih belum
dapat bekerja sama antar program lain memenuhi target, dari 71 sekolah yang
puskesmas, seprti promosi kesehatan tercapai hanya 2 sekolah.
4. Pendanaan dari BOK 4. Jumlah petugas yang terbatas dan jumlah
perawat yang kurang.
b. Tebel EFAS

Peluang (Opportunity) Ancaman (Treath)


1. Dalam melakukan kegatan, dapat 1. Masyarakat pasif
memanfaatkan kader untuk mencapai
target yn diinginkan
2. Bekerjasama dengan balai pengobatan,
bidan wlayah, perawat desa, dan kader
psoyandu yang berada di masing-
masing desa untuk pelaksanan kegiatan.
3. Bekerjasama dengan lintas sektor
(kepolisian, Danramil, TOGA, TOMA,
PSM, dan kepala desa)

c. Tabel skoring SWOT


Jumlah
Faktor-faktor strategis Bobot Rating (Bobot x
rating)
Kekuatan (S) :
1. Terdapat pembagian kerja setiap sub 0,3 3 0,9
program sehinga beban kerja berkurang
2. Sarana dan prasarana dari puskesmas dinilai 0,2 3 0,6
telah memadai untk mendukung program
ini
3. Dalam melaksanakan program kerja, PTM 0,2 4 0,8
dapat bekerja sama antar program lain
puskesmas, seprti promosi kesehatan
4. Pendanaan dari BOK 0,3 4 1,2
Jumlah 1 14 3,5
Kelemahan (W) :
1. Jumlah kunjungan tidak sesuai target 0,3 2 0,6
(Jumlah pengunjung yang datang mayoritas
berasal dari kunjungan lama)
2. Pelatih untuk program KTR belum terlatih 0.2 2 0,4
3. Target dari program KTR masih belum 0,2 2 0,4
memenuhi target, dari 71 sekolah yang
tercapai hanya 2 sekolah.
4. Jumlah petugas yang terbatas dan jumlah 0,3 4 1,2
perawat yang kurang.
Jumlah 1 6 2,6
S-W = 3,5 -2,6
= 0.9
Peluang (O):
1. Dalam melakukan kegatan, dapat 0,4 4 1,6
memanfaatkan kader untuk mencapai target
yang diinginkan
2. Bekerjasama dengan balai pengobatan, bidan 0,3 3 0,9
wilayah, perawat desa, dan kader psoyandu
yang berada di masing-masing desa untuk
pelaksanan kegiatan.
3. Bekerjasama dengan lintas sektor (kepolisian, 0,3 3 0,9
Danramil, TOGA, TOMA, PSM, dan kepala
desa)
Jumlah 1 10 3,4
Ancaman (T):
1. Masyarakat pasif 1 3 3
Jumlah 1 3 3
O-T = 3,4 - 3
= 0,4

d. Tabel matriks SWOT

EFAS Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

IFAS

Peluang 1. Meningkatkan kerjasama 1. Mengikutsertakan kader-


(Opportunity) antar sektor untuk kegiatan kader wilayah dalam
promosi kesehatan pelaksanaan kegiatan yang
ada pada promosi kesehatan
2. Membuat rencana kegiatan
yang Membekali kader- 2. Memberikan penyuluhan
kader untuk mempersiapkan serta menentukan jadwal
pengetahuan dalam hal yang tepat untuk dilakukan
proosi kesehatan promosi kesehatan.

Ancaman 1. Memberikan penyuluhan 1. Memilih jadwal yang tepat


(Threat) dengan menggunakan untuk melakukan promosi
media yang menarik dan kesehatan
bahasa yang mudah
2. Memberikan pembekalan
dimengerti oleh masyarakat
terhadap petugas untuk
sehingga masyarakat bisa
meningkatkan kemampuan
lebih aktif.
dalam penyampaian promosi
2. Mengajukan penambahan kesehatan.
tenaga perawat

e. Diagram Layang

O
(0,9 ; 0,4)

W S

T
Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis diagram layang menunjukkan bahwa program pencegahan dan
pengendalian PTM puskesmas Panti berada pada Kuadran 1 yaitu agresif dimana hal ini
menunjukkan bahwa puskesmas panti berada pada kuadran yang memiliki kekuatan dan peluang
yang ada untuk meningkatkan pencegahan dan pengendalian PTM .

e. Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit


1. Kegiatan
Secara umum, kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit menular adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan surveilans dan pendataan mengenai penyakit menular seperti, Diare,
Typoid, Kusta, Malaria, ISPA, HIV dan TB Paru, dan Hepatitis B
2. Melakukan koordinasi dengan pihak dinas kesehatan
3. Melakukan pencegahan berupa penyuluhan terkait penanganan penyakit menular yang bekerja
sama dengan program kesehatan
a. Kusta :
1. Skrining dan pendataan 30 rumah disekitar pasien kusta yang dilakukan oleh Posbindu,
Kader dan PJ Penyakit Kusta.
2. Berdasarkan data dalam profil kesehatan Jawa Timur (2018), Kabupaten Jember
menduduki peringkat kedua kusta terbanyak yaitu 353 klien kusta baru.
3. Data dari Dinas Kesehatan Jember (2018) menunjukkan bahwa klien kusta tersebar pada
47 Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Jember.
4. Melakukan pencegahan berupa penyuluhan terkait penanganan penyakit menular kusta
yang bekerja sama dengan program kesehatan.
5. Program deteksi dini terkait kusta juga terus dilaksanakan, termasuk penyuluhan terkait
pengobatan kusta, perawatan diri dan penggunaan alat pelindung diri pada klien kusta
b. HIV/AIDS :
1. Untuk pengobatan pasien ARV dirujuk ke Patrang atau Jember karena di Kecamatan Panti
belum ada ARV.
2. Pasien pertama kali datang ke puskesmas diawal akan diberikan Cotrimoxaxol
3. Untuk tindakan preventif ada promosi kesehatan ke sekolah dan pengajian mengenai
HIV/AIDS
c. Hepatitis B :
1. Setiap ada ibu hamil harus di cek HbsAg terlebih dahulu.
2. Saat akan melahirkan, pasien wajib membawa buku posyandu untuk mengetahui riwayat
kehamilan termasuk hasil tes HbsAg.
3. Jika positive HbsAg pasien akan dirujuk langsung ke Rumah Sakit Daerah untuk menjalani
persalinan.
4. Jika pasien inpartu di Puskesmas dan tidak membawa buku posyandu atau tidak tahu
riwayat HbsAg maka pasien di tes darah cito sambil ditolong persalinannya.
5. Jika pasien belum inpartu dan masih pembukaan dibawah 7 harus di tes HbsAgnya.Jika
positive, pasien akan segera dirujuk ke RSD untuk di tes ulang, hasil akhir di rumah sakit
yang dapat menentukan kesimpulan dan menentukan persalinan secara SC elektif.
6. Jika hari libur dan ada pasien yang akan bersalin dengan HbsAg maka persalinan akan
dirujuk ke Rumah Sakit dan bon vaksin meminjam dari Puskesmas lainnya.
7. Data hasil rekapan tahun 2018 didapatkan pasien dengan Hepatitis B terus naik di
Puskesmas Kecamatan Panti.
d. Tuberculosis
1. Program skrining dan pemeriksaan sputuum , paguyuban TBC, penyuluhan dan kunjungan
rumah rutin dilakukan oleh pihak puskesmas dibantu oleh bidan desa dan kader.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan setiap minggu, dibantu kader setiap
dusun.
2. Penyelidikan Epidemiologi pada minimal 20 rumah disekitar pasien yang terkena Demam
Berdarah. Jika target <95% dilakukan fogging.
3. Pembagian bubuk Abate di setiap wilayah yang berisiko
4. Pemeriksaan Jentik Berkala setiap bulan
2. Sasaran
a. Pasien dengan penyakit kusta
b. Pasien dengan penyakit TB Paru
c. Ibu hamil dengan hepatitis B ataupun yang berisiko
d. Pasien dengan penyakit HIV/ AIDS
e. Balita yang mengalami diare
f. Pasien yang mengalami DBD ataupun keluarga yang berisiko
3. Jumlah Petugas
Petugas dari program pecegahan penyakit menular terdiri dari 5 orang yaitu :
1. Bpk.Adi Candra : PJ penyakit Kusta
2. Ibu Lydia : PJ penyakit HIV
3. Ibu Devri : PJ Hepatitis
4. Ibu Deni : PJ penyakit TB Paru
5. Bpk. Zain : selaku PJ penyakit DBD, Diare, Malaria, dan surveilance dari tiap wilayah
4. Target Pencapaian Kesehatan
Total Target
No Program Sasaran Sasaran Sasaran Capaian Kesenjangan
(TOS) (TS)
1 Kusta Cakupan 36 30 33 70%
pemeriksaan
kontak dari
kasus kusta
baru

Kasus kusta 40 36 35 65%


yang
dilakukan
PFS secara
rutin

RFT pasien 33 28 30 80%


kusta

Pasien baru 52 46 40 60%


pasca
pengobatan
dengan
score
kecatatannya
tidak
bertambah
atau tetap

Proporsi 30 28 27 78%
tenaga
kesehatan di
desa
endemis
kusta
tersosialisasi

Proporsi 32 30 28 54%
kader
kesehatan di
daerah
endemis
kusta
tersosialisasi

Proporsi 27 26 24 76%
SD/MI di
desa
endemis
kusta
dilakukan
screening
kusta

2 TB paru Penemuan 22 20 19 30%


suspect
penderita
TB

Penderita 35 32 27 35%
TB Paru
BTA positif
yang
dilakukan
pemeriksaan
kontak

Angka 60 57 54 82%
keberhasilan
pengobatan
pasien baru

BTA positif
3 Hepatitis Penanganan 80 78 79 86%
B dan
pencegahan
terkait angka
kejadian
hepatitis B
4 HIV/AIDS Penangan 58 48 56 90%
masalah
HIV/AIDS
bekerja
sama
seluruh
tenaga
kesehatan
dan lapisan
masyarakat
5 Diare Cangkupan 61 58 60 78,82%
layanan
diare balita
Angka 46 44 45 99,91%
penggunaan
oralit
Angka 60 58 59 99,18%
penderita
diare balita
yang diberi
tablet Zinc
6 DBD Angka 80 77 79 99,95%
Bebas Jentik

Penderita 78 76 74 99,10%
DBD
ditangani

Cakupan PE 82 78 80 98,20%
kasus DBD
5. Masalah
a. Diare
Apabila ada balita yang mengalami diare diberi obat zinc (usia 0-6 bulan ½ tablet selama
10 hari dan usia 6 bulan – 5 tahun 1 tablet selama 10 hari). Selain itu juga diberikan oralit.
Sebagian petugas kesehatan memberikan obat antibiotik, sedangkan pihak puskesmas
sudah tidak menganjurkan pemberian antibiotic pada balita diare.
b. DBD
Program terkait dengan PSN disetiap desa tidak terlaksana dengan baik, karena hanya ada
dua desa yang melakukan PSN secara rutin di setiap minggu.
c. Hepatitis B
Penanganan dan pencegahan terkait angka kejadian hepatitis B terus dilakukan.
Pencegahan terkait makanan dan pola hidup terus ditingkatkan.
d. Kusta
Program deteksi dini terkait kusta juga terus dilaksanakan, termasuk penyuluhan terkait
pengobatan kusta, perawatan diri dan penggunaan alat pelindung diri pada klien kusta
e. Tuberkulosis
Program skrining dan pemeriksaan sputuum , paguyuban TBC, penyuluhan dan kunjungan
rumah rutin dilakukan oleh pihak puskesmas dibantu oleh bidan desa dan kader.
f. HIV/AIDS
Penangan masalah HIV/AIDS terus dilakukan dengan bekerja sama seluruh tenaga
kesehatan dan lapisan masyarakat. Pencegahan yang terus dilakukan untuk menekan
penyakit ini.

6. Tabel Analisis SWOT


a. Tabel IFAS
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Terdapat kegiatan survailance dan 1. Terlambatnya laporan setiap minggu
pendataan terkait penyakit menular dari setiap penangungjawab
2. Terdapat program program puskesmas,, desa, dan kader setiap
penyuluhan dalam pencegahan dusun.
penyakit menular 2. Penanggungjawab setiap indikator
3. Terdapat petugas kesehatan di setiap tidak dalam satu naungan coordinator
desa, dan setiap titik posyandu ada 5 3. Kurang kesadaran petugas kesehatan
kader terkait keefektifan pemberian obat
4. Adanya kerjasama dengan pihak
sekolah terkait upaya pencegahan
penyakit menular

b. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Thhreat)
1. Adanya kerjasama dengan petugas 1. Sebagian masyarakat tidak kooperatif
kesehatan wilayah (perawat, bidan) dalam pelayanan kesehatan
dan kader desa
2. Adanya kerjasama dengan Babinsa,
Babinkamtibnas
3. Adanya koordinator wilayah di 7 Desa
yang meliputi desa Panti, Suci,
Kemiri, Glagahwero, Kemuningsari
Lor, Pakis, terkait P2M.
4. Adanya peran masyarakat dalam
pencegahan penyakit menular
c. Tabel Matriks SWOT

Faktor-faktor Strategis Bobot Rating Jumlah


(bobot x
rating)
Kekuatan (Strenght)
1. Terdapat kegiatan survailance dan 0,30 4 1,2
pendataan terkait penyakit menular
2. Terdapat program program 0,20 3 0,6
penyuluhan dalam pencegahan
penyakit menular
3. Terdapat petugas kesehatan di 0,30 4 1,2
setiap desa, dan setiap titik S–W
posyandu ada 5 kader =
4. Adanya kerjasama dengan pihak 0,20 3 0,6 3,6 –
sekolah terkait upaya pencegahan 3,15 =
penyakit menular 0,45

Jumlah 1 3,6
Kelemahan (Weakness)
1. Terlambatnya laporan setiap
minggu dari setiap 0,4 4 1,6
penangungjawab puskesmas, desa,
dan kader setiap dusun.
2. Penanggungjawab setiap indikator
tidak dalam satu naungan 0,25 2 0,50
coordinator
3. Kurang kesadaran petugas 0,35 3 1,05
kesehatan terkait keefektifan
pemberian obat
Jumlah 1 3,15
Peluang (Opportunity)
1. Adanya kerjasama dengan petugas 0,31 4 1,24
kesehatan wilayah (perawat, bidan)
dan kader desa O–T=
2. Adanya kerjasama dengan Babinsa, 0,23 3 0,69 3,31 – 3
Babinkamtibnas = 0,31
3. Adanya koordinator wilayah di 7 0,23 3 0,69
Desa yang meliputi desa Panti,
Suci, Kemiri, Glagahwero,
Kemuningsari Lor, Pakis, terkait
P2M. 0,23 3 0,69
4. Adanya peran masyarakat dalam
pencegahan penyakit menular
Jumlah 1 3,31
Ancaman (Threat)
1. Sebagian masyarakat tidak
1 3 3
kooperatif dalam pelayanan
kesehatan
Jumlah 1 3

EFAS
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang (Opportunity) Adanya kerjasama pihak Adanya kerjasama pihak
puskesmas dengan puskesmas dengan pihak
berbagai pihak lain lain berpengaruh terhadap
seperti bidan wilayah, kinerja petugas kesehatan
kader setiap desa, dalam menjalankan tugas
babinkatimnas, pihak dan tanggungjawabnya.
masyarakat, dan lain-lain
untuk menjalankan
program yang telah
direncanakan.
Ancaman (Threat) Masyarakat tidak kinerja petugas kesehatan
kooperatif dalam dalam menjalankan tugas
peleyanan berkaitan dan tanggungjawabnya
dengan kerjasa pihak dapat mempengaruhi
puskesmas dengan pihak respon kooperatif dari
lain. masyarakat.
d. Diagram Layang

0,45

0,31

f. Surveilans
1. Kegiatan
Survailence merupakan kegitan pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus
menerus dan sistematis yang kemudian didesiminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak
yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Survailence kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk mencegah outbreak
penyakit dan mengembangkan respon segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari
survailence juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk
memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.
Gambar 1. Sistem Surveilans

2. Program surveilans memiliki beberapa kegiatan antara lain:


a. Penyelidikan epidemiologi masyarakat baik secara individu maupun kelompok tentang
penyakit menular maupun tidak menular dilakukan untuk menghindari penyebaran kasus
b. Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa penyakit dengan memonitoring
peningkatan dan penyebaran kasus melalui laporan dan grafik mingguan dan bulanan
penyakit dan pemetaan
c. Surveilan aktif, penyelidikan epidemiologi saat mendengar adanya suatu kejadian
penyakit menular maupun tidak menular lainnya dan disertai dengan penatalaksanaan
kasus sesuai dengan SOP
d. Pengambilan dan pengiriman specimen kasus
e. Monitoring mengenai tingkat kepatuhan petugas dalam memakai Alat Pelindung Diri saat
melakukan kegiatan
f. Melakukan pelaksanaan dan penanganan kasus KIPI yang ditemukan sesuai dengan SOP
g. Melakukan pelaporan STP (Surveilans Terpadu Penyakit) yang tepat waktu
h. Memenuhi kelengkapan laporan STP (Surveilans Terpadu Penyakit)
i. Melakukan pelaporan W2 (mingguan) yang tepat waktu
j. Memenuhi kelengkapan laporan W2 (mingguan)
k. Membuat laporan grafik 10 penyakit potensial wabah
l. Desa/kelurahan yang mengalami KLB ditanggulangi <24 jam

2. Sasaran
Sasaran pencapaian target adalah petugas unit dan wilayah Puskesmas Panti, sasaran kinerja
program adalah masyarakat dengan kasus maupun masyarakat beresiko.
3. Jumlah anggota tim penyelidikan epidemiologi
Penanggungjawab dan pemegang program surveilan yakni berjumlah 1 orang yaitu M.
Zaini, Amd.Kep. Program surveilan yang bertanggung jawab akan dibantu oleh petugas
masih-masing wilayah dalam melakukan program surveilan di lapangan. Dalam
melaksanakan kegiatannya, koordinator surveilans dibantu oleh petugas wilayah antara lain:
pelaksana wilayah desa Panti (Andiana W), pelaksana wilayah desa Serut (Yuli Rahmawati,
Oktavia Dewi W), pelaksana wilayah desa Suci (Nurlaily Devi, Dwi Irma S), pelaksana
wilayah desa Kemiri (Partiwi, Lydia Eka P), pelaksana wilayah desa Glagah Wero
(Sufadilah, Ady Chandra), pelaksana wilayah desa K Sari Lor (Supiyah), pelaksana wilayah
desa Pakis (Siti Wulandari, Nofi Tri A). Total ada 13 petugas wilayah yang membantu
sebagai tenaga pelaksana surveilans Puskesmas Panti.
4. Target, Pencapaian dan Sasaran
No Jenis kegiatan Target Pencapaian Kesenjangan

Jumlah % Jumlah %

1. Laporan STP (Surveilans 12 ≥80 12 100 -


Terpadu Penyakit) yang tepat
waktu

2. Kelengkapan Laporan STP 12 ≥90 12 100 -


(surveilans Terpadu Penyakit)

3. Laporan W2 (mingguan) yang 52 ≥80 45 86 -


tepat waktu
4. Kelengkapan Laporan W2 52 ≥90 45 86 -
(mingguan)
5. Grafik penyakit potensial wabah 10 100 10 100 -

6. Desa/kelurahan yang mengalami 0 100 0 100 -


KLB ditanggulangi <24 jam
5. Ketepatan dan Kelengkapan laporan
a. Laporan mingguan dilaporkan oleh petugas unit dan wilayah kepada koordinator
surveilans puskesmas, kemudian dilakukan entry data dan dilaporkan via SMS ke
surveilans pusat paling lambat hari Selasa minggu berikutnya.
b. Laporan bulanan yang didapatkan dari rekapitulasi laporan mingguan dilaporkan oleh
koordinator surveilans puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
6. Penanganan kejadian luar biasa (KLB) kurang dari 1x24 jam
a. Pencapaian kesehatan
Setiap KLB mendapatkan respon dan penanganan cepat, dengan kerjasama lintas sektor
dan pelaporan berjenjang, guna meminimalkan dampak bencana dalam bidang kesehatan
dan mencegah timbulnya penyakit akibat bencana.
b. Kendala
1) Pelaporan penemuan kasus pasien rujukan puskesmas di Rumah Sakit oleh tim
surveilans rumah sakit yang diserahkan ke dinas kesehatan belum tepat waktu,
sehingga saat pasien sudah keluar rumah sakit baru data diterima oleh pihak
puskesmas dari pihak dinkes.
2) Keterlambatan laporan bulanan penyakit sehingga untuk verifikasi ulang data
menjadi terbatas.
c. Sumber dana
Kegiatan penyelidikan epidemiologi (verifikasi rumor) mendapat pendanaan dari BOK,
sedangkan form pelaporan didanai dari JKN.
d. Program Layanan
1) Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKDKLB)
2) Penyelidikan epidemiologi
3) Penanganan KLB kurang dari 1x24 jam
e. Pemasaran
Pemasaran dilakukan dengan cara masuk dalam kegiatan-kegiatan yang ada di
masyarakat seperti posyandu, pengajian, PKK, dan kelompok pemuda.
f. Frekuensi Penyakit
Semua masalah penyakit menular (penyakit yang berisiko terjadi KLB atau wabah)
g. Internal Factor Analysis Situation (IFAS)

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)

1. Petugas asli masyarakat Panti, sehingga mengetahui 1. Petugas belum pernah


seluk beluk warga dan lingkungan Kec. Panti dengan mendapatkan pelatihan
baik khusus terkait surveilans
2. Terdapat surveilans kit yang lengkap epidemiologi
3. Terdapat APD yang memadai guna mencegah penularan 2. Petugas baru memegang
penyakit program surveilans sejak
4. Program surveilans memiliki kegiatan verifikasi rumor/ Januari 2018
pelacakan epidemiologi, yang dapat menjadi penentu 3. Ketepatan waktu
kegiatan selanjutnya pengumpulan laporan ke
5. Kegiatan surveilans epid mendapat pendanaan dari JKN Dinas kesehatan terkadang
dan BOK. Form pelaporan didanai dari JKN, dan masih terlambat khususnya
transport petugas didanai dari BOK laporan W2 (mingguan).
6. Program surveilans memiliki kegiatan luar gedung yang
cukup banyak sehingga dapat menjadi investigator
pertama dalam penemuan kasus resiko wabah/KLB.

h. External Factor Analysis Situation (EFAS)


Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)

1. Terdapat ambudes pada masing- 1. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran


masing desa se-Kec. Panti, masyarakat tentang pentingnya informasi
sehingga memudahkan akses kesehatan/ kejadian kasus penyakit beresiko
pelaksanaan kegiatan KLB yang cepat kepada petugas kesehatan
2. Adanya dukungan dari linsek, 2. Terdapat monitoring dan evaluating dalam
kepala puskesmas, tokoh pelaksanaan kegiatan surveilans epid yang
masyarakat, tokoh agama, kader, dilakukan secara berjenjang oleh kepala
dan rekan-rekan puskesmas dalam puskesmas hingga dinas kesehatan
pelaksanaan kegiatan surveilans 3. Terdapat daerah dengan medan cukup sulit
epid sehingga akses penyelidikan epidemiologi
3. Terdapat dana APBD yang kurang maksimal
mendukung kegiatan surveilans 4. Datangnya musim penghujan yang
epid misalnya mengakibatkan jalanan menjadi licin dan rawan
banjir/longsor
i. Matriks SWOT
EFAS Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 1. Petugas asli masyarakat Panti, 1. Peningkatan kerja sama dengan
(Opportunity) sehingga mengetahui seluk beberapa lembaga atau organisasi
beluk warga dan lingkungan masyarakat dalam mengatasi
Kec. Panti dengan baik masalah keterbatasan pendanaan
2. Terdapat surveilans kit yang 2. Petugas baru memegang program
lengkap surveilans sejak Januari 2018
3. Terdapat APD yang memadai
guna mencegah penularan
penyakit
4. Program surveilans memiliki
kegiatan verifikasi rumor/
pelacakan epidemiologi, yang
dapat menjadi penentu kegiatan
selanjutnya
5. Kegiatan surveilans epid
mendapat pendanaan dari JKN
dan BOK. Form pelaporan
didanai dari JKN, dan transport
petugas didanai dari BOK
6. Program surveilans memiliki
kegiatan luar gedung yang
cukup banyak sehingga dapat
menjadi investigator pertama
dalam penemuan kasus resiko
wabah/KLB.
Ancaman (Threat) 1. Terdapat monitoring dan 1. Terdapat daerah dengan medan
evaluating dalam pelaksanaan cukup sulit sehingga akses
kegiatan surveilans epid yang penyelidikan epidemiologi kurang
dilakukan secara berjenjang oleh maksimal
kepala puskesmas hingga dinas 2. Datangnya musim penghujan yang
kesehatan. mengakibatkan jalanan menjadi licin
dan rawan banjir/longsor.
Tabel IFAS

Jumlah
Faktor – faktor strategis Bobot Rating (bobot x
rating)

Kekuatan: S–W=
1. Petugas asli masyarakat 3 3,2 – 3,55
0,3 0,9
Panti, sehingga mengetahui = -0,35
seluk beluk warga dan
lingkungan Kec. Panti
dengan baik
2. Terdapat surveilans kit yang 2
lengkap
3. Terdapat APD yang 3
memadai guna mencegah 0,05 0,1
penularan penyakit
4. Program surveilans memiliki 4
kegiatan verifikasi rumor/ 0,2 0,6
pelacakan epidemiologi,
yang dapat menjadi penentu
kegiatan selanjutnya
5. Kegiatan surveilans epid 2
0,3 1,2
mendapat pendanaan dari
JKN dan BOK. Form
pelaporan didanai dari JKN,
dan transport petugas
didanai dari BOK
6. Program surveilans 4
memiliki kegiatan luar
0,1 0,2
gedung yang cukup banyak
sehingga dapat menjadi
investigator pertama dalam
penemuan kasus resiko
wabah/KLB.

0,05 0,2

Jumlah 1,0 16 3,2

Kelemahan

1. Petugas belum pernah 0,55 4 2,2


mendapatkan pelatihan
khusus terkait surveilans
epidemiologi
2. Petugas baru memegang
program surveilans sejak
Januari 2018 0,35 3 1,05
3. Ketepatan waktu
pengumpulan laporan ke
Dinas kesehatan terkadang
masih terlambat khususnya
0,1 3 0,3
laporan W2 (mingguan).
Jumlah 1 10 3,55
Tabel EFAS

Jumlah
Faktor – faktor strategis Bobot Rating (bobot x
rating)

Peluang: O – T= 3,7
– 3,4 = 0,3
1. Terdapat ambudes pada 0,3 3 0,9
masing-masing desa se-Kec.
Panti, sehingga memudahkan
akses pelaksanaan kegiatan
2. Adanya dukungan dari linsek,
kepala puskesmas, tokoh
masyarakat, tokoh agama, 0,4 4 1,6
kader, dan rekan-rekan
puskesmas dalam
pelaksanaan kegiatan
surveilans epid
3. Terdapat dana APBD yang
mendukung kegiatan
surveilans epid misalnya

0,3 4 1,2

Jumlah 1,0 11 3,7

Ancaman:

1. Kurangnya pengetahuan dan 0,4 4 1,6


kesadaran masyarakat tentang
pentingnya informasi
kesehatan/ kejadian kasus
penyakit beresiko KLB yang
cepat kepada petugas
kesehatan
2. Terdapat monitoring dan
evaluating dalam pelaksanaan
kegiatan surveilans epid yang
dilakukan secara berjenjang
0,2 3 0,6
oleh kepala puskesmas
hingga dinas kesehatan
3. Terdapat daerah dengan
medan cukup sulit sehingga
akses penyelidikan
epidemiologi kurang
maksimal
4. Datangnya musim penghujan
yang mengakibatkan jalanan
0,3 3 0,9
menjadi licin dan rawan
banjir/longsor

0,1 3 0,3

Jumlah 1,0 13 3,4


j. Rencana tindak lanjut
1) Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan peningkatan kualitas kebersihan
lingkungan dan cara untuk mencegah serta menanggulangi penyakit yang muncul.
2) Membangun partisipasi masyarakat dalam mencegah dan menghindari semakin luasnya
penyebaran penyakit
M1 (MAN)

S : 1. Petugas berijazah D3 Keperawatan


2. Petugas asli masyarakat Panti, sehingga mengetahui seluk beluk
warga dan lingkungan Kec. Panti dengan baik
W : 1. Petugas belum pernah mendapatkan pelatihan khusus terkait
surveilans epidemiologi
2. Petugas baru memegang program surveilans sejak Januari 2018
O :

T :

M2 (MATERIALS)

S : 1. Terdapat surveilans kit yang lengkap


2. Terdapat APD yang memadai guna mencegah penularan penyakit
W : 1.

O : 1. Terdapat ambudes pada masing-masing desa se-Kec. Panti, sehingga


memudahkan akses pelaksanaan kegiatan
T : 1.

M3 (METHODS)

S : 1. Program surveilans memiliki kegiatan verifikasi rumor/ pelacakan


epidemiologi, yang dapat menjadi penentu kegiatan selanjutnya
2.
W : 1. Adanya monev yang dilakukan oleh dinas kesehatan,
O : 1. Adanya dukungan dari linsek, kepala puskesmas, tokoh masyarakat,
tokoh agama, kader, dan rekan-rekan puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan surveilans epid
T : 1. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya informasi kesehatan/ kejadian kasus penyakit beresiko
KLB yang cepat kepada petugas kesehatan
2. Terdapat monitoring dan evaluating dalam pelaksanaan kegiatan
surveilans epid yang dilakukan secara berjenjang oleh kepala
puskesmas hingga dinas kesehatan
M4 (MONEY)

S : 1. Kegiatan surveilans epid mendapat pendanaan dari JKN dan BOK.


Form pelaporan didanai dari JKN, dan transport petugas didanai dari
BOK
W : 1.

O : 1. Terdapat dana APBD yang mendukung kegiatan surveilans epid


misalnya
T : 1.

M5 (MARKET)

S : 1. Program surveilans memiliki kegiatan luar gedung yang cukup


banyak sehingga dapat menjadi investigator pertama dalam
penemuan kasus resiko wabah/KLB
W : 1.

O : 1.

T : 1. Terdapat daerah dengan medan cukup sulit sehingga akses


penyelidikan epidemiologi kurang maksimal
2. Datangnya musim penghujan yang mengakibatkan jalanan menjadi
licin dan rawan banjir/longsor
Grafik SWOT

Diagram layang
Kuadran IV

Turn Arround
0,3

-0,35

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa Program Surveilan terletak di kuadran
IV artinya program surveilans berada dalam situasi yang mengancam, dimana ancaman dan
kelemahan internal dalam pelaksanaan surveilans.

g. Promosi Kesehatan
1.Kegiatan
a. Pengkajian PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
b. Tatanan Sehat
c. Intervensi/Penyuluhan
d. Pengembangan UKBM
e. Penyuluhan NAPZA
f. Promosi kesehatan
g. Pengembangan Desa Siaga Aktif
h. Program Pengembangan
2.Jumlah Petugas
Petugas promosi kesehatan dipegang oleh satu orang petugas Puskesmas Panti sebagai
penanggung jawab dan bekerja sama dengan PJ Jiwa, PJ KIA, PJ Promkes, PJ Kesling dan PJ
yang lainnya serta kader di setiap desa.
3. Sasaran
a. Puskesmas
b. Institusi Pendidikan
c. Rumah Tangga
d. Posyandu
e. Pondok Pesantren
4. Tabel Pencapaian
No Kegiatan Sasaran Total Target Capaian Kesenjangan
1. Pengkajian PHBS 1. Rumah Tangga 18528 3507 3519 100%
(Pola Hidup Bersih yang dikaji KK KK
dan Sehat) 2. Institusi 59 30 unit 30 unit 100%
Pendidikan yang
dikaji
3. Institusi 9 6 unit 6 unit 100%
Kesehatan yang
dikaji
4. Tempat-Tempat 38 uni 38 unit 100%
Umum (TTU) 94 t
yang dikaji
5. Tempat Tempat 24 12 unit 12 unit 100%
Kerja yang dikaji
6. Pondok Pesantren 18 13 unit 13 unit 100%
yang dikaji

2. Tatanan Sehat 1. Rumah Tangga - - - -


Sehat yang
memenuhi 10
indikator PHBS
2. Institusi 30 20 - -
Pendidikan yang
memenuhi 7-8
indikator PHBS
(klasifikasi IV)
3. Institusi Kesehatan 6 6 6 100%
yang memenuhi 6
indikator PHBS
(klasifikasi IV)
4. TTU yang 38 24 - -
memenuhi 6
indikator PHBS
(klasifikasi IV)
5. Tempat Kerja yang 12 6 - -
memenuhi 8-9/ 7-8
indikator PHBS
Tempat-Tempat
Kerja (klasifikasi
IV)
6. Pondok Pesantren 13 4 - -
yang memenuhi
16-18 indikator
PHBS Pondok
Pesantren (klasifik
asi IV)

3. Intervensi/ 1. Kegiatan intervensi 3519 21114 21114 100%


Penyuluhan pada Kelompok
Rumah Tangga
2. Kegiatan intervensi 60 60 100%
30 (2x)
pada Institusi
Pendidikan
3. Kegiatan intervensi 6 (2x) 12 12 100%
pada Institusi
Kesehatan
4. Kegiatan intervensi 38 (2x) 76 76 100%
pada TTU
5. Kegiatan intervensi
pada Tempat Kerja 12 (2x) 24 24 100%
6. Kegiatan intervensi
pada Pondok
Pesantren 13 (2x) 26 26 100%

4. Pengembangan 1. Pembinaan 78 78 78 100%


UKBM Posyandu
2. Pengukuran 78 78 78 100%
Tingkat
Perkembangan
Posyandu
3. Posyandu PURI 78 78 78 100%
(Purnama Mandiri)
4. Pengukuran 7 7 7 100%
Tingkat
Perkembangan
Poskesdes
5. Pengembangan 1. Penyuluhan Napza 28 7 7 100%
Desa Siaga Aktif
6. Pengembangan 1. Desa Siaga Aktif 7 7 7 100%
Desa Siaga Aktif 2. Desa Siaga Aktif
PURI ( Purnama 7 1 7 100%
Mandiri )
3. Pembinaan Desa
Siaga Aktif
7 7 7 100%

7. Promosi Kesehatan 1. Sekolah 60 60 60 100%


Pendidikan Dasar
yang mendapat
Promosi kesehatan
2. Promosi kesehatan
di dalam gedung 12 12 12 100%
Puskesmas dan
jaringannya
(Sasaran
masyarakat)
3. Promosi kesehatan 12 12 12 100%
untuk
pemberdayan
masyarakat di
bidang kesehatan
(kegiatan di luar
gedung
Puskesmas)
8. Program 3. Poskesdes 7 7 7 100%
Pengembangan beroperasi
dengan strata
Madya, Purnama
dan Mandiri
4. Pembinaan 18 5 4 80%
tingkat
perkembangan
Poskestren
5. Pembinaan - - - -
tingkat
perkembangan
Pos UKK
6. Poskestren 4 4 0 0%
Purnama dan
Mandiri
7. Masalah
a. Kegiatan program pengembangan pada poskestren belum mencapai target
b. Ada beberapa masyarakat dusun terpencil yang masih pasif dalam pemberian pendidikan
kesehatan
c. Kegiatan tatanan sehat belum ada laporan dari penanggungjawab wilayah
8. Tabel Analsis SWOT
f. Tabel IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Terdapat PJ Wilayah yang dapat 1. Tidak semua kegiatan berjalan sesuai
mempermudah koordinasi dalam jadwal, sehingga ada rekapitulasi data
pelaksanaan kegiatan yang belum selesai
2. Tiap PJ wilayah mendapat bantuan dari 2. Masih ada kegiatan yang belum optimal
kader-kader kesehatan dalam realisasi pencapaiannya
kegiatan
3. Pemberian bekal atau pelatihan pada
petugas sebelum pelaksanaan kegiatan
4. Media dan materi dalam penkes sudah
disediakan oleh pihak Puskesmas

g. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Treath)
1. Kerjasama dengan bidan dan lintas sektor 1. Masyarakat pasif
pada tiap desa 2. Kader atau penggerak memiliki
2. Ikut serta kader dalam pelaksanaan kesibukan lain
kegiatan yang tersebar pada tiap titik di
desa
h. Tabel skoring SWOT
Jumlah
Faktor-faktor strategis Bobot Rating (Bobot x
rating)
Kekuatan (S) :
1. Terdapat PJ Wilayah yang dapat
mempermudah koordinasi dalam 0,3 4 1,2
pelaksanaan kegiatan
2. Tiap PJ wilayah mendapat bantuan dari 0,2 3 0,6
kader-kader kesehatan dalam realisasi
kegiatan
3. Pemberian bekal atau pelatihan pada 0,2 3 0,6
petugas sebelum pelaksanaan kegiatan
4. Media dan materi dalam penkes sudah 0,3 4 1,2
disediakan oleh pihak Puskesmas
Jumlah 1 14 3,6
Kelemahan (W) :
1. Tidak semua kegiatan berjalan sesuai jadwal, 0,5 2 1
sehingga ada rekapitulasi data yang belum
selesai
2. Masih ada kegiatan yang belum optimal 0,5 2 1
pencapaiannya
Jumlah 1 5 2
S-W = 3,6-2
= 1,6
Peluang (O):
1. Kerjasama dengan bidan dan lintas sektor 0,6 4 2,4
pada tiap desa
2. Ikut serta kader dalam pelaksanaan kegiatan 0,4 3 1,2
yang tersebar pada tiap titik di desa
Jumlah 1 7 3,6
0,6 3 1,8
Ancaman (T):
1. Masyarakat pasif 0,4 2 0,8
2. Kader atau penggerak memiliki kesibukan
lain
Jumlah 1 5 2,6
O-T = 3,6-2,6
=1

i. Tabel matriks SWOT

EFAS Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

IFAS

Peluang 3. Meningkatkan 3. Mengikutsertakan kader-


(Opportunity) kerjasama antar sektor kader wilayah dalam
untuk kegiatan promosi pelaksanaan kegiatan
kesehatan yang ada pada promosi
kesehatan
4. Membuat rencana
kegiatan yang tersebar 4. Memberikan penyuluhan
di berbagai titik yang serta menentukan jadwal
dapat dijangkau oleh yang tepat untuk
anggota kader dilakukan promosi
kesehatan.
5. Membekali kader-kader
untuk mempersiapkan
pengetahuan dalam hal
proosi kesehatan

Ancaman 3. Memberikan 3. Memilih jadwal yang


(Threat) penyuluhan dengan tepat untuk melakukan
menggunakan media promosi kesehatan
yang menarik dan
4. Memberikan pembekalan
bahasa yang mudah
dimengerti oleh terhadap petugas untuk
masyarakat sehingga meningkatkan
masyarakat bisa lebih kemampuan dalam
aktif. penyampaian promosi
kesehatan.
4. Memberdayakan jumlah
kader yang lain untuk
mendampingi.

j. Diagram Layang

(1,6 ; 1)

W S

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis diagram layang menunjukkan bahwa program promosi


kesehatan puskesmas Panti berada pada Kuadran 1 yaitu agresif dimana hal ini menunjukkan
bahwa puskesmas panti berada pada kuadran yang memiliki kekuatan dan peluang yang ada
untuk meningkatkan manajemen dari puskesmas.

3.3.2 UKM Pengembangan


a. Upaya kesehatan sekolah (UKS)
1. Kegiatan
a. Skrining Kesehatan
Pelaksanaan program yakni pada bulan Agustus sampai Oktober 2019 di seluruh SD,
SMP dan SMA Kecamatan Panti. Skrining kesehatan ini berupa pengukuran TB, BB,
kesehatan gigi, pendidikan kesehatan tentang PHBS dan pemberian obat cacing
b. Dokter Kecil
Pelaksanaan program yakni pada tanggal 27 Novermber di SD Suci 02. Kegiatan ini
berupa pengenalan PHBS, imunisasi dan P3K.
2. Sasaran
- pendidikan dasar
- pendidikan menengah pertama
- pendidikan menengah atas
3. Petugas
- Petugas puskesmas
- Pelaksana wilayah
- Total 15 petugas puskesmas
4. Target pencapaian dan sasaran
No Program Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Skrining SD, SMP,
90%
Kesehatan SMA
2. Dokter Kecil SD 90%

5. Tabel Analisis SWOT


a. Tabel IFAS
No Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Kerjasama lintas sektor telah Anggaran dana untuk kegiatan
berjalan dengan cukup baik terbatas
2. Koordinasi yang cukup baik antara Kurangnya tenaga kesehatan
penanggungjawab program dengan yang mengelola program UKS
petugas wilayah kesehatan

b. Tabel EFAS
No Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Pelaksanaan kegiatan UKS Tidak semua sekolah
bekerjasama dengan bidan wilayah, mempunyai UKS
perawat desa, dokter gigi dan kader
posyandu masing-masing desa
2. Kerjasama dengan lintas sektor Beberapa sekolah yang
(kepolisian, TOGA, TOMA dan memiliki UKS namun
kepala desa) programnya tidak berjalan
c. Tabel Analisa SWOT
Jumlah
Faktor-faktor strategis Bobot Rating (Bobot x
Rating)
Kekuatan S–W
a. Kerjasama lintas sektor telah 4 – 3,6 =
0,50 4 2
berjalan dengan cukup baik 0,4
b. Koordinasi yang cukup baik
antara penanggungjawab
0,50 4 2
program dengan petugas
wilayah kesehatan
Jumlah 1 8 4
Kelemahan
a. Anggaran dana untuk kegiatan
0,60 4 2,4
terbatas
b. Kurangnya tenaga kesehatan
0,40 3 1,2
yang mengelola program UKS
Jumlah 1 8 3,6
Peluang O–T
a. Pelaksanaan kegiatan UKS 3 – 3,75 =
bekerjasama dengan bidan -0,75
wilayah, perawat desa, dokter 0,50 3 1,5
gigi dan kader posyandu
masing-masing desa
b. Kerjasama dengan lintas sektor
(kepolisian, TOGA, TOMA dan 0,50 3 1,5
kepala desa)
Jumlah 1 6 3
Ancaman
a. Tidak semua sekolah
0,75 4 3
mempunyai UKS
b. Beberapa sekolah yang
memiliki UKS namun 0,25 3 0,75
programnya tidak berjalan
Jumlah 1 7 3,75

6. Rencana Tindak Lanjut


IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
EFAS
1. Meningkatkan koordinasi 1. Penanggungjawab UKS
yang lebih baik antara melakukan kunjungan rutin ke
Peluang koordinator program dan setiap sekolah untuk
(Opportunity) petugas kesehatan meningkatkan derajat
2. Meningkatkan kerjasama kesehatan sekolah melalui
lintas sektor kerjasama program UKS
Ancaman 1. Meningkatkan hubungan baik 1. Melakukan kerjasama dengan
(Threat) dengan pemerintah desa dalam bidan wilayah lain untuk
pengajuan APBD update manajemen program
2. Meningkatkan kerjasama pelayanan kesehatan di
dengan pihak sekolah dalam lingkup pendidikan
menggerakkan program UKS
yang berkelanjutan

7. Diagram layang
Opportunit

III. Turn Around I.Agresif

(+) 0,4
Weakness Strength

(-) 0,75
IV. Defensif II.Defersifikas

Threats

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa program UKS terletak di bagian kuadran
II, artinya program UKS berada dalam situasi kurang menguntungkan, karena memiliki ancaman
yang lebih besar dibandingkan kekuatan
b. Upaya kesehatan jiwa

1. Kegiatan
a. Deteksi dini terhadap masyrakat terkait kesehatan jiwa
b. Penyuluhan tentang kesehatan jiwa ke masyarakat
c. Pendampingan keluarga dengan masalah kesehatan jiwa
d. Memberikan pengobtan pada pasien dengan masalah jiwa secara gratis selama terdapat
persediaan obat di puskesmas
e. Memonitor progres pengobatan kesehatan jiwa pasien ODGJ
f. Penanganan kasus kesehatan jiwa melalui rujukan kasus
g. Kegiatan lepas pasung oada pasien kesehatan jiwa

2. Sasaran
Sasaran dari program kesehatan jiwa yaitu kelompok masyarakat seluruh Kecamatan
Panti, pasien ODGJ atau ODMK, serta keluarga dengan anggota keluarga ODGJ atau
ODMK

3. Jumlah Petugas
Jumlah petugas yang bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa di kecamatan panti
sebanyak 1 orang yang bekerja sama dengan bidan, perawat, dan kader di wilayah masing-
masing desa di kecamatan panti. Terkait pendampingan keluarga, pengobatan, dan monitor
kesehatan jiwa dilakukan oleh penanggung jawab kesehatan jiwa dengan melakukan
kegiatan turun langsung ke masyarakat/lapangan bersama dengan bidan desa dan perawat.

4. Target dan Sasaran


No Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Deteksi dini kepada Kelompok 25% 66,7%
masyarakat terkait masyarakat kelompok (4
kesehatan jiwa Kecamatan masyarakat kelompok
Panti masyarakat
dari 6
kelompok
masyarakat)
2. Penyuluhan tentang Kelompok 100% 100 % 0%
kesehatan jiwa ke masyarakat kelompok Kelompok
masyarakat Kecamatan masyarakat masyarakat
Panti dan
keluarga
dengan
anggota
keluarga
ODGJ atau
ODMK
3. Pendampingan Keluarga 36 keluarga 100% 0%
keluarga dengan dengan
masalah kesehatan anggota
jiwa keluarga
ODGJ
4. Memberikan Pasien 36 orang 100% 0%
pengobatan pada ODGJ
pasien dengan masalah
jiwa secara gratis
selama terdapat
persediaan obat di
puskesmas
5. Memonitor progres Pasien 36 orang 100% 0%
pengobatan kesehatan ODGJ
jiwa pasien ODGJ
6. Penanganan kasus Pasien 10% pasien 30%
kesehatan jiwa melalui ODGJ ODGJ
rujukan kasus
7. Kegiatan lepas pasung Pasien 1 orang 0% 100%
oada pasien kesehatan ODGJ yang
jiwa dipasung
5. Masalah
a. Tabel IFAS
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1) Program pengobatan gratis dari 1) Kurangnya jumlah petugas kesehatan
pemerintah jiwa dan terbatasnya wakti untuk
2) Sarana dan prasarana telah disediakan bekerja sehingga beberapa kegiatan
oleh puskesmas untuk menunjang tidak terlaksana optimal
petugas dalam menjalankan program 2) Terbatasnya obat-obatan yang tersedia
kesehatan jiwa di puskesmas sehingga ada pasien yang
3) Terdapat beberapa kegiatan dalam harus menebus obat diluar puskesmas
program kesehatan jiwa yaitu deteksi dengan biaya mandiri
dini, penyuluhan, pendampingan pasien
dan keluarga ODGJ, monitor
pengobatan, dan penanganan kasus
rujukan

b. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Treat)
1) Masyrakat terbuka mengenai 1) Pengobatan ODGJ berlangsung seumur
keluarganya yang memiliki gangguan hiduo
jiwa 2) Terdapat keluarga yang kurang
2) Bekerjasama dengan bidan dan kader kooperatif dalam memberikan
wilayah untuk berkoordinasi terkait dukungan pengobatan sehingga
pelaksanaan kegiatan pada program emungkinkan adanya putus obat
kesehatan jiwa 3) Teradapat perbedaan jangka waktu dan
3) Bekerjasama dengan beberapa instansi progress pengobatan sehingga ada
atau masyarakat seperti kepolisian, beberapa keluarga yang pesimis
kepala desa dan perangkatnya, serta terhadap keberhasilan pengobatan
tokoh di masyarakat. 4) Pasien yang telah lama mendapatkan
4) Kemajuan ilmu pengetahuan dan pengobatan dan merasa sembuh tidak
teknologi sehingga masyarakat lebih rutin minum obat
memahami tentang program kesehatan
jiwa

c. Tabel Scoring SWOT


Faktor-Faktor Strategis Bobot Rating Jumlah
(Bobot x
rating)
Kekuatan (Strenght)
1) Program pengobatan gratis dari 0,4 4 1,6
pemerintah
2) Sarana dan prasarana telah 0,35 4 1,4
disediakan oleh puskesmas untuk
menunjang petugas dalam
menjalankan program kesehatan
jiwa
3) Terdapat beberapa kegiatan dalam 0,25 3 0,75
program kesehatan jiwa yaitu
deteksi dini, penyuluhan,
S–W=
pendampingan pasien dan keluarga
3,75 – 3 =
ODGJ, monitor pengobatan, dan
0,75
penanganan kasus rujukan
Total 1 3,75
Kelemahan (Weakness)
1) Kurangnya jumlah petugas 0,5 3 1,5
kesehatan jiwa dan terbatasnya
wakti untuk bekerja sehingga
beberapa kegiatan tidak terlaksana
optimal
2) Terbatasnya obat-obatan yang 0,5 3 1,5
tersedia di puskesmas sehingga ada
pasien yang harus menebus obat
diluar puskesmas dengan biaya
mandiri
Total 1 3
Peluang (Opportunity)
1) Masyrakat terbuka mengenai 0,3 4 1,2
keluarganya yang memiliki
gangguan jiwa
2) Bekerjasama dengan bidan dan 0,2 3 0,6
kader wilayah untuk berkoordinasi
terkait pelaksanaan kegiatan pada
program kesehatan jiwa
3) Bekerjasama dengan beberapa 0,2 3 0,6
instansi atau masyarakat seperti
kepolisian, kepala desa dan
perangkatnya, serta tokoh di
masyarakat. O–T=
4) Kemajuan ilmu pengetahuan dan 0,3 3 0,9 3,3 – 3,9 =
teknologi sehingga masyarakat - 0,6
lebih memahami tentang program
kesehatan jiwa
Total 1 3,3
Ancaman (Treat)
1) Pengobatan ODGJ berlangsung 0,2 4 0,8
seumur hidup
2) Terdapat keluarga yang kurang 0,3 3 0,9
kooperatif dalam memberikan
dukungan pengobatan sehingga
emungkinkan adanya putus obat
3) Teradapat perbedaan jangka waktu 0,2 3 0,6
dan progress pengobatan sehingga
ada beberapa keluarga yang
pesimis terhadap keberhasilan
pengobatan
4) Pasien yang telah lama 0,4 4 1,2
mendapatkan pengobatan dan
merasa sembuh tidak rutin minum
obat
Total 1 3,

d. Diagram Layang

0,75
W S

0,6

T
Kesehatan Jiwa berada pada kuadran 2 diagram layang analisis SWOT, yang berarti
mendukung strategi diversifikasi yaitu meskipun kesehatan jiwa masyrakat menghadapi
berbagai ancaman, program kesehatan jiwa memiliki kekuatan dari segi internal
sehingga strategi yang bisa dibuat adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang.
e. Matriks SWOT
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Peluang (Opportunity) 1) Mengoptimalkan pengobatan 1) Melakukan program
pada pasien ODGJ rehabilitasi untuk pasien
2) Mengoptimalkan kerja kader ODGJ dengan
dengan melakukan pelatihan melibatkan kelompok
kader kesehatan jiwa masyarakat dan pasien
ODGJ yang lain
2) Melakukan
pendampingan terhadap
pasien dan keluarga
dengan ODGJ secara
konsisten dan kontinu
Ancaman (Treat) 1) Melakukan pendekatan lebih 1) Meningkatkan
mendalam dengan keluarga ketersediaan obat untuk
ODGJ pengobatan pasien
2) Melibatkan tokoh masyrakat ODGJ
setempat dalam program
pengobatan ODGJ
3) Melibatkan keluarga dalam
pengobatan ODGJ dan
memberikan pendidikan
kesehatan terkait pengobatan
pasien ODGJ pada keluarga
c. Upaya kesehatan gigi dan mulut
1. Kegiatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut memiliki kegiatan didalam dan diluar ruangan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Promotif preventif: health education, kontrol plak, aplikasi topical dan penumpatan pit
fissure;
2) Kuratif;
3) Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran akar untuk gigi yang
berakar satu, terapi periodontal, pembersihan karang gigi, penyakit mulut dan rujukan.
4) Pelayanan darurat dasar;
5) Mengurangi rasa sakit;
6) Pembersihan karang gigi;
7) Penambalan sementara;
8) Ekstraksi gigi;
9) Fissure sealant;
10) Restorasi/tumpatan;
11) Perawatan saluran akar;
12) Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut;
13) Menghilangkan traumatic oklusi;
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pelayanan Upaya Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS)
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) seperti posyandu balita, bina keluarga
balita, poskestren)
2. Sasaran
a. Masyarakat umum, ibu hamil, balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas
Panti;
b. Murid TK/RA, SD/MI diwilayah kerja Puskesmas Panti;
c. Masyarakat umum, ibu hamil dan balita di Posyandu binaan wilayah kerja Puskesmas
Panti.
3. Jumlah Petugas
a. Drg. Gabriella EHL selaku penanggung jawab program UKGMD/UKSG;
b. Drg. Pramuditho selaku pelayanan pelaporan dan kritik saran;
c. 1 perawat gigi.
4. Target Pencapaian Kegiatan
Kegiatan Target/thn Total Pencapaian
Jumlah %
I. UPAYA PEMBINAAN/PENGEMBANGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1. Frekuensi kunjungan ke SD 17 17 100
2. Frekuensi kunjungan ke TK 26 26 100
II. UPAYA PELEYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
A. JUMLAH PERAWATAN GIGI YANG DITANGANI
1. Usia 0-4 tahun yang dirawat di puskesmas 45 45 100
2. Usia 5-14 tahun yang dirawat di puskesmas 445 445 100
3. Usia 15-19 tahun yang dirawat di puskesmas 199 199 100
4. Usia 20-44 tahun yang dirawat di puskesmas 616 616 100
5. Usia 45-54 tahun yang dirawat di puskesmas 189 189 100
6. Usia 55-59 tahun yang dirawat di puskesmas 57 57 100
7. Usia 60-64 tahun yang dirawat di puskesmas 46 46 100
8. Usia 65-69 tahun yang dirawat di puskesmas 22 22 100
9. Usia 70 tahun keatas yang dirawat di puskesmas 13 13 100

B. KUNJUNGAN DOKTER GIGI KE POSYANDU


1 Kunjungan ke Posyandu 17 17 100

C. RATIO GIGI TETAP YANG DITAMBAL TERHADAP GIGI TETAP YANG DICABUT
1. Jumalah penambalan gigi tetap 181 181 100
2. Jumlah pencabutan gigi tetap 59 59 100
No Jenis Kegiatan Satuan Target Pencapaian Cakupan Kesenjangan
Sasaran satuan % %
1 Upaya pembinaan/pengembangan kesehatan gigi
a. Frekuensi penyuluhan kesehatan gigi di murid TK Kali 26 26 100 100
b. Demo sikat gigi massal di SD/MI Kali 17 17 100 100
2. Pelayanan kesehatan gigi
a. Jumlah perawatan gigi yang ditangani
1) Usia 0-4 tahun yang dirawat di puskesmas orang 45 45 100 100
2) Usia 5-14 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 445 445 100 100
3) Usia 15-19 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 199 199 100 100
4) Usia 20-44 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 616 616 100 100
5) Usia 45-54 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 189 189 100 100
6) Usia 55-59 tahun yang dirawat di puskesmas orang 57 57 100 100
7) Usia 60-64 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 46 46 100 100
8) Usia 65-69 tahun yang dirawat di puskesmas Orang 22 22 100 100
9) Usia 70 tahun keatas yang dirawat di puskesmas orang 13 13 100 100
10) Ratio gigit tetap yang ditambal terhadap yang 3:1 3:1 100 100
dicabut
11) Jumlah pencabutan gigi 59 59 100 100
12) Jumlah penambalan gigi 181 181 100 100
5. Masalah
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Jumlah tenaga ada 2 dokter gigi dan 1. Pelaksanaan pendidikan kesehatan
1 perawat gigi belum maksimal di posyandu
2. Kegiatan yang dilakukan yaitu 2. Kurangnya kesadaran siswa
penyuluhan kesehatan gigi, terhadap kesehatan gigi dan mulut
demontrasi sikat gigi dan 3. Banyak siswa yang mengkonsumsi
pemeriksaan kesehatan gigi dan obat bebas secara sembarangan jika
mulut mengalami masalah gigi
3. Sasarannya yaitu ibu hamil,
masyarakat, balita, anak prasekolah,
TK dan sekolah Dasar (SD)
4. Sumber dana yang digunakan
berasal dari badan operasional
kegiatan
5. Sarana dan prasarana terpenuhi
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Adanya lintas sector seperti bidan 1. Kesadaran masyarakat akan
desa, pustu, ponkesdes serta kesehatan gigi dan mulut serta
posyandu pemeriksaan rutin di puskesmas
masih kurang
2. Masyarakat hanya ke puskesmas
jika sudah memiliki kondisi
pemasalahan yang parah.

Tabel Skoring
Faktor-Faktor Bobot Rating Jumlah (Bobot
Strategis x Rating)
Kekuatan
1. Jumlah tenaga 0,18 3 0,54 S-W=
ada 2 dokter gigi 3,54-1,8= 1,74
dan 1 perawat
gigi

2. Kegiatan yang 0,23 4 0,92


dilakukan yaitu
penyuluhan
kesehatan gigi,
demontrasi sikat
gigi dan
pemeriksaan
kesehatan gigi
dan mulut

3. Sasarannya 0,23 4 0,92


yaitu ibu hamil,
masyarakat,
balita, anak
prasekolah, TK
dan sekolah
Dasar (SD)

4. Sumber dana 0,23 4 0,92


yang digunakan
berasal dari
badan
operasional
kegiatan

5. Sarana dan 0,12 2 0,24


prasarana
terpenuhi
Jumlah 1 17 3,54
Kelemahan
1. Pelaksanaan 0,4 2 0,8
pendidikan
kesehatan belum
maksimal di
posyandu

2. Kurangnya 0,2 1 0,2


kesadaran siswa
terhadap
kesehatan gigi
dan mulut

3. Banyak siswa 0,4 2 0,8


yang
mengkonsumsi
obat bebas
secara
sembarangan
jika mengalami
masalah gigi

Jumlah 1 5 1,8
Peluang
1.. Adanya lintas 1 4 4 O-T=
sector seperti 4-1,8= 2,2
bidan desa,
pustu, ponkesdes
serta posyandu
Jumlah 1 4 4
Ancaman
1. Kesadaran 0,4 2 0,8
masyarakat akan
kesehatan gigi
dan mulut serta
pemeriksaan
rutin di
puskesmas
masih kurang
2. Masyarakat 0,6 3 1,8
hanya ke
puskesmas jika
sudah memiliki
kondisi
pemasalahan
yang parah.
Jumlah 1 5 2,6

6. Matrik SWOT rencana tindak lanjut


EFAS KEKUATAN (STRENGHT) KELEMAHAN
IFAS (WEAKNESS)
PELUANG 1. Mengoptimalkan pelayanan 1. Memberikan sosialisasi
(OPPORTUNITY) yang diberikan pada sasaran mengenai pelayanan
2. Membantu meningkatkan kesehata gigi dan mulut
pengetahuan masyarakat yang bisa diakses oleh
3. Memberikan peluang bagi masyarakat
masyarakat untuk melakukan 2. Meningkatkan program
pemeriksaan kesehatan gigi promosi kesehatan
dan mulut
ANCAMAN 1. Mengoptimalkan penyuluhan 1. Memberikan sosialisasi
(TREAT) kesehatan gigi dan mulut atau pendidikan
secara merata oleh tenaga kesehatan mengenai
kesehatan pentingnya kesehatan
gigi kepada masyarakat

7. Diagram Layang

(1,74, 2,2)
Berdasarkan hasil analisis diagram layang di atas, diketahui bahawa kesehatan gigi dan
mulut berada pada kuadran I, yang berarti berada pada posisi yang menguntungkan.
Puskesmas Panti pada program kesehatan gigi dan mulut memiliki kekuatan dan peluang
yang cukup baik. strategi yang harus dilakukan di antaranya adalah :
a. Mengoptimalkan pelayanan yang diberikan pada sasaran dan masyarakat
b. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
c. Memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut
8. Implementasi
a. Pendidikan kesehatan tentang gosok gigi pada balita dan ibu dilakukan pada tanggal 4
dan 5 desember 2019

d. Upaya Kesehatan Tradisional


1. Kegiatan
a. Pembinaan kelompok asuhan mandiri dan kebutuhan toga pada kelompok tani di
kecamatan panti
b. Sosialisasi dan Pembinaan kepada penyehat tradisional seperti tukang pijat dan
penjual jamu gendong di kecamatan panti
c. Sosialisasi manfaat surat izin praktik (STPT) kepada penyehat tradisional di wilayah
Kecamatan Panti
2. Sasaran
a. Penyehat tradisional (tukang pijat, penjual jamu, dan sangkal putung) di wilayah
Kecamatan Panti
b. Ibu hamil
c. Kader lansia
3. Jumlah Petugas
Petugas program Kesehatan Tradisional dan Komplementer dipegang oleh satu orang
petugas Puskesmas Panti sebagai penanggung jawab dan bekerjasama dengan petugas
program kesehatan lain seperti petugas program lansia, petugas kesehatan jiwa, bidan
lain dan perwakilan kader perdesa yang terdiri dari 7 desa.
4. Tabel Pencapaian
No. Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Pembinaan Semua Target yang harus Terdapat 3 40%
kelompok desa di dicapai 30%. kelompok
asuhan Kecamata Terdapat asuhan mandiri
mandiri dan n Panti kelompok asuhan yaitu desa
kebutuhan mandiri di 7 desa Pakis,
toga pada yang dapat Kemuning Lor,
kelompok mengelola TOGA dan Suci.
tani di (Tanaman Obat
kecamatan Keluarga) yangDesa Suci
panti diawali dengan
yang sudah
pembibitan terealisasi
dengan baik
dan menjadi
percontohan
desa lainnya
saat ada
kegiatan
2. Sosialisasi Tukang Target yang harus Terbentuk 2 75%
dan pijat dan dicapai 60%. penyehat
Pembinaan penjual Terdapat 2 dalam 1 desa
kepada jamu penyehat dalam 1
penyehat desa
tradisional
seperti
tukang pijat
dan penjual
jamu
gendong di
kecamatan
panti
3. Sosialisasi Penyehat Target yang harus Pada bulan 70%
manfaat tradisional dicapai sebanyak Oktober.
surat izin di wilayah 65% sedangkan Sosialisasi
praktik kecamatan gestrat yang pada desa
(STPT) panti berijin 55% Pakis.
kepada Pelaksanaan pada Kemuning Lor,
penyehat bulan Oktober dan Suci
tradisional dan November
di wilayah dengan target 21 Pada bulan
Kecamatan orang November,
Panti sosialisasi
tercapai pada
semua sasaran
yaitu 21 orang
dari semua
desa wilayah
kecamatan
Panti (Suci,
Serut, kemiri,
Pakis,
Kemuning Lor,
dan
Glagahwero)
5. Masalah
a. Terdapat masalah dalam hal perizinan praktik kesehatan tradisional dan
komplementer. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kesenjangan antara target dan
pencapaian penyehat tradisional yang memiliki STPT dan kesadaran dari penyehat
tradisional yang kurang walaupun sudah dilakukan pembinaan dan sosialisasi
b. Dari 7 desa yang sudah dilakukan asuhan mandiri, namun hanya ada 3 desa yang
telah melaksanakan asuhan mandiri yakni dari desa Pakis, Kemuning Lor, dan Suci
c. Terdapat penyehat tradisional yang masih beroperasi atau melakukan pijat bayi
walaupun sudah dilakukan pembinaan dan sosialisasi,
6. Tabel Analisis SWOT
Tabel IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Program Kesehatan 1. Desa yang memiliki
Tradisional dan kelompok asuhan mandiri
Komplementer sudah hanya 3 desa dari 7 desa di
direncanakan setiap awal Kecamatan Panti
tahun dan pelaksanaan 2. Masih terdapat penyehat
sesuai jadwal tradisional yang belum
2. Adanya kerjasama dengan memiliki STPT karena
petugas program lansia, rendahnya minat penyehat
petugas kesehatan jiwa, tradisional
bidan lain dan perwakilan 3. Capaian belum optimal
kader perdesa yang terdiri sesuai target
dari 7 desa.

Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threath)
1. Terdapat kerjasama antar bidan 1. Masih terdapat dukun bayi
desa dan kader tiap desa yang melakukan pertolongan
sehingga penyampaian lebih persalinan mandiri tanpa
cepat dan optimal memikirkan risiko tinggi yang
2. Pihak kepala desa dan akan terjadi
perangkat mendukung kegiatan 2. Tingginya biaya pendaftaran
Puskesmas STPT
3. Tidak semua pengobat
tradisional mengikuti kegiatan
Puskesmas
4. Kurangnya kesadaran
masyarakat terkait
pemanfaatan lahan sempit untu
TOGA.
7. Tabel Skoring SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah (bobot S-W
x rating)
Kekuatan:
a. Program Kesehatan 0,60 2 1,2
Tradisional dan
Komplementer sudah
direncanakan setiap
awal tahun dan
pelaksanaan sesuai
jadwal
b. Adanya kerjasama 0.40 3 1,2
dengan petugas
program lansia,
petugas kesehatan
jiwa, bidan lain dan
perwakilan kader
perdesa yang terdiri
dari 7 desa.
Jumlah 1 2,4 S-W =
Kelemahan 2,4– 1,77
a. Desa yang memiliki 2 0,33 0,66 = 0,63
kelompok asuhan
mandiri hanya 3 desa
dari 7 desa di
Kecamatan Panti
b. Masih terdapat 1 0,45 0,45
penyehat tradisional
yang belum memiliki
STPT karena
rendahnya minat
penyehat tradisional
c. Capaian belum optimal 3 0,22 0,66
sesuai target
Jumlah 1 1,77

Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah (bobot O-T


x rating)
Peluang:
a. Terdapat kerjasama 0,64 3 1,92
antar bidan desa dan
kader tiap desa
sehingga penyampaian
lebih cepat dan optimal
b. Pihak kepala desa dan
perangkat mendukung 0,36 4 1,44
kegiatan Puskesmas.

Jumlah 3,36 O-T=


3,36-
1,76=
1,6
Ancaman
a. Masih terdapat dukun 3 0,33 0,99
bayi yang melakukan
pertolongan persalinan
mandiri tanpa
memikirkan risiko
tinggi yang akan terjadi
b. Tingginya biaya 1 0,50 0.50
pendaftaran STPT
c. Tidak semua pengobat 2 0,17 0.34
tradisional mengikuti
kegiatan Puskesmas
Jumlah 1 1,76

Tabel matriks SWOT


EFAS Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness)
IFAS
Peluang (opportunity) a. Program Kesehatan a.Desa yang memiliki
Tradisional dan kelompok asuhan
Komplementer sudah mandiri hanya 3 desa
direncanakan setiap dari 7 desa di
awal tahun dan Kecamatan Panti
pelaksanaan sesuai b. Masih terdapat
jadwal penyehat tradisional
b. Adanya kerjasama yang belum memiliki
dengan petugas STPT karena
program lansia, rendahnya minat
petugas kesehatan penyehat tradisional
jiwa, bidan lain dan c.Capaian belum optimal
perwakilan kader sesuai target
perdesa yang terdiri
dari 7 desa.
c. Terdapat kerjasama
antar bidan desa dan
kader tiap desa
sehingga
penyampaian lebih
cepat dan optimal
d. Pihak kepala desa dan
perangkat mendukung
kegiatan Puskesmas.
Ancaman (threath) a. Masih terdapat dukun
bayi yang melakukan
pertolongan persalinan
mandiri tanpa
memikirkan risiko
tinggi yang akan
terjadi
b. Tingginya biaya
pendaftaran STPT
Tidak semua pengobat
tradisional mengikuti
kegiatan Puskesmas

d. Diagram layang
Kuadran IV Kuadran I
Turn Arround Agresif

Kuadran III Kuadran II


Defensif Defersifikasi

Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa program PTM berada di kuadran I


yang artinya berada pada situasi yang menguntungkan, organisasi memiliki kekuatan
dan peluang, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi harus
diterapkan yaitu mendukung kewajiban pertumbuhan agresif, sehingga untuk
kesehatan tradisional dan komplementer diharapkan dapat mempertahankan kekuatan
yang ada terutama pada pelatihan penyehat tradisional.
8. Implementasi
a. Peran Serta Masyarakat (PSM)
1) Sebagian besar masyarakat mampu memanfaatkan lahan sempit menjadi TOGA
2) Masyarakat ikut serta dalam kegiatan yang telah disusun
b. Lintas Sektor
Mahasiswa profesi Ners UNEJ ikut serta dalam kegiatan Kesehatan Tradisional dan
Komplementer
e. Upaya kesehatan olahraga
1. Kegiatan
a. Pendataan kelompok/club olahraga
- Kelas ibu hamil
- Anak sekolah melalui UKS
- Calon jamaah haji
- Pekerja ditempat kerja
- Lanjut usia
- Kelompok/club olahraga lainnya
b. Pembinaan kelompok olahraga
- Pemeriksaan kesehatan
- Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan kesehatan olahraga
- Konsultasi kesehatan olahraga
- Pengukuran tingkat kebugaran jasmani
- Penanganan cidera olahraga akut
- Pelayanan kesehatan pada event olahrag
2. Sasaran
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. UMUM : posyandu lansia/posbindu, ibu hamil di wilayah kerja, calon jamaah
haji, dan instansi terkait
3. Jumlah petugas
a. 1 koordinator dari puskesmas (PJ KES-OR Supiyah)
b. Seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas bekerja sama dengan bidan
wilayah Pelaksanaan wilayah desa Panti (Andiana W)
c. Pelaksana wilayah desa Serut (Yuli Rahmawati, Oktavia Dewi W)
d. Pelaksana wilayah desa Kemiri (Partiwi, Lydia Eka P)
e. Pelaksana wilayah desa Glagahwero (Sufadilah, Adi Candra)
f. Pelaksana wilayah desa Kemuningsari Lor (Supiyah)
g. Pelaksana wilayah desa Pakis (Siti Wulandari, Nofi Tri A)
h. Pelaksana wilayah desa Suci (Irma, Devi)
i. Perawat Posbindu, dan
j. Kader Posyandu
4. Target
a. Kelengkapan laporan
b. Ketepatan pengumpulan laporan ke Dinas Kesehatan
5. Target pencapaian dan sasaran
No Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Pendataan dan Seluruh siswa 30% 100% -
pembinaan siswi SD,
kelompok SMP, SMA,
olahraga/club umum
olahraga yang Kecematan
dibina Panti
2. Pengukuran Seluruh calon 60% 100% -
kebugaran calon jamaah haji
jamaah haji Kecamatan
Panti
3. Pengukuran Seluruh siswi 25% 100% -
kebugaran jasmani SD, SMP,
pada anak sekolah SMA,
Kecamatan
Panti
4. Pemeriksaan Semua 25% 100% -
kebugaran anggota
kelompok/club
5. Sosialisasi, orientasi Semua 25% 100% -
KESORGA anggota
kelompok/club

6. Kendala/masalah
a. Belum sepenuhnya dilakukan pemeriksaan rotchspot
b. PJ KES-OR masih membantu mengingatkan gerakan senam sesuai dengan usia
c. PJ KES-OR tidak koordinasi secara rutin dengan pihak guru sekolah dan UKS
SD-SMK untuk mencapai target sasaran.
7. Sumber dana
Sumber dana untuk kegiatan Kesehatan Olahraga dari dana bantuan BOK (Badan
Operasional Kesehatan) dan swadaya
8. Sarana prasarana
Untuk sarana dan prasarana pendukung kegiatan Kesehatan Olahraga dan alat
kesehatan telah di fasilitasi oleh Puskesmas
9. Tabel Analisa SWOT
a. Internal Faktor Analisis Situasi (IFAS)
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Koordinasi yang baik anatara 1. Belum sepenuhnya dilakukan
program dan petugas kesehatan pemeriksaan rotchspot
wilayah 2. PJ KES-OR masih membantu
2. Sudah adanya saran dan prasarana mengingatkan gerakan senam sesuai
yang di fasilitasi oleh puskesmas dengan usia
terkait pelaksanaan kegiatan 3. PJ KES-OR tidak koordinasi secara
program rutin dengan pihak guru sekolah dan
3. Terdapat visi puskesmas panti UKS SD-SMK untuk mencapai
“Terwujudnya Masyarakat target sasaran.
Kecamatan Panti yang Sehat dan
Mandiri”
b. Ekternal Faktor Analisis Situasi (EFAS)
Peluang (Opprtunity) Ancaman (Threat)
1. Target pencapaian program sudah 1. Bila tidak dilakukan totchspot
ada dikhawatirkan terjadi cidera
2. Beberapa masyarakat mau untuk
bergabung dalam acara olahraga di
lingkup Desa.

c. Matriks SWOT
EFAS Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang (Opportunity) Bekerjasama melakukan Adanya sasaran yang
sosialisasi terkait tidak mengerti
pentingnya olahraga pentingnya berolahraga
kepada masyarakat
Ancaman (Threat) Sosialisasi terkait lahraga Adanya masyarakat yang
yang masih dilakukan tidak memahami terkait
oleh masyarakat manfaat berolahraga

d. Tabel skoring IFAS SWOT


Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
(bobot x
rating)
Kekuatan :
1. Koordinasi yang baik antara 0,65 2 1,3
koordinator program dan
petugas kesehatan wilayah
2. Sudah adanya sarana dan 0,35 3 1,05
prasarana yang difasilitasi oleh
puskesmas terkait pelaksanaan
kegiatan program
Jumlah 1,0 5 2,35
Kelemahan :
1. Instruktur beberapa senam yang 0,25 1 0,25
dipilih tidak sesuai dengan
peserta senam
2. Belum sepenuhnya dilakukan 0,75 4 3
pemeriksaan
Jumlah 1,0 5 3,25
S - W = 2,35 - 3,25 = -0,9
e. Tabel skoring EFAS SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
(bobot x
rating)
Peluang :
1. Adanya kerja sama dengan 0,60 3 1,8
petugas kesehatan wilayah
2. Target pencapaian program 0,25 2 0,5
sudah ada
3. Beberapa masyarakat mau untuk 0,15 3 0,45
bergabung dalam acara olahraga
di lingkup Desa
Jumlah 1,0 8 2,75
Ancaman :
1. Kurangnya kerjasama dengan 0,70 2 1,4
pemerintah desa untuk
mengadakan senam yang sesuai
kelompok umut
2. Masih ada masyarakat yang 0,30 1 0,3
belum memahami secara
menyeluruh terkait manfaat
berolahraga
Jumlah 1,0 5 1,7
O – T = 2,75 – 1,7 = 1,05
10. Diagram Layang O

-
0,9
W S

1,5

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa Program Pelayanan olahraga terletak
di kuadran III artinya strategi untuk melakukan/mempertahankan. Kuadran III merupakan
situasi yang dimana harus mempertahankan pada kondisi saat ini agar tidak mengalami
penurunan pada program olahraga.

Strategi yang dapat digunakan untuk menekan kelemahan dan meningkatkan maupun
mempertahankan peluang adalah :

1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait olahraga yang baik bagi kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat khususnya daerah panti
2. Bekerjasama dengan kader wilayah untuk memfasilitasi kegiatan olahraga
3. Bekerjasama dengan bidan desa membuat program rutin olaharaga desa
4. Memanfaatkan saran dan prasarana yang disediakan dengan baik
5. Mengajukan pengadaan media atau sasaran prasarana yang belum terpenuhi

f. Upaya kesehatan kerja

1. Kegiatan

a) Pembinaan kelompok kerja

b) Pembinaan pengusaha

c) Pemeriksaan tempat kerja

d) Pemeriksaan pekerja

2. Jumlah Petugas

Satu koordinator dari puskesmas dan seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas yang
bekerja sama dengan bidan di masing-masing desa.

3. Sasaran

Pekerja formal dan non formal di Kecamatan Panti usia pekerja yang masih produktif (usia
18 – 45 tahun). Total sasaran 15.663 orang dengan pekerja formal 3.978 orang dan pekerja
informal 11673. Sasaran target pada pekerjaformal 2334 orang yang berarti 60% dari jumlah
total sasaran sedangkan sasaran target pada pekerja informal sebanyak 7004 yang berarti 60%
dari jumlah sasaran total.

4. Pencapaian kesehatan

Pencapaian kegiatan pelayanan konseling kesehatan kerja di tahun 2018 didapatkan 93%
pekerja formal dari 2334 sasaran target, dan 96% dari 7004 sasaran target.

No. Kegiatan Target Total Target Pencapaian


(%) Sasaran sasaran
1. Pekerja formal yang mendapat 60 3978 2334 2217
konseling
2. Pekerja informal yang mendapat 60 11673 7004 6723
konseling
3. Promotif dan preventif yang 60 12 8 8
dilakukan pada kelompok
kesehatan kerja

5. Masalah

a. Strength (kekuatan):

1. Program kerja ada 4 yakni pembinaan kelompok kerja, pembinaan pengusaha, pemeriksaan
tempat kerja dan pemeriksaan pekerja.
2. Frekuensi penyuluhan ditempat kerja sebanyak 4x dalam setahun di tahun 2018

3. Sudah adanya sarana dan prasarana yang difasilitasi oleh puskesmas terkait pelaksanaan
kegiatan program

b. Weaknes (kelemahan):

1. Anggaran dana terbatas

2.Kinerja petugas kurang optimal berhubungan dengan satu koordinator memegang semua
program.

c. Opportunity (dukungan):

1. Bekerjasama dengan bidan wilayah di masing-masing desa.

d. Threat (ancaman) :

1. Masyarakat belum menyadari manfaat dan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,
sehingga kegiatan kesehatan kerja belum berjalan dengan lancar.

Internal Faktor Analisis Situasi (IFAS)

Faktor-faktor Bobot Rating Jumlah


Strategi
(bobot x rating)

Kekuatan

Program kerja ada 4 0,40 4 1,6


yakni pembinaan
kelompok kerja,
pembinaan
pengusaha,
pemeriksaan tempat
kerja dan
pemeriksaan pekerja.

Frekuensi 0,40 3 1,2


penyuluhan ditempat
kerja sebanyak 4x
dalam setahun di
tahun 2018

Sudah adanya sarana 0,20 3 0,6


dan prasarana yang
difasilitasi oleh
puskesmas terkait
pelaksanaan kegiatan
program

Jumlah 3,4

Kelemahan

Anggaran dana 0,75 3 2,25


terbatas

Kinerja petugas 0,25 2 0,5


kurang optimal
berhubungan dengan
satu koordinator
memegang semua
program.

Jumlah 2,75

Kesimpulan: Titik di sumbu X = Strengh – Weakness = 3,40-2,75= 0,65

Eksternal Faktor Analisis Situasi (EFAS)

Faktor-faktor Bobot Rating Jumlah


strategis
(Bobot x Rating)

Peluang

Bekerjasama dengan
bidan di
masingmasing desa

Jumlah

Ancaman

Masyarakat belum 0,5 3 1,5


menyadari manfaat
dan pentingnya
keselamatan dan
kesehatan kerja,
sehingga kegiatan
kesehatan kerja
belum berjalan
dengan lancar.

Tidak adanya sumber 0,5 2 1


dana yang memadai
Jumlah 2,5

Kesimpulan: Titik di sumbu Y = Opportunity – Treath = 4-2,5 = 1,5

Diagram layang

Berdasarkan hasil dari diagram layang tersebut menunjukkan bahwa Analisis kesehatan kerja
Puskesmas Panti berada di kuadran I. Hal ini menunjukkan bahwa situasi yang
menguntungkan, Puskesmas Panti dalam Program kesehatan kerja memiliki kekuatan dan
peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Planning of Action

1. Melakukan pendidikan kesehatan terkait APD pada petani


2. Melakukan pendidikan kesehatan terkait posisi ergonomis untuk pekerja
3. Melakukan pendidikan kesehatan terkait kesehatan dan keselamatan kerja bagi
pekerja pabrik

g. Upaya kesehatan indra

a. kegiatan

1. Mata

a. Penemuan dan penanganan kasus refraksi

b. Penemuan kasus penyakit mata di puskesmas

c. Penemuan kasus buta katarak pada usia >45 tahun

d. Pelayanan rujukan kasus mata


2. Telinga

a. Penemuan kasus yang di rujuk ke spesialis di puskesmas melalui pemeriksaan fungsi


pendengaran

b. penemuan kasus penyakit telinga di puskesmas

c. Penemuan kasus serumen prop

b. Sasaran

Sasaran kegiatan program kesehatan indra adalah individu yang melakukan pemeriksaan
di Puskesmas Panti, Posyandu Lansia/ Posbindu, sekolah- sekolah dan Pustu.

c. Jumlah petugas

Pemegang program atau penanggungjawab kegiatan program panca indra di Puskesmas


Panti sebanyak 1 orang perawat yaitu Lidya Eka Purwanti, Amd.Kep dan dibantu oleh
pemegang atau penanggungjawab wilayah dari 7 desa yaitu Desa Suci, Kemiri, Serut,
Panti, Glagahwero, Kemuningsari Lor, dan Pakis dalam melakukan skrining di wilayah
masing-masing.
d. Tabel pencapaian

No Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan


Pelayanan kesehatan mata
1 Penemuan kasus 1384 899 1384 -
penyakit mata di
Puskesmas

2. Penemuan kasus 1384 484 127 26,2%


buta katarak usia
< 45 tahun
3. Pelayanan rujukan 1384 415 77 18,5%
kasus mata
4. Penemuan dan 1384 968 360 37,1%
penanganan kasus
refraksi
Pelayanan kesehatan telinga
5. Penemuan kasus 1150 402 1150 -
penyakit telinga
dipuskesmas
6. Penemuan kasus 1150 636 373 58,6%
serumen
puskesmas
7. Penemuan kasus 150 138 5 96,3%
yang dirujuk ke
spesialis di
puskesmas
melalui
pemeriksaan
fungsi
pendengaran

e. Masalah

a. tabel IFAS

Kekuatan (strength) Kelemahan (Weakness)


- Koordinasi yang baik antara -Belum adanya pelatihan kepada
koordinator program dan petugas petugas terkait dengan kesehatan indra
kesehatan pemegang wilayah - Tidak adanya sumber dana khusus
- Jumlah petugas dalam untuk menjalankan program
menjalankan program indra adalah - Petugas atau penanggungjawab
8 orang yaitu: 1 orang program menjadi penanggungjawab di
penanggungjawab program dan 7 program lain
pemegang wilayah dari 7 desa
b.Tabel EFAS

Kekuatan (strength) Kelemahan (Weakness)


-Kerjasama dengan pemegang - Kurangnya pengetahuan masyarakat
wilayah di setiap desa mengenai penyakit indra
- Kerjasam dengan program posyandu - Kurangnya kesadaran masyarakat
lansia atau Posbindu di setiap desa dalam mencegah terjadinya masalah
pada kesehatan indra
- Mayoritas

c. Tabel Skoring SWOT


Faktor-faktor Bobot Rating Jumlah ( bobot x
strategis rating)
Kekuatan 0,40 4 1,60
-koordinasi
Yang baik
antara
koordinator
program dan
petugas
kesehatan
pemegang
wilayah
- Jumlah petugas 0,45 4 1,80
dalam
menjalankan
program indra
adalah 8
orang yaitu: 1
orang
penanggungja
wab program dan
7
pemegang
wilayah dari 7
desa
jumlah 3,40
Kelemahan
- Tidak adanya 0,40 4 1,60
alat
pemeriksaan
indra
- Belum adanya 0,30 3 0,90
pelatihan kepada
petugas terkait
dengan
kesehatan indra
- Tidak adanya 0,10 2 0,30
sumber dana
khusus untuk
menjalankan
program

jumlah 2,80
Titik di sumbu X = Strengh – Weakness = 3,40-2,80 = 0,60

Faktor- faktor Bobot Rating Jumlah (bobot x


strategis rating)

Peluang 0,40 4 1,60


- Kerjasama
dengan
pemegang
wilayah di setiap
desa
- Kerjasa 0,30 3 0,90
denganprogram
posyandu lansia
atau Posbindu di
setiap desa
Jumlah 2,50
Ancaman
- Kurangnya 0,30 3 0,90
pengetahuan
masyarakat
mengenai
penyakit indra
- Kurangnya 0,30 3 0,90
kesadaran
masyarakat
dalam mencegah
terjadinya
masalah pada
kesehatan indra
- Mayoritas 0,20 2 0,40
masyarakat
berpendidikan
rendah
jumlah 2,20
Titik di sumbu Y = Opportunity – Treath = 2,50-2,20 = 0,30

d. Rencana tindak lanjut (Matriks SWOT)


EFAS Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang (Oppurtunity) 1.Mempertahakan 1. Memberikan pelatihan
kerjasama yang baik kepada petugas terkait
antara koordinator kesehatan indra
program dan petugas 2. Memanfaatkan
kesehatan pemegang kegiatan Posbindu
wilayah dan tes penerimaan siswa
2. baru di sekolah untuk
Mengoptimalkan skrining skrining kasus kesehatan
kesehatan indra melalui indra
posyandu dan sekolah- 3. Mengoptimalkan
sekolah kinerja pemegang
wilayah untuk
menjalankan tugasnya
masing-
masing

Ancaman (Threat) 1. Memberikan 1. Melakukan pelatihan


penyuluhan kepada kepada petugas kesehatan
masyarakat tentang pemegang wilayah
kesehatan indra melalui mengenai promosi
Sekolah, Posbindu, dan kesehatan indra sebelum
Puskesmas memberikan penyuluhan
kepada masyarakat
2. Menyusun program
penyuluhan tentang
kesehatan indra kepada
masyarakat di sekolah-
sekolah, posyandu dan
puskesmas
e. Diagram layang

(0,6) (0,3)

Berdasarkan hasil dari diagram layang tersebut menunjukkan bahwa Analisis


Kesehatan Indra Puskesmas Panti berada di kuadran I. Hal ini menunjukkan bahwa situasi
yang menguntungkan, Puskesmas Panti dalam Program Kesehatan Indra memiliki kekuatan
dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

f. Rencana tindak lanjut

No. Nama Kegiatan Sasaran Target Keterangan


1. Skrining kasus 1384 899 Sudah
kesehatan mata terlaksana
2. Skrining kesehatan 1150 402 Sudah
telinga terlaksana

g. Implementasi

Melakukan skrining kasus kesehatan indra melalui kunjungan di Puskesmas Panti,


Posbindu , dan sekolah-sekolah

h. Evaluasi

Capaian penemuan kasus mata dan telinga sudah mencapai 100%


h. Upaya kesehatan lansia (Usila)

1. Kegiatan
Pelayanan kesehatan lansia meliputi posyandu lansia dengan 13 titik yang terbagi atas
7 desa. Setiap desa memiliki 1 posyandu lansia, kecuali 3 desa dengan 2 posyandu
lansia dalam 1 desa yaitu Desa Kemuning, Desa Suci dan Desa Glagahwero. Kegiatan
kedua adalah pendataan sasaran lansia dan ketiga screening lansia dengan kegiatan
pembagian kuisioner yang meliputi 3 aspek yaitu kemandirian, emosional dan
demensia
2. Sasaran
a. Pra lansia (45-59 tahun)
b. Lansia (60-70 tahun)
c. Lansia dengan risiko tinggi (> 70 tahun)
3. Jumlah Petugas
Terdapat 7 petugas pada program kesehatan lansia yang menyesuaikan dengan jumlah
desa atau yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Panti.
4. Tabel Pencapaian
No. Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Pelayanan 8332 lansia 56% (4665 56,9% Tidak ada
kesehatan lansia lansia) (4749 kesenjangan
lansia)
5. Masalah
a. Kesadaran masyarakat yang masih kurang khususnya lansia dalam pemeriksaan
kesehatan lebih dini dan pemeriksaan kesehatan secara rutin terkait penyakit
degeratif seperti kolesterol, diabetes mellitus dan hipertensi.
b. Kurangnya cakupan lansia karena rata-rata dalam 1 desa terdapat 1 posyandu
lansia
6. Tabel Analisa SWOT
a. Tabel IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Pada masing-masing desa terdapat 1. Petugas dan kader lansia dalam
petugas yang menjadi wilayah kerja jumlah yang terbatas
Puskesmas Panti 2. Jumlah posyandu lansia yang belum
2. Integrasi program PTM pada sesuai dengan luas wilayah di
pelayanan kesehatan lansia seperti Puskesmas Panti
pemeriksaan gula darah, kolesterol
dan asam urat
3. Terdapat kader lansia di setiap desa
b. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Kerjasama dengan lintas program 1. Kesadaran masyarakat yang kurang
dan lintas sektor yang ada di wilayah akan pentingnya melakukan
kerja Puskesmas Panti pemeriksaan lebih dini dan
2. Perkembangan teknologi dan ilmu pemeriksaan rutin
pengetahuan yang semakin canggih
untuk menunjang mutu pelayanan
c. Tabel Skoring SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
Kekuatan (Strenght)
Pada masing-masing desa 0,5 4 2
terdapat petugas yang menjadi
wilayah kerja Puskesmas Panti
Integrasi program PTM pada 0,25 4 1
pelayanan kesehatan lansia
seperti pemeriksaan gula darah,
kolesterol dan asam urat
Terdapat kader lansia di setiap 0,25 4 1 S-W = 4 –
desa 3,4 = 0,6
Total 1,0 12 4
Kelemahan (Weakness)
Petugas dan kader lansia dalam 0,4 4 1,6
jumlah yang terbatas
Jumlah posyandu lansia yang 0,6 3 1,8
belum sesuai dengan luas
wilayah di Puskesmas Panti
Total 1,0 7 3,4

Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah


Peluang (Strenght)
Kerjasama dengan lintas 0,55 4 2,2
program dan lintas sektor yang
ada di wilayah kerja Puskesmas
Panti
Perkembangan teknologi dan 0,45 4 1,8
ilmu pengetahuan yang
semakin canggih untuk O-P = 4 – 3
menunjang mutu pelayanan =1
Total 1,0 8 4
Ancaman (Weakness)
Kesadaran masyarakat yang 1,0 3 3
kurang akan pentingnya
melakukan pemeriksaan lebih
dini dan pemeriksaan rutin
Total 1,0 3 3

d. Tabel rencana tindak lanjut (MATRIKS SWOT)


Kekuatan (Strenght) Kelemahan
IFAS 1. Pada masing-masing desa (Weakness)
terdapat petugas yang 1. Petugas dan kader
menjadi wilayah kerja lansia dalam
Puskesmas Panti jumlah yang
2. Integrasi program PTM terbatas
EFAS pada pelayanan kesehatan 2. Jumlah posyandu
lansia seperti pemeriksaan lansia yang belum
gula darah, kolesterol dan sesuai dengan luas
asam urat wilayah di
3. Terdapat kader lansia di Puskesmas Panti
setiap desa
Peluang (Opporrunity) 1. Memanfaatkan adanya 1. Kerjasama dengan
1. Kerjasama dengan petugas wilayah setiap lintas sektor untuk
lintas program dan wilayah kerja puskesmas menutup
lintas sektor yang panti untuk mampu kekurangan SDM
ada di wilayah kerja bekerjasama dengan PJ pada program
Puskesmas Panti lintas program lansia
2. Perkembangan 2. Memanfaatkan sebaik 2. Jumlah kader yang
teknologi dan ilmu mungkin pemeriksaan terbatas diberikan
pengetahuan yang kesehatan lansia yang pelatihan untuk
semakin canggih berintegrasi dengan memanfaatkan
untuk menunjang program PTM puskesmas IPTEK
mutu pelayanan panti
3. Mengajarkan kader setiap
desa untuk memahami
kemajuan IPTEK yang
dapat menunjang
pelayanan kesehatan
lansia yang diberikan
Ancaman (Threat) 1. Mempromosikan 1. Mengoptimalkan
1. Kesadaran pentingnya kegiatan layanan pada
masyarakat yang lansia pada masyarakat posyandu lansia
kurang akan melalui kader dan yang terdapat di
pentingnya penanggung jawab masing-masing
melakukan wilayah desa pada wilayah
pemeriksaan lebih 2. Memberikan edukasi kerja Puskesmas
dini dan pada masyarakat dengan Panti
pemeriksaan rutin memberdayakan petugas
posyandu lansia
3. Mempromosikan
posyandu lansia melalui
kegiatan pemeriksaan
kesehatan (gula darah,
asam urat dan kolesterol)

e. Diagram layang
T

(1, 0,6)

S W

O
Berdasarkan hasil layang diatas program lansia berada di kuadran 1 (agresif),
yang artinya menguntungkan. Hal ini berarti program lansia memiliki kekuatan
dan peluang yang besar dalam pelaksanaan program.

7. Kegiatan
Pelayanan kesehatan lansia meliputi posyandu lansia dengan 13 titik yang terbagi atas
7 desa. Setiap desa memiliki 1 posyandu lansia, kecuali 3 desa dengan 2 posyandu
lansia dalam 1 desa yaitu Desa Kemuning, Desa Suci dan Desa Glagahwero. Kegiatan
kedua adalah pendataan sasaran lansia dan ketiga screening lansia dengan kegiatan
pembagian kuisioner yang meliputi 3 aspek yaitu kemandirian, emosional dan
demensia
8. Sasaran
d. Pra lansia (45-59 tahun)
e. Lansia (60-70 tahun)
f. Lansia dengan risiko tinggi (> 70 tahun)
9. Jumlah Petugas
Terdapat 7 petugas pada program kesehatan lansia yang menyesuaikan dengan jumlah
desa atau yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Panti.
10. Tabel Pencapaian
No. Kegiatan Sasaran Target Capaian Kesenjangan
1. Pelayanan 8332 lansia 56% (4665 56,9% Tidak ada
kesehatan lansia lansia) (4749 kesenjangan
lansia)
11. Masalah
c. Kesadaran masyarakat yang masih kurang khususnya lansia dalam pemeriksaan
kesehatan lebih dini dan pemeriksaan kesehatan secara rutin terkait penyakit
degeratif seperti kolesterol, diabetes mellitus dan hipertensi.
d. Kurangnya cakupan lansia karena rata-rata dalam 1 desa terdapat 1 posyandu
lansia
12. Tabel Analisa SWOT
f. Tabel IFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
4. Pada masing-masing desa terdapat 3. Petugas dan kader lansia dalam
petugas yang menjadi wilayah kerja jumlah yang terbatas
Puskesmas Panti 4. Jumlah posyandu lansia yang belum
5. Integrasi program PTM pada sesuai dengan luas wilayah di
pelayanan kesehatan lansia seperti Puskesmas Panti
pemeriksaan gula darah, kolesterol
dan asam urat
6. Terdapat kader lansia di setiap desa
g. Tabel EFAS
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
3. Kerjasama dengan lintas program 2. Kesadaran masyarakat yang kurang
dan lintas sektor yang ada di wilayah akan pentingnya melakukan
kerja Puskesmas Panti pemeriksaan lebih dini dan
4. Perkembangan teknologi dan ilmu pemeriksaan rutin
pengetahuan yang semakin canggih
untuk menunjang mutu pelayanan
h. Tabel Skoring SWOT
Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
Kekuatan (Strenght)
Pada masing-masing desa 0,5 4 2
terdapat petugas yang menjadi
wilayah kerja Puskesmas Panti
Integrasi program PTM pada 0,25 4 1
pelayanan kesehatan lansia
seperti pemeriksaan gula darah,
kolesterol dan asam urat
Terdapat kader lansia di setiap 0,25 4 1 S-W = 4 –
desa 3,4 = 0,6
Total 1,0 12 4
Kelemahan (Weakness)
Petugas dan kader lansia dalam 0,4 4 1,6
jumlah yang terbatas
Jumlah posyandu lansia yang 0,6 3 1,8
belum sesuai dengan luas
wilayah di Puskesmas Panti
Total 1,0 7 3,4

Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah


Peluang (Strenght)
Kerjasama dengan lintas 0,55 4 2,2
program dan lintas sektor yang
ada di wilayah kerja Puskesmas
Panti
Perkembangan teknologi dan 0,45 4 1,8
ilmu pengetahuan yang
semakin canggih untuk O-P = 4 – 3
menunjang mutu pelayanan =1
Total 1,0 8 4
Ancaman (Weakness)
Kesadaran masyarakat yang 1,0 3 3
kurang akan pentingnya
melakukan pemeriksaan lebih
dini dan pemeriksaan rutin
Total 1,0 3 3

i. Tabel rencana tindak lanjut (MATRIKS SWOT)


Kekuatan (Strenght) Kelemahan
IFAS 4. Pada masing-masing desa (Weakness)
terdapat petugas yang 3. Petugas dan kader
menjadi wilayah kerja lansia dalam
Puskesmas Panti jumlah yang
5. Integrasi program PTM terbatas
EFAS pada pelayanan kesehatan 4. Jumlah posyandu
lansia seperti pemeriksaan lansia yang belum
gula darah, kolesterol dan sesuai dengan luas
asam urat wilayah di
6. Terdapat kader lansia di Puskesmas Panti
setiap desa
Peluang (Opporrunity) 4. Memanfaatkan adanya 3. Kerjasama dengan
3. Kerjasama dengan petugas wilayah setiap lintas sektor untuk
lintas program dan wilayah kerja puskesmas menutup
lintas sektor yang panti untuk mampu kekurangan SDM
ada di wilayah kerja bekerjasama dengan PJ pada program
Puskesmas Panti lintas program lansia
4. Perkembangan 5. Memanfaatkan sebaik 4. Jumlah kader yang
teknologi dan ilmu mungkin pemeriksaan terbatas diberikan
pengetahuan yang kesehatan lansia yang pelatihan untuk
semakin canggih berintegrasi dengan memanfaatkan
untuk menunjang program PTM puskesmas IPTEK
mutu pelayanan panti
6. Mengajarkan kader setiap
desa untuk memahami
kemajuan IPTEK yang
dapat menunjang
pelayanan kesehatan
lansia yang diberikan
Ancaman (Threat) 4. Mempromosikan 2. Mengoptimalkan
2. Kesadaran pentingnya kegiatan layanan pada
masyarakat yang lansia pada masyarakat posyandu lansia
kurang akan melalui kader dan yang terdapat di
pentingnya penanggung jawab masing-masing
melakukan wilayah desa pada wilayah
pemeriksaan lebih 5. Memberikan edukasi kerja Puskesmas
dini dan pada masyarakat dengan Panti
pemeriksaan rutin memberdayakan petugas
posyandu lansia
6. Mempromosikan
posyandu lansia melalui
kegiatan pemeriksaan
kesehatan (gula darah,
asam urat dan kolesterol)

j. Diagram layang
T

(1, 0,6)

S W
Berdasarkan hasil layang diatas program lansia berada di kuadran 1 (agresif),
yang artinya menguntungkan. Hal ini berarti program lansia memiliki kekuatan
dan peluang yang besar dalam pelaksanaan program.

3.3.Kesehatan Perseorangan
a. Tabel IFAS
No Strenght (kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Sarana dan prasarana Hanya ada 1 dokter, yang
memadai bertugas dan tidak sebanding
dengan jumlah pasien sekitar
50 orang per hari
2. Pendanaan dari APBD dan Terdapat beberapa barang
JKN yang rusak seperti tensimeter
standing, resusisator
pediatrik, regulator, suction
set, dan suction
3. Tenaga medis maupun non Tidak adanya penunjuk arah
medis ramah menuju ke ruang selanjutnya
4. Tenaga perawat telah Laporan masih dikerjakan
mendapatkan pelatihan secara manual dengan tulis
kegawatdaruratan dan tangan (non komputerisasi)
memiliki sertifikat BLS
dan BTCLS.
5. Terdapat akses untuk Data jumlah kunjungan tidak
merujuk sesuai RS yang sesuai dengan jenis
dipilih (pasien umum) kepesertaan
6. Terdapat 78 posyandu dari
7 desa

7. Memiliki SDM yang Beban kerja tinggi


mumpuni dalam
pelayananan KIA dengan
kompetensi APN dan
CTU
8. Tersedia sarana dan Kinerja petugas kurang
prasarana yang difaslitasi optimal
oleh puskesmas
9. Adanya dukungan dana Pengadaan kelas ibu hamil
dari APBD, BOK, JKN, masih kurang
BPJS dan Jampersal.
10. Memiliki grup WA Kurangnya program
sebagai media kominikasi kunjungan rumah
dan koordinasi KIA untuk
cakupan seluruh wilayah
kerja Puskesmas Panti
11. Tenaga kesehatan Masih terdapat ibu yang
memberikan pelayanan belum termotivasi tentang
KIA langsung di tengah pentingnya imunisasi pada
masyarakat bekerjasama anak
dengan masyarakat
setempat
12. Ibu hamil telah menerima Pegawai laboratorium
pelayanan rujukan ke Puskesmas Panti merupakan
Puskesmas maupun rumah lulusan SMA bukan Analis
sakit
13 Pemeriksaan yang dapat Laboratorium Puskesmas
dilakukan di laboratorium Panti merupakan
Puskesmas Panti seperti laboratorium sederhana
pemeriksaan HB,
golongan darah, kadar gula
darah, kadar asam urat,
HIV, Sifilis, HBSAG,
albumin dan BTA.
14. Pemeriksaan BTA sudah Keterbatasan jumlah petugas
dilakukan secara mandiri di Puskesmas
oleh pegawai laboratorium

15. Waktu yang dibutuhkan Program promosi kesehatan


untuk mendapatkan hasil dilakukan setiap bulan sekali
laporan pemeriksaan di namun belum terlaksana
Laboratorium Puskesmas secara makasimal 2 bulan
Panti antara lain 10-15 terakhir
menit. Pemeriksaan yang
dapat diperoleh dalam
waktu 10-15 menit terdiri
dari pemeriksaan Hb,
Golongan darah, kadar
gula darah, kadar asam
urat, HIV, Sifilis, HBSAG
dan pemeriksaan kadar
albumin. Pemeriksaan
BTA membutuhkan waktu
selama 3 hari sampai hasil
laporan pemeriksaan dapat
dilakukan.

16. Program penyuluhan TB Kurangnya media terkait


dalam upaya pencegahan penyuluhan kesehatan
penyakit menular yang
tidak hanya fokus pada
pasien TB.

17. Terdapat 25 kader khusus Hanya ada 1 dokter jaga yang


menangani masalah TB memiliki double job bertugas
di rawat inap, rawat jalan dan
UGD sehingga tidak fokus
pada pelayanan di UGD saja
18. Adanya pertemuan rutin
dari kader dan PJ Poli TB
setiap akhir bulan untuk
membahas pasien TB di
tiap wilayah kelolaan.
19. Sudah adanya dukungan Tidak adanya penunjuk arah
dana dari dinas kesehatan menuju ke ruang selanjutnya
20. Sudah adanya ruangan
khusus pemeriksaan pasien
TB.
21. Adanya SOP pelayanan
seperti pemeriksaan
tekanan darah, suhu,
nadi,dll
22. Pendanaan dari APBD dan Belum adanya website resmi
JKN puskesmas
23. Tenaga medis maupun non Terdapat doublejob dari
medis ramah penaggungjawab bagian
farmasi

24. Tenaga perawat telah Jumlah tenaga farmasi di


mendapatkan pelatihan puskesmas masih kurang
kegawatdaruratan dan
memiliki sertifikat BLS
dan BTCLS.
25. Ruangan UGD bersih dan
tertata rapi
26. Pengadaan barang untuk
tahun selanjutnya, selalu
dilakukan di akhir tahun
sekarang sehingga obat
akan tersedia tepat waktu.
27. Tidak pernah ada kejadian
kekosongan obat yang
dibutuhkan.

b. Tabel EFAS
No Opportunity (peluang) Treath (Ancaman)
1. Kerjasama dengan kader Meningkatnya keinginan
dalam pelaksanaan masyarakat untuk pelayanan
pemberian informasi yang lebih cepat dan tepat
terkait pelayanan
kesehatan, pemeriksaan
dan pengobatan di
Puskesmas
2. Perkembangan teknologi Masyarakat semakin kritis
informasi mempermudah terhadap perubahan
masyarakat untuk pelayanan yang ada
mendapat informasi meninginkan adanya
tentang Puskesmas dan perubahan setiap waktu
pelayanan poli
3. Adanya pelatihan yang Kesadaran masyarakat terkait
difasilitasi oleh pemerintah KIA masih kurang
daerah kepada bidan
4. Terdapat keterlibatan
kader dalam kegiatan KIA
di posyandu
5. Adanya kerjasama dengan Tidak semua kelahiran
perangkat desa adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan
darurat.
6. Mudahnya akses informasi Masyarakat yang
dan perkembangan ilmu membutuhkan pemeriksaan
serta teknologi sebagai Lab yang berada di daerah
penunjang dalam promosi terpencil mengalami
kesehatan kesulitan dalam pengaksesan.
7. Terdapat peraturan Pasien susah untuk mengikuti
pemerintah tentang pengobatan
persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
8. Masyarakat yang tidak Kurang kooperatifnya
mampu dibantu melalui keluarga dan menutupi
sistem JKPM dan penyakit anggota keluarga.
Jampersal untuk ibu
melahirkan yang disubsidi
oleh pemerintah
9. Dana yang digunakan Pasien susah untuk mengikuti
untuk memenuhi pengobatan
kebutuhan laboratorium
didapat dari dana JKN dan
dari pemerintah
10. Keikutsertaan dari kader
untuk melaporkan terkait
skrining pasien baru
11. Adanya kerjasama dengan Terdapat masyarakat yang
institusi pendidikan sepeti tinggal diwilayah terpencil
Universitas Jember sulit menjangkau obat
sehingga ikut terlibat
dalam program kesehatan
puskesmas khusunya Poli
TB
12. Adanya dukungan dari
desa- desa di Kecamatan
Panti terkait skrining
penyakit TB.
13. Untuk mencukupi
kebutuhan obat dapat
dilakukan melalui dua cara
pengadaan obat, yaitu
melalui dana dari dinas
kesehatan dan dana JKN
(Jaminan Kesehatan
Nasional).

14. Anggaran yang diberikan


selalu tepat waktu
sehingga memudahkan
bagian farmasi untuk
menyediakan obat-obatan
yang diperlukan.
m. Tabel skoring SWOT

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah


(bobot x
rating)
Strenght (kekuatan)
1 Sarana dan prasarana memadai 0.04 4 0.16
3 Tenaga medis maupun non medis ramah 0.01 3 0.03
4 Tenaga perawat telah mendapatkan 0.11 4 0.44
pelatihan kegawatdaruratan dan memiliki
sertifikat BLS dan BTCLS.
5 Terdapat akses untuk merujuk sesuai RS 0.02 3 0.06
yang dipilih
6 Terdapat 78 posyandu dari 7 desa 0.02 2 0.04

7 Memiliki SDM yang mumpuni dalam 0.08 3 0.24


pelayananan KIA dengan kompetensi APN
dan CTU
8 Tersedia sarana dan prasarana yang 0.01 2 0.02
difaslitasi oleh puskesmas
9 Adanya dukungan dana dari APBD, BOK, 0.24 3 0.72
JKN, BPJS dan Jampersal.
10 Memiliki grup WA sebagai media 0.02 2 0.04
kominikasi dan koordinasi KIA untuk
cakupan seluruh wilayah kerja Puskesmas
Panti
11 Tenaga kesehatan memberikan pelayanan 0.02 2 0.04
KIA langsung di tengah masyarakat
bekerjasama dengan masyarakat setempat
12 Ibu hamil telah menerima pelayanan 0.03 2 0.06
rujukan ke Puskesmas maupun rumah sakit
13 Pemeriksaan yang dapat dilakukan di 0.05 3 0.15
laboratorium Puskesmas Panti seperti
pemeriksaan HB, golongan darah, kadar
gula darah, kadar asam urat, HIV, Sifilis,
HBSAG, albumin dan BTA.
14 Pemeriksaan BTA sudah dilakukan secara 0.04 4 0.16
mandiri oleh pegawai laboratorium

15 Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan 0.04 2 0.08


hasil laporan pemeriksaan di Laboratorium
Puskesmas Panti antara lain 10-15 menit.
Pemeriksaan yang dapat diperoleh dalam
waktu 10-15 menit terdiri dari pemeriksaan
Hb, Golongan darah, kadar gula darah,
kadar asam urat, HIV, Sifilis, HBSAG dan
pemeriksaan kadar albumin. Pemeriksaan
BTA membutuhkan waktu selama 3 hari
sampai hasil laporan pemeriksaan dapat
dilakukan.

16 Program penyuluhan TB dalam upaya 0.05 2 0.1


pencegahan penyakit menular yang tidak
hanya fokus pada pasien TB.

17 Terdapat 25 kader khusus menangani 0.02 2 0.04


masalah TB
18 Adanya pertemuan rutin dari kader dan PJ 0.02 2 0.04
Poli TB setiap akhir bulan untuk membahas
pasien TB di tiap wilayah kelolaan.
19 Sudah adanya dukungan dana dari dinas 0.03 3 0.09
kesehatan
20 Sudah adanya ruangan khusus pemeriksaan 0.02 3 0.06
pasien TB.
21 Adanya SOP pelayanan seperti pemeriksaan 0.02 3 0.06
tekanan darah, suhu, nadi,dll
22 Tenaga perawat telah mendapatkan 0.03 3 0.09
pelatihan kegawatdaruratan dan memiliki
sertifikat BLS dan BTCLS.
23 Ruangan UGD bersih dan tertata rapi 0.03 2 0.06
24 Pengadaan barang untuk tahun selanjutnya, 0.02 2 0.04
selalu dilakukan di akhir tahun sekarang
sehingga obat akan tersedia tepat waktu.
25 Tidak pernah ada kejadian kekosongan obat 0.03 2 0.06
yang dibutuhkan.
Jumlah 1 63 2.88
Weakness (Kelemahan)
1 Hanya ada 1 dokter, yang bertugas dan 0.09 4 0.36
tidak sebanding dengan jumlah pasien
sekitar 50 orang per hari
2 Terdapat beberapa barang yang rusak 0.06 3 0.18
seperti tensimeter standing, resusisator
pediatrik, regulator, suction set, dan
suction
3 Tidak adanya penunjuk arah menuju ke 0.06 2 0.12
ruang selanjutnya
4 Laporan masih dikerjakan secara manual 0.04 3 0.12
dengan tulis tangan (non komputerisasi)
5 Data jumlah kunjungan tidak sesuai 0.09 3 0.27
dengan jenis kepesertaan
7 Beban kerja tinggi 0.08 3 0.24
8 Kinerja petugas kurang optimal 0.01 2 0.02
9 Pengadaan kelas ibu hamil masih kurang 0.10 2 0.2
10 Kurangnya program kunjungan rumah 0.03 2 0.06
11 Masih terdapat ibu yang belum 0.02 2 0.04
termotivasi tentang pentingnya imunisasi
pada anak
12 Pegawai laboratorium Puskesmas Panti 0.03 3 0.09
merupakan lulusan SMA bukan Analis
13 Laboratorium Puskesmas Panti merupakan 0.03 2 0.06
laboratorium sederhana
14 Keterbatasan jumlah petugas di 0.04 2 0.08
Puskesmas
15 Program promosi kesehatan dilakukan 0.05 2 0.1
setiap bulan sekali namun belum
terlaksana secara makasimal 2 bulan
terakhir
16 Kurangnya media terkait penyuluhan 0.05 2 0.1
kesehatan
17 Hanya ada 1 dokter jaga yang memiliki 0.04 3 0.12
double job bertugas di rawat inap, rawat
jalan dan UGD sehingga tidak fokus pada
pelayanan di UGD saja
19 Tidak adanya penunjuk arah menuju ke 0.04 2 0.08
ruang selanjutnya
20 Belum adanya website resmi puskesmas 0.06 2 0.12
21 Terdapat doublejob dari penaggungjawab 0.05 2 0.1
bagian farmasi

22 Jumlah tenaga farmasi di puskesmas 0.03 2 0.06


masih kurang
Jumlah 1 48 2.52
Opportunity (peluang)
1 Kerjasama dengan kader dalam pelaksanaan 0.06 0.18 0.18
pemberian informasi terkait pelayanan
kesehatan, pemeriksaan dan pengobatan di
Puskesmas
2 Perkembangan teknologi informasi 0.08 0.24 0.24
mempermudah masyarakat untuk mendapat
informasi tentang Puskesmas dan pelayanan
poli
3 Adanya pelatihan yang difasilitasi oleh 0.1 0.4 0.4
pemerintah daerah kepada bidan
4 Terdapat keterlibatan kader dalam kegiatan 0.05 0.15 0.15
KIA di posyandu
5 Adanya kerjasama dengan perangkat desa 0.04 0.12 0.12
6 Mudahnya akses informasi dan 0.08 0.32 0.32
perkembangan ilmu serta teknologi sebagai
penunjang dalam promosi kesehatan
7 Terdapat peraturan pemerintah tentang 0.2 0.8 0.8
persalinan yang ditolong oleh bidan bukan
dukun
8 Masyarakat yang tidak mampu dibantu 0.07 0.28 0.28
melalui sistem JKPM dan Jampersal untuk
ibu melahirkan yang disubsidi oleh
pemerintah
9 Dana yang digunakan untuk memenuhi 0.09 0.27 0.27
kebutuhan laboratorium didapat dari dana
JKN dan dari pemerintah
10 Keikutsertaan dari kader untuk melaporkan 0.07 0.14 0.14
terkait skrining pasien baru
11 Adanya kerjasama dengan institusi 0.05 0.15 0.15
pendidikan sepeti Universitas Jember
sehingga ikut terlibat dalam program
kesehatan puskesmas khusunya Poli TB
12 Adanya dukungan dari desa- desa di 0.03 0.09 0.09
Kecamatan Panti terkait skrining penyakit
TB.
13 Untuk mencukupi kebutuhan obat dapat 0.03 0.09 0.09
dilakukan melalui dua cara pengadaan obat,
yaitu melalui dana dari dinas kesehatan dan
dana JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
14 Anggaran yang diberikan selalu tepat waktu 0.05 0.15 0.15
sehingga memudahkan bagian farmasi
untuk menyediakan obat-obatan yang
diperlukan.
Jumlah 1 45 3.38
Threath (Ancaman)
1 Meningkatnya keinginan masyarakat untuk 0.10 0.3 0.3
pelayanan yang lebih cepat dan tepat
2 Masyarakat semakin kritis terhadap 0.1 0.3 0.3
perubahan pelayanan yang ada
meninginkan adanya perubahan setiap
waktu
3 Kesadaran masyarakat terkait KIA masih 0.15 0.3 0.3
kurang
4 Tidak semua kelahiran adalah darurat, 0.13 0.39 0.39
namun berpotensi menjadi keadaan darurat.
5 Masyarakat yang membutuhkan 0.1 0.2 0.2
pemeriksaan Lab yang berada di daerah
terpencil mengalami kesulitan dalam
pengaksesan.
6 Pasien susah untuk mengikuti pengobatan 0.09 0.27 0.27

7 Kurang kooperatifnya keluarga dan 0.13 0.39 0.39


menutupi penyakit anggota keluarga.
8 Pasien susah untuk mengikuti pengobatan 0.1 0.2 0.2
9 Terdapat masyarakat yang tinggal 0.1 0.2 0.2
diwilayah terpencil sulit menjangkau obat
Jumlah 1 23 2.55
n. Rencana tindak lanjut SWOT
EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 15. Memberikan pembekalan dan 9. Menyediakan sarana dan
(Opportunity) pelatihan rutin kepada kader fasilitas yang memadai untuk
kesehatan. menghasilkan program
16. Meningkatkan kualitas pelayanan yang baik
pelayanan dan memberikan 10. Membuat media informasi
pengetahuan melalui yang mudah didapat oleh
penyuluhan masyarakat agar masyarakat
17. Mensosialisasikan kemudahan temotivasi menggunakan
pelayanan peserta JKN, BPJS, pelayanan di Puskesmas
KIS, Jampersal dan Jamkesda 11. Melakukan pelatihan kepada
untuk meningkatan minat tenaga kesehatan
kunjungan masyarakat ke 12. Meningkatan kualitas
pelayanan pelayanan yang cepat dan
18. Mengoptimalkan kelompok ramah kepada peserta JKN,
komunikasi kader sebagai BPJS, KIS, Jampersal dan
monitoring dan tempat diskusi Jamkesda
jika terdapat masalah
19. Memberikan kemudahan akses
dan prosedur untuk persalinan
dibantu bidan untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi
20. Meningkatkan kunjungan rumah
21. Mengadakan kerjasama lintas
sektor dalam pembuatan dan
penyebaran informasi kesehatan
terutama
Ancaman 7. Meningkatkan promosi dan 5. Melakukan promosi dan
(Threat) penyuluhan kesehatan sebagai penyuluhan yang komprehensif
cara untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pengetahuan . kesadaran dan
peningkatan derajat kesehatan motivasi masyarakat
8. Meningkatkan kemampuan 6. Meningkatkan koordinasi
tenaga kesehatan untuk kepada semua pihak yang
mengurangi resiko kematian terkait terhadap program di
serta masalah kehamilan dan Puskesmas
kelahiran lainnya
9. Penyampaian informasi yang
optimal untuk mencegah potensi
darurat kehamilan dan kelahiran

c. Diagram layang
s-w = 0,36 Opportunity
o-t = 0,83

KUADRAN III. TURN AROUND KUADRAN I. AGRESIF

Weakness Strength

KUADRAN IV. DEFENSIF


KUADRAN II. DIFERSIFIKASI

Thread

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada
faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor ancaman. Sehingga
program UKP Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang berarti berapa pada posisi
pertumbuhan dimana hal ini menunjukkan kondisi internal UKP Puskesmas Panti yang kuat
dengan kondisi lingkungan yang sedikit mengancam.

3.3 UKM Perseorangan

Tabel IFAS
No Strenght (kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Sarana dan prasarana Hanya ada 1 dokter, yang
memadai bertugas dan tidak sebanding
dengan jumlah pasien sekitar
50 orang per hari
2. Pendanaan dari APBD dan Terdapat beberapa barang
JKN yang rusak seperti tensimeter
standing, resusisator
pediatrik, regulator, suction
set, dan suction
3. Tenaga medis maupun non Tidak adanya penunjuk arah
medis ramah menuju ke ruang selanjutnya
4. Tenaga perawat telah Laporan masih dikerjakan
mendapatkan pelatihan secara manual dengan tulis
kegawatdaruratan dan tangan (non komputerisasi)
memiliki sertifikat BLS
dan BTCLS.
5. Terdapat akses untuk Data jumlah kunjungan tidak
merujuk sesuai RS yang sesuai dengan jenis
dipilih (pasien umum) kepesertaan
6. Terdapat 78 posyandu dari
7 desa

7. Memiliki SDM yang Beban kerja tinggi


mumpuni dalam
pelayananan KIA dengan
kompetensi APN dan
CTU
8. Tersedia sarana dan Kinerja petugas kurang
prasarana yang difaslitasi optimal
oleh puskesmas
9. Adanya dukungan dana Pengadaan kelas ibu hamil
dari APBD, BOK, JKN, masih kurang
BPJS dan Jampersal.
10. Memiliki grup WA Kurangnya program
sebagai media kominikasi kunjungan rumah
dan koordinasi KIA untuk
cakupan seluruh wilayah
kerja Puskesmas Panti
11. Tenaga kesehatan Masih terdapat ibu yang
memberikan pelayanan belum termotivasi tentang
KIA langsung di tengah pentingnya imunisasi pada
masyarakat bekerjasama anak
dengan masyarakat
setempat
12. Ibu hamil telah menerima Pegawai laboratorium
pelayanan rujukan ke Puskesmas Panti merupakan
Puskesmas maupun rumah lulusan SMA bukan Analis
sakit
13 Pemeriksaan yang dapat Laboratorium Puskesmas
dilakukan di laboratorium Panti merupakan
Puskesmas Panti seperti laboratorium sederhana
pemeriksaan HB,
golongan darah, kadar gula
darah, kadar asam urat,
HIV, Sifilis, HBSAG,
albumin dan BTA.
14. Pemeriksaan BTA sudah Keterbatasan jumlah petugas
dilakukan secara mandiri di Puskesmas
oleh pegawai laboratorium

15. Waktu yang dibutuhkan Program promosi kesehatan


untuk mendapatkan hasil dilakukan setiap bulan sekali
laporan pemeriksaan di namun belum terlaksana
Laboratorium Puskesmas secara makasimal 2 bulan
Panti antara lain 10-15 terakhir
menit. Pemeriksaan yang
dapat diperoleh dalam
waktu 10-15 menit terdiri
dari pemeriksaan Hb,
Golongan darah, kadar
gula darah, kadar asam
urat, HIV, Sifilis, HBSAG
dan pemeriksaan kadar
albumin. Pemeriksaan
BTA membutuhkan waktu
selama 3 hari sampai hasil
laporan pemeriksaan dapat
dilakukan.

16. Program penyuluhan TB Kurangnya media terkait


dalam upaya pencegahan penyuluhan kesehatan
penyakit menular yang
tidak hanya fokus pada
pasien TB.

17. Terdapat 25 kader khusus Hanya ada 1 dokter jaga yang


menangani masalah TB memiliki double job bertugas
di rawat inap, rawat jalan dan
UGD sehingga tidak fokus
pada pelayanan di UGD saja
18. Adanya pertemuan rutin
dari kader dan PJ Poli TB
setiap akhir bulan untuk
membahas pasien TB di
tiap wilayah kelolaan.
19. Sudah adanya dukungan Tidak adanya penunjuk arah
dana dari dinas kesehatan menuju ke ruang selanjutnya
20. Sudah adanya ruangan
khusus pemeriksaan pasien
TB.
21. Adanya SOP pelayanan
seperti pemeriksaan
tekanan darah, suhu,
nadi,dll
22. Pendanaan dari APBD dan Belum adanya website resmi
JKN puskesmas
23. Tenaga medis maupun non Terdapat doublejob dari
medis ramah penaggungjawab bagian
farmasi

24. Tenaga perawat telah Jumlah tenaga farmasi di


mendapatkan pelatihan puskesmas masih kurang
kegawatdaruratan dan
memiliki sertifikat BLS
dan BTCLS.
25. Ruangan UGD bersih dan
tertata rapi
26. Pengadaan barang untuk
tahun selanjutnya, selalu
dilakukan di akhir tahun
sekarang sehingga obat
akan tersedia tepat waktu.
27. Tidak pernah ada kejadian
kekosongan obat yang
dibutuhkan.

c. Tabel EFAS
No Opportunity (peluang) Treath (Ancaman)
1. Kerjasama dengan kader Meningkatnya keinginan
dalam pelaksanaan masyarakat untuk pelayanan
pemberian informasi yang lebih cepat dan tepat
terkait pelayanan
kesehatan, pemeriksaan
dan pengobatan di
Puskesmas
2. Perkembangan teknologi Masyarakat semakin kritis
informasi mempermudah terhadap perubahan
masyarakat untuk pelayanan yang ada
mendapat informasi meninginkan adanya
tentang Puskesmas dan perubahan setiap waktu
pelayanan poli
3. Adanya pelatihan yang Kesadaran masyarakat terkait
difasilitasi oleh pemerintah KIA masih kurang
daerah kepada bidan
4. Terdapat keterlibatan
kader dalam kegiatan KIA
di posyandu
5. Adanya kerjasama dengan Tidak semua kelahiran
perangkat desa adalah darurat, namun
berpotensi menjadi keadaan
darurat.
6. Mudahnya akses informasi Masyarakat yang
dan perkembangan ilmu membutuhkan pemeriksaan
serta teknologi sebagai Lab yang berada di daerah
penunjang dalam promosi terpencil mengalami
kesehatan kesulitan dalam pengaksesan.
7. Terdapat peraturan Pasien susah untuk mengikuti
pemerintah tentang pengobatan
persalinan yang ditolong
oleh bidan bukan dukun
8. Masyarakat yang tidak Kurang kooperatifnya
mampu dibantu melalui keluarga dan menutupi
sistem JKPM dan penyakit anggota keluarga.
Jampersal untuk ibu
melahirkan yang disubsidi
oleh pemerintah
9. Dana yang digunakan Pasien susah untuk mengikuti
untuk memenuhi pengobatan
kebutuhan laboratorium
didapat dari dana JKN dan
dari pemerintah
10. Keikutsertaan dari kader
untuk melaporkan terkait
skrining pasien baru
11. Adanya kerjasama dengan Terdapat masyarakat yang
institusi pendidikan sepeti tinggal diwilayah terpencil
Universitas Jember sulit menjangkau obat
sehingga ikut terlibat
dalam program kesehatan
puskesmas khusunya Poli
TB
12. Adanya dukungan dari
desa- desa di Kecamatan
Panti terkait skrining
penyakit TB.
13. Untuk mencukupi
kebutuhan obat dapat
dilakukan melalui dua cara
pengadaan obat, yaitu
melalui dana dari dinas
kesehatan dan dana JKN
(Jaminan Kesehatan
Nasional).

14. Anggaran yang diberikan


selalu tepat waktu
sehingga memudahkan
bagian farmasi untuk
menyediakan obat-obatan
yang diperlukan.
o. Tabel skoring SWOT
No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Jumlah
(bobot x
rating)
Strenght (kekuatan)
1 Sarana dan prasarana memadai 0.04 4 0.16
3 Tenaga medis maupun non medis ramah 0.01 3 0.03
4 Tenaga perawat telah mendapatkan 0.11 4 0.44
pelatihan kegawatdaruratan dan memiliki
sertifikat BLS dan BTCLS.
5 Terdapat akses untuk merujuk sesuai RS 0.02 3 0.06
yang dipilih
6 Terdapat 78 posyandu dari 7 desa 0.02 2 0.04

7 Memiliki SDM yang mumpuni dalam 0.08 3 0.24


pelayananan KIA dengan kompetensi APN
dan CTU
8 Tersedia sarana dan prasarana yang 0.01 2 0.02
difaslitasi oleh puskesmas
9 Adanya dukungan dana dari APBD, BOK, 0.24 3 0.72
JKN, BPJS dan Jampersal.
10 Memiliki grup WA sebagai media 0.02 2 0.04
kominikasi dan koordinasi KIA untuk
cakupan seluruh wilayah kerja Puskesmas
Panti
11 Tenaga kesehatan memberikan pelayanan 0.02 2 0.04
KIA langsung di tengah masyarakat
bekerjasama dengan masyarakat setempat
12 Ibu hamil telah menerima pelayanan 0.03 2 0.06
rujukan ke Puskesmas maupun rumah sakit
13 Pemeriksaan yang dapat dilakukan di 0.05 3 0.15
laboratorium Puskesmas Panti seperti
pemeriksaan HB, golongan darah, kadar
gula darah, kadar asam urat, HIV, Sifilis,
HBSAG, albumin dan BTA.
14 Pemeriksaan BTA sudah dilakukan secara 0.04 4 0.16
mandiri oleh pegawai laboratorium

15 Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan 0.04 2 0.08


hasil laporan pemeriksaan di Laboratorium
Puskesmas Panti antara lain 10-15 menit.
Pemeriksaan yang dapat diperoleh dalam
waktu 10-15 menit terdiri dari pemeriksaan
Hb, Golongan darah, kadar gula darah,
kadar asam urat, HIV, Sifilis, HBSAG dan
pemeriksaan kadar albumin. Pemeriksaan
BTA membutuhkan waktu selama 3 hari
sampai hasil laporan pemeriksaan dapat
dilakukan.

16 Program penyuluhan TB dalam upaya 0.05 2 0.1


pencegahan penyakit menular yang tidak
hanya fokus pada pasien TB.

17 Terdapat 25 kader khusus menangani 0.02 2 0.04


masalah TB
18 Adanya pertemuan rutin dari kader dan PJ 0.02 2 0.04
Poli TB setiap akhir bulan untuk membahas
pasien TB di tiap wilayah kelolaan.
19 Sudah adanya dukungan dana dari dinas 0.03 3 0.09
kesehatan
20 Sudah adanya ruangan khusus pemeriksaan 0.02 3 0.06
pasien TB.
21 Adanya SOP pelayanan seperti pemeriksaan 0.02 3 0.06
tekanan darah, suhu, nadi,dll
22 Tenaga perawat telah mendapatkan 0.03 3 0.09
pelatihan kegawatdaruratan dan memiliki
sertifikat BLS dan BTCLS.
23 Ruangan UGD bersih dan tertata rapi 0.03 2 0.06
24 Pengadaan barang untuk tahun selanjutnya, 0.02 2 0.04
selalu dilakukan di akhir tahun sekarang
sehingga obat akan tersedia tepat waktu.
25 Tidak pernah ada kejadian kekosongan obat 0.03 2 0.06
yang dibutuhkan.
Jumlah 1 63 2.88
Weakness (Kelemahan)
1 Hanya ada 1 dokter, yang bertugas dan 0.09 4 0.36
tidak sebanding dengan jumlah pasien
sekitar 50 orang per hari
2 Terdapat beberapa barang yang rusak 0.06 3 0.18
seperti tensimeter standing, resusisator
pediatrik, regulator, suction set, dan
suction
3 Tidak adanya penunjuk arah menuju ke 0.06 2 0.12
ruang selanjutnya
4 Laporan masih dikerjakan secara manual 0.04 3 0.12
dengan tulis tangan (non komputerisasi)
5 Data jumlah kunjungan tidak sesuai 0.09 3 0.27
dengan jenis kepesertaan
7 Beban kerja tinggi 0.08 3 0.24
8 Kinerja petugas kurang optimal 0.01 2 0.02
9 Pengadaan kelas ibu hamil masih kurang 0.10 2 0.2
10 Kurangnya program kunjungan rumah 0.03 2 0.06
11 Masih terdapat ibu yang belum 0.02 2 0.04
termotivasi tentang pentingnya imunisasi
pada anak
12 Pegawai laboratorium Puskesmas Panti 0.03 3 0.09
merupakan lulusan SMA bukan Analis
13 Laboratorium Puskesmas Panti merupakan 0.03 2 0.06
laboratorium sederhana
14 Keterbatasan jumlah petugas di 0.04 2 0.08
Puskesmas
15 Program promosi kesehatan dilakukan 0.05 2 0.1
setiap bulan sekali namun belum
terlaksana secara makasimal 2 bulan
terakhir
16 Kurangnya media terkait penyuluhan 0.05 2 0.1
kesehatan
17 Hanya ada 1 dokter jaga yang memiliki 0.04 3 0.12
double job bertugas di rawat inap, rawat
jalan dan UGD sehingga tidak fokus pada
pelayanan di UGD saja
19 Tidak adanya penunjuk arah menuju ke 0.04 2 0.08
ruang selanjutnya
20 Belum adanya website resmi puskesmas 0.06 2 0.12
21 Terdapat doublejob dari penaggungjawab 0.05 2 0.1
bagian farmasi

22 Jumlah tenaga farmasi di puskesmas 0.03 2 0.06


masih kurang
Jumlah 1 48 2.52
Opportunity (peluang)
1 Kerjasama dengan kader dalam pelaksanaan 0.06 0.18 0.18
pemberian informasi terkait pelayanan
kesehatan, pemeriksaan dan pengobatan di
Puskesmas
2 Perkembangan teknologi informasi 0.08 0.24 0.24
mempermudah masyarakat untuk mendapat
informasi tentang Puskesmas dan pelayanan
poli
3 Adanya pelatihan yang difasilitasi oleh 0.1 0.4 0.4
pemerintah daerah kepada bidan
4 Terdapat keterlibatan kader dalam kegiatan 0.05 0.15 0.15
KIA di posyandu
5 Adanya kerjasama dengan perangkat desa 0.04 0.12 0.12
6 Mudahnya akses informasi dan 0.08 0.32 0.32
perkembangan ilmu serta teknologi sebagai
penunjang dalam promosi kesehatan
7 Terdapat peraturan pemerintah tentang 0.2 0.8 0.8
persalinan yang ditolong oleh bidan bukan
dukun
8 Masyarakat yang tidak mampu dibantu 0.07 0.28 0.28
melalui sistem JKPM dan Jampersal untuk
ibu melahirkan yang disubsidi oleh
pemerintah
9 Dana yang digunakan untuk memenuhi 0.09 0.27 0.27
kebutuhan laboratorium didapat dari dana
JKN dan dari pemerintah
10 Keikutsertaan dari kader untuk melaporkan 0.07 0.14 0.14
terkait skrining pasien baru
11 Adanya kerjasama dengan institusi 0.05 0.15 0.15
pendidikan sepeti Universitas Jember
sehingga ikut terlibat dalam program
kesehatan puskesmas khusunya Poli TB
12 Adanya dukungan dari desa- desa di 0.03 0.09 0.09
Kecamatan Panti terkait skrining penyakit
TB.
13 Untuk mencukupi kebutuhan obat dapat 0.03 0.09 0.09
dilakukan melalui dua cara pengadaan obat,
yaitu melalui dana dari dinas kesehatan dan
dana JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
14 Anggaran yang diberikan selalu tepat waktu 0.05 0.15 0.15
sehingga memudahkan bagian farmasi
untuk menyediakan obat-obatan yang
diperlukan.
Jumlah 1 45 3.38
Threath (Ancaman)
1 Meningkatnya keinginan masyarakat untuk 0.10 0.3 0.3
pelayanan yang lebih cepat dan tepat
2 Masyarakat semakin kritis terhadap 0.1 0.3 0.3
perubahan pelayanan yang ada
meninginkan adanya perubahan setiap
waktu
3 Kesadaran masyarakat terkait KIA masih 0.15 0.3 0.3
kurang
4 Tidak semua kelahiran adalah darurat, 0.13 0.39 0.39
namun berpotensi menjadi keadaan darurat.
5 Masyarakat yang membutuhkan 0.1 0.2 0.2
pemeriksaan Lab yang berada di daerah
terpencil mengalami kesulitan dalam
pengaksesan.
6 Pasien susah untuk mengikuti pengobatan 0.09 0.27 0.27

7 Kurang kooperatifnya keluarga dan 0.13 0.39 0.39


menutupi penyakit anggota keluarga.
8 Pasien susah untuk mengikuti pengobatan 0.1 0.2 0.2
9 Terdapat masyarakat yang tinggal 0.1 0.2 0.2
diwilayah terpencil sulit menjangkau obat
Jumlah 1 23 2.55

p. Rencana tindak lanjut SWOT


EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
IFAS
Peluang 22. Memberikan pembekalan dan 13. Menyediakan sarana dan
(Opportunity) pelatihan rutin kepada kader fasilitas yang memadai untuk
kesehatan. menghasilkan program
23. Meningkatkan kualitas pelayanan yang baik
pelayanan dan memberikan 14. Membuat media informasi
pengetahuan melalui yang mudah didapat oleh
penyuluhan masyarakat agar masyarakat
24. Mensosialisasikan kemudahan temotivasi menggunakan
pelayanan peserta JKN, BPJS, pelayanan di Puskesmas
KIS, Jampersal dan Jamkesda 15. Melakukan pelatihan kepada
untuk meningkatan minat tenaga kesehatan
kunjungan masyarakat ke 16. Meningkatan kualitas
pelayanan pelayanan yang cepat dan
25. Mengoptimalkan kelompok ramah kepada peserta JKN,
komunikasi kader sebagai BPJS, KIS, Jampersal dan
monitoring dan tempat diskusi Jamkesda
jika terdapat masalah
26. Memberikan kemudahan akses
dan prosedur untuk persalinan
dibantu bidan untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi
27. Meningkatkan kunjungan rumah
28. Mengadakan kerjasama lintas
sektor dalam pembuatan dan
penyebaran informasi kesehatan
terutama
Ancaman 10. Meningkatkan promosi dan 7. Melakukan promosi dan
(Threat) penyuluhan kesehatan sebagai penyuluhan yang komprehensif
cara untuk meningkatkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pengetahuan . kesadaran dan
peningkatan derajat kesehatan motivasi masyarakat
11. Meningkatkan kemampuan 8. Meningkatkan koordinasi
tenaga kesehatan untuk kepada semua pihak yang
mengurangi resiko kematian terkait terhadap program di
serta masalah kehamilan dan Puskesmas
kelahiran lainnya
12. Penyampaian informasi yang
optimal untuk mencegah potensi
darurat kehamilan dan kelahiran

d. Diagram layang
s-w = 0,36 Opportunity
o-t = 0,83

KUADRAN III. TURN AROUND KUADRAN I. AGRESIF

Weakness Strength

KUADRAN IV. DEFENSIF


KUADRAN II. DIFERSIFIKASI

Thread

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor kekuatan lebih besar
daripada faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besr dari faktor
ancaman. Sehingga program UKP Puskesmas Panti berada pada kuadran I yang
berarti berapa pada posisi pertumbuhan dimana hal ini menunjukkan kondisi internal
UKP Puskesmas Panti yang kuat dengan kondisi lingkungan yang sedikit
mengancam.
Planning Of Action

NO KEGIATAN MATERI SASARAN WAKTU TEMPAT PJ PJ PKM


MAHASISA
1. Pelatihan Kader 1. Pengenalan Seluruh kader Sabtu Balai desa Wilda Al Aluf Novi
Kesehatan Jiwa deteksi dini desa di tiap wilayah
terkait Deteksi 2. Pelatihan input Kecamatan
Dini data ke microsft Panti
excel
2. Pendidikan 1. Pendekatan Keluarga Minggu Balai desa Wilda Al Aluf Novi
kesehatan Jiwa dengan pasien dengan anggota tiap wilayah
pada keluarga kesehatan jiwa keluarga ODGJ
dengan anggota 2. Perawatan
keluarga ODGJ pasiem dengan
gangguan jiwa
3 Pengumpulan 1. Data tiap minggu Seluruh petugas Senin Puskesmas Ahmad Zaini
data penyakit di kumpulkan kesehatan Panti Muizzulhafiidh
setiap desa pada PJ wilayah setiap
Surveilan desa di
puskesmas Kecamatan
Panti
4 Penyelidikan 1. Edukasi terkait Pasien dan 24 jam Rumah Joveny zaini
epidemiologi epidemiologi keluarga serta setelah ada pasien Meynigntyas
kasus yang baru masyarakat laporan
terjangkit sekitar pasien kejadian
2. Pemberantasan yang terjangkit penyakit
rantai penyakit
Edukasi kepada
masyarakat
sekitar rumah
pasien dengan
radius kurang
lebih 100m
5 Pelatihan input 1. Pengenalan excel Seluruh kader Sabtu Balai desa Sri ariani Rizal
data PHBS dan secara umum desa di tiap wilayah
PIS PK 2. Tutorial input Kecamatan
data PHBD dan Panti
PIS PK
6 Pembentukan 1. Definisi Seluruh Minggu Balai desa Elya Rizal
POSKESTREN POSKESTREN pengurus tiap wilayah
tiap Desa 2. Tujuan pondok
POSKESTREN
3. Manfaat
POSKESTREN
4. Kegiatan
POSKESTREN
Pembentukan
petugas
POSKESTREN
7 Penkes gosok 1. Edukasi gosok gigi Anak usia Sabtu, 11 MI mambaul Nurul azizah dr. Dito
gigi di sekolah yang baik dan sekolah Januari Ulum
benar 2020
2. Cara gosok gigi
yang benar
8 Penkes gosok 1. gosok Balita Senin, 23 PAUD balai Nurul azizah dr. Dito
gigi di sekolah 2. gigi yang baik dan Desember Desa Serut
benar 2019
Cara gosok gigi
yang benar
9 Pelatihan Kader 1. Emo Demo Asi Seluruh kader Jumat Balai desa Aisatul Zulfa Irma
Posyandu Eksklusif desa di tiap wilayah
2. Emo Demo Kecamatan
Nutrisi bayi Panti
sesuai usia
3. Senam hamil
10 Penyuluhan 1. Pentingnya Ibu hamil di Minggu Balai desa Aisatul Zulfa Rizal
kesehatan pada pemeriksaan wilayah tiap wilayah
kelompok ibu rutin di posyandu kecamatan panti
hamil atau PKM
2. Persiapan
kelahiran
Nutisi ibu hamil
dan senam hamil
11 Pelatihan Kader 1. Emo Demo Asi Seluruh kader Jumat Balai desa Aisatul Zulfa Irma
Eksklusif
Posyandu desa di tiap wilayah
2. Emo Demo
Nutrisi bayi Kecamatan
sesuai usia
Panti
3. Senam hamil
12 Penyuluhan 1. Pentingnya Ibu hamil di Minggu Balai desa Aisatul Zulfa Rizal
pemeriksaan
kesehatan pada wilayah tiap wilayah
rutin di posyandu
kelompok ibu atau PKM kecamatan panti
2. Persiapan
hamil
kelahiran
3. Nutisi ibu hamil
dan senam hamil
13 Kegiatan 1. Proporsi suspek Warga dengan Sabtu Puskesmas Moh. Faisal Adi
diperiksa
Screening TB risiko TB Paru Haris Candra
Proporsi penderita
Paru TB Paru
2. BTA (+) diantara
suspek yang
diperiksa dahaknya
3. BTA (+) diantara
seluruh penderita
TB
4. Angka Konvensi
5. Angka
Kesembuhan
6. Case Detection
Rate
14 Pendidikan 1. Cara pencegahan Warga dan Minggu Balai desa Moh. Faisal Adi
TB Paru
kesehatan kader tiap wilayah Haris Candra
2. Cara pengendalian
tentang TB Paru
3. Pola hidup yang
pencegahan dan
dianjurkan
penanganan TB 4. Cara menangani
Paru anggota keluarga
jika mengalami TB
Paru
15 Penemuan 1. Pemeriksaan dini Warga Senin Puskesmas Ifa Mardiana Adi
pneumonia
kasus masyarakat Candra
2. Definisi
pneumonia pneumonia
3. Penanganan
dilakukan
pneumonia
dengan 4. Pencegahan
pneumonia
pemeriksaan
pasien
16 Penyuluhan 1. Pengertian ISPA Warga dan Selasa Balai desa Ifa Mardiana Adi
2. Cara penularan
ISPA kader tiap wilayah Candra
ISPA
3. Cara memodifikasi
lingkungan
penyebab ISPA
4. Cara pencegahan
ISPA
Cara menangani ISPA

Anda mungkin juga menyukai